Tag Archives: augmented virtual reality

Virtuix Gaet HP untuk Buat Turnamen Esports VR

HP dan Virtuix bekerja sama untuk membuat turnamen esports Virtual Reality dengan total hadiah US$100 ribu (sekitar Rp1,4 miliar). Virtuix merupakan perusahaan asal Texas yang dikenal berkat produknya, Omni VR treadmill. Biasanya, Anda hanya memerlukan headset VR untuk memainkan game VR. Namun, dengan Omni VR treadmill buatan Virtuix, Anda bisa bergerak secara bebas 360 derajat saat bermain game VR. Dengan begitu, pemain bisa merasakan pengalaman yang lebih immersive ketika bermain game dengan genre favorit seperti first-person shooter.

Virtuix juga memiliki Omni VR Arena, yang dilengkapi dengan empat platform Omni Motion. Saat ini, Virtuix telah mengadakan kontes mingguan dan bulanan di Omni Arena. Dalam kompetisi tersebut, sebuah tim yang terdiri dari empat orang dapat saling bertanding untuk memperebutkan posisi teratas di global leaderboards. “Menggabungkan pengalaman interaktif dari Omni dengan game multiplayer yang kompetitif merupakan resep sempurna untuk mendorong orang-orang untuk terus bermain,” kata CEO dan founder Virtuix, Jan Goetgeluk, lapor VentureBeat.

VR Arena | Sumber: VentureBeat

Omniverse VR Arena | Sumber: VentureBeat

Goetgeluk mengatakan, tujuan Virtuix mengadakan kompetisi esports VR dengan hadiah sebesar US$100 ribu adalah untuk menarik para gamer agar mereka terus bermain di Omni Arena. Dia mengaku, ada beberapa gamer yang memang setia bermain setiap minggunya. Total hadiah yang ditawarkan turnamen esports VR ini memang kecil jika dibandingkan dengan turnamen esports lainnya, seperti The International yang menawarkan total hadiah hingga US$34 juta atau Fortnite World Cup dengan total hadiah US$30 juta. Namun, turnamen tersebut menawarkan total hadiah terbesar untuk turnamen esports VR. Selain itu, angka ini juga naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan total hadiah yang ditawarkan dalam turnamen esports VR tahun ini. Tak hanya hadiah uang, tim pemenang juga akan mendapatkan HP Reverb Virtual Reality Headset.

“Kompetisi esports kami pada 2019 melampaui ekspektasi kami,” ungkap Goetgeluk. “Lebih dari 1.000 pemain dari belasan negara ikut serta dalam kompetisi tersebut. Melihat tingginya minat akan kontes tersebut, pada tahun ini, kami dengan bangga menggandakan total hadiah turnamen VR kami pada 2020.” Virtuix didirikan pada 2013. Sejauh ini, mereka telah mendapatkan total investasi sebesar US$20 juta dan berhasil menjual lebih dari 3.000 sistem Omni pada lebih dari 500 entertainment venue di seluruh dunia.

Space Pirate Trainer

Gandeng HP dan HTC, Virtual Athletics League Luncurkan Liga Esports VR Global

Virtual reality (VR) saat ini masih belum mainstream di dunia video game. Namun sebenarnya komunitas VR terus berkembang secara pasti, termasuk juga sisi esports di dalamnya. Salah satu organizer esports ternama dunia, ESL, bahkan memiliki liga VR yang merupakan buah kerja sama mereka dengan Oculus.

Inisiatif serupa kini diluncurkan oleh Virtual Athletics League (VAL), organizer esports asal Salt Lake City, Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri di game VR kompetitif. Mereka meluncurkan liga VR berskala global yang mewadahi tujuh game, antara lain:

Virtual Athletics League | Games
Virtual Athletics League Season 1 | Sumber: HTC Esports

Liga VR ini disponsori oleh dua perusahaan besar, yaitu Hewlett-Packard dan HTC. VAL juga menggandeng perusahaan layanan distribusi arcade VR yaitu SpringboardVR, serta perusahaan layanan streaming VR/mixed reality yaitu LIV, untuk menjadi penyelenggara bersama.

VAL sebelumnya telah mengadakan turnamen untuk game Beat Saber berskala internasional pada bulan Agustus 2018. Turnamen tersebut pada awalnya direncanakan untuk melibatkan 50 lokasi arcade VR di berbagai belahan dunia, tapi ternyata peminatnya membludak hingga 168 lokasi arcade. VAL membuat sejarah sebagai penyelenggara turnamen arcade VR terbesar dalam sejarah, dan mereka ingin mengulang kesuksesan serupa lewat liga VR global di tahun 2018 – 2019.

