Tag Archives: Axton Salim

Indofood Local Pitch Competition

Indofood Adakan Kompetisi “Pitch Startup” di Bidang Gizi

PT Indofood bekerja sama dengan BLOCK71 Jakarta dan Scaling Up Nutrition (SUN) Business Network akan mengadakan “Indofood Local Pitch Competition”, yakni kompetisi pitch startup pertama di Indonesia yang berfokus pada gizi. Acara ini bertujuan untuk menemukan ide-ide kreatif dan inovasi berbasis teknologi sebagai solusi untuk mengalami isu utama gizi di Indonesia, yakni: obesitas pada anak, stunting pada balita, dan anemia pada remaja putri.

Acara akan berlangsung pada 19 September 2018 bertempat di fasilitas inkubasi startup BLOCK71 Jakarta. Pendaftaran kompetisi akan dibuka sampai 26 Agustus mendatang. Bagi startup yang berminat, dapat melakukan submisi melalui tautan http://bit.ly/ILPC-PR. Dari pendaftaran, akan diseleksi tim juri 10 finalis yang akan mengikuti sesi mentoring sebelum mempresentasikan pitch-deck di hadapan juri.

“Kami melihat startup teknologi bisa menjadi solusi percepatan penanganan masalah gizi yang kita hadapi. Oleh karena itu, Indofood bersama SUN Business Network Indonesia dan BLOCK71 menyelenggarakan kompetisi ini. Harapannya dapat membuka peluang kerja sama dari berbagai pihak untuk mengembangkan platform gizi di skala nasional dan regional,” ujar Direktur Indofood yang juga menjabat sebagai Co-Chair SUN Global, Axton Salim.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Bappenas dan UNICEF di tahun 2017, beban ganda malnutrisi di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius. Pada tahun 2013, 12% anak di bawah usia 5 tahun terkena wasting (berat badan rendah dibanding tinggi badan) dan jumlah yang sama mengalami overveight (kelebihan berat badan). Sementara itu di tahun yang sama sekitar 37% anak di bawah 5 tahun mengalami stunting.

Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, tidak saja berpengaruh pada kualitas generasi Indonesia, tetapi juga akan merugikan ekonomi negara. Menurut Bappenas, potensi kerugian ekonomi akibat stunting sebesar 2-3% dari PDB per tahun. Asumsinya jika PDB tahun 2017 adalah sebesar 13.000 triliun Rupiah, maka potensi kerugian negara bisa mencapai 300 triliun Rupiah.

“Kami mencari startup yang bisa memecahkan tiga isu utama di atas dari berbagai aspek. Misalnya platform untuk meningkatkan ketersediaan gizi mikro, meningkatkan akses makanan bergizi di daerah rural, mendorong gaya hidup aktif, teknik meningkatkan kesadaran terhadap gizi buruk, dan solusi unik lainnya. Pemenang pertama berhak menghadiri  Nutrition Africa Investor Forum di Nairobi pada 16-17 Oktober 2018,” ujar Direktur BLOCK71 Jakarta, Adrian Lim.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk Indofood Local Pitch Competition

Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital

Berbicara mengenai betapa besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia sebagai the next big thing, sudah banyak data acuan yang berseliweran mencoba untuk membuktikannya. Semua pihak pun sadar, tak terkecuali Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Nama Grup Salim, cukup tersohor lewat berbagai anak usahanya Indofood Sukses Makmur yang merupakan produsen mi instan dengan nama merek dagang Indomie. Untuk sektor ritel, Grup Salim memiliki Indomaret dengan total sekitar 14 ribu gerai tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan sektor otomotif, ada Indomobil dengan berbagai anak usaha bergerak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan multifinance untuk menyokong bisnisnya.

Bagaimana langkah yang diambil Grup Salim untuk ikut terjun ke dalam ekosistem dunia digital? Grup Salim lebih memilih strategi awal dengan mendirikan perusahaan patungan bersama mitra dari luar negeri dan berinvestasi langsung lewat anak usahanya. Terlihat dari aksinya saat terlibat investasi di Rocket Internet untuk pengembangan solusi pembayaran online dan mobile dalam negara berkembang pada 2014.

Grup Salim masuk ke Rocket Internet lewat anak usaha telko berbasis di Filipina, Philippine Long Distance Telephone Company (PLDT). Saat itu, PLDT menyuntikkan dana investasi sebesar 333 juta Euro atau senilai kepemilikan 10% saham di Rocket Internet. Meskipun saat ini investasinya di Rocket Internet belum menunjukkan hasil, malah semakin rendah karena performa saham Rocket Internet yang tidak kunjung membaik, Grup Salim tampak sudah siap untuk terjun lebih dalam di dunia digital.

