Tag Archives: astri purnamasari

Berikuti ini adalah pengalaman Tokopedia, Blibli, dan TaniHub mengelola talenta, terutama di masa pandemi Covid-19

Pandangan Startup Unicorn dan Centaur dalam Mengelola Talenta

Pengusaha Neil Petch pernah mengungkapkan, apabila ingin membangun bisnis, kita juga perlu membangun timnya. Hal ini karena ada perbedaan besar antara menjadi pekerja solo dan pemimpin perusahaan besar.

Di luar gembar-gembor ekspansi bisnis, kita sering lupa bahwa startup di tahap lanjutan menghadapi tantangan yang sama sulitnya dengan startup tahap awal. Salah satu yang sering kita luput adalah bagaimana startup mengelola seluruh karyawan, mendorong kinerja, hingga memastikan bahwa mereka bekerja sesuai kemampuannya.

Hal-hal di atas umumnya dikaitkan pada pengelolaan talenta atau people management. Istilah ini diartikan sebagai sebuah proses melatih, memotivasi, dan mengarahkan karyawan untuk mengoptimalkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan kemampuan profesional di lingkungan kerja. Bagi manager dan kepala departemen, pengelolaan SDM dilakukan untuk mengawasi alur kerja dan mendorong kinerja karyawan setiap harinya.

Dalam kasus startup unicorn dan centaurtopik ini menjadi penting karena skala organisasinya terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan ekspansi bisnisnya. Kondisi ini akan berbeda pada startup tahap awal yang jumlah orangnya jauh lebih sedikit dan cenderung masih melakukan pengembangan produk dalam scope kecil.

Dengan kata lain, people management menjadi salah satu concern yang tidak bisa diabaikan. Pada situasi pandemi Covid-19, seluruh pemimpin bisnis dituntut untuk dapat bergerak cepat dalam mengambil keputusan. Bagaimana Tokopedia, Blibli, dan TaniHub, berbagi pengalaman terkait people management, terutama di masa krisis ini?

Kompleksitas pengelolaan talenta 

Setiap startup pasti akan melewati fase pengelolaan talenta akan semakin kompleks seiring dengan meningkatnya skala organisasi. Hal ini turut dialami startup agritech TaniHub. Pengelolaan talenta dan fungsinya yang dijalankan divisi People and Culture semakin kompleks sejak perusahaan berdiri di 2016.

Menurut VP of Corporate Services TaniHub Astri Purnamasari, kompleksitas ini terjadi karena skala organisasinya meningkat. TaniHub mulai merambah bisnis baru lewat TaniFund dan TaniSupply. Otomatis jumlah karyawannya bertambah.

Kompleksitas ini juga dirasakan pada proses perekrutan karyawan, terutama pada jumlah dan kualifikasi talenta yang dibutuhkan. Menurut Astri, kondisi ini menjadi tantangan baru untuk  memastikan 336 TaniSquad (sebutan karyawan TaniHub Group) memiliki visi dan misi yang sejalan.

“Pengenalan dan sosialisasi yang berulang mengenai visi, misi, core values, business strategy, dan Objective and Key Result (OKR) menjadi kunci dalam pengelolaan SDM untuk menuju tujuan akhir yang sama,” jelasnya kepada DailySocial.

Komunikasi jadi faktor penting

Komunikasi merupakan elemen dasar dan utama dalam aktivitas bisnis. Di konteks people management, komunikasi punya andil besar dalam memastikan produktivitas pekerjaan, pengambilan keputusan, maupun peningkatan motivasi kerja.

Hal ini diamini External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya. Komunikasi offline maupun online aktif dipraktikkan di organisasi perusahaan yang saat ini memiliki lebih dari 4.900 Nakama (sebutan karyawan Tokopedia).

Saat pelaksanaan Work From Home (WFH), pihaknya mewajibkan komunikasi berkala dan sesuai jadwal yang ditentukan untuk mendorong produktivitas kerja.