Archangel: Hellfire | Screenshot
Archangel: Hellfire | Sumber: Steam

Liga VAL Season 1 telah dimulai pada akhir bulan September kemarin, dengan Space Pirate Trainer sebagai game pertama. Berikutnya, menyambut suasana Halloween, bulan Oktober ini akan diisi oleh game Arizona Sunshine dan Island 359 yang sama-sama mengusung genre survival. Sementara itu bulan November akan diisi oleh game bertema panahan, QuiVr.

Ryan Burmingham dari VAL menyatakan bahwa peluncuran liga VR ini merupakan babak baru di esports VR internasional. Ia ingin fokus pada pertandingan arcade-vs-arcade dan ingin menciptakan liga esports yang lebih eksklusif. Saat ini semua pertandingan arcade-vs-arcade masih terbuka untuk semua arcade VR dari seluruh dunia, namun lambat laun, Burmingham berharap akan muncul pertandingan secara lokal dengan skala yang sama seperti esports profesional lainnya.

“Harapan kami adalah kelak setiap arcade bisa memiliki benda-benda seperti kaos jersey, tim terdedikasi, caster profesional, serta fanbase di Twitch. Dengan sponsor dari HP, HTC Esports, dan developer tools baru seperti LIV, para kompetitor maupun penonton bisa berlomba dan ikut serta dalam esports di level yang baru,” demikian penjelasan Burmingham dalam sebuah blog.

Esports VR dulu mungkin terasa seperti kisah fiksi ilmiah saja, tapi kini telah menjadi kenyataan dan terus berkembang. Entah bagaimana masa depan ekosistem baru ini, tapi satu yang pasti, sekarang adalah saat yang sangat mengasyikkan bagi penggemar VR.

Sumber: VRFocus.

Jakarta XR Meetup 6.0, Mengedukasi VR/AR untuk Sistem Edukasi

Kehadiran VR/AR di dunia digital di tahun 2016 menyajikan poros baru bagi sebagian aspek industri. Paska ledakan tersebut, ranah hiburan boleh jadi terlihat paling menonjol dalam hal penerapan VR/AR, meski di sisi lain, adopsi teknologi visualisasi ini dapat dinikmati untuk bidang lain seperti pemasaran, periklanan, hingga kemiliteran.

Lingkup pendidikan juga turut mencicipi teknologi VR/AR dalam pengembangannya, seperti dalam metode pengajaran yang dilakukan tenaga pendidik. Nah, untuk menyelaraskan dan mengkaji VR/AR bagi dunia edukasi, OmniVR kembali mengadakan meetup bernama Jakarta XR Meetup 6.0 yang bertajuk “VR/AR and Tech Education”, di Binus fX Campus, fX Sudirman lantai 6.

Nico Alyus, Co-founder OmniVR, dalam presentasinya / DailySocial
Nico Alyus, Co-founder OmniVR, dalam presentasinya / DailySocial

“Kenapa bukan VR tapi XR? Karena ‘X’ itu artinya extended. Jadi meetup ini enggak akan cuma membahas dunia virtual reality, tapi juga augmented reality dan mixed reality,” jelas Nico Alyus, Co-founder OmniVR yang secara sederhana menjelaskan perubahan nama dari Jakarta VR Meetup menjadi Jakarta XR Meetup.

Sidiq Permana bersama Project Tango-nya di panggung Binus fX / DailySocial
Sidiq Permana bersama Project Tango-nya di panggung Binus fX / DailySocial

Dan seperti judulnya, Jakarta XR Meetup keenam ini secara menyeluruh bercerita mengenai pengembangan VR/AR yang dijahit dalam cakupan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari daftar empat pembicara malam itu yang berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda namun masing-masing memiliki keahlian dan ketertarikan yang besar dalam dunia VR/AR.

Setelah dibuka oleh Nico, Head of Program of Games Application & Technology Binus University Michael Yoseph menjadi pembicara pertama malam itu. Sebagai seorang dosen, Yoseph tentunya menerangkan dari sudut pandang pendidikan, di mana ia berpendapat bahwa VR/AR secara nyata dapat menawarkan metode lain dalam mempelajari sesuatu. “Contohnya saat belajar sejarah atau ekosistem bawah laut. Kita tidak perlu ada di sana namun bisa merasakan pengalaman yang nyata untuk mempelajarinya,” ujarnya.

