Tag Archives: australia

CEO Haymarket HQ Duco van Breeman / Haymarket

Program Akselerator Asal Australia Haymarket HQ Hadir di Indonesia

Program akselerator go-to-market asal Australia, Haymarket HQ, mengumumkan peluncuran “Southeast Asia Tech Immersion Mission” yang didukung penuh oleh Investment NSW. Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung perusahaan teknologi dan investor dari Pusat Teknologi Sydney yang tertarik untuk mengeksplorasi dan terhubung dengan ekosistem kawasan ini.

Berdasarkan peluang dan potensi yang ditawarkan, ada tiga negara yang akan menjadi fokus utama pada program ini, mencakup Indonesia, Singapura dan Vietnam. Indonesia disebut sebagai salah satu yang utama karena memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara serta memiliki sektor teknologi yang tengah berkembang pesat.

Program ini akan diadakan selama 9 hari, menyasar para pendiri dan investor yang ingin menjajaki peluang di Indonesia, Singapura, dan Vietnam. Sekitar 15 delegasi dari Tech Central Sydney akan dipilih untuk mengembangkan pemahaman tentang ekosistem teknologi di Asia Tenggara, meningkatkan akses ke modal dan kesepakatan, koneksi dengan pelanggan, dan jaringan mereka.

CEO Haymarket HQ Duco van Breemen mengungkapkan bahwa Asia Tenggara merupakan rumah bagi kelas menengah dengan pertumbuhan tercepat di dunia, serta konglomerasi dan VC yang signifikan secara global, unicorn teknologi, dan sekumpulan besar talenta teknologi yang telah memberdayakan beberapa perusahaan teknologi Australia saat ini.

“Program ini dirancang untuk memungkinkan delegasi untuk mengeksplorasi dan terhubung dengan ekosistem di kawasan ini, sehingga mereka bisa memanfaatkan kekayaan peluang yang ditawarkannya,” ujar van Breemen.

SEA Tech Immersion Mission juga akan didukung oleh grup investasi swasta Arkblu Capital (investor Wahyoo, Jago, dan Izy di Indonesia) yang berbasis di Tech Central. Grup yang telah memiliki kantor di Sydney dan Jakarta ini menawarkan delegasi akses ke jaringan tepercaya di wilayah tersebut, memperkenalkan mereka ke kontak yang tepat yang memahami nuansa SEA dan tuntutan bisnis Australia.

Bersama dengan diluncurkannya inisiatif ini, Haymarket HQ juga sekaligus mengumumkan peluncuran Program Australia Vietnam Growth (AVG) untuk mendukung organisasi teknologi dan badan industri Australia untuk mengeksplorasi, memvalidasi, dan berekspansi ke Vietnam.

Program tersebut didukung penuh oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) di bawah Program Hibah Keterlibatan Ekonomi Australia Vietnam yang Ditingkatkan (AVEG). Selaras dengan prioritas strategis Australia, program ini berfokus pada ekonomi hijau dan digital dengan tujuan untuk menghasilkan hasil komersial serta membangun gerbang perdagangan dua arah yang berkelanjutan antara kedua negara.

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Vietnam juga memiliki ekonomi digital yang bertumbuh dengan cepat, didorong oleh perkembangan infrastruktur digital dan ekonomi siber yang kuat. Teknologi digital dimanfaatkan untuk peningkatan infrastruktur industri, menyederhanakan rantai pasokan dan logistik, memberikan peningkatan kota pintar untuk mengurangi limbah, polusi, dan kemacetan lalu lintas, serta membantu bisnis beroperasi lebih efisien.

Melihat kerja sama Haymaker HQ yang dijalin bersama Vietnam, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada inisiatif baru yang bisa dilakukan bersama Indonesia. SEA Tech Immersion Mission sendiri didasarkan pada kerangka kerja Haymarket HQ yang telah dicoba dan diuji yang telah mendukung lebih dari 800 perusahaan untuk berekspansi ke pasar baru di seluruh wilayah APAC.

