Diumumkan pada bulan Maret kemarin, Asus ROG Phone 5 merupakan salah satu smartphone dengan performa terbaik saat ini. Namun belum ada setengah tahun berselang, ia rupanya sudah kedatangan suksesor yang menawarkan performa lebih baik lagi, yakni Asus ROG Phone 5s.
Kenapa jarak peluncurannya begitu dekat? Penjelasan simpelnya adalah karena Qualcomm baru meluncurkan Snapdragon 888+ pada akhir bulan Juni kemarin, dan chipset itulah yang menjadi faktor pembeda utama antara ROG Phone 5 dan ROG Phone 5s. Dengan clock speed maksimum 3 GHz, Snapdragon 888+ menawarkan performa CPU hingga 25% lebih kencang ketimbang Snapdragon 888.
Pada varian termahal ROG Phone 5s, chipset tersebut ditandemkan dengan RAM LPDDR5 sebesar 18 GB, plus storage internal UFS 3.1 berkapasitas 512 GB. Di luar perbedaan chipset, ROG Phone 5 dan ROG Phone 5s ibarat saudara kembar. Layarnya sama-sama menggunakan panel AMOLED 6,78 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 144 Hz, dan touch sampling rate 360 Hz.
Deretan kamera yang tertanam pun identik, mencakup kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 13 megapixel, kamera macro, dan kamera depan 24 megapixel. Desain panel belakangnya juga tidak berubah, masih dengan logo ROG yang dapat menyala warna-warni.
Alternatifnya, Asus turut menghadirkan ROG Phone 5s Pro yang sisi belakangnya dilengkapi layar PMOLED kecil plus sepasang tombol kapasitif ekstra. Kedua model ROG Phone 5s ini sama-sama mengemas baterai 6.000 mAh yang mendukung fast charging 65 W, sekali lagi sama persis seperti pendahulunya.
Singkat cerita, konsumen yang sudah terlanjur membeli ROG Phone 5 pada dasarnya tidak perlu berkecil hati karena yang berbeda di sini hanyalah chipset-nya, dan lagi kita juga belum tentu bisa membelinya. Pasalnya, Asus sejauh ini baru memasarkan ROG Phone 5s dan ROG Phone 5s Pro di Taiwan saja.
Di sana, ROG Phone 5s dijual dengan harga NT$33.990 (± 17,5 jutaan rupiah) untuk varian tertingginya, sedangkan ROG Phone 5s Pro dihargai NT$37.990 (± 19,6 jutaan rupiah). Selisih harganya cukup jauh karena selain mengemas layar kecil di belakangnya, ROG Phone 5s Pro juga dilengkapi aksesori AeroActive Cooler 5 pada paket penjualannya.
Lenovo meluncurkan smartphone gaming perdananya pada tanggal 23 Juli kemarin, kebetulan sama persis dengan hari diluncurkannya Asus ROG Phone 3. Namun ternyata kesamaan kedua ponsel tersebut lebih dari sebatas jadwal pengumumannya saja.
Keduanya sama-sama ditenagai chipset Snapdragon 865+, sama-sama mengemas RAM 16 GB pada salah satu variannya, sama-sama mengusung layar 144 Hz, dan sama-sama dilengkapi kamera utama 64 megapixel. Terkait fitur yang spesifik untuk kebutuhan gaming, keduanya juga dibekali dengan sepasang tombol trigger ultrasonik di sisi kanannya.
Asus menamainya AirTrigger, sedangkan Lenovo menjulukinya Y Trigger. Meski namanya berbeda, teknologi yang digunakan sebenarnya sama-sama datang dari sebuah startup bernama Sentons. Sentons menamai teknologi ini dengan istilah Software-Defined Surfaces (SDS), dan mereka tidak berhenti mematangkannya semenjak teknologi tersebut pertama dipakai di ROG Phone generasi pertama.