“Pada dasarnya, setiap Nakama telah memiliki Objective and Key Result (OKR) masing-masing. Agar lebih dari 4.900 Nakama bekerja efektif, kami mewajibkan komunikasi virtual antar tim. Perusahaan memfasilitasi platform komunikasi digital sehingga koordinasi lebih aman, dapat mengetahui tantangan, dan memantau perkembangan tim selama WFH,” tuturnya kepada DailySocial.

Sementara itu, EVP of People Operation & General Services of Blibli Sandra Kumalasari menilai, komunikasi virtual dapat membantu para leader di seluruh departemen dan divisi untuk aktif memonitor keadaan setiap anggota tim.

“Di Blibli, upaya ini menunjukkan respon positif di mana leader justru semakin aktif melakukan coaching dan monitoring. Dengan begitu, leader dapat membahas berbagai hal, termasuk perkembangan KPI setiap anggota setiap ada kesempatan,” paparnya.

Jangan lupakan pengembangan kompetensi

Di masa krisis ini, TaniHub dan Blibli berupaya memberikan ruang terhadap pengembangan kompetensi karyawan. Sandra menyebutkan bahwa pengembangan dan pengasahan kemampuan karyawan menjadi salah satu fokus utama sejak awal Blibli berdiri.

“Rangkaian pelatihan yang biasanya dilakukan lewat tatap muka, sekarang dilakukan secara online dengan perangkat teknologi yang ada. Pengembangan kompetensi ini terus berlanjut selama masa WFH berlangsung. Dengan begitu, karyawan bisa lebih siap dan mampu menghadapi perubahan pasca pandemi,” ungkap Sandra.

Sementara TaniHub melihat bahwa me-nurture karyawan menjadi suatu tantangan tersendiri. Pasalnya ada banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti aspirasi, minat, hingga rencana pengembangan mereka. Perusahaan fokus ke strategi penyesuaian dan penguatan talenta. Tujuannya untuk membantu pertumbuhan bisnis perusahaan ke depan.

“TaniSquad tidak hanya dituntut untuk bekerja sebaik-baiknya, tetapi tim People and Culture ikut mendorong pengembangan kompetensi TaniSquad. Dengan begitu, setiap karyawan tetap bisa produktif dengan berbagai inisiatif program pengembangan,” tutur Astri.

Tak kalah penting, lanjutnya, memastikan bahwa seluruh TaniSquad memiliki kompetensi utama yang sesuai dengan peran maupun level masing-masing. Perusahaan menilai pentingnya para leader di TaniHub untuk memberikan apresiasi, feedback, maupun reward and punishment.

Beradaptasi selama pandemi

Pengelolaan talent tak hanya bicara soal produktivitas kerja dan peningkatan kemampuan. Perusahaan dinilai perlu memberikan kondisi bekerja yang positif untuk memotivasi karyawan.

Di masa krisis ini, Ekhel mengatakan bahwa Tokopedia mengadakan program Work-Fun-Home secara berkala. Perusahaan menyediakan serangkaian kegiatan bermanfaat untuk membangun pengalaman bekerja dari rumah yang lebih menyenangkan dan produktif.

“Karyawan juga dapat mengakses berbagai konten pembelajaran dan pelatihan virtual demi meningkatkan keterampilan dan keahlian individu,” ucapnya.

Sandra menyebut bahwa pihaknya sejak awal mengutamakan untuk menjaga semangat yang positif ketika bekerja di rumah. Blibli rutin mengimbau karyawan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental di manapun beraktivitas.

“Kami mendorong diri untuk berubah, lebih kreatif, lebih fleksibel dalam melihat sesuatu. Kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para team leader untuk menjadi agent of change dalam meningkatkan semangat. Pengelolaan SDM menjadi penting untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri di situasi new-normal,” jelasnya.