Ekosistem startup teknologi di Indonesia

Tahun 2022 dianggap banyak orang jadi tahun yang menantang, pasca-pandemi dua tahun lalu yang memberikan efek kejut bagi perekonomian kita. Isu pasar keuangan global, makroekonomi, hingga resesi jadi “momok” yang seakan memberi peringatan bagi ekosistem startup teknologi kita bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Fenomena “tech winter” yang terjadi dalam skala global ini sangat disayangkan juga memberikan dampak di ekosistem tanah air. Kabar pengurangan pegawai, sampai penutupan bisnis atau pivot, dialami oleh beberapa entitas startup dalam berbagai skala – yang bahkan dialami pula oleh startup-startup berstatus ‘unicorn’.

Meskipun begitu, tidak sedikit startup baru yang hadir menawarkan inovasi dengan nilai tambah dan investor yang terus mengalirkan pendanaan untuk menyokong ekosistem startup teknologi tanah air. Berdasarkan data publik yang dicatat DailySocial.id, di semester ganjil tahun ini setidaknya 73 pendanaan startup diumumkan ke publik (34 transaksi disebutkan nominalnya) dengan nilai $707 juta.

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengungkapkan akan ekspansi ke Australia, kolaborasi dengan IA-CEPA ECP Katalis

Privy Realisasikan Ekspansi ke Australia Pasca-Putaran Seri C

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengungkapkan akan ekspansi ke Australia. Negara ini adalah tujuan pertama perusahaan pasca-perolehan putaran seri C sebesar $48 juta yang diumumkan pada November 2022.

Kabar ini diumumkan langsung oleh Co-Founder dan CEO Privy Marshall Pribadi dalam unggahan di laman LinkedIn-nya. “Thanks IA-CEPA ECP Katalis for supporting Privy’s expansion to Australia. Looking forward to working together with you guys!,” tulisnya, kemarin (13/12).

Dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Marshall tidak merespons seluruh pertanyaan yang dikirimkan hingga berita ini diturunkan.

Ekspansi ini disebut terealisasi berkat kerja sama Privy dengan IA-CEPA ECP Katalis (Katalis). Katalis adalah program kerja sama ekonomi bilateral yang mendukung perdagangan dan investasi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif antara Indonesia dan Australia. Program ini didirikan berdasarkan perjanjian perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku sejak 5 Juli 2020.

Katalis bekerja sama dengan pelaku bisnis dan pemerintah untuk mengimplementasikan IA-CEPA, melengkapi kegiatan pembangunan Australia yang ada, menghadirkan pendekatan yang berorientasi komersial, bilateral, dan gender serta inklusif secara sosial untuk semua yang dilakukan.

Pembentukan IA-CEPA memiliki beberapa latar belakang. Indonesia dan Australia merupakan mitra perdagangan yang strategis sehingga dibentuknya IA-CEPA dapat menciptakan kerangka kerja bagi Australia dan Indonesia untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi bilateral, mendorong kerja sama ekonomi antara bisnis, komunitas, dan individu.

Rencana ini sebelumnya sudah disebutkan oleh Marshall saat memperoleh pendanaan seri C yang diumumkan pada November 2022. Ia menyampaikan dengan dukungan dan pengalaman global KKR & Co Inc.,, dikombinasikan dengan dukungan investor MDI Ventures, GGV Capital, dan TMI yang memainkan peran penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan sejauh ini.

“Privy berada di posisi tepat untuk berinovasi lebih jauh dengan penawaran dan kemampuan lebih kuat, serta membangun fondasi yang kuat untuk ekspansi ke luar negeri,” ucapnya.

Pernyataannya didukung oleh Louis Casey sebagai Growth Technology Lead KKR di Asia Tenggara. Dia bilang, “Privy telah membangun platform terdepan di industri yang menggabungkan fitur-fitur utama, desain yang ramah pengguna, serta infrastruktur yang aman dan kuat. Kami ingin memanfaatkan jaringan global dan keahlian operasional KKR untuk membawa Privy ke tingkat pertumbuhan berikutnya dan memperluas kepemimpinannya dalam kepercayaan digital bagi individu dan perusahaan di Indonesia dan sekitarnya.”