Prinsip kerja teknologi SDS sebenarnya cukup simpel. Berbekal sensor ultrasonik dan chip khusus, beragam jenis permukaan pada perangkat dapat diubah menjadi kontrol sentuh, tidak peduli bahan permukaannya terbuat dari apa. Pada Legion Phone Duel dan ROG Phone 3, teknologi SDS yang dijadikan basis adalah generasi terbaru yang Sentons juluki SDS GamingBar.
Berbicara kepada VentureBeat, CEO Sentons, Jess Lee, mengklaim GamingBar sebagai versi yang lebih matang dan yang memiliki kinerja lebih baik daripada versi sebelumnya. Juga menjadi kelebihan utamanya adalah perihal kustomisasi; fungsi tombol trigger virtual ini dapat diprogram sesuai kebutuhan, jadi satu tap singkat dengan satu tap yang ditekan agak keras bisa diterjemahkan menjadi input yang berbeda.
Mengusap ke kiri atau kanan juga demikian, semuanya dapat disesuaikan dengan skenario penggunaan yang berbeda. Kustomisasi trigger virtual ini sebenarnya sudah ada di ROG Phone 2 tahun lalu dan terbukti memicu respon positif dari konsumen. Maka dari itu wajar apabila Lenovo kini memutuskan untuk mengimplementasikan fitur yang sama dengan bekerja sama dengan Sentons.
Dibandingkan tombol kapasitif biasa yang terdapat di smartphone gaming lain, tombol ultrasonik seperti ini jelas punya banyak kelebihan. Yang paling utama tentu saja adalah, keberadaannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap estetika maupun ergonomi perangkat. Berhubung tidak ada tonjolan maupun ceruk pada salah satu sisi perangkat, konsumen semestinya dapat menggenggamnya secara lebih nyaman.
Apakah trigger ultrasonik ini ke depannya bakal menjadi standar di segmen smartphone gaming? Bisa jadi begitu. Asus sudah memulai trennya sejak dua tahun lalu, dan sekarang Lenovo pun ikut menyusul. Bukan tidak mungkin apabila ke depannya produsen smartphone gaming lain juga ikut mengadopsi teknologi Sentons ketimbang memakai panel kapasitif.
Sesuai dengan janjinya, ASUS resmi meluncurkan ROG Phone II pada hari ini, Kamis, 5 Desember 2019. Saat memamerkan gaming smartphone terbarunya, ASUS juga mengundang tiga tim esports profesional ke atas panggung, yaitu Aerowolf, RRQ, dan ONIC. Deputy Marketing Manager, Davina Larissa menjelaskan, tiga tim esports ini adalah “bagian dari kerajaan gamer kami.” Dia mengatakan, tiga tim esports ini tidak hanya berfungsi layaknya influencer untuk ASUS, mereka juga memberikan saran dan masukan terkait produk gaming ASUS, seperti ROG Phone II.
“Kami membuat gaming smartphone, kami perlu mendapatkan feedback. Bagian apa yang bisa kami tingkatkan,” kata Willy Chen, Country Product Manager, ASUS Indonesia. Dengan percaya diri, dia berkata bahwa ROG Phone II sudah sangat baik, tapi ASUS percaya, masih ada hal yang masih bisa mereka perbaiki. Mencari masukan dari para gamer tampaknya memang strategi ASUS secara global. Belum lama ini, ROG Phone mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari tim Player Unknown’s Battleground Mobile asal India, Entity Gaming. Ketika itu, mereka juga mengatakan bahwa mereka ingin mendapatkan saran dan komentar para pemain profesional dalam pengembangan gaming smartphone.
Ketika ditanya apakah ASUS berencana untuk menjadi sponsor dari tim esports seperti yang mereka lakukan di India, Willy berkata, “Kalau kami punya kesempatan untuk itu, tentu saja. Namun, sampai saat ini, kami belum menemukan rekan yang cocok.” Meskipun begitu, ASUS telah pernah menjadi sponsor dari turnamen esports di Indonesia, seperti PUBG Campus Championship (PMCC). Sebagai sponsor, ASUS menyediakan ROG Phone II untuk digunakan oleh para pemain yang bertanding di babak final. Tak hanya itu, tim yang memenangkan turnamen tersebut juga berhak untuk mendapatkan ROG Phone II.
Willy mengatakan bahwa ASUS menyadari, mobile gaming kini tengah populer, khususnya di kalangan generasi Z. Inilah salah satu alasan mengapa ASUS memutuskan untuk menjadi sponsor dari PMCC. Mereka ingin mendekatkan diri dengan gamer yang masih duduk di bangku perkuliahan. “Kami ingin mengetahui apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan dari gaming smartphone,” ujarnya. Ke depan, dia mengatakan bahwa ASUS berencana untuk mengadakan acara esports sendiri. Sayangnya, dia tidak memberikan informasi lebih lanjut, seperti bentuk dan waktu dari acara tersebut diadakan.
Menguasai pangsa pasar lebih dari 50 persen, ASUS mendominasi pasar gaming laptop di Indonesia. Dengan ROG Phone II, mereka juga berencana untuk menguasai pasar gaming smartphone di Tanah Air. Tahun lalu, perusahaan Taiwan ini telah meluncurkan ROG Phone. Sayangnya, ASUS mengalami kendala dengan stok untuk gaming smartphone tersebut. Belajar dari kesalahan, ASUS kini memastikan bahwa stok ROG Phone II cukup memadai sebelum meluncurkannya di Indonesia.
Asus ROG Phone yang dirilis tahun lalu membuktikan bahwa smartphone gaming bukan hanya sebatas gimmick dan untuk keperluan marketing saja. Tentu saja ini mendorong Asus untuk menggarap sekuelnya, dan kini ROG Phone II telah siap menyapa dunia.
Dilihat dari luar, ROG Phone II nyaris tidak berbeda dibanding pendahulunya. Asus masih mengandalkan rancangan yang sama, bahkan bezel atas dan bawah layarnya pun masih dipertahankan demi memberi ruang yang cukup untuk sepasang front-facing speaker. Kendati demikian, ROG Phone II masih mengusung sejumlah pembaruan yang signifikan.
Kita mulai dari layarnya, yang kini berukuran 6,59 inci, dengan total resolusi 2340 x 1080 pixel pada panel AMOLED-nya. Resolusinya memang bisa dibilang tidak berubah, akan tetapi refresh rate-nya semakin ditingkatkan lagi dari 90 Hz menjadi 120 Hz, seakan tak mau kalah dari layar milik Razer Phone 2.
Bukan hanya itu, layar ini bahkan juga memiliki touch sampling rate sebesar 240 GHz, dan Asus pun tak segan menyebut touch latency-nya adalah yang paling rendah di antara ponsel-ponsel lainnya. Penambahan lain yang tak kelihatan secara kasat mata adalah integrasi sensor sidik jari di balik layar ROG Phone II.
Di sektor performa, ROG Phone II patut berbangga menjadi smartphone pertama yang mengemas chipset Qualcomm Snapdragon 855 Plus, yang memang menawarkan peningkatan performa GPU sekaligus prosesor dibanding Snapdragon 855 standar. Tidak kalah penting adalah sistem pendingin vapor chamber yang kembali menjadi andalan dalam memaksimalkan performa perangkat sepanjang waktu.
Mendampingi prosesor itu adalah RAM berkapasitas 12 GB beserta storage internal 512 GB. Juga sangat menarik adalah fakta bahwa Asus berhasil membenamkan baterai berkapasitas 6.000 mAh ke dalam bodi ROG Phone II yang tebalnya masih di bawah 1 cm (9,78 mm tepatnya). Menurut Asus, ROG Phone II siap menemani sesi bermain PUBG hingga 7 jam nonstop dalam sekali pengisian, dan dalam posisi refresh rate layarnya diturunkan menjadi 60 Hz.
