Tag Archives: Bahasa.ai

Dari sejumlah startup yang diwawancara DailySocial, kebanyakan posisi engineer AI diisi oleh talenta lokal

Pencarian Talenta “Engineer AI” untuk Startup Indonesia

Apakah kalian pernah mendengar istilah automatisasi, chatbot, hingga kecerdasan buatan? Dulu teknologi ini dianggap sebagai keajaiban. Kini teknologi itu terus dipelajari dan terus dikembangkan oleh engineer AI (Artificial intelligence). Mereka adalah orang-orang di balik robot yang membalas chat kita dengan cepat, sistem yang mampu mengkalkulasi dan memvisualisasi data, dan semacamnya.

DailySocial mencoba menggali bagaimana startup yang memiliki fokus di layanan AI atau memiliki tim atau divisi khusus AI mengembangkan tim dan saling menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing.

100% talenta lokal

Volantis, misalnya, adalah perusahaan yang menawarkan layanan pengelolaan data menggunakan teknologi AI dan Machine Learning, baik untuk keperluan preskriptif maupun prediktif. Kini mereka memiliki 12 software engineer dan 6 data scientist. Semua merupakan karyawan lokal yang sudah dibina sejak tahun 2016.

“Kami percaya bahwa senioritas bukan segalanya dan kami percaya bahwa anak-anak yang cerdas jika diberikan pelatihan dan kesempatan akan sangat cepat dalam mengakuisisi skill. Sebagian besar engineer kami merupakan kader dari fresh graduate yang kami didik dari awal. Kami juga percaya bahwa problem solving, sains dasar, logika dan math yang kuat sangat berperan di dalam kualitas engineer. Sebagian besar engineer merupakan anak-anak (sains) murni, baik dari fisika, matematika, ataupun ilmu komputer,” terang CEO Volantis Bachtiar Rifai.

Salah satu bidang AI yang banyak diterapkan di bisnis Indonesia adalah NLP. Menggunakan cabang ilmu ini, teknologi mampu membaca inputan bahasa Indonesia kemudian merespons secara natural. Semuanya otomatis. Teknologi AI berperan menerjemahkan maksud dan memberikan respons yang relevan.

Startup yang menerapkan teknologi ini adalah Kata.ai. CTO Kata.ai Pria Purnama menjelaskan, saat ini mereka memiliki 2 Senior Research Scientist dan 1 Machine Learning Engineer. Semuanya orang Indonesia. Hanya saja mereka adalah lulusan luar negeri, yaitu Italia, Inggris, dan Jerman.

“Benang merahnya ada satu: orang Indonesia yang paham bagaimana tantangannya membuat NLP Bahasa Indonesia,” jelasnya.

Di lini bisnis yang hampir sama hadir Prosa.ai. Teguh Budiarto, CEO Prosa.ai, menceritakan pihaknya saat ini membangun building blocks technology berupa fungsi AI untuk menghasilkan analisis maupun kemampuan merespons data. Hasilnya diimplementasikan dalam bentuk chatbot, sentiment analysis, dan regulatory technology untuk data berupa teks. Data suara akan menghasilkan solusi voice biometric, call center transcription, dan semacamnya; sedangkan data image dan video untuk people and vehicle management system.

“Kami ada lebih dari 30 orang AI engineer dan lebih dari 20 orang software engineer. Dibantu persiapan data oleh lebih dari 60 orang annotator, baik itu untuk data text, suara maupun image atau video. 100% mereka talenta lokal,” terang Teguh.

Sementara Bahasa.ai mengombinasikan kemampuan AI dan WhatsApp untuk layanan yang secara otomatis mengakomodir kebutuhan pengguna. Mereka memiliki sejumlah klien kenamaan, seperti DANA, Smartfren, Bank Sinarmas, dan Sociolla.

“Tim inti yang mengembangkan core model natural language processing kami ada 3 orang AI engineer (termasuk salah satu founder), dibantu beberapa software engineer yang membantu implementasi model tersebut di real business use. Sampai saat ini kami masih dibantu dengan 100% talenta dalam negeri. Karena bisnis kami adalah mengembangkan teknologi AI untuk pemahaman Bahasa Indonesia, kami ingin semua tim kami memiliki konteks bahasa yang lengkap—yang hanya dapat didapat oleh penutur asli bahasa tersebut,” ungkap Co-Founder & Chief AI Bahasa.ai Samsul Rahmadani.