Perkembangan Privy

Didirikan pada 2016, Privy menawarkan berbagai layanan termasuk identitas digital, tanda tangan digital, verifikasi digital, dan produk dan layanan manajemen dokumen di berbagai sektor termasuk layanan keuangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam perkembangannya di 2018, Privy menjadi lembaga non-pemerintah pertama yang mendapatkan lisensi sebagai Otoritas Sertifikat (CA) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Setahun kemudian, menjadi penyedia layanan e-KYC pertama yang terdaftar di OJK.

Diklaim, saat ini Privy adalah pemimpin pasar dengan lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 1.800 konsumen perusahaan pada produk tanda tangan digital, verifikasi digital, dan langganannya, serta memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital per tahun.

Menurut laporan Statista, pasar solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

DoorDash LCO

DoorDash Gandeng Liga LCO, Ganti Nama Menjadi DoorDash LCO

Ranah esports baru saja kedatangan pemain baru. Kali ini datang dari ranah startup, yaitu DoorDash. Perusahaan pengantaran makanan online asal Amerika Serikat ini baru saja mengumumkan kerja sama besarnya dengan League of Legends Circuit Oceania, atau yang lebih akrab dikenal dengan LCO.

Liga premier esports besar Oceania ini akan mengganti namanya dan melakukan rebrand ke DoorDash League of Legends Circuit Oceania (DoorDash LCO) mulai dari Split Season ini.

Selain mendapatkan hak penamaan di liga LoL Oceania ini, DoorDash juga akan mensponsori konten-konten yang akan ditampilkan di siaran LCO, termasuk segmen-segemen baru seperti DoorDash #Sendit Replays dan DoorDash Player That Delivered.

Greme Du Toit, Head of Commercial untuk DoorDash LCO, berbicara tentang kesepakatan itu. “Kami senang dapat bermitra dengan DoorDash. Mereka sangat mendukung visi kami untuk liga dan saya senang melihat apa yang bisa kami lakukan bersama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kenyamanan sangat penting bagi audiens kami dan kami berharap dapat memanfaatkan DoorDash untuk meningkatkan pengalaman LCO bagi para penggemar kami.”

Jika ditelusuri kembali, kerja sama ini merupakan kedua kalinya perusahaan bervaluasi US$16 juta itu terjun ke ranah esports. Sebelumnya, di 2020, DoorDash sempat bekerja sama dengan NBA 2K League. Disponsorinya liga Oceania ini memunculkan sebuah harapan bahwa ranah esports LoL di Oceania dapat meriah kembali. Pasalnya, Riot Games baru saja menutup Oceania Professional League of Legends League (OPL) dengan alasan “hilang tujuan dan tidak menguntungkan”.

Perjanjian penamaan sebuah entiti di esports belakangan menjadi tren. Salah satu yang paling besar adalah perjanjian kerja sama TSM bernilai Rp3 triliun bersama salah satu cryptocurrency exchange besar dunia, FTX, selama 10 tahun ke depan dengan mengganti penamaan TSM ke TSM FTX.

Ada juga Dignitas dengan bank digital QNTMPAY untuk mendapatkan hak penamaan Dignitas QNTMPAY di franchise League of Legends.

Cover photo courtesy of LCO

EA Bakal Buat Battlefield untuk Mobile, Jeff Kaplan Mundur dari Blizzard

Bandai Namco memperkenalkan Tamagotchi Pix pada minggu lalu. Selain itu, EA juga mengungkap rencana mereka untuk mengembangkan versi mobile dari Battlefield. Kabar buruk datang dari Blizzard Entertainment. Director Overwatch, Jeff Kaplan, memutuskan untuk mengundurkan diri.

EA dan Industrial Toys Bakal Buat Battlefield untuk Mobile

Electronic Arts mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan game Battlefield untuk mobile pada 2022. Proses pengembangan game itu akan ditangani oleh studio DICE milik EA bersama dengan Industrial Toys, diakuisisi oleh EA pada 2018. Alasan EA tertarik untuk meluncurkan versi mobile dari Battlefield adalah karena mereka tergiur dengan kesuksesan yang diraih oleh Call of Duty: Mobile. Game buatan Activision itu telah diunduh sebanyak 300 juta kali, lapor VentureBeat.

