Tag Archives: atlet esports

GoPay Arena Community Championship 2023

GoPay Arena Community Championship 2023 Kembali Digelar dengan Hadiah Ratusan Juta Rupiah

GoPay kembali mengumumkan turnamen Mobile Legends berjudul ‘GoPay Arena Community Championship 2023.’ Ajang bergengsi ini akan berlangsung mulai 24 November hingga 2 Desember 2023, menyajikan hadiah senilai ratusan juta rupiah.

Turnamen ini tak hanya terbuka bagi para profesional, tetapi juga memberikan peluang kepada pemain dari semua tingkatan untuk meraih kemenangan dengan hadiah mencapai Rp100 juta. Kolaborasi GoPay dengan Revival.TV, platform esports terkemuka di Indonesia, menegaskan komitmen mereka dalam menyediakan arena kompetisi yang merangkul berbagai komunitas. Ini menjadi momen bagi siapa pun yang bersemangat untuk mengasah keterampilan dan bersaing di panggung profesional dengan tagar #NaikLevelBarengGoPay.

Tak hanya itu, kehadiran aplikasi GoPay juga mempermudah akses keuangan bagi semua, termasuk para gamers. Aplikasi ini menawarkan ukuran yang ringan, keuntungan bertransaksi dengan harga istimewa, dan transfer gratis hingga 100 kali ke berbagai bank.

Kelvin Timotius, Head of User Spend GoPay, menyatakan, “GoPay Arena Community Championship 2023 merupakan wujud komitmen kami dalam memajukan industri eSports di Indonesia dan sekaligus menjadi andalan gamers dalam memberikan pengalaman terbaik dalam bertransaksi pembayaran non-tunai melalui aplikasi GoPay.”

Menurut Kelvin, turnamen tahun ini akan melanjutkan sukses penyelenggaraan sebelumnya yang mendapat sambutan hangat dari para gamers. Ia juga menekankan bahwa GoPay bukan hanya menjadi metode pembayaran yang aman dan legal untuk top-up game, tetapi juga memberikan keuntungan tambahan seperti cashback khusus hingga Rp20.000 untuk transaksi top-up game di Google Play, Codashop, dan Lapakgaming selama periode turnamen.

Peserta turnamen akan mengikuti serangkaian kualifikasi terbuka, dengan delapan tim terbaik melaju ke babak final offline yang akan diadakan pada tanggal 2 Desember 2023 di Jakarta. Namun, GoPay Arena Community Championship 2023 tidak hanya menghadirkan pertandingan; peserta juga dapat menikmati serangkaian kegiatan menarik.

Bagi pemenang peringkat pertama, mereka berkesempatan untuk bertemu dan bermain fun match bersama Brand Ambassador ONIC Esports. Bonus tambahan senilai Rp10 juta juga menanti bagi yang berhasil meraih kemenangan dalam kompetisi ini.

Selain itu, untuk meningkatkan keterampilan bertanding, pemenang akan mendapatkan kesempatan unik untuk dilatih oleh pelatih profesional melalui program coaching clinic dari ONIC Esports.

Pendaftaran GoPay Arena Community Championship telah dibuka sejak 1 November hingga 19 November. Para gamer yang ingin mendaftarkan timnya dapat melihat informasi lebih lanjut melalui link gpy.id/gacc2023

 

atlet esports olimpiade

Atlet Esports Elite Punya Mental Sekuat Atlet Olimpiade

Menjadi pemain profesional papan atas memerlukan kekuatan mental yang sama dengan menjadi atlet Olimpiade terbaik, menurut studi terbaru yang dilakukan oleh QUT (Queensland University of Technology). Studi yang dirilis di Frontiers in Psychology ini menyebutkan, salah satu kesamaan yang dimiliki oleh atlet olahraga tradisional dan atlet esports adalah kekuatan mental. Alasannya, atlet esports harus menghadapi tekanan yang serupa dengan atlet olahraga papan atas. Jadi, tidak heran jika atlet esports ternama biasanya memiliki mental yang lebih baik. Dalam studi juga disebutkan bahwa psikolog dapat membantu para atlet esports untuk bermain lebih baik, sama seperti mereka membantu atlet olahraga tradisional.

“Salah satu faktor kesuksesan di dunia olahraga adalah kekuatan mental dan tampaknya, faktor itu juga memiliki prean penting dalam meraih sukses di dunia esports,” kata Dylan Poulus, QUT Esports Researcher, menurut laporan Eureka Alert. “Agar bisa menjadi atlet esports dengan bayaran jutaan dollar, Anda harus bisa menghadapi tekanan yang sama jika Anda ingin menjadi atlet Olimpiade.” Dia juga membahas, industri esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemi.

Dalam studi yang dilakukan oleh QUT juga disebutkan bahwa agar bisa bermain maksimal, seorang gamer profesional perlu memliiki kekuatan mental dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. “Sama seperti atlet olahraga tradisional, atlet esports dengan mental yang kuat akan lebih fokus pada cara menyelesaikan masalah. Hal ini dapat membantu mereka mencapai sukses,” ujar Poulus.

Dylan Poulus dari QUT. | Sumber: ABC News
Dylan Poulus dari QUT. | Sumber: ABC News

Lebih lanjut Poulus menjelaskan, pemain dengan mental yang kuat biasanya bisa menerima keadaan dan tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal yang ada di luar kendali mereka. “Semua metode yang kita gunakan untuk membantu atlet olahraga tradisional kemungkinan juga akan memberikan dampak positif pada para atlet esports,” katanya.