Kemudian ada Nodeflux. Startup yang bergerak di bidang vision AI ini menyediakan solusi mengubah data gambar atau video menjadi data terstruktur atau informasi yang bermanfaat.

Co-founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto menjelaskan, saat ini mereka memiliki 50 engineer dan semuanya talenta lokal.

“Iya untuk talenta engineer AI, kita untuk pengkaderan akan ada semacam mentoring dari senior level AI engineer ke junior level, di mana senior AI engineer akan bersama-sama junior engineer menyelesaikan computer vision case, mulai dari membuat model analytics hingga optimisasi dan experiment,” terang Meidy.

DailySocial juga berbincang dengan dua startup unicorn Indonesia, Bukalapak dan Gojek.

Head of AI Research Bukalapak Muhammad Ghifary menceritakan bahwa mereka memiliki divisi khusus AI. Divisi tersebut fokus pada penyediaan dan inovasi produk dan layaan berbasis AI. Ada dua proses yang berkaitan dengan AI, yakni R&D dan engineering. Proses R&D bertujuan menghasilkan model atau solusi AI yang melakukan fungsi-fungsi tertentu. Sementara proses engineering dilakukan agar solusi AI tersebut mampu diimplementasi dan digunakan di skala besar.

“Saat ini kurang lebih ada 14 engineer AI yang semuanya merupakan talenta-talenta dalam negeri dengan latar belakang pendidikan dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Ghifary.

Di Gojek, tim yang bertanggung jawab mengembangkan dan menerapkan teknologi AI adalah tim data science. Tim ini mengikuti proses CRISP-DM (Cross Industry Standard Process for Data Mining). Gojek memiliki sekitar 40 data scientist dan 20 machine learning engineer.

“Sebagai global company, tim kami tersebar di berbagai negara, yaitu Indonesia, Singapura, India, dan Thailand,” ujar Senior Data Scientist Gojek Ardya Dipta.

Talente AI engineer

Pengelolaan dan pengembangan tim

Di Volantis, pembentukan tim AI melalui beberapa tahap penyaringan, baik melalui tes tertulis maupun wawancara. Talenta yang dicari adalah mereka dengan kemampuan logika dan problem solving yang cemerlang. Ketika sudah berhasil bergabung, mereka akan didukung sarana riset dan pengembangan yang mumpuni sehingga bisa berkembang dan memberikan value ke perusahaan.

Untuk Kata.ai, mereka aktif dan rutin melakukan bedah paper, inovasi baru apapun yang sudah dipublikasikan akan dibahas. Jika ada yang dinilai sesuai dengan kebutuhan, mereka akan mengembangkannya lebih lanjut.

“Hasilnya dapat berubah improvement di platform Kata.ai dan juga kita publikasikan kembali. Biasanya kita publish 2/3 paper per tahunnya di konferensi seperti INACL, ACL, CICLing, dan semacamnya,” jelas Pria.

Pengembangan dan review paper juga dilakukan tim engineer AI di Bahasa.ai. Setiap penelitian baru bertema AI akan dibahas, didiskusikan, hingga diimplementasikan jika perlu. Ini mereka lakukan agar tetap update terhadap perkembangan teknologi.

Pengelolaan dan pengembangan di Prosa.ai dimulai dengan seleksi dengan kualifikasi yang cukup lengkap. Di dalam perusahaan mereka melakukan pengkaderan dengan menyelenggarakan pelatihan yang terbagi menjadi beberapa level, sharing pengembangan teknologi AI, hingga mengirim anggota tim untuk menghadiri pelatihan, meetup, dan acara semacamnya di dalam maupun luar negeri.

“Prosa menyediakan sarana secara infrastruktur, serta dukungan biaya pelatihan disesuaikan dengan rekomendasi dari supervisor / lead di masing-masing divisi, yang dapat diajukan oleh setiap engineer. Kalau proposal disetujui, mereka bisa mengikutinya dengan dukungan penuh maupun sebagian,” imbuh Teguh.

Sementara di Nodeflux, tim engineer AI setidaknya harus memiliki minat dan kemampuan di bidang terkait. Selanjutnya ketika sudah menjadi bagian tim mereka akan mendapatkan sesi peer tutorial, tempat sesama engineer AI berbagi pengetahuan.

“Sumber referensi untuk ide-ide terkait AI biasanya dari research paper yang bersumber dari institusi, jurnal dan konferensi-konferensi terkemuka.  Itupun tidak semua dapat diterapkan. Engineer AI secara reguler mendiskusikan research paper dan aplikasinya serta membuat eksperimen yang dapat diterapkan di pekerjaan,” jelas Meidy.