Keputusan EA untuk membuat mobile game dari Battlefield menunjukkan bahwa platform mobile kini punya peran yang semakin besar bagi publisher game AAA. Sementara untuk EA, keputusan itu menunjukkan keseriusan mereka dalam membuat mobile game. Pada Februari 2021, EA telah membeli Glu Mobile seharga US$2,4 miliar. Beberapa mobile game buatan Glu Mobile adalah Kim Kardashian Hollywood, Dine Dash Adventures, dan Disney Sorcerer’s Arena.

Bandai Namco Perkenalkan Tamagotchi Pix

Minggu lalu, Bandai America meluncurkan Tamagotchi Pix. Pada dasarnya, Pix punya fungsi yang sama seperti Tamagotchi yang diluncurkan pada tahun 1990-an. Keduanya memungkinkan Anda untuk membesarkan dan mengurus binatang peliharaan virtual. Hanya saja, Pix sudah dilengkapi kamera, memungkinkan Anda untuk mengambil foto bersama binatang peliharaan Anda. Selain itu, Pix juga punya layar warna.

Tamagotchi Pix sudah dilengkapi dengan kamera.

Tamagotchi Pix juga dilengkapi dengan explore mode. Mode itu memungkinkan peliharaan dari teman-teman Anda muncul di Tamagotchi Anda. Anda bahkan bisa membuat jadwal temu dan menghubungkan Tamagotchi Anda dengan milik teman melalui Tama Code. Tamagotchi Pix akan mulai dijual pada Juli 2021 seharga US$60, menurut laporan CNN.

Director Overwatch, Jeff Kaplan, Keluar dari Blizzard Entertainment

Director Overwatch, Jeff Kaplan, mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan Blizzard Entertainment. Posisi director untuk Overwatch 2 akan diisi oleh Aaron Keller. Sayangnya, Kaplan tidak memberikan penjelasan kenapa dia memutuskan untuk keluar dari Blizzard setelah bekerja di perusahaan itu selama 19 tahun. Dia juga tidak mengungkap rencananya di masa depan.

“Suatu kebanggaan bagi saya karena mendapatkan kesempatan untuk membuat dunia dan karakter bagi audiens dengan antusiasme tinggi,” kata Kaplan, seperti dikutip dari VentureBeat. “Saya ingin menunjukkan apresiasi saya pada semua orang di Blizzard yang telah mendukung game-game saya, tim pengembangan game, dan juga pada para pemain. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada developer game yang telah menemani saya dalam membuat game.”

Organisasi Esports Australia, ORDER Dapat Investasi Rp59,7 Miliar

Organisasi esports asal Australia, ORDER, baru saja mendapatkan investasi sebesar AU$5,3 juta (sekitar Rp59,7 miliar). Kucuran dana ini didapatkan dari Jason Peterson, Managing Director, CPS Capital dan Gemelli Group Chairman, Harry Karelis. Dengan investasi ini, Karelis juga akan mendapatkan kursi direktur di dewan direksi ORDER. Menurut rilis, investasi kali ini merupakan investasi privat terbesar untuk organisasi esports asal Australia dan Selandia Baru.

Gerard Murphy (kiri) dan Harry Karelis (kanan). | Sumber: Esports Insider

“Kami berhasil mendapatkan investasi senilai AU$5,3 juta. Investasi itu berasal dari para investor yang melihat kesempatan di sektor ini, seperti Jason dan Harry,” kata Gerard Murphy, Chairman, ORDER, menurut laporan Esports Insider. “Mereka tidak hanya menyediakan dana, tapi juga mau berbagi pengalaman tentang cara menumbuhkan bisnis yang masih muda. Dana ini memungkinkan kami untuk masuk ke industri konten dan lifestyle serta terus melanjutkan usaha kami untuk mencari talenta terbaik.”

Esports Fashion Week Bakal Digelar Pada Q3 2021

Esports Fashion Group, perusahaan yang didirikan oleh Warren Fish, Owen Fish, Ali Rezvan, dan Alex Bienert, mengumumkan bahwa mereka akan menggelar acara pertama mereka pada Q3 2021. Acara yang dinamai Esports Fashion Week itu dibuat sebagai wadah para pelaku esports untuk memamerkan koleksi pakaian terbaru mereka. Para pendiri Esports Fashion Group sendiri punya pengalaman di berbagai sektor dan pernah memegang berbagai jabatan di perusahaan-perusahaan besar, seperti Microsoft, Nintendo, dan Verizon.