Sama seperti sebelumnya, ROG Phone II kembali menghadirkan sepasang port USB-C; satu di bawah, satu lagi di sisi kiri, yang bisa menjadi colokan alternatif saat ponsel sedang dipakai bermain dalam orientasi landscape. Port di bagian samping ini juga kembali menjadi penghubung antara ROG Phone II dan berbagai aksesori yang tersedia.
Lanjut ke bagian kamera, ROG Phone II mengandalkan kamera utama 48 megapixel hasil kombinasi sensor Sony IMX586 dan lensa f/1.79. Saat memerlukan perspektif yang lebih luas, kamera keduanya dengan resolusi 13 megapixel dan field of view 125 derajat siap ditugaskan. Untuk para penggemar selfie, Asus telah menyematkan kamera 24 megapixel di sisi depan ROG Phone II.
Satu informasi yang belum disingkap Asus terkait ROG Phone II adalah banderol harganya. Namun semestinya harganya tidak jauh berbeda dari pendahulunya, yang dimulai di angka $899. Pemasarannya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai bulan September mendatang.
Kemunculan smartphone gaming semakin marak, ada Razer Phone dan penerusnya Razer Phone 2, ZTE Nubia Red Magic, Xiaomi Black Shark dan penerusnya Black Shark Helo, serta Asus ROG Phone yang sangat membuat saya penasaran.
Sejalan dengan esports yang tengah naik daun di Indonesia, menjadi gamer profesional atau atlet esports kini tak lagi dipandang sebelah mata. Banyak juga turnamen yang mempertandingkan game mobile seperti Mobile Legends, Arena of Valor, dan PUBG Mobile.
Akhirnya, kita punya satu yang secara resmi masuk Indonesia – ROG Phone. Awalnya saya masih bertanya-tanya, apakah kita benar-benar membutuhkan smartphone gaming. Tidak sedikit yang berpendapat bahwa label “gaming” di sini hanya sebatas “untuk tujuan marketing“. Setelah menggunakan ROG Phone selama dua minggu, saya punya pendapat sendiri.
Harga & Spesifikasi
Asus ROG Phone ini dibanderol Rp12.999.000 untuk varian RAM 8GB dan storage 128GB. Serta, Rp14.499.000 untuk varian RAM 8GB dan storage 512GB. Berikut spesifikasi utama dan review Asus ROG Phone selengkapnya.
Lalu, apa yang membedakan smartphone gaming seperti ROG Phone dari smartphone flagship biasa? Karena smartphone yang diotaki oleh chipset yang sama, misalnya Snapdragon 845 – tentunya menyuguhkan performa yang identik sampai pada batas tertentu.
Tentu saja, aspek performa ini barulah satu dari banyak faktor. Sebut saja, mulai dari tampilan desain, layar dengan refresh rate lebih tinggi, penempatan speaker, sistem cooling, tool gaming, hingga dukungan aksesori.
Target pasarnya juga pasti berbeda, smartphone seri flagship adalah versi tertinggi, di mana pabrikan ponsel mengerahkan semua teknologi miliknya untuk membuat smartphone terbaik dan menyasar pasar premium.
Sementara, smartphone seri gaming merupakan smartphone yang memang dirancang untuk memaksimalkan fungsi gaming dan menyasar para pecinta game mobile dan “hardcore gamer“. Nah, seberapa baik ROG Phone menghadirkan pengalaman dalam bermain game?
Sistem Cooling
Beberapa aspek pada smartphone gaming ROG Phone memang dapat ditemukan di smartphone flagship normal. Sebut saja, chipset Snapdragon 845 dan sistem cooling untuk meredam panas selagi kita bermain dalam waktu yang cukup lama.
Pada ROG Phone, disebut GameCool Vapor-Chamber. Sistem pendingin ini menggunakan air raksa sebagai salah satu media pendingin. Cairan tersebut akan menguap saat prosesor memanas dan kembali menjadi cair ketika suhunya normal.
Asus juga melengkapi ROG Phone dengan aksesori kipas yang disebut AeroActive Cooler. Aksesori ini dapat dilepas pasang untuk pendingin tambahan, kecepatan kipasnya dapat diatur melalui Game Center.