Sementara untuk bisa menjadi tim engineer AI di Bukalapak dibutuhkan beberapa keahlian, seperti pengolahan dan analisis data, pengembangan model/solusi AI, hingga implementasi perangkat lunak berbasis AI untuk skala besar. Di samping itu dibutuhkan pula kemampuan matematis dan problem solving yang kuat.

Menurut Ghifary, Bukalapak memberikan kesempatan bagi anggota tim engineer AI untuk berkembang melalui development program yang mereka miliki. Training dan knowledge sharing juga menjadi tradisi di dalam tim.

Ardya menceritakan environment di Gojek sangat mendukung untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan. Selain adanya sesi knowledge sharing rutin mereka juga memiliki study group yang tiap minggunya membahas buku-buku yang berkatian.

“Penularan ilmu juga dapat dilakukan pada saat mengerjakan proyek bersama, yaitu dengan cara data scientist yang lebih senior memberikan mentorship ke yang lebih junior sambil melakukan review berkala secara mendalam. Setiap review terdokumentasi dengan baik dan ada sign-off dari mentor bahwa proyek yang dilakukan sudah sesuai dengan standar,” imbuh Ardya.

Susahkah mencari talenta?

Semakin banyaknya perusahaan yang menghadirkan dan mengembangkan solusi AI menciptakan kebutuhan engineer AI yang semakin meningkat. Bachtiar menilai di Indonesia banyak talenta yang hebat, hanya saja kesulitan utama yang ditemui adalah membentuk budaya inisiatif dan berfikir yang strategis.

“Kelemahan kita terkadang kita cenderung pasif walaupun sebenarnya mampu,” terangnya.

Sementara bagi Meidy, pencarian talenta secara umum merupakan tantangan tersendiri. Fokusnya tidak hanya pada skill tapi juga attitude yang sesuai dengan kultur perusahaan dan kemampuan untuk berkolaborasi. Apalagi AI adalah area yang masih terus berkembang.

“Gampang-gampang susah. Tentu saja experienced talent lebih susah karena selain perusahaan AI di Indonesia belum banyak, engineer AI cenderung berminat pada data text atau speech atau vision saja [satu cabang ilmu saja –red]. Tidak mudah mencarinya yang bagus-bagus performanya,” terang Teguh.

Bahasa.ai sendiri fokus mencari talenta yang memiliki keunggulan dua bidang, karena belum banyak pendidikan khusus di bidang studi AI.

“Biasanya kita mencari antara 2 macam orang: lulusan computer science yang mahir dalam matematika, atau lulusan matematika yang mahir dalam programming,” imbuh Samsul.

Sementara Gojek melihat masih adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara kebutuhan dan ketersediaan talenta engineer AI di Indonesia. Gojek berusaha menghadirkan beberapa solusi terkait hal ini dengan menghadirkan GoAcademy, Upscale,  Bangkit, Gojek Xcelerate, hingga Community up dan meetup Data Science.

“Saat ini Gojek memiliki ribuan karyawan di Asia Tenggara dengan lebih dari 30 kewarganegaraan. Kami berharap adanya asimilasi talenta tersebut dapat mendorong akselerasi untuk pengembangan skill dan mencetak talenta-talenta berkualitas dunia, serta mendapatkan eksposur perusahaan multinasional dengan berbagai tantangan serta key learning-nya,” tutup Ardya.

Penerapan teknologi di startup Indonesia kebanyakan baru menyentuh sisi dasar, karena kebanyakan permasalahan belum membutuhkan penerapan teknologi canggih

Potensi Penerapan Teknologi Tingkat Lanjut di Startup Indonesia

Dalam sebuah percakapan dengan beberapa investor di Indonesia, disinyalir fokus kebanyakan startup teknologi di Indonesia baru sebatas implementasi produk, pemberian layanan paripurna, dan pemasaran demi mendapatkan pertumbuhan yang pesat.

Ketika membicarakan inovasi, apakah penerapan startup hanya terbatas ke kebutuhan mendasar atau mereka bakal terus berevolusi untuk menerapkan teknologi semakin dalam seperti produk-produk di pusat teknologi dunia?

Produk tepat guna, layanan yang utama

Secara umum, kegiatan dan kemampuan startup-startup di Indonesia sudah mampu untuk mendisrupsi pasar yang sudah ada. Idealnya, untuk mengembangkan produk yang tepat guna, startup harus bisa memprioritaskan teknologi yang ingin diimplementasikan. Menurut Chief Innovation Officer DOKU Rudianto, di tahap awal dari sebuah startup teknologi, hal yang paling penting adalah mendapatkan product-market fit.