“Ketika saya ditawarkan kesempatan besar ini, saya tidak bisa menolak,” kata Warren Fish, Co-founder dari Esports Fashion Group, seperti dikutip dari Esports Insider. “Visi grup ini jelas dan saya yakin, mereka akan sukses. Kami telah bekerja keras untuk mengembangkan Esports Fashion Group hingga saat ini. Saya percaya, konsep ini akan menjadi masa depan dari fashion esports.”

pusat esports di perth

Murdoch University Bakal Bangun Pusat Esports di Kampus Barunya

Murdoch University di Australia telah mendapatkan dana sebesar AU$360 juta (sekitar Rp3,8 triliun) untuk membangun kampus vertikal baru. Di kampus tersebut, mereka juga akan membuat Digital Futures Academy serta pusat esports. Salah satu fasilitas yang tersedia di pusat esports tersebut adalah stadion yang akan digunakan untuk menyelenggarakan turnamen esports.

Professor Eeva Leinonen, Vice-Chancellor of Murdoch University mengungkap, alasan mereka tertarik membangun pusat esports di kampus baru mereka adalah karena industri esports tengah berkembang pesat. Dengan dibangunnya pusat esports tersebut, Murdoch University ingin ikut berperan dalam pengembangan esports, baik dalam hal pembelajaran, pengembangan, dan riset esports.

“Pengeluaran dalam sektor gaming interaktif dan esports cukup siginfikan. Diperkirakan, total belanja di kedua bidang tersebut di Australia akan naik hingga lebih dari $7 miliar pada 2023. Hal ini menunjukkan betapa besarnya minat akan esports,” kata Leinonen, seperti dikutip dari Esports Insider. “Esports tidak hanya tentang bermain game. Esports telah menjadi industri besar yang mencakup berbagai aspek, mulai dari pengembangan talenta sampai kompetisi. Di masa depan, industri esports akan menawarkan beragam jenis karir.”

pusat esports di perth
Murdoch University akan membangun pusat esports. | Sumber: LinkedIn

Kucuran dana yang didapatkan oleh Murdoch University merupakan bagian dari dana pemerintah Perth untuk membangun pusat bisnis kota tersebut. Dalam membangun pusat esports ini, Murdoch University menggandeng Cisco dan organisasi esports asal Pearth, Petanet.GG. Nantinya, pusat esports tersebut akan dihubungkan dengan pusat esports lain yang ada di Singapura dan Asia Timur.

“Kami sangat senang mendengar rencana pembangunan stadion esports di kampus Murdoch,” kata Stephen Cornish, Managing Director of Pentanet.GG. “Perth dekat dengan Asia, yang merupakan kawasan dengan jumlah gamer paling banyak di dunia. Hal ini menjadikan Perth dan Australia Barat sebagai lokasi yang cocok untuk pusat esports.”

Memang, salah satu tujuan pembangunan pusat esports di Murdoch University adalah untuk mengembangkan scene esports lokal di Perth. Ke depan, Perth diharapkan akan bisa menjadi pusat esports dan gaming. Jika industri esports di Perth tumbuh, diharapkan akan muncul berbagai sumber pemasukan baru bagi kawasan Australia Barat.

PayLater Fintech Startup EmpatKali Is Acquired by Similar Service, to Expand Payment Segment

The fintech lending startup EmpatKali is entirely acquired by a similar player from Australia, Afterpay. This corporate action also marks the official entry of Afterpay to Indonesia, as one of the countries on their list.

In DailySocial’s interview with EmpatKali’s CEO Jamie Camidge, he said he could not reveal the value of this transaction. However, he confirmed that Afterpay LTD had acquired the shareholder of PT Empat Kali Indonesia, effectively taking over the controlling interest in EmpatKali.

In terms of management, it is also certain that there is no change in structure, such as placing Afterpay representatives into the company internals. “Afterpay requires existing directors to continue to build businesses in the future. We are very excited to continue to lead this business through the next stage of growth,” he explained, Monday (8/31).

