Tag Archives: b2b business tips

Mendalami Pentingnya Efisiensi Bisnis Untuk Melewati Krisis

Mendalami Pentingnya Efisiensi Bisnis Untuk Melewati Krisis

Pandemi yang telah melanda satu tahun terakhir tentu masih memberikan dampak bisnis yang cukup beragam. Tak sedikit pula, dampak yang dirasakan oleh para pebisnis teknologi di Indonesia cenderung mengarah ke dampak negatif, yang membuat para founder harus bersiasat demi mempertahankan roda bisnis yang harus terus berjalan. Salah satu langkah untuk bisa survive dalam situasi di atas adalah efisiensi bisnis.

Bagi startup, banyak cara yang bisa diambil untuk melakukan efisiensi. Seperti misalnya dengan mengadopsi teknologi cloud dari sisi teknikal. Di sisi lain, efisiensi terkait permodalan, anggaran belanja, hingga biaya operasional dan lain sebagainya mungkin juga bisa jadi langkah yang harus diambil sebagai cara terbaik untuk bertahan.

Menyiasati anggaran untuk mewujudkan efisiensi yang optimal

Dalam efisiensi pembelanjaan modal, para pebisnis mungkin dapat menghapus atau mengalokasikan belanja modal yang tidak jadi prioritas utama ke hal lain yang lebih bermanfaat. Anggaran pembelanjaan modal di sini bisa melingkupi biaya investasi seperti pembelian alat produksi, pembelian aset bangunan dan sebagainya. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyiasati biaya operasional. Beradaptasi dengan kondisi saat ini, aset perangkat kerja seperti laptop menjadi opsi working tools karyawan pertama selama menjadi menjalankan sistem kerja jarak jauh (remote working).

Meski laptop adalah perangkat yang cukup efektif, namun hal tersebut justru bisa meningkatkan beban biaya operasional perusahaan, jika para pebisnis memilih keputusan yang kurang tepat. Misalnya dengan memborong perangkat laptop untuk diberikan kepada setiap karyawannya. Belum lagi ada biaya di luar aset seperti, tim IT Support yang memadai dan juga keperluan software resmi untuk menunjang pekerjaan.

Menyewa aset bisa jadi opsi terbaik ketimbang memiliki aset secara utuh

Lain halnya jika pebisnis memilih opsi lain seperti, menyewa laptop sebagai working tools karyawan. Selain alasan efisiensi yang efektif, perusahaan tidak perlu menambah biaya IT Support untuk menyelesaikan kendala yang terjadi pada perangkat tersebut. Sama seperti yang ditawarkan oleh Asani yang merupakan marketplace spesialis penyewaan laptop dan komputer untuk perusahaan.

Keuntungan menyewa seperti yang ditawarkan oleh Asani dipandang mampu meningkatkan upaya efisiensi perusahaan. Seperti misalnya meringankan beban arus kas di awal tanpa upfront cost, tidak adanya depresiasi nilai aset yang dimiliki, hingga keuntungan lain seperti penyewa tak perlu lagi dibuat sulit dengan biaya perawatan dan perbaikan yang kerap menggerus biaya operasional perusahaan. Asani menawarkan IT Support yang siap sedia memberikan pelayanan terbaik saat penyewa mengalami kendala apapun.

Dengan menggunakan pelayanan menyewa laptop, para pengusaha bisnis tidak perlu lagi memikirkan hal secara teknis dan biaya tak terduga. Misalnya dengan  memasukan dan upgrade software yang dibutuhkan, hingga menyelesaikan kendala saat terjadi masalah. Asani menawarkan segala kemudahan kepada perusahaan, sehingga setiap karyawan bisa langsung bekerja dan melakukan aktivitas tanpa gangguan dan biaya tambahan.

Asani hadir memberikan opsi terbaik yang lebih memudahkan dan efisien secara bisnis maupun teknis selama menjalankan remote working. Layanan yang ditawarkan oleh Asani sendiri cukup sederhana, namun bisa membantu pengusaha dalam upaya efisiensi bisnis yang maksimal. Dengan menerapkan sistem sewa bulanan, penyewa tak perlu lagi mengalokasikan biaya ekstra meliputi maintenance, laptop cadangan jika terjadi kerusakan, pembaruan hardware, dan lain sebagainya. Seluruh kebutuhan itu sudah ditangani langsung oleh Asani sebagai bagian dari layanannya.