“Karena itu, startup perlu memilih teknologi yang mendukung sistem pembangunan dengan kecepatan yang ekstrem. Sedangkan untuk layanan, startup harus menghapus ide memiliki fungsi lengkap, dengan membangun fungsionalisasi minimum dan fokus pada layanan hingga pengumpulan data dan tentunya mendengarkan feedback dari pengguna,” kata Rudianto.

Sementara CEO Sirclo Brian Marshal melihat, di konteks startup yang fokus pada pasar Indonesia, layanan merupakan prioritas utama.

“Menurut saya pendekatan ini sejalan dengan mindset untuk tetap agile di kondisi pasar yang begitu dinamis. Mengidentifikasi apa yang sedang dibutuhkan oleh konsumen dapat membantu bisnis untuk menghadirkan teknologi yang tepat guna,” kata Brian.

Jika startup mampu menghasilkan teknologi yang terbilang canggih dan benar-benar dibutuhkan saat ini, pastikan mereka sudah memiliki target pasar dan menyesuaikan kondisi.

“Yang menjadi perhatian adalah tidak perlu startup Indonesia bersaing dalam hal teknologi dengan startup secara global. Ciptakan inovasi yang sesuai dan terus fokus ke pertumbuhan bisnis, strategi akuisisi target pengguna, dan penguatan unit ekonomi startup,” kata Founder & Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto.

Fokus ke ekosistem dasar

Sesungguhnya startup Indonesia memiliki potensi untuk menerapkan teknologi tingkat lanjut. Meskipun demikian, karena minimnya dukungan dari pemerintah dan pasar, startup lokal kebanyakan masih fokus ke ekosistem paling mendasar dan tidak banyak menawarkan teknologi baru.

Langkah strategis ini sah-sah saja selama startup memiliki target pasar yang tepat dan unit ekonomi yang kuat. Pada akhirnya, menyesuaikan kondisi dan seiring berjalannya waktu, teknologi yang relevan dan “lebih dalam” bisa dikembangkan sesuai capital yang dimiliki dan kegiatan fundraising yang terus dilakukan.

“Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga startup di negara Asia Tenggara lainnya. Keuntungan yang dimiliki startup Indonesia adalah populasi generasi muda yang besar dan pasar yang luas. Menjadi penting untuk kemudian [startup lokal] fokus kepada pasar dan pondasi unit ekonomi yang kuat,” kata Chandra.

Menurut Brian, teknologi yang langsung dirasakan oleh pengguna di Indonesia belum ada yang sifatnya “frontier“. Masih jarang ditemukan startup lokal yang mengadopsi teknologi yang belum pernah diterapkan di region lain.

“[Meskipun demikian] berbagai startup besar di Indonesia mampu menghadirkan teknologi dengan infrastruktur kuat dan sophisticated guna enabling aktivitas digital yang kompleks. Contohnya seperti enabling transaksi yang berlangsung selama flash sale Harbolnas 12.12 tanpa adanya downtime,” kata Brian.

Menurut CEO DycodeX Andri Yadi, tidak dapat dipungkiri masih sedikit investor yang tertarik menggelontorkan dana mereka ke startup yang memang fokus untuk mengembangkan teknologi. Namun, pada akhirnya, kendala tersebut tidak membuat penggiat startup patah semangat untuk terus membangun teknologi baru.

“Pada akhirnya, apakah mendapat dukungan pendanaan atau tidak, bisnis harus terus berjalan. Dan teknologi serta inovasi baru tetap harus diciptakan,” kata Andri.

Di sisi lain, para investor melihat, ketika founder berniat menggalang dana ke VC, pastikan teknologi yang diterapkan adalah nyata. Hindari melakukan sugar coating dengan harapan bisa mendapatkan pendanaan saja.

“Sebenarnya startup Indonesia memiliki potensi, namun masih belum cukup. Sulit bagi mereka untuk meyakinkan pasar jika teknologi dan inovasi baru dihadirkan. [..] Pastikan ide dan teknologi tersebut adalah jujur dan nyata,” kata VP Investment Kejora-SBI Orbit Fund Richie Wirjan.

Potensi penerapan teknologi lanjutan

Saat ini sudah ada beberapa startup yang fokus ke penerapan teknologi AI, IoT, Big Data, dan lainnya. Namun kenyataannya, lebih dari 90% kasus bisnis sebenarnya dapat dipenuhi dengan teknologi yang mendasar untuk saat ini. Kebanyakan penggiat startup masih belum melihat adanya urgensi untuk fokus ke pengembangan teknologi lanjutan.