Etanee, TaniHub, dan Kedai Sayur mengaku mengalami lonjakan, baik dari sisi transaksi maupun pengguna

Di Masa Covid-19, Penggunaan Layanan Agritech Alami Lonjakan

Demi mencegah penyebaran wabah Covid-19 pemerintah menghimbau untuk masyarakat tetap di rumah. Ini berdampak bagi beberapa layanan digital, salah satunya adalah layanan pembelian hasil pertanian. Kepada DailySocial, Etanee, TaniHub, dan Kedai Sayur mengaku mengalami lonjakan, baik dari sisi transaksi maupun pengguna.

Pihak Etanee, melalui Co-Founder & COO Herry Nugraha, menceritakan bahwa peningkatan penggunaan aplikasi dan layanan mereka naik tajam. Terlebih sejak pemerintah menghimbau untuk masyarakat tetap di rumah. Gerak yang dibatasi ini mengubah pola masyarakat di beberapa wilayah cenderung berbelanja online. Kenaikan yang diterima Etanee hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan kondisi normal, khususnya untuk produk buah, sayuran, daging ayam, dan beras.

“Ini efek pembatasan gerak dan aktivitas masyarakat yg menyebabkan konsumen beralih ke channel pembelian online. Bahan pangan dalam kondisi apapun akan dibutuhkan. Dalam kondisi wabah seperti saat ini, konsumen lebih memilih memasak sendiri di rumah dibanding membeli makanan siap santap (ready to eat),” jelas Herry.

Hal yang senada disampaikan VP of Corporate Services TaniHub Astri Purnamasari. Tidak hanya hasil pertanian, tanaman herbal dan produk-produk yang dipercaya bisa meningkatkan imun tubuh juga mengalami lonjakan sekitar 20%. Pengguna TaniHub juga tercatat mengalami pertumbuhan. Ada lebih dari 20.000 pengguna baru di masa Covid-19 ini.

Kedai Sayur juga mengalami hal serupa. Hanya saja bagi Kedai Sayur saat ini yang banyak terjadi adalah perubahan pola konsumen. Kebutuhan konsumen B2B, seperti hotel dan restoran mengalami penurunan. Di sisi lain permintaan konsumen rumahan atau individu melonjak.

“Barang-barang yang demand-nya tinggi seperti bawang, cabe, tomat, dan buncis. Tapi di antara itu semua paling tinggi adalah bawang bombay dan jahe, selalu out of stock. Untuk menanggapi permintaan customer yang tinggi untuk barang tersebut kami selalu stock barang lebih banyak dari biasanya. Kami ingin tetap bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, apalagi dengan wabah Covid-19, kami harap bisa memberikan peran penting untuk pelanggan,” ujar CEO Kedai Sayur Adrian Hernanto.

Etanee, TaniHub, Kedai Sayur dan layanan sejenis yang beroperasi saat ini menjadi tumpuan masyarkat tempat mereka beroperasi untuk mendapatkan kebutuhan pangan mereka. Sebagian besar karena menghindari kerumunan di pasar. Bagi para petani dan peternak, platform ini adalah salah satu kanal penjualan yang bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penjualan barang.

Kebijakan dan antisipasi

Lonjakan pengguna sekaligus penyebaran virus yang semakin luas membuat perusahaan mengambil beberapa sikap dan kebijakan. TaniHub misalnya, selain memberlakukan kebijakan work from home bagi karyawan di kantor pusat dan sistem shift untuk karyawan yang berada di cabang dan distribution center karyawan juga diperiksa suhu tubuh dan meliburkan mereka yang sakit. Termasuk melakukan disinfeksi dan pembersihan di kantor pusat dan DC.

Selain itu Astri juga menambahkan, “Kami juga meniadakan same day delivery untuk sementara waktu. Hal ini kami lakukan untuk mengurangi adanya interaksi langsung antara orang per orang. Meski begitu, kami tetap melakukan proses pengantaran sesegera mungkin. Kami juga menambahkan pilihan pengantaran tanpa kontak langsung. Pesanan akan diletakkan di depan pintu dengan konfirmasi terlebih dahulu kepada pembeli, sehingga pembeli bisa mengambil pesanan setelah kurir kami meninggalkan rumah.”

Untuk Etanee, Herry menjelaskan, efek langsung yang dirasakan petani dan peternak adalah turunnya demand dari segmen hotel, restoran, dan swalayan. Sebaliknya, order dari marketplace digital mengalami lonjakan yang signifikan.

Semua transaksi konsumen via aplikasi akan langsung diantarkan melalui armada dan tim Etanee Delivery. Untuk memastikan kualitas layanannya terjaga Etanee merekrut armada dan kurir tambahan dari driver ojek online. Ini dilakukan untuk tetap membuat pelanggan Etanee bisa dilayani sekaligus memberikan tambahan penghasilan bagi driver yang lesu orderan.

Sementara itu, untuk Kedai Sayur, di tengah meningkatnya permintaan dari pengguna rumahan atau end user, mereka saat ini tengah berusaha mengembangkan aplikasi khusus. Mengingat selama ini pesanan selalu diambil ke Mitra (tukang sayur) yang bekerja sama dengan Kedai Sayur.

“Kita juga secepatnya akan launching aplikasi untuk end customer, sehingga para customer seperti ibu rumah tangga, para pekerja yang WFH dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka dari rumah dengan mudah dan cepat. Sehingga kita mengikuti shifting demand yang terjadi karena wabah ini,” terang Adrian.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

TaniHub Introduces a New Business Unit “TaniSupply”, Focused on Supply Chain

An agri-tech startup, TaniHub Group, introduces TaniSupply (PT Tani Supply Indonesia) focused on solving issues related to the supply chain. The firm was established in September, 19th 2019.

As a sidenote, TaniHub (e-commerce platform), TaniFund (p2p lending), and TaniSupply (supply chain) are operated under TaniHub Group. Each of them is working on different focuses with different regulators, yet one vision to accelerate a positive impact on the agriculture industry.

TaniSupply Director, Vincentius Sariyo explained the maneuver under its own entity will be more aggressive in order to develop supply chain business in agriculture. In fact, the license of TaniSupply stands under a different department with TaniFund (Financial) and TaniHub (Communication and Informatics).

In the warehouse, TaniSupply team makes purchasing from farmers. Next, the grading process for fruit and vegetables, measuring sweetness, quality control (QC), and quality assurance (QA). Lastly, a logistics team to ensure product quality until it’s safely delivered to the customers.

“We’re now in the middle, we have TaniHub upfront and TaniHub in the back for online distribution. TaniSupply will take care of purchasing from farmers, and the function of a chain, warehouse, last-mile delivery, quality control, and others,” Sariyo explained on Wed (11/20).

The current warehouses are installed with a certain-standard cooler to keep the product from deteriorating. Warehouses can also be used, in terms of rent, by other parties to store food products for a certain period of time.

Investment in storage machines such as blast freezers will also be prepared to complement market needs. He even mentioned that TaniSupply is applying for certification for ISO 22000 related to food safety and halal warehouses. It is also possible to export to neighboring countries.

As a result, plans are to be developed from TaniSupply in the future, not only for the ecosystem within the group but also for the sustainability of the overall agricultural ecosystem.

The distribution of the TaniSupply warehouse will be focused outside of Java for the more integrated agricultural ecosystem. This includes shortening the distribution chain from farmers before being distributed to consumers.

To date, the company has some warehouses or distribution centers located in four cities (Bogor, Bandung, Yogyakarta, and Surabaya) and some other locations.

TaniSupply is targeting more locations around Bali, Sulawesi, and Balikpapan. The latest one will be located in Cikarang for 10 thousand square meters.

“In 2021, we’re to open new locations in all over the cities throughout Indonesia.”

Last-year issues with the agriculture supply chain in Indonesia

TaniSupply Director Vincentius Sariyo / TaniHub Group
TaniSupply Director Vincentius Sariyo / TaniHub Group

Sariyo explained the first initiative in building TaniSupply is to create an end-to-end agriculture ecosystem. There are more issues on the field to be solved with technology.

Each business unit from TaniGroup has different issues with a red needle to improve the agriculture technology that is currently a mess.

All this time, there’s always been a mismatch in the composition of supply and demand in agriculture. It is due to the crops in different grades, not every off-taker (buyers, including middlemen) wants.

The rest of the low-rated crops forced to be sold way cheaper than the cost of goods sold (COGS). This is causing a loss for the farmers. Many more issues come from the old paradigm that imprisons local farmers, making it very difficult for them to grow.

TaniHub is said to cultivate 35 thousand farmers and agri-communities, providing 800 business certificates more or less. The majority of goods are fruits, vegetables, fish, chicken, eggs, and rice. Only, 90% of those are trading farmers or free trade.

“In order to fulfill the demand for TaniHub, 90% comes from trading farmers. Only 10% comes from TaniFund, so they [TaniFund] still have a lot of homework to do,” TaniHub’s VP of Corporate Services, Astri Purnamasari said.

The offline sales on TaniHub still leading with 80% than the offline service. Most of the offline consumers are supermarkets, Horeca, F&B industries, retails, and startups.

“Previously, TaniHub was directly focused on B2C through an application. As time goes on without scale-up, we finally switch to B2B.”

The company also distributes some private label to the offline partners. For example, SommerVille for fruit-only goods; VIS for fish products; Fowler for chicken, duck, and eggs; GoldFarm for organic vegetables; and Lentik for rice.

With TaniSupply, TaniHub Group is tightening its position as the end-to-end agri-tech service. To date, there is no agri-tech player to serve end-to-end service in the agricultural ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

TaniHub TaniSupply

TaniHub Kenalkan Unit Bisnis Barunya “TaniSupply”, Khusus Tangani Rantai Pasokan

Startup agritech TaniHub Group memperkenalkan TaniSupply (PT Tani Supply Indonesia) yang bergerak khusus mengatasi isu di rantai pasokan. Perusahaan baru berdiri secara resmi pada 19 September 2019.

Sebagai catatan, TaniHub (platform e-commerce), TaniFund (p2p lending), dan TaniSupply (supply chain) bernaung di bawah agritech TaniHub Group. Ketiganya bergerak di bidang yang berbeda dengan regulator yang berbeda pula, namun dengan satu visi mempercepat dampak positif dalam pertanian.

Direktur TaniSupply Vincentius Sariyo menjelaskan, manuvernya di bawah entitas sendiri akan jauh lebih agresif dalam mengembangkan bisnis rantai pasokan pertanian. Pasalnya, izin usaha dari TaniSupply ini berdiri di bawah payung kementerian yang berbeda dengan TaniFund (OJK) dan TaniHub (Kemenkominfo).

Di gudang, tim TaniSupply melakukan proses pembelian dari petani. Lalu memroses grading buah dan sayur, mengukur tingkat kemanisan, melakukan quality control (QC), dan quality assurance (QC). Terakhir, ada tim logistik untuk mengunci kualitas produk yang sampai ke tangan pelanggan tetap terjaga.

“Kita ada di tengah-tengah, di depan ada TaniFund dan di belakang kita ada TaniHub untuk channel penjualan online-nya. TaniSupply akan mengurus pembelian dari petani, ada fungsi chain, gudang, last mile delivery, quality control, dan lainnya,” terang Sariyo, Rabu (20/11).

Saat ini gudang perusahaan diinstalasi dengan pendingin berstandar khusus untuk menjaga produk agar tidak mengalami penurunan kualitas. Gudang juga bisa dipakai, dalam artian sewa, oleh pihak lain untuk menyimpan produk makanan untuk jangka waktu tertentu.