Rekam jejak Grup Salim mulai kencang ketika mengumumkan kemitraannya dengan berbagai perusahaan asal Jepang demi menguatkan ekosistem layanan e-commerce yang sedang dirintisnya. Salah satunya adalah kemitraan mendirikan perusahaan patungan antara Indomobil dengan Seino Holdings pada 2015.

Dalam wawancara dengan Nikkei, Chairman dan CEO Grup Salim Anthoni Salim mengatakan pihaknya siap bersaing di dunia e-commerce Indonesia, yang terbilang baru saja dimulai. Menurutnya, jika ingin sukses, logistik, manajemen transportasi, dan infrastruktur IT harus sangat kuat.

Alasan itulah yang melandaskan terjadinya kemitraan dengan Seino. Dia menilai Seino memiliki banyak tenaga engineer dan pengalaman berkutat dengan perusahaan IT.

“Perusahaan Jepang banyak memiliki produk yang bagus, proses yang baik, dan yang terpenting adalah pengalamannya. Di sisi lain, dalam negara berkembang seperti ASEAN, dengan populasi sekitar 600 juta menyimpan potensi yang besar. Ini sangat baik untuk menjembatani [keduanya]. Kami sudah beroperasi di lebih dari 40 negara dan kami ingin tumbuh dalam kancah regional demi menjaga keseimbangan,” kata Anthoni.

Setelah mendirikan anak usaha patungan di sektor otomotif, Grup Salim mengumumkan kerja sama patungan lainnya lewat anak usaha PT Indomarco Prismatama, operator waralaba Indomaret, dengan Lotte untuk mendirikan platform e-commerce iLotte (Indo Lotte Makmur).

Nantinya, layanan e-commerce patungan tersebut akan fokus menyediakan barang kosmetik untuk perempuan dari merek Korea Selatan sekaligus menghubungkannya dengan gerai Lotte.

Perusahaan patungan berikutnya yang didirikan adalah PT Indoliquid Technology Sukses, hasil kemitraan dengan Liquid Inc Japan untuk mengembangkan teknologi biometrik. Tujuan yang ingin disasar lewat kemitraan tersebut adalah Grup Salim dapat menyediakan platform otentikasi untuk pembayaran yang fleksibel dan efisien di seluruh Indonesia.

Gebrakan besar Grup Salim lewat akuisisi Bank Ina Perdana

Sektor keuangan menjadi pilar utama yang memayungi seluruh lini bisnis karena di sanalah bisnis sebenarnya berada. Bisnis seperti tidak banyak berarti, bila suatu konglomerasi tidak memiliki anak usaha yang bergerak di sektor keuangan.

Taktik yang digunakan Grup Salim lewat mendirikan berbagai perusahaan patungan dari berbagai sektor sebagai bagian mempersiapkan diri dari dunia digital, semakin terasa lengkap dengan pengumuman akuisisi oleh Grup Salim terhadap bank beraset mini Bank Ina Perdana pada awal tahun ini.

Grup Salim masuk ke Bank Ina Perdana lewat perusahaan afiliasinya, di antaranya Indolife, Samudra Biru, dan Gaya Hidup.

Sebelumnya, Grup Salim pernah memiliki anak usaha di jasa keuangan yakni BCA. Namun, harus terpaksa harus dilepas ketika Indonesia mengalami krisis moneter di 1998.

Lantaran pengumuman ini masih baru, belum banyak hal yang bisa digali lebih dalam. Hanya saja, ada gambaran besar yang bisa terlihat dari aksi tersebut, yakni ada ambisis besar Grup Salim membuat “BCA kedua”.

Mereka ingin mentransformasikan pembayaran secara non tunai dengan mengembangkan layanan internet banking, mobile banking, e-money, dan lainnya. Berikutnya mereka ingin menghubungkannya dengan jaringan gerai Indomaret yang kini sudah menjadi poin pembayaran transaksi digital.

Sentuh dunia startup lewat Block71

Pendekatan Grup Salim dalam upayanya membentuk ekosistem dunia digital kini mulai bergeser ke ranah startup lewat pengumuman keterlibatannya di pusat komunitas Block71 di Jakarta bersama NUS Enterprise.