“Standar ‘dasar’ saat ini menjadi lebih meningkat kualitasnya. Integrasi berkelanjutan juga menjadi lebih umum saat ini,” kata Rudianto.

Diharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi startup yang menawarkan inovasi dan teknologi tingkat lanjut untuk masyarakat Indonesia.

“Agar mampu menghadirkan teknologi yang sophisticated, para stakeholder harus mengutamakan aspek riset dalam pengembangan infrastruktur yang memadai,” kata Brian.

Selain itu, cara lain untuk memancing lebih banyak inovasi baru adalah merekrut tenaga kerja profesional yang sudah memiliki pengalaman bekerja di perusahaan teknologi luar negeri, khususnya di pusat-pusat teknologi dunia.

“Sebenarnya Indonesia memiliki kumpulan diaspora yang telah bekerja di perusahaan teknologi global. Untuk merekrut orang-orang ini dengan pengetahuan teknologi tingkat dunia, misalnya PhD di Computer Vision, kita perlu memiliki cadangan keuangan yang sangat kuat. Cara lain yang lebih terjangkau adalah mengembangkan sendiri world-level people,” kata Rudianto.

Bahasa.ai Secures Follow-on Funding Led by East Ventures

Bahasa.ai, a startup developer of the NLP / NLU platform for the Indonesian language, announced continued funding with a nominal, led by its previous investor, East Ventures. This round was attended by new investors, such as DIVA, SMDV, and Plug and Play Indonesia.

Previously, Bahasa.ai received seed funding from East Ventures with undisclosed value in August 2018. Bahasa.ai’s Co-Founder & CEO, Hokiman Kurniawan cannot reveal any further details related to this round while in contact with DailySocial.

“This round is after the seed funding and we don’t put a series. The entrance [of new investors] has started from the beginning of the year,” he said, Wednesday (1/7).

DIVA, as a publicly listed company, in its official statement wrote the Bahasa.ai’s investment was launched in April 2020 through a subsidiary company. The investment aims to strengthen one of its products, DIVA Intelligent Instant Messaging to provide a 360-degree experience to consumers, especially those who are less tech-savvy.

The entrance of Bahasa.ai, indeed, broadens user’s target segment. DIVA alone focuses on the SME segment, while Bahasa.ai supports e-commerce players, banking, and the modern retail segment.

The company’s business transformation has changed, from B2B2C to B2C, allowing access to user engagement and facilitating access to relevant products and services with faster and more accurate responses.

“Bahasa.ai has a healthy business model and a strong track record in supporting large companies and leading e-commerce players in empowering their business in digital technology, especially in the area of ​​chatbot and AI technology,” the company wrote.

The Company hopes that by connecting the company with the DIVA Group, Bahasa.ai can enter the larger ecosystem, both commercially and financially. Several companies have used the company’s service, including Dana, Tokopedia, Sinarmas Bank, Bussan Auto Finance, and Panorama JTB.

Bahasa.ai applies a neutral network algorithm that is unique to Indonesian, allowing the chatbot platform to interact with consumers in a natural way. Like talking with a personal assistant or friend.

Typographical errors, informal phrases, and Indonesian slang can be detected and predicted by Bahasa.ai because Bahasa.ai memorizes and predicts repeated behavior or frequent transactions.

Bahasa.ai offers appropriate and relevant advice for its users. Also, another capability as an advantage, the “push notification” feature that offers relevant call-to-action, based on customer profiles and existing history.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahasa.ai, startup pengembang platform NLP/NLU untuk Bahasa Indonesia mendapat pendanaan lanjutan dipimpin East Ventures, diikuti oleh investor baru DIVA, SMDV, dan Plug and Play Indonesia

Bahasa.ai Kantongi Pendanaan Lanjutan Dipimpin East Ventures

Bahasa.ai, startup pengembang platform NLP/NLU untuk Bahasa Indonesia, mengumumkan pendanaan lanjutan dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin investor terdahulunya, East Ventures. Putaran ini diikuti oleh jajaran investor baru, seperti DIVA, SMDV, dan Plug and Play Indonesia.

Sebelumnya, Bahasa.ai mengantongi pendanaan tahap awal dari East Ventures dengan nominal dirahasiakan pada Agustus 2018. Detail terkait putaran terbaru ini belum bisa dipaparkan lebih lanjut oleh Co-Founder & CEO Bahasa.ai Hokiman Kurniawan saat dihubungi oleh DailySocial.