Untuk menulis studi ini, Poulus berkata bahwa mereka mempelajari 316 pemain esports profesional terbaik yang ada di rentang umur 18 tahun ke atas. Para pemain profesional ini memainkan game seperti Overwatch, Counter-Strike: Global Offensive, Rainbow Six: Siege, Dota 2, dan League of Legends. Menurut laporan ABC, tujuan studi ini adalah membantu gamer di Australia merealisasikan potensi mereka dengan menerapkan metode latihan di dalam olahraga tradisional ke pelatihan atlet esports.

“Di olahraga tradisional, ada psikolog olahraga dan staf lain yang mendukung sang atlet untuk memiliki mental yang lebih kuat,” kata Poulus. “Sayangnya, semua itu tidak ada di esports. Saya harap, dengan menunjukkan bahwa atlet esports dan atlet olahraga menghadapi tekanan mental serupa, para psikolog olahraga, yang bekerja di industri olahraga tradisional, akan bisa membantu para atlet esports untuk berkembang dan meningkatkan performa mereka.”

Sumber header: ABC News/Craig Berkman

Riset: Atlet Esports Cenderung Memilih Jurusan Sains dan Iptek

Sebuah penelitian dilakukan oleh GYO Score melihat hubungan antara atlet esports dan pilihan jurusan kuliah mereka. GYO Score adalah platform analisis data esports dan gaming yang mendukung para gamers dan atlet esports. Laporan ini dikumpulkan dari 1156 pengguna platform GYO Score melalui survey rekrutmen untuk beasiswa. Dari 1029 atlet esports yang menjawab mengenai jurusan pilihan mereka, 52.6% memilih jurusan yang berhubungan dengan science, technology, engineering and mathematics (STEM). Jurusannya meliputi ilmu komputer, ilmu keperawatan, engineering, dan ilmu terapan.

Sumber: GYO Score
Sumber: GYO Score

Shawn Smith selaku CEO dari Harena Data berkata, “selalu ada asumsi bahwa komunitas esports dan gaming dekat dengan komputer, ilmu pengetahuan dan matematika. Data ini semakin mendukung kebenaran dari asumsi tersebut.”

Selanjutnya, 13.30% dari atlet esports memilih fakultas seni meliputi desain grafis, fashion design, dan art design. Menurut saya, dunia gaming memang sangat dekat dengan content creation dan cosplay. Anda bisa melihat banyaknya cosplayer yang mengikuti karakter game. Di DeviantArt juga banyak sekali ilustrator yang membuat art work mengenai karakter game. Atlet esports yang memilih bisnis dan keuangan juga tidak sedikit. 11.1% dari mereka memilih jurusan bisnis, finance, ekonomi dan akuntansi.

Survey juga menunjukan 13.20% atlet esports berencana untuk memilih jurusan yang berhubungan dengan esports dan gaming. Memang masih jarang Universitas yang menyediakan jurusan yang berkaitan dengan esports. Tetapi Harrisburg University sudah menyediakan jurusan tersebut. Program sarjana esports yang disediakan oleh Harrisburg University memang tidak berfokus pada atlet esports. Namun mereka mengajarkan tentang pekerjaan lain yang ada di industri esports seperti event manager, marketing manager, team manager atau pembuatan konten media. Dengan demikian, setelah para atlet esports memutuskan untuk pensiun, mereka masih bisa berada di industri esports juga.

Apabila dibandingkan dengan atlet olahraga seperti football dan bola basket, atlet esports memiliki pemilihan jurusan kuliah yang lebih bervariasi. Pada tahun 2016, Bleacher Report menemukan bahwa atlet football mahasiswa lebih memilih ilmu komunikasi dan ilmu sosial dibandingkan jurusan yang berhubungan dengan STEM. Ilmu komunikasi merupakan jurusan yang juga berfokus pada media. Jurusan ini akan membantu para atlet untuk memasuki karir di penyiaran pertandingan olahraga, public relations dan menjadi selebriti

Umur karir yang pendek, atlet esports harus bersiap untuk masa depan

Sumber: Twitter Akke
Sumber: Twitter Akke

Rata-rata umur saat seorang atlet esports memutuskan untuk pensiun adalah 25 tahun. Sehingga rentang karir seorang atlet esports hanya 7-8 tahun lamanya. Belum lagi kemungkinan cedera bagi atlet esports seperti carpal tunnel, tennis elbow dan trigger finger cukup besar. Maka, seorang atlet esports harus mempersiapkan masa depannya setelah mereka pensiun.

Salah satu contoh mantan atlet esports yang akhirnya meneruskan karir sebagai professional adalah Joakim “Akke” Akterhall. Setelah mencetak prestasi sebagai juara The International 2013, Akke memutuskan untuk pensiun dari ranah kompetitif Dota 2 dan menjadi Software Developer. Ia menyelesaikan pendidikan di jurusan ilmu komputer dan, bersama kawan-kawannya, mendirikan Insert Coin yang menyediakan layanan Gamification as a service (GaaS)

Melihat Akke yang menyelesaikan pendidikan sebelum serius menekuni karir esports-nya, patut dicontoh oleh para calon atlet esports muda. Menyelesaikan kuliah dan membangun karir di esports secara bersamaan adalah jalan terbaik. Hal ini dipermudah juga dengan banyaknya universitas yang menyediakan jalur beasiswa untuk para gamer berprestasi dan munculnya liga mahasiswa. Sehingga ketika lulus kuliah, atlet esports dapat memilih apakah ia ingin melanjutkan karir esports-nya atau bekerja sebagai profesional.