Direktur Eksekutif Grup Salim Axton Salim mengatakan inisiatif ini dilakukan karena pihaknya ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Dengan fasilitas bantuan jaringan dan pengalaman grup diharapkan akan mendorong masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Axton, seperti halnya Martin Hartono, John Riady, atau Alvin Sariaatmadja, menjadi penerus konglomerasi keluarga yang ingin mencoba peruntungan di dunia digital. Menurut Axton, Block71 dipilih sebagai mitra karena telah memiliki jaringan startup global yang bisa membantu mendorong startup Indonesia mengglobal.

“Kalau untuk startup Indonesia itu kami lihat banyak ide-ide baru. Jadi kami bekerja sama dengan NUS Enterprise agar bisa membawa pasar Indonesia ke Singapura, Tiongkok, dan San Fransisco,” kata Axton, seperti dikutip dari Katadata.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Grup Salim cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Grup Salim sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

Ke depannya, grup konglomerasi besar bakal bergantung pada startup untuk berinovasi di sektor teknologi.

Seperti halnya EMTEK yang mulai melengkapi kepingan roadmap teknologinya dengan BBM sebagai perekat, Grup Salim yang memiliki pengalaman panjang di dunia ritel menganggap value chain pendukung industri e-commerce adalah hal penting. Salah satunya adalah investasinya ke layanan logistik Popbox yang mengembangkan smart locker sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman barang.

I think opportunity banyak, honestly opportunity banyak. That’s why we start investing,” ujar Axton, kepada Katadata, soal peluang dan langkah Grup Salim menapaki dunia digital Indonesia.

Hadir Sebagai Pusat Komunitas Startup Indonesia dan Singapura, BLOCK71 Jakarta Diresmikan

Berfungsi lebih dari sekedar coworking space, community builder BLOCK71 diresmikan kehadirannya di Jakarta. Diadaptasi dari kesuksesan BLOCK71 di pusat kewirausahaan Singapura, BLOCK71 Jakarta merupakan fasilitas inkubator dengan luas area 1.500 meter persegi yang terletak di kawasan Kuningan Jakarta.

Berbeda dengan fungsi coworking space yang bisa digunakan oleh semua orang, BLOCK71 mengklaim hanya startup terpilih yang bisa memanfaatkan semua fasilitas di BLOCK71 dan bersifat non-profit.

BLOCK71 Jakarta hadir untuk mendukung inovasi dan pengembangan kewirausahaan di Singapura dan Indonesia, dengan menjadi ecosystem builder dan global connector, yang mengkatalisasi dan menghubungkan para pelaku startup. Konektivitas ini yang kemudian dicoba untuk dihadirkan oleh BLOCk71, sebagai jembatan untuk mempertemukan pelaku startup Singapura dan Indonesia dalam komunitas BLOCK71.

“BLOCK71 Jakarta memungkinkan para wirausahawan dan inovator dari Singapura dan Indonesia untuk bekerja sama dan memanfaatkan pengalaman serta sumber daya NUS Enterprise dan Salim Group,” kata CEO NUS Enterprise Dr Lily Chan.

BLOCK71 Jakarta merupakan kerja sama antara NUS Enterprise dan Salim Group yang nantinya bakal menghadirkan jaringan yang komprehensif, termasuk para investor, mitra usaha, mentor, dan industri. Selain itu NUS Enterprise juga menyelenggarakan berbagai program dukungan inkubasi untuk membantu para wirausahawan memulai dan mengembangkan ide mereka.

“Kami memulai inisiatif ini karena kami ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Jaringan dan pengalaman Salim Group akan memfasilitasi masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat di sini,” kata Direktur Eksekutif Salim Group Axton Salim.

Membuka kesempatan startup Indonesia bergabung

Sejak didirikan pada bulan Maret 2017 saat ini ada lebih dari 20 startup bergabung dengan BLOCK71, separuhnya berasal dari Singapura. Beberapa startup termasuk Carro (dealer kendaraan generasi mendatang dan pemodal otomatis), Viddsee (sebuah platform video online), Circles.Life (operator telekomunikasi digital), HelloBill (startup mobile dengan metode POS), perusahaan pslove (pencipta koyo terapi panas) dan 8villages (portal pemberdayaan masyarakat pedesaan).

Meskipun hanya untuk kalangan terbatas, BLOCK71 masih terus membuka kesempatan untuk startup bergabung dengan mendaftarkan diri menjadi bagian dari komunitas.

“BLOCK71 Jakarta terbuka untuk semua startup dan wirausaha yang ingin menjajaki pasar Indonesia. Secara khusus, kami sangat menyarankan perusahaan yang mengembangkan solusi teknologi inovatif dengan potensi skala global, untuk mendaftar dan bergabung dengan BLOCK71 Jakarta,” tutup Lily Chan.