Sidiq bersama mereka yang antusias dengan Project Tanggo milik Google / DailySocial
Sidiq bersama mereka yang antusias dengan Project Tanggo milik Google / DailySocial

Poin tersebut juga diamini oleh pembicara kedua Irving Hutagalung, Audience Evangelism Manager Microsoft Indonesia. Lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini beranggapan bahwa AR kini, misalnya, dapat membantu mempelajari organ tubuh dengan real-time interaction.

Membawa perspektif baru bagi VR/AR dalam dunia pendidikan, Dosen dari Telkom University Fat’hah Noor Prawita menjelaskan seputar virtual reality untuk disabilitas. “4,7% dari masyarakat Indonesia adalah penyandang tuna daksa,” ujar Fat’hah. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, para penyandang tuna daksa dan jenis difabel lainnya seringkali lebih memilih untuk beraktivitas dan bermain di dalam rumah.

Untuk itu, Fat’hah dan mahasiswanya kerap kali berkesempatan membuat proyek akhir studi dan bekerja sama dengan beberapa komunitas difabel dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk membuat produk VR/AR yang membantu kaum difabel untuk merasakan pengalaman akan banyak hal. “Seperti misalnya, kami membuat proyek virtual reality mengenai flying fox untuk mereka yang tuna daksa,” terangnya.

Merasakan pengalaman virtual reality bersama HTC VIve / DailySocial
Merasakan pengalaman virtual reality bersama HTC VIve / DailySocial

Pembicara keempat ialah Sidiq Permana, seorang Google Developer Expert for Android yang malam itu menjelaskan Project Tango dari Google. Menurut Sidiq, saat mengembangkan produk AR, salah satu tantangan yang seringkali dihadapi ialah ketika pengguna melihat suatu objek, kemudian ia mengubah sudut pandangnya, objeknya seringkali hilang atau berpindah (drifting). “Nah, kemampuan ini yang dimiliki Google Tango; kemampuan mengingat dan merekam,” tutur Sidiq.

Sesi terakhir di acara bulanan keenam Jakarta XR Meetup ini merupakan sesi yang biasanya ditunggu-tunggu oleh para peserta meetup ini, yakni mencoba virtual reality device. Malam itu, tiga device tersedia untuk dicoba secara bebas oleh pengunjung Jakarta XR Meetup, antara lain Google Daydream, HTC Vive, dan Lenovo Phab 2 Pro Google Tango.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari event Jakarta XR Meetup 6.0.

HTC Luncurkan Aplikasi Majalah Interaktif Vivepaper untuk VR Headset

Tidak lama lagi, konten virtual reality tidak hanya melibatkan game maupun foto dan video panoramik saja, tetapi juga buku dan majalah dengan diluncurkannya aplikasi Vivepaper. Aplikasi ini dikembangkan oleh HTC bersama penerbit ternama Condé Nast.

HTC mendeskripsikan Vivepaper sebagai aplikasi “augmented virtual reality”, dimana pengguna bisa mendapatkan pengalaman VR yang lebih realistis berkat interaksi dengan objek fisik (dalam kasus ini, semacam brosur atau booklet khusus yang dilengkapi QR code).

Cara kerjanya seperti ini: headset Vive akan memindai QR code tersebut menggunakan kamera depannya, kemudian pengguna akan dibawa ke dunia virtual yang dapat dinavigasikan dengan booklet fisik tersebut. Jadi ketimbang hanya menyimak konten di layar, pengguna juga bisa ‘merasakannya’ di tangan.

Selagi membaca artikel, pengguna akan dikelilingi oleh foto dan video 360 derajat dari lokasi yang tengah dibahas, kalau konteksnya traveling. Beralih ke artikel soal produk tertentu, Vivepaper akan menyajikan hasil rendering 3D dari produk tersebut yang bisa diamati dari segala sudut.

Untuk sekarang, Vivepaper baru tersedia buat pengguna di kawasan Tiongkok saja, namun HTC bertekad untuk membawanya ke kawasan lain selagi kemitraannya bersama penerbit diperluas. Yang menarik, Vivepaper nantinya juga bisa dinikmati menggunakan headset Cardboard, baik dengan ponsel Android maupun iPhone.

Sumber: UploadVR dan PR Newswire.