The interest of Afterpay with EmpatKali is supported by the similarities of each other’s business. Both of them do not take service fees charged to consumers as interest, but rather charge merchants in the form of commissions for every transaction using EmpatKali as a payment method.

“We think this model is much more attractive to consumers because it is interest-free for up to 90 days. This approach is quite unique and in our opinion, suitable for Indonesian consumers, especially those who want to avoid usury. ”

Afterpay was founded in 2014 and is one of the leading players in the world with 10 million active users, majorly coming from Australia and the United States. Afterpay takes interest in Indonesia, apart from having lucrative potential, of course as more expansive business development through EmpatKali.

Not only EmpatKali, but Afterpay also acquired similar companies in the target country, such as Pagantis which based in Europe.

Future plans

Camidge continued, the company will continue to innovate with features and services to reach more merchants in the future. When you look at the official website, the company has partnered with more than 100 local merchants engaged in fashion and accessories.

The company focuses on supporting premium local brands, such as Brodo, Aleza, and Deuce ex Machina that design, build and sell their own products. “These small and medium-sized partners are truly world-class and have the added value of generating economy across their supply chains in Indonesia.”

For the next step, he admitted that EmpatKali would form partnerships with international brands. Then expand the installment segment for medical, dental, insurance, aviation, hotel, and gadget needs.

“We really believe in focus. We want to be preferred by Indonesians to pay for their favorite goods without interest. ”

Regarding the impact of the pandemic, he admitted that the company gains quite a positive impact. As sales have now shifted from offline to online stores, growth has remained stable. Unfortunately, Camidge is reluctant to back up his statement with numbers.

“We have been monitoring our loss rate and are now adjusting our risk machine to ensure risk management is maintained because we want to grow in a sustainable manner,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup fintech paylater EmpatKali resmi diakuisisi sepenuhnya oleh pemain sejenis dari Australia Afterpay dengan nilai transaksi dirahasiakan

Diakusisi Pemain Sejenis, Startup Fintech PayLater EmpatKali Perluas Segmen Pembiayaan

Startup fintech lending EmpatKali resmi diakuisisi sepenuhnya oleh pemain sejenis dari Australia, Afterpay. Aksi korporasi ini sekaligus menandakan resmi masuknya Afterpay ke Indonesia, sebagai salah satu negara yang mereka sasar.

Dari hasil wawancara DailySocial bersama CEO EmpatKali Jamie Camidge, dia menuturkan tidak bisa mengungkapkan nilai transaksi ini. Namun dia mengonfirmasi bahwa Afterpay LTD telah mengakuisisi saham pemilik PT Empat Kali Indonesia, yang secara efektif mengambil alih kepentingan pengendali di EmpatKali.

Dari sisi manajemen, juga dipastikan tidak ada perubahan struktur, semisal menaruh perwakilan Afterpay ke dalam internal perusahaan. “Afterpay mensyaratkan direksi yang ada untuk tetap dan terus membangun bisnis di masa depan. Kami sangat bersemangat untuk terus memimpin bisnis ini melalui tahap pertumbuhan berikutnya,” terangnya, Senin (31/8).

Ketertarikan Afterpay dan EmpatKali sebenarnya didukung oleh kesamaan bisnis satu sama lain. Keduanya tidak mengambil biaya layanan yang dibebankan ke konsumen sebagai bunga, melainkan membebankan merchant dalam bentuk komisi untuk setiap transaksi yang menggunakan EmpatKali sebagai metode pembayaran.

“Kami berpikir model ini jauh lebih atraktif untuk konsumen karena tanpa bunga selama jangka waktu hingga 90 hari. Pendekatan ini cukup unik dan menurut kami cocok untuk konsumen Indonesia, terutama mereka yang ingin menghindari riba.”

Afterpay berdiri sejak 2014 dan merupakan salah satu pemain terdepan di dunia dengan jumlah pengguna aktif sebanyak 10 juta, mayoritas datang dari Australia dan Amerika Serikat. Afterpay tertarik dengan Indonesia, selain karena punya potensi yang menggiurkan, tentunya sebagai pengembangan bisnis berikutnya yang lebih ekspansif melalui EmpatKali.

