Tag Archives: Astri R Dharmawan

Schneider Electric Soroti Peran Edge Data Center Sebagai Solusi dalam Menghadapi Era IoT

Kemarin (17/5), Schneider Electric (SE) menggelar acara Schneider Electric IT Solution Day dengan tema “Mission Possible: Finding The Perfect Infrastructure for Your Edge Data Center”.  Dalam acara tersebut SE menyoroti peran edge data center sebagai salah satu solusi untuk menghadapi era Internet of Things (IoT). Bersamaan dengan itu, SE juga memperkenalkan beberapa solusi edge data center mereka, seperti InfraStruxure, Micro Data Center, Prefabricated Data Center, dan Flexpod Express.

Lalu lintas data setiap tahunnya terus mengalami peningkatan karena semakin banyak orang yang terhubung dengan internet. Ini berdampak pada fenomena IoT yang memungkinkan hampir segala perangkat dapat terhubung dengan internet makin menjamur. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan latency atau lambatnya komunikasi data melalui jaringan bila tidak diantisipasi dengan baik.

Menurut data perkiraan yang diungkap oleh Schneider Electric pada acara Schneider Electric Solution Day yang digelar di Jakarta kemarin, tiap tahunnya lalu lintas data akan berkembang sebesar 25 persen. Bahkan di tahun 2018 diperkirakan setiap orang akan mentransmisikan 1 GB data setiap harinya, atau setara dengan lalu lintas digital sebesar 10,4 Zettabytes.

Sebagai perbandingan, 1 ZB = 1.000 Exabyte (EB), 1 EB = 1.000 Petabyte (PB), 1 PB = 1.000 Terabyte (TB) dan 1 TB setara dengan 1.000 Gigabyte (GB).

VP Schneider Electric IT Indonesia, Malaysia, dan Brunei Astri R. Dharmawan mangatakan, “Ledakan big data akibat pertumbuhan pesat IoT adalah hal yang tak bisa dihindari. Sudah saatnya perusahan secara proaktif mentransfromasikan data center dan teknologi pendukung yang dimilikinya untuk mengurangi latency. […] Salah satu solusi yang efektif adalah edge data center yang mampu mendistribusikan beban komputasi lebih dekat ke perangkat sehingga dapat mengurangi masalah latency secara signifikan.”

Edge data center dan kriterianya

Diskusi panel membahas mengenai IoT dan pentingnya edge data center untuk mengatasi latency dalam acara Schneider Electric IT Solution Day / DailySocial
Diskusi panel membahas mengenai IoT dan pentingnya edge data center untuk mengatasi latency dalam acara Schneider Electric IT Solution Day / DailySocial

CCO EdgeConneX Clint Heiden mendefinisikan sebuah edge data center sebagai tempat yang menghubungkan setidaknya 80 persen dari konten internet dengan setidaknya 50 persen dari semua pengguna broadband di metro (perkotan besar).

Sementara itu Pendiri ZK Research Zeus Kerravala menjabarkan bahwa ada tujuh kriteria kunci untuk mendefinisikan edge data center. Bila tidak memenuhi tujuh kriteria tersebut, maka itu hanyalah pusat data biasa di Tier 2.

Tujuh kriteria yang dimaksud oleh Zeus adalah, melayani lebih dari 50 persen dari pengguna broadband lokal, 75 persen dari penggunaan internet lokal, terjadi sebuah pergeseran lalu lintas dari inti ke metro yang baru, biaya dan manfaat kinerja yang terukur, memberikan pengalaman media yang lebih kaya, adanya peningkatan keamanan, dan akan menjadi Tier 3, N + 1 pusat data.

Empat solusi edge data center yang diperkenalkan Schneider Electric

Business Vice President Schneider Electric IT Indonesia Astri Dharmawan / DailySocial
Vice President Schneider Electric IT Indonesia, Brunei, dan Malaysia Astri Dharmawan / DailySocial

Bersamaan dengan digelarnya Schneider Electric IT Solution Day, Schneider Electric sebagai pemain lama di bidang data center juga memperkenalkan empat solusi edge data center yang dimilikinya. Di antaranya yaitu, InfraStruxure, Micro Data Center, Prefabricated Data Center, dan Flexpod Express.

InfraStruxure adalah arsitektur ruang IT yang memiliki skalabilitas, fleksibilitas dan modularitas yang tinggi. Solusi ini diklaim mampu secara dramatis membantu mengurangi kompleksitas pusat data, meminimalisir pemborosan energi, dan memberikan infrastruktur yang tangguh dan terandalkan.

Micro Data Center adalah sistem yang self-contained dan aman dalam satu enclosure (rak) yang dipasang dan diuji di pabrik. Solusi ini diklaim Schneider Electric sebagai penggabungan yang efisien antara distribusi power, cooling, rak, sistem keamanan, fire suppression, dan energy management system terbaik yang distandardisasi untuk secara signifikan mengurangi waktu deployment dan kompleksitas pengelolaan.

Prefabricated Data Center adalah solusi pusat data yang tidak membutuhkan infrastruktur sipil (bangunan) karena hadir dalam format movable container. Schneider Electric memperkenalkan solusi ini sekitar tiga bulan lalu untuk menyambut datangnya era IoT.

Terakhir, Flexpod Express yang merupakan infrastruktur terpadu yang terdiri dari unified computing storage dan network yang diletakkan di dalam infrastruktur rak dari Schneider Electric. Flexpod terdiri dari Cisco Unified Computing System (Cisco UCS) server, Cisco UCS Manager, Cisco Nexus family of switches dan NetApp Fabric-Attached Storage (FAS) arrays.

“Kami berharap dapat semakin mengakselerasi terbentuknya ekosistem IoT yang lebih solid di Indonesia sehingga kekuatan infrastruktur IT kita dapat disejajarkan dengan negara-negara lain,” tutup Astri.

Schneider Tawarkan Solusi Pusat Data Prefabrikasi Modular untuk Sambut Tren IoT

Jumat kemarin (19/2), Schneider Electric Indonesia memperkenalkan solusi pusat data terintegrasi untuk menjawab tren Internet of Thing (IoT) yang terus tumbuh. Di samping itu, Schneider juga menghadirkan dukungan berupa data center infrastructure management (DCIM) yang memungkinkan pelanggan memonitor kebutuhan dan aktivitas pusat data dari jauh.

Laju pertumbuhan teknologi yang sudah tidak terbendung lagi telah berhasil mendorong berbagi tren baru naik ke permukaan, di antaranya adalah IoT dan Big Data. Kedua fenomena tersebut memiliki potensi untuk merubah berbagai aspek bermasyarakat dalam pendekatan terhadap teknologi, mulai dari gaya hidup hingga perputaran roda ekonomi. Inovasi yang naik ke permukaan saat ini adalah teknologi wearable devices, smart home sampai smart city.

Berdasarkan data dari perusahaan analis Gartner sendiri pada tahun 2020 akan ada lebih dari 26 miliar perangkat yang saling terhubung, termasuk wearable technology, peralatan elektronik di rumah dan banyak lagi.

Business Vice President Schneider Electric divisi IT untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei Astri R Dharmawan mengatakan, “Besarnya koneksi jaringan dan jumlah perangkat elektronik yang saling terhubung menciptakan permintaan yang lebih tinggi untuk kapasitas data center [pusat data]. Namun, hal ini menimbulkan tantangan khusus bagi data center, terutama di bidang infrastruktur, keamanan, kapasitas data, manajemen storage, server dan jaringan data center.”

Prefabrikasi Data Center

Berangkat dari alasan tersebut, Schneider coba menawarkan solusi pusat data prefabrikasi modular yang dinilai dapat menghemat waktu dalam membangun pusat data. Sistem ini juga diklaim Schenider dapat diandalkan di berbagai kondisi karena dirakit dan melalui berbagai tahap uji di pabrik untuk kondisi yang berbeda. Tren yang berkembang terkait pusat data prefabrikasi modular ini dan dilirik oleh perusahan adalah Micro Data Center yang terdiri dari 1 hingga 10 rak server.

Pasar yang dibidik sebagai pengguna Micro Data Center sendiri adalah perusahaan dengan skala besar. Beberapa di antaranya yaitu industri perbankan dan retail, pabrik otomotif, industri migas, pemerintahan dan militer, sampai ke perusahaan telekomunikasi.

Dusebutkan Enteprise Sales Director APC by Schneider Electric Yana Haikal, untuk solusi ini Schneider memiliki empat pilihan produk yang diunggulkan. Keempat produk itu adalah SmartBunker SX untuk ruang IT tradisional, SmartBunker CX yang dioptimasi untuk lingkungan perkantoran, SmartBunker FX, dan SmartShelter dengan multi-rack dan diklaim tangguh di berbagai kondisi.

Micro Data Center Schneider

Disamping itu, Schneider juga memperkenalkan solusi untuk Data Center Lifecyle Service dalam bentuk perangkat lunak DCIM bernama StruxureWare. Menurut Schneider, DCIM tersebut akan memungkinkan pelanggan melakukan monitoring perangkat di dalam pusat data dari ancaman seperti panas berlebih, kebocoran air, kelembaban, hingga menghitung estimasi kebutuhan listik dan penambahan server.

“Melalui berbagai solusi inovatif data center yang kami tawarkan, kami akan terus berkomitmen untuk membantu meningkatkan daya saing pelanggan kami di tengah pertumbuhan IoT, khususnya dalam berdaptasi dengan perubahan teknologi yang sangat dinamis,” pungkas Astri.