Round ini setelah seed dan tidak kita beri seri. Masuknya [para investor] sudah dari awal tahun,” katanya, Rabu (1/7).

Mengingat DIVA adalah perusahaan terbuka, dalam keterangan resminya dipaparkan investasi ke Bahasa.ai dilakukan pada April 2020 melalui entitas anak perseroan. Tujuan dari investasi ini adalah memperkuat salah satu produknya, yakni DIVA Intelligent Instant Messaging memberikan pengalaman 360 derajat kepada konsumen, terutama segmen yang kurang melek teknologi.

Masuknya Bahasa.ai, tentunya memperluas target segmen pengguna. DIVA sendiri fokus pada segmen UKM, sementara Bahasa.ai mendukung pemain e-commerce, perbankan, dan segmen ritel modern.

Transformasi bisnis perseroan pun berubah, dari B2B2C menjadi B2C, memungkinkan akses ke user engagement dan memfasilitasi akses ke produk dan layanan yang relevan dengan respons yang lebih cepat dan akurat.

“Bahasa.ai memiliki bisnis model yang sehat dan rekam jejak yang kuat dalam mendukung perusahaan besar dan pemain e-commerce terkemuka dalam memberdayakan bisnisnya dalam teknologi digital, terutama pada area chatbot dan teknologi AI,” tulis perseroan.

Perseroan berharap dengan menghubungkan perusahaan dengan Grup DIVA, Bahasa.ai dapat memasuki ekosistem yang lebih besar, baik secara komersial dan finansial. Sejumlah perusahaan yang menjadi klien perseroan di antaranya adalah Dana, Tokopedia, Bank Sinarmas, Bussan Auto Finance, dan Panorama JTB.

Bahasa.ai mengaplikasikan algoritma jaringan netral yang unik bagi Bahasa Indonesia, memungkinkan platform chatbot untuk berinteraksi dengan konsumen dengan cara alami. Seperti halnya berbicara dengan asisten pribadi atau teman.

Kesalahan ketik, frasa informal, dan bahasa gaul Indonesia dapat dideteksi dan diprediksi oleh Bahasa.ai karena Bahasa.ai menghafal dan memprediksi perilaku berulang atau transaksi yang sering dilakukan.

Bahasa.ai menawarkan saran yang tepat dan relevan bagi penggunanya. Kapabilitas lainnya yang menjadi kelebihan adalah fitur “push notification” yang menawarkan calls-to-action yang relevan, berdasarkan profil konsumen dan riwayat yang ada.

Bahasa.ai focused on developing NLP/NLU for Bahasa Indonesia

Bahasa.ai Receives Seed Funding From East Ventures

Bahasa.ai, an NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) platform development startup for Bahasa Indonesia, receives seed funding from East Ventures. The value is undisclosed. The plan is to use funding for accelerating mission to develop artificial intelligence platform.

Previously, Hokiman Kurniawan, Bahasa.ai’s Co-Founder and CEO, has explained its business strategy in an interview with DailySocial. Its focus is to produce more comprehensive Bahasa Indonesia skills for machines. One of which is applied in chatbot.

Melisa Irene, East Ventures’ Principal, said that the NLP / NLU-based platform developed by Bahasa.ai will be very relevant in Indonesia, because of unique variants and dialects in Bahasa Indonesia.

In daily communication, the non-KBBI slang and spelling terms keep showing and being used. Artificial Intelligence-based solutions, combined with machine learning, can improve the computer skills in understanding Bahasa Indonesia. Therefore, when being implemented (for chatbot, as an example) will become more attractive.

Samsul Rahmadani, Bahasa.ai‘s Head of AI, said in his statement, by increasing artificial intelligence technology, brands are expected to produce communication channels which capable to interact naturally and personally. Bahasa.ai introduces PaaS products to help brands or businesses in developing a chatbot strategy.

Competition among local chatbots

Creating artificial intelligence is not an easy deal, but many local startups are counting their luck in this vertical. Currently, there are many startups targeting AI-based products segment, particularly in chatbot implementation. They are Kata.ai, Botika, Bang Joni, Eva, and many others.

The development can’t be separated from industrial needs. Business players are competing to present new ways which more effective and efficient in terms of customer service. Chatbot-based solutions are considered capable to accommodate these needs. Many companies are already adopting, from telecommunications, bankings, and some e-commerce services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahasa.ai fokus