Desain & Kelengkapan Atribut
Kalau Anda diperhatikan, rasio screen-to-body di smartphone flagship terus meningkat. Para pabrikan ponsel seolah berlomba-lomba menghapus keberadaan bezel atau bingkai pada bagian layar. Kemunculan notch juga salah satu cara untuk menaikkan rasio screen-to-body.
Desain bezel-less tersebut memang membuat smartphone tampil semakin futuristik dan terlihat lebih menawan. Tapi mengorbankan aspek ergonomis, sehingga kurang nyaman dioperasikan dan digenggam lama-lama.
Sementara, desain smartphone gaming seperti ROG Phone dirancang agar memberikan handling yang nyaman. Asus masih menyisakan bezel yang cukup tebal di dahi dan dagu, untuk mengistirahatkan jempol saat bermain.
Asus juga menempatkan speaker stereo dengan dua amplifier NXP 9874 terpisah yang sangat kencang menghadap ke depan di bezel atas dan bawah, sehingga keluaran suara tidak terhalangi oleh tangan. Dengan spesifikasi 24-bit/192KHz audio engine yang mendukung Hi-Res Audio files, New DTS:X 1.0, dan 7.1-channel surround-sound menggunakan earphone.
Kelengkapan atributnya juga lebih lengkap, selain tombol power dan volume di samping kanan – ROG Phone memiliki tiga port USB-C. Satu diletakkan di sisi bawah dan dua lainnya di samping kiri untuk menempatkan aksesori.
Headphone jack audio 3.5mm tetap disediakan, letaknya di sisi bawah. Saat aksesori AeroActive Cooler dipasang, kita mendapatkan ekstra port USB-C dan headphone jack audio 3.5mm. Jadi, bisa charge smartphone dan menancapkan headphone tanpa mengganggu permainan.
Sementara, letak sensor pemindai sidiknya agak tinggi – butuh usaha ekstra untuk jari telunjuk menjangkaunya. Bentuknya juga biasa, tidak bulat melainkan memanjang ke samping. Meski terasa agak canggung, performa cukup cepat dan akurat.
Kalau soal tampilan, ROG Phone mengusung desain Tactical Knife yang terlihat unik dan keren. Di bagian belakang terdapat logo ROG yang memiliki lampu RGB, ukurannya cukup besar, dan sangat mencolok seperti yang ditemui di laptop gaming Asus ROG.
Fitur ini disebut Aura RGB lighting, pengaturan lengkapnya ada di Game Center. Dapat menampilkan berbagai mode warna seperti static, breathing, strobing, dan color cycle. Kemudian kita bisa memilih warna suka-suka, tingkat kecerahan, dan kecepatannya.
Logo ROG ini juga bisa digunakan sebagai LED notifikasi. Tak lupa, tulisan Republic of Gamers menegaskan brand gaming dari Asus. Aksen orange pada speaker ganda di bagian depan juga menambah kental nuansa gaming-nya.
Build quality ROG Phone juga sangat baik, dengan kerangka dari material logam, bagian muka berlapis Corning Gorilla Glass 6, dan Gorilla Glass 5 di bagian belakang.
Kontrol yang Presisi
Fitur favorit saya di ROG Phone adalah AirTriggers, seolah smartphone ini memiliki tombol R1 dan L1 yang ada di bagian atas gamepad atau controller stick PlayStation.
AirTriggers ini menggunakan teknologi ultrasonic, dua sensor ditempatkan di sebelah kanan (atas dan bawah), satu lagi sebelah kiri (bawah). Posisi ini membuat kita nyaman saat bermain game di mode landscape.
Misalnya saat bermain game PUBG Mobile, saya mengatur sensor sebelah kiri untuk menembak dan sensor sebelah kanan untuk menggunakan scope. Jadi, saya bisa baku tempak sambil bergerak menghindari tembakan musuh dengan jempol kiri dan disaat yang sama dapat mengarahkan sasaran dengan jempol kanan, dan menembak dengan jari telunjuk kiri.
Sensor ultrasonic-nya sangat responsif, kita hanya perlu menyentuh tanpa perlu menekan keras-keras. Ada feedback berupa getaran dan response time hanya 10ms, sehingga menyuguhkan kontrol yang presisi dan sensasi seperti bermain dengan controller di konsol.
Bicara tentang konsol, saya juga sempat membandingkan bermain game mobile yang hijrah ke konsol seperti Arena of Valor dan Fortnite di Nintendo Switch dan ROG Phone. Harus diakui, bahwa kedua game tersebut lebih seru dimainkan di smartphone. Tapi, kalau bicara kualitas game dan ekosistem secara keseluruhan, jelas bahwa game-game di Nintendo Switch lebih berkualitas.
Layar dengan Refresh Rate Tinggi
Layar pada smartphone flagship Android memiliki kualitas yang menakjubkan, tapi kebanyakan hanya memiliki refresh rate 60Hz. Singkatnya, semakin cepat refresh rate, maka semakin banyak frame yang dapat di-render per detiknya, sehingga kualitas grafis yang ditampilkan semakin halus.
Layar AMOLED pada Asus ROG Phone ini memiliki angka refresh rate cukup tinggi hingga 90Hz dan response time 1ms. Ya, memang masih di bawah Razer Phone, Razer Phone 2, iPhone XR, dan iPhone XS Max yang memiliki refresh rate 120Hz.
Selain itu, layar 6 inci dengan resolusi Full HD+ (1080×2160 piksel) dalam rasio 18:9 ini telah mendukung HDR, mencakup 108.6 persen dari color space DCI-P3, 145 persen sRGB color gamut, dan contrast ratio 100.000:1 untuk tampilan grafis yang memanjakan mata.
Pengaturan refresh rate ini bisa dijumpai di Settings > Display atau pada Game Profiles di Game Center. Beberapa game yang support 90Hz bahkan 120Hz yang sudah saya coba antara lain Injustice 2, Lineage 2: Revolution, Arena of Valor, dan Vainglory. Sedangkan, PUBG Mobile hanya mentok pada 60fps.
Baterai & Performa
Asus ROG Phone menjalankan OS Android 8.1 Oreo, ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 845 Mobile Platform yang sedikit di-overclock pada 2.96GHz, disokong RAM 8GB, pilihan penyimpanan 128GB atau 512GB, dan baterai berkapasitas 4.000 mAh. Berikut hasil benchmark-nya:
Soal performa, tak perlu diragukan lagi. Asus juga menyediakan X-Mode untuk mengeluarkan performa optimal di ROG Phone. Kita dapat mengaktifkan X-Mode dengan meremas smartphone atau masuk melalui Game Center.
Saat kita mengoptimalkan semua fitur yang ada, tentunya konsumsi daya juga akan meningkat. Sudah sewajarnya, lagi pula ROG Phone sudah mendukung teknologi fast charging Quick Charge 4.0. Dengan menggunakan charger bawaan, maka fitur Asus HyperCharge akan aktif dan akan mempersingkat proses charging.
Game Center
Seperti yang sudah saya singgung di atas, melalui Game Center kita bisa mengaktifkan X-Mode, mengatur AirTriggers, Fan speed (hanya bila aksesori AeroActive Cooler terpasang), dan Aura lighting. Kita juga bisa memonitor penggunaan RAM, storage, serta temperature CPU, GPU, dan sistem secara keseluruhan.
Lebih jauh melalui fitur Game Genie, Asus telah menyediakan banyak sekali tool untuk menunjang pengalaman dalam bermain game. Dari mulai Game Profiles, sesuai namanya kita bisa mengatur profil tiap-tiap game seperti maximum CPU frequency dan refresh rate.
Kemudian ada lock mode, di mana sistem navigasi dinonaktifkan sehingga tidak ada salah pencet tiba-tiba ke recent app ataupun ke homescreen saat bermain game. Lalu, ada no alerts untuk memblokir notifikasi, bahkan panggilan masuk.
Selanjutnya real-time info, di sini kita bisa melihat berapa persen CPU dan GPU bekerja, status baterai, temperature, dan kecepatan fps dari game yang sedang berjalan. Serta, lock brightness untuk mengunci kecerahan layar agar tidak berubah.
Ada juga fitur record, untuk merekam video gameplay yang kita mainkan hingga resolusi Full HD. Rekaman tersebut tentunya bisa di-upload ke YouTube, Anda bisa langsung menyiarkan langsung ke YouTube dan Twitch.
Gear Wajib untuk (Calon) Atlet Esports?
Fenomena esports tengah naik daun di Indonesia, para gamer kini berpeluang menjadi atlet esports. Baik dengan membentuk tim sendiri atau bergabung dengan tim esports profesional yang sudah ada. Banyak kompetisi yang mempertandingkan game mobile seperti Mobile Legends, Arena of Valor, dan PUBG Mobile.
Kehadiran sebuah smartphone gaming seperti ROG Phone tentunya sangat penting untuk menunjang kepuasan bermain, tidak kompromi dengan kinerja, memiliki kontrol yang lebih presisi, dukungan aksesori, dan juga game tool.
Kalian juga harus tahu ini, ketiga game tersebut sebenarnya sudah cukup nyaman dimainkan pada smartphone kelas menengah dengan konfigurasi minimum seperti layar Full HD, chipset Snapdragon 636/660, dan RAM 3/4GB. Jadi, terlepas dari gear yang digunakan yang paling utama ialah mengembangkan “skill“.
Dual Camera
Aspek kamera merupakan aspek penting pada smartphone flagship, tak terkecuali pada smartphone gaming seperti ROG Phone ini. Asus melengkapinya dengan sensor Sony IMX363 beresolusi 12-megapixel sebagai kamera utama, dengan lensa wide 24mm, ukuran sensor 1/2.55″, pixel 1.4µm, 4-axis OIS, dan dual pixel PDAF.
Sementara, kamera keduanya 8-megapixel dengan lensa wide 12mm yang menyuguhkan sudut pandang 120 derajat. Sedangkan, kamera depannya 8-megapixel (f/2.0, 24mm).
Sebagai smartphone yang diotaki SoC Snapdragon 845, ROG Phone juga sudah mampu merekam video 4K pada 60 fps. Bayangkan, Anda bisa mengambil footage berkualitas tinggi dengan smartphone ini.
Berikut hasil foto dari Asus ROG Phone:
Verdict
Selain membuat smartphone, mungkin Anda lebih mengenal Asus sebagai produsen laptop atau desktop PC. ROG atau kepanjangan dari Republic of Gamers sendiri adalah brand gaming dari Asus, tak heran kehadiran ROG Phone disambut sorak gembira kalangan penggemar game.
Sebelumnya, saya juga melihat Asus mencoba membawa elemen seri laptop premium ZenBook ke smartphone Zenfone. Namun pada level premium, smartphone flagship dari Asus seperti Zenfone 5Z belum mampu sejajar dengan flagship dari Samsung, apalagi Apple.
Sekarang melalui sejumlah inovasi yang ada pada ROG Phone, menurut saya akhirnya Asus berhasil membuat smartphone premium yang levelnya sejajar dengan flagship Samsung dan Apple sekalipun. Buat saya, label “gaming” dan brand “ROG” di sini bukan sekedar untuk tujuan marketing.
Soal ekosistem game di platform mobile, memang masih jauh bila dibanding konsol dan PC. Semoga saja, ini hanya masalah waktu dan harusnya akan semakin banyak judul game berkualitas yang hadir di platform mobile.
Sparks
Desain sangar dengan logo RGB ROG
Kontrol tambahan AirTriggers
Layar dengan refresh rate 90 Hz
Dukungan aksesori lengkap
Slacks
Posisi fingerprint sensor terlalu ke atas dan bentuknya tidak biasa