PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (IDX:WIFI) atau Surge mengumumkan penambahan lini bisnis baru di ranah insurtech. Mereka resmi meluncurkan platform marketplace asuransi mikro bernama “Asuransi Kita”, di dalamnya berisi kurasi produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Salah satu alasan Surge masuk ke segmen ini lantaran penetrasi asuransi di Indonesia masih dinilai rendah. Mengutip data OJK per Agustus 2020, penetrasi asuransi masih di kisaran 2,92% lantaran belum menyentuh semua aspek masyarakat. Produk mikro juga dinilai lebih cocok untuk pelaku UMKM dan masyarakat menengah ke bawah yang menjadi target pasar utama mereka.
Layanan Asuransi Kita sendiri sebenarnya sudah mulai dirilis sejak April 2020. Perusahaan mengklaim saat ini sudah memiliki sekitar 80 ribu pengguna. Sebagian besar demografinya terdiri dari pegawai swasta, profesional, dan penggiat komunitas hobi. Sementara di sisi produk, mereka telah menghadirkan tujuh varian, mulai perlindungan kesehatan, jiwa, perjalanan, kendaraan, olahraga, dan rumah.
“Asuransi Kita kami hadirkan sebagai solusi perlindungan terkurasi yang disesuaikan dengan kebutuhan perlindungan masyarakat dengan berbagai kemudahan. Pertama, platformnya sangat mudah digunakan karena telah terintegrasi dengan semua layanan aplikasi dan periklanan dalam ekosistem […] Kedua, biaya premi sangat terjangkau mulai dari Rp5.000 dengan berbagai pilihan perlindungan sekaligus yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Ketiga, fleksibilitas pemilihan rentang waktu perlindungan bagi pengguna mulai dari harian,” ujar CEO Surge Hermansjah Haryono.
Pengguna dapat mengakses layanan melalui situs web Asuransi Kita. Selain itu, akses lainnya juga bisa ditemukan melalui jaringan ekosistem Surge lainnya yang termasuk pada penggunaan wifi gratis yang disediakan oleh perseroan, Linipoin, serta seluruh aplikasi yang dikembangkan.
Potensi insurtech di Indonesia
Menurut data yang dihimpun DSInnovate dalam “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021“, ukuran pasar industri asuransi di Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020. Adopsi asuransi sendiri terdorong dari beberapa aspek, dimulai dari proses bisnis [klaim] yang mudah (48%), merek produk (39%), biaya (37%), dan manfaat yang diberikan (11%).
Insurtech dinilai dapat memberikan sumbangsih signifikan dengan memberikan efisiensi pada faktor-faktor tersebut. Selain Asuransi Kita, menurut laporan saat ini ada sekitar 11 startup yang fokus mengembangkan layanan asuransi, dengan 3 startup yang hadir sebagai pendukung pasar. PasarPolis dan Qoala menjadi dua pemain terbesar jika ditinjau dari jangkauan pasar dan pendanaan yang didapat.
Marketplace sendiri adalah salah satu dari model bisnis yang bisa diadopsi oleh insurtech. Dalam laporan DSInnovate dijelaskan mengenai peluang model bisnis lain yang dapat digarap oleh inovator digital untuk industri asuransi di Indonesia.
Menurut Hermansjah, strategi terbaik saat ini untuk merangkul segmen pengguna yang masih underserved tersebut ialah dengan edukasi asuransi mikro dan menyuguhkan kemudahan akses secara digital. Ia juga mengatakan, proses klaim lewat platformnya relatif cukup singkat kurang dari 10 hari kerja bisa menggunakan berbagai saluran online. Pendekatan tersebut setidaknya berhasil membawa Asuransi Kita merilis 100 ribu polis pada awal tahun ini.
Mereka juga bermitra dengan perusahaan asuransi ternama di Indonesia untuk memasarkan produknya, seperti Sompo Insurance, Cigna, Sequis Life, AXA, Sinarmas Insurtech dan beberapa mitra lainnya.