Bukan hanya EmpatKali, Afterpay juga mengakuisisi perusahaan sejenisnya di negara yang akan mereka sasar, seperti Pagantis yang berasal di Eropa.

Rencana ke depannya

Camidge melanjutkan, ke depannya perusahaan akan terus berinovasi dengan fitur dan layanan untuk menjangkau lebih banyak merchant. Bila melihat dari situs resminya, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 100 merchant lokal yang bergerak di bidang fesyen dan aksesoris.

Perusahaan fokus mendukung merek lokal premium, seperti Brodo, Aleza, dan Deuce ex Machina yang mendesain, membangun, dan menjual produk mereka sendiri. “Mitra kecil dan menengah ini benar-benar kelas dunia dan memiliki manfaat tambahan dalam menghasilkan nilai ekonomi di seluruh rantai pasokan mereka di Indonesia.”

Untuk pengembangan berikutnya, dia mengaku EmpatKali akan menambah kemitraan dengan merek dari luar negeri. Kemudian memperluas segmen cicilan untuk kebutuhan medis, gigi, asuransi, penerbangan, hotel, dan gadget.

“Kami sangat percaya pada fokus. Kami ingin menjadi pilihan orang Indonesia untuk membayar barang-barang favorit mereka tanpa harus membayar bunga.”

Terkait dampak pandemi, dia mengaku perusahaan turut ikut merasakan dampak positif. Karena penjualan kini beralih dari toko offline ke online, maka pertumbuhan tetap terjaga stabil. Sayangnya, Camidge enggan mendukung pernyataannya tersebut dengan angka.

“Kami telah memantau tingkat kerugian kami dan sekarang menyesuaikan mesin risiko kami untuk memastikan pengelolaan risiko tetap terjaga karena kami ingin tumbuh secara berkelanjutan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Komite Parlemen Australia Melarang Adanya Loot Boxes di Games

Komite parlemen Australia merekomendasi peraturan terhadap loot boxes kepada pemerintah Australia. Harapannya, pemberlakuan aturan umur minimal dalam pembelian loot boxesHal ini termasuk dari enam rekomendasi yang diberikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Australia mengenai Legal Affairs into age verification for online wagering and pornography. 

Secara spesifik, rekomendasi ini menyebutkan pelarangan akses loot boxes dan hal yang memiliki elemen perjudian di dalam video games kepada anak di bawah umur 18 tahun. Komite parlemen Australia juga meminta Digital Transformation Agency bekerja sama dengan Australian Cyber Security Centre untuk menyusun regulasi mengenai age verification. Dengan demikian, mereka berharap anak-anak tidak bisa mengakses konten di dalam video game yang bisa membahayakan mereka.

Sumber: Digital Trends
Sumber: Digital Trends

Berdasarkan Interactive Gambling Act di Australia, loot box tidak dikategorikan sebagai judi atau taruhan. Tetapi komite parlemen Australia tidak ingin hal tersebut memiliki kemungkinan untuk menstimulasi anak-anak untuk melakukan perjudian di kemudian hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BMC, menunjukan bahwa ada 40% anak-anak di Australia yang pernah melakukan judi.

Argumentasi telah berjalan, pihak pemerintah Australia menganggap bahwa loot boxes tidak sama dengan perjudian. Hal tersebut dikarenakan loot boxes tidak akan membuat seseorang kehilangan semua uangnya. Berbeda dengan perjudian yang memiliki kemungkinan untuk membuat seseorang untuk kehilangan semua uangnya yang dijadikan taruhan. Pemerintah Australia juga menyebutkan bahwa perjudian memang menjadi permasalahan serius di Australia. Tetapi minimnya data yang menyebutkan adanya keterkaitan antara loot boxes dan perjudian membuat pemerintah Australia belum bisa melakukan perubahan secara legislatif.

Beberapa negara memang sudah melarang adanya loot boxes di dalam video game. Belgia adalah negara pertama yang resmi menulis peraturan tersebut. Menteri Kehakiman Belgia yaitu Koen Geens berkata bahwa loot boxes merupakan perpaduan antara gaming dan gambling. “Hal ini akan berbahaya bagi kesehatan mental mereka.” Sehingga apapun yang bisa dibeli dengan uang harus dihilangkan di dalam video games.