Ingin mengetahui lebih lanjut perihal solusi efisiensi bisnis yang ditawarkan oleh Asani? Silakan kunjungi tautan ini untuk informasi selengkapnya.

Suwandi Soh

Mendalami Kunci Eskalasi Bisnis untuk Startup B2B

Merintis startup itu bukan hal mudah, entah itu segmennya menyasar langsung ke konsumen, korporasi, atau pemerintah. Berangkat dari ide, membuat prototipe sampai akhirnya sampai product market fit, berinovasi terus menerus, semuanya butuh strategi sebagai kuncinya.

Dalam edisi #SelasaStartup di minggu keempat Maret 2019, dihadirkan CEO Sleekr Suwandi Soh. Sleekr adalah platform SaaS yang menawarkan solusi HR dan akuntansi berbasis cloud. Suwandi dengan pengalamannya merintis Sleekr dari awal, banyak menceritakan bagaimana Sleekr mengeskalasi bisnis, perencanaan, sampai tantangannya.

(1) Pahami siklus hidup adopsi startup

Suwandi menjelaskan startup itu adalah tahap sementara, founder masih mencari format bisnis yang tepat sebelum nantinya menjadi perusahaan besar. Oleh karenanya, tahapan startup itu terbagi jadi tiga jenis, yakni startup tahap awal. Pada tahap awal ini, startup didesain untuk mencari product market fit.

Di tahap berikutnya, startup tahap akhir didesain untuk mencari model bisnis yang bisa diulang-ulang dan bisa eskalasi. Terakhir di tahap menuju perusahaan besar yang dirancang untuk mengeksekusi di bawah kondisi kepastian tinggi.

“Ketika sudah menuju perusahaan besar, artinya ketika mau eksekusi sudah ada kepastian tinggi. Beda dengan startup tahap awal yang ketidakpastiannya itu sudah tinggi, belum tentu besok masih beroperasi. Ketika sudah sampai di tahap akhir, biasanya sudah punya kepastian bisnis, jadi enggak mungkin langsung tutup,” kata Suwandi.

(2) Mencari konsumen yang tepat

Konsep ini sebenarnya tidak hanya berlaku untuk startup b2b saja, tapi juga untuk segmen lainnya. Pada dasarnya jenis konsumen itu ada lima jenis. Pertama adalah innovators, mereka adalah golongan yang suka dengan hal baru dan berani ambil risiko. Hanya saja secara persentase golongan ini kecil sekali sebesar 2,5%.

Kedua, early adopters ini golongan orang yang mau memakai suatu produk karena dianggap keren, aman, dan efisien. Mereka ini bukan pasar yang tepat karena cepat datang dan cepat pergi sehingga tidak menjamin akan terus memakai produk tertentu. Porsinya sebesar 13,5%.

Tahap berikutnya yang cukup krusial adalah jurang antara early adopters dan early majority. Jurang ini harus bisa dilalui startup agar tetap hidup. Ketika sudah berhasil, maka akan mendapat konsumen di tahap early majority dengan persentase konsumennya 34%. Konsumen pada tahap ini adalah mereka yang rela membayar produk karena sudah percaya dengan reputasi perusahaan.

Keempat adalah late majority, konsumen ini adalah perusahaan konvensional yang umumnya sudah termasuk konsumen setiap dari produk tertentu sehingga susah berpaling. Persentasenya mencapai 34%. Tahap terakhir adalah laggards dengan persentase 16%.

“Kalau early majority itu mereka sudah benar-benar pelajari dan sudah pakai. Sementara late majority itu adalah konsumen setia produk A, akan pakai produk lain kalau kompetitor sudah pakai duluan.”

(3) Hindari premature scaling

Dia melanjutkan penyebab utama startup itu gulung tikar adalah premature scaling. Ini adalah kondisi di mana scaling tim, strategi akuisisi pelanggan, yang berlebihan membangun produk tanpa terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan pasar.

Scaling itu tidak bisa dipastikan kalau hanya punya produk bagus dan tim engineer yang bagus saja. Ada banyak aspek penentunya. Ketika terlalu banyak rekrut orang, maka banyak masalah akan timbul. Untuk itu founder harus pelajari betul-betul soal industri yang dia geluti karena faktor premature scaling ini di tiap industri berbeda-beda.

Dalam bisnis selain mengacu pada pertumbuhan persentasenya, juga perlu buat pengukuran revenue dan churn. Pastikan tim engineer dan produk memiliki objektif yang sama. Untuk itu pada tahap awal pastikan visi misi perusahaan apa dari situ buat produk yang bisa dieskalasi manfaatnya.

“Sleekr percaya dari hipotesa kita, kalau mau memberdayakan bisnis dan profesional tetap tumbuh itu butuh bermitra dengan pihak ketiga. Kita tidak bisa kerjakan semuanya sendiri karena misinya Sleekr itu sebagai platform,” pungkas Suwandi.

Strategi yang diperlukan mulai dari mengenal secara detail jenis pelanggan, mengetahui kebutuhan mereka, hingga menerapkan framework yang tepat

Cara Tepat Melancarkan Bisnis yang Sasar Segmen B2B

Dibanding platform B2C, khusus e-commerce, platform B2B cenderung tidak terlalu populer di kalangan masyarakat. Padahal jika sudah memahaminya, banyak pihak bisa mendapat keuntungan karena fokus ke segmen B2B.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, COO Ralali Alexander Lukman menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan consumer behavior hingga framework yang ideal saat melancarkan bisnis yang menyasar segmen korporasi ini.

“Sebagai startup yang secara khusus menyasar segmen B2B, kami ingin memastikan bahwa platform dan teknologi yang kami hadirkan bisa memudahkan bisnis yang baru saja dimulai dan memenuhi kebutuhan bisnis,” kata Alexander.

Know your customer dan fleksibilitas untuk pelanggan

Salah satu kunci penting untuk melancarkan bisnis segmen B2B adalah mengetahui dengan tepat siapa pelanggan Anda, apa kebutuhan mereka, dan informasi penting lainnya. Dengan demikian Anda sebagai platform bisa memberikan layanan secara tepat dan tentunya dibutuhkan pelanggan.

Ketika kebutuhan dan tipe pelanggan sudah diketahui, hal lain yang juga wajib diperhatikan adalah bagaimana penawaran dan produk yang Anda tawarkan bisa menjadi sebuah transaksi. Alexander menyebutkan prosesnya dengan lead generation.

“Untuk pembeli segmen B2C atau C2C biasanya terpancing dengan penawaran hingga promosi secara cepat atau sifatnya biasa disebut dengan impulsive. Berbeda dengan B2B yang biasanya hanya ingin membeli barang saat membutuhkan dan biasanya dalam jumlah yang besar,” kata Alexander.

Selain itu pelanggan bisnis B2B biasanya lebih mengedepankan kepercayaan dan kualitas dari produk yang ditawarkan marketplace B2B seperti Ralali. Jika sudah dirugikan, kecil kemungkinan pelanggan tersebut kembali lagi memanfaatkan platform.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara pembelian, pengiriman, hingga pilihan pembayaran. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan B2C dan C2C, namun B2B biasanya lebih fleksibel dan menawarkan berbagai pilihan ke pelanggan, mulai dari skala medium hingga besar.

“Salah satunya adalah pilihan pembiayaan pembayaran. Dalam hal ini Ralali menawarkan pilihan tersebut kepada bisnis terutama mereka yang membutuhkan barang dalam jumlah yang besar,” kata Alexander.

Kerangka layanan bisnis B2B

Di akhir sesi presentasi, Alexander juga menyampaikan framework atau kerangka layanan yang sebaiknya diterapkan platform saat menyediakan layanan ke segmen B2B, termasuk Solution, Access, Value, hingga Education. Jika semua framework tersebut bisa dihadirkan oleh platform, besar kemungkinan pelanggan menjadi setia dan terus kembali membeli produk yang ditawarkan.

“Kita menyebutnya “SAVE”. Kerangka ini membantu kami sebagai startup yang menyasar segmen B2B untuk mengembangkan bisnis sekaligus memberikan layanan yang terbaik untuk pelanggan,” tutup Alexander.