Investasi mesin penyimpanan seperti blast freezer juga bakal disiapkan untuk melengkapi kebutuhan pasar. Bahkan dia menyebut TaniSupply sedang mengajukan sertifikasi untuk ISO 22000 terkait keamanan pangan dan gudang halal. Terbuka juga kemungkinan untuk ekspor ke negara tetangga.

Alhasil, banyak rencana yang bisa dikembangkan dari TaniSupply ke depannya, tidak hanya untuk ekosistem di dalam grup saja, juga buat keberlangsungan ekosistem pertanian secara keseluruhan.

Persebaran gudang TaniSupply akan difokuskan ke luar Jawa untuk perkuat ekosistem pertanian agar semakin terintegrasi. Termasuk di antaranya untuk persingkat rantai distribusi dari petani sebelum didistribusikan ke konsumen.

Saat ini perusahaan memiliki gudang atau distribution center yang terletak di empat kota (Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya), serta sejumlah titik distribusi di berbagai area.

Lokasi tambahan yang akan disasar TaniSupply di antaranya Bali, Sulawesi, dan Balikpapan. Gudang terbaru TaniSupply akan berada di Cikarang seluas 10 ribu meter persegi.

“Tahun 2021 kami targetkan hadir di seluruh kota di seluruh Indonesia.”

Isu lama soal rantai pasokan di pertanian Indonesia

Direktur TaniSupply Vincentius Sariyo / TaniHub Group
Direktur TaniSupply Vincentius Sariyo / TaniHub Group

Sariyo menjelaskan inisiasi mendirikan TaniSupply sebenarnya karena keinginan untuk membentuk ekosistem pertanian yang menyeluruh dari hulu ke hilir. Masih banyak isu di lapangan yang bisa diselesaikan dengan teknologi.

Masing-masing unit bisnis dari TaniGroup memiliki permasalahan berbeda dan punya benang merahnya, ingin memperbaiki ekosistem pertanian yang hingga kini belum tertata rapi.

Selama ini komposisi antara supply dan demand di pertanian selalu ada mismatch. Lantaran, hasil tani yang terbagi ke dalam beberapa grade, tidak semuanya mau diserap oleh off taker (pembeli, salah satunya tengkulak).

Hasil tani sisaan dengan grade rendah akhirnya terpaksa dijual jauh dari harga pokok penjualan (HPP). Kondisi ini tentunya membuat petani merugi. Masih banyak isu lainnya yang berkaitan dengan paradigma lama yang masih mengekang petani lokal, sehingga sulit untuk berkembang.

TaniHub terhitung telah membina sekitar 35 ribu petani dan kelompok tani, menyediakan sekitar 800 SKU. Mayoritas adalah buah-buahan, sayur, ikan, ayam, telur, dan beras. Hanya saja, 90% dari petani ini adalah petani trading atau jual lepas.

“Untuk memenuhi demand di TaniHub, 90% disuplai oleh petani trading. Baru 10% datang dari TaniFund, jadi PR-nya di TaniFund masih banyak,” tambah VP of Corporate Services TaniHub Astri Purnamasari.

Penjualan offline lewat TaniHub masih mendominasi sekitar 80%, ketimbang jalur online. Mayoritas konsumen di offline ini adalah supermarket, Horeca, industri F&B, peritel, hingga startup.

“Awalnya bisnis TaniHub itu, diarahkan ke B2C via aplikasi. Tapi seiring waktu tidak scale up, akhirnya kita switch ke B2B.”

Perusahaan mendistribusikan beberapa private label saat mendistribusikan ke mitra offline. Misalnya, SommerVille untuk brand khusus buah; VIS untuk produk ikan; Fowler untuk daging ayam, bebek, dan telur; GoldFarm untuk sayur organik; dan Lentik untuk beras.

Dengan kehadiran TaniSupply, TaniHub Group makin memantapkan diri sebagai layanan agritech end-to-end. Sejauh ini, kebanyakan pemain agritech belum ada yang bermain dari hulu ke hilir dalam ekosistem pertanian.

Application Information Will Show Up Here