Australia Gunakan Kamera Berbasis AI untuk Mendeteksi Penggunaan Ponsel oleh Pengemudi

Di banyak negara, menggunakan smartphone selagi mengemudi dikategorikan sebagai tindakan yang ilegal. Saya yakin semua orang tahu apa alasannya, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak yang nekat melanggar. Kesulitan memantau yang dialami pihak berwajib juga semakin mendorong kebiasaan buruk ini terus berlanjut.

Menugaskan seseorang untuk berpatroli di jalanan jelas bukan solusi yang ideal, apalagi kalau cuacanya sedang tidak mendukung. Solusi yang lebih efektif, kalau menurut dinas perhubungan negara bagian New South Wales di Australia, adalah kamera canggih berbasis AI. AI adalah kata kuncinya, jadi jangan samakan kamera ini dengan yang biasa dipakai untuk menangkap basah para pelanggar lampu merah.

Sistem berbasis AI ini akan terus memantau sekaligus mendeteksi ketika ada pengemudi yang tengah menggunakan ponselnya selagi menyetir. Kendati demikian, tenaga manusia masih dibutuhkan di sini; gambar bukti pelanggar yang dideteksi secara otomatis oleh AI akan diverifikasi lebih lanjut oleh seorang operator.

Transport for NSW mengklaim kamera ini dapat beroperasi di cuaca apapun, bahkan saat jalanan sedang berkabut sekalipun. Di samping itu, AI-nya juga cukup terlatih untuk menangkap basah pelanggar secara akurat meski mobilnya sedang melaju dalam kecepatan tinggi.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan selama sekitar enam bulan, sistem ini disebut berhasil memonitor sekitar 8,5 juta kendaraan yang lewat, sekaligus mendeteksi lebih dari 100.000 pelanggar. Kalau diestimasikan, sistem ini diyakini mampu mencegah sekitar 100 kecelakaan lalu lintas dalam tempo lima tahun.

Deretan kamera pendeteksi penggunaan ponsel di salah satu ruas jalan kota Sydney / Transport for NSW
Deretan kamera pendeteksi penggunaan ponsel di salah satu ruas jalan kota Sydney / Transport for NSW

Jaringan kamera canggih ini sudah dioperasikan secara resmi di sejumlah kota yang merupakan bagian dari provinsi New South Wales per 1 Desember kemarin. Pemerintah setempat sengaja tidak menyebutkan lokasi-lokasi yang dimonitor oleh kamera ini dengan alasan supaya para pengemudi sadar bahwa mereka bisa tertangkap basah di mana saja dan kapan saja.

Selama tiga bulan pertama sejak sistemnya diimplementasikan, para pelanggar hanya akan dikirimi surat peringatan. Setelahnya, barulah akan diterapkan sanksi berupa denda dan pengurangan poin mengemudi (demerit points). Dibuat kapok, demikian intinya.

Sumber: 1, 2, 3.

Traveloka Expands to Australia

Along with the latest Android version, Traveloka announces the team is now providing Australian market. Related to this expansion, DailySocial has contacted Traveloka team. They confirmed the news, but they can’t reveal the detail, have they built the R&D center or create a special team.

Information about Traveloka's expansion on app updates
Information about Traveloka’s expansion on app updates

 

 

 

 

 

 

Traveloka’s arrival outside Southeast Asia has been rumored since 2018. In order to accelerate the mission, they reportedly to raise new funding worth of 6 trillion Rupiah. Aside from Indonesia, Traveloka is available in Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, and Philippines.

Previously, Traveloka was rumored to make an acquisition to some OTA players, one is the business rival in Indonesia, Pegipegi. In addition, there’s also Mytour from Vietnam and Travelbook from Philippines. Another strategy to win the market is product development, the current project is PayLater feature.

Based on Google-Temasek report, Online Travel is one of the biggest sector in the current Southeast Asia digital economy. The value prediction equals $30 billion, exceeding e-commerce and ride-hailing. Growth potential is predicted to reach $78 billion in the next 2025.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian