Melalui pendekatan teknologi, Astronaut menawarkan kepada perusahaan cara yang lebih aman dan efektif untuk melakukan proses perekrutan, termasuk membangun basis data telenta untuk keperluan di masa mendatang. Didirikan sejak 2016, startup ini telah membantu berbagai perusahaan korporat global dan multinasional, menyaring lebih dari 150 ribu kandidat per Juli 2021, dengan 50% di antaranya dijaring ketika pandemi.
Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Astronaut Nigel Hembrow mengungkapkan, tahun 2020 khusus untuk pasar Indonesia sudah mencakup setengah dari total pendapatan. Masih fokus kepada korporasi, mereka memiliki rencana untuk menyasar kalangan UMKM.
Selain berfokus di Asia Tenggara, Astronaut juga memiliki klien yang tersebar di Eropa dan Selandia Baru. Pada kuartal kedua tahun ini, Astronaut telah mencatatkan pertumbuhan jumlah klien sebesar 30% di Indonesia, Singapura, dan India.
“Sekarang masih tahap awal, karena masih early success di pasar New Zealand. Nanti akan diluncurkan lebih banyak fitur terkait itu di kuartal empat mendatang,” kata Nigel.
Tim Astronaut sedang fokus pada pengembangan solusi berbasis SaaS dan PaaS agar dapat terintegrasi dengan sistem yang dimiliki perusahaan. Mereka juga sedang melakukan diskusi untuk kesempatan pembukaan job marketplace dan kanal edukasi di tahun 2022 mendatang.
Astronaut saat ini sedang melakukan penggalangan dana tahap pra-seri Adengan target $2 juta.
“Visi kami di Astronaut adalah menciptakan ekosistem tenaga kerja yang berkelanjutan di Indonesia melalui kekuatan teknologi,” kata Nigel.
Akuisisi POPSkul
Bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas Astronaut dalam meningkatkan kualitas lamaran tenaga kerja, Astronaut mengakuisisi POPSkul. Sebuah platform yang menyediakan layanan uji kompetensi dan sertifikasi keterampilan. Didirikan pada tahun 2020 oleh Chandra Marsono, POPSkul telah menggunakan dan berkolaborasi bersama Astronaut sebelum akuisisi.
Setelah akuisisi, Chandra akan menempati posisi baru sebagai Head of PR & Marketing di Astronaut.
Dengan akuisisi perdana ini, Astronaut akan terus berinvestasi mengembangkan platform POPSkul, dan mengintegrasikan sertifikat kompetensi ke dalam profil kandidat tenaga kerja di platform Astronaut.
“Tentunya, dengan bergabung bersama Astronaut, kami bisa membuat proses sertifikasi lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang, terutama selama pandemi ini,” kata Chandra.
Di pasar tenaga kerja saat ini, memiliki sertifikasi resmi adalah indikator terbaik yang banyak dicari oleh perusahaan pemberi kerja. Di sini, Lembaga Sertifikasi Kompetensi berperan sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM. Namun, akses sertifikasi ini banyak terhalang faktor logistik, terutama di daerah kepulauan seperti Indonesia.
Pandemi dan tenaga kerja
Meskipun pandemi menimbulkan berbagai tantangan, namun ekosistem rekrutmen di Asia Tenggara dapat beradaptasi dengan baik. Berbagai universitas dan pusat pelatihan lebih membuka diri dan mengapresiasi kehadiran sistem digital yang andal dan hemat biaya, yang digunakan untuk penilaian keterampilan, wawancara, pelatihan, ujian, dan proses rekrutmen lainnya.
Adaptasi ini membawa disrupsi signifikan dalam ekosistem tenaga kerja. Pemain tradisional dipaksa mengadopsi alat digital untuk menjalankan divisi personalia mereka, dengan mengandalkan platform dan tools seperti Astronaut dan POPSkul sebagai mitra teknologi terpercaya.
Badan Pusat Statistik mencatat, terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (24,03 juta orang).
Menurut Kepala Pusat Statistik Pemerintah Indonesia Dr. Suhariyanto, di Indonesia sekitar 8,8% (2,56 juta) penduduk usia kerja saat ini belum memiliki pekerjaan, sementara 30 juta lulusan baru akan memasuki dunia kerja selama lima tahun ke depan. Pandemi pun akan ikut memperparah angka ini. Dengan jumlah pasokan tenaga kerja yang tinggi, perusahaan pun harus mengandalkan teknologi untuk mencari dan menemukan kandidat yang tepat.
“Sebagai platform rekrutmen berbasis mobile yang didukung oleh data, Astronaut bertujuan untuk menjadi teknologi SDM canggih yang meningkatkan kecepatan dan kualitas perekrutan,” kata Nigel.
Platform SDM di Indonesia
Di Indonesia sendiri, banyak platform edtech yang fokus pada peningkatan keterampilan. Popularitasnya turut didorong program pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas SDM, seperti pada program Kartu Prakerja — bantuan pendanaan bagi masyarakat untuk mengakses program keterampilan secara online.
Pemainnya juga sudah cukup beragam seperti Skill Academy dari Ruangguru, Rolmo untuk belajar dari role model di industri, Binar Academy dan Hacktiv8 untuk pemrograman, Cakap UpSkill, Sekolah.mu, dan masih banyak lagi.
Sementara startup yang menawarkan layanan pekerjaan juga cukup berkembang pesat, bahkan ada yang secara spesifik fokus ke kalangan kerah biru seperti Sampingan, MyRobin, AdaKerja, dan lain-lain. Tentu ini menjadi sinyal bagus untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ke sumber perekonomian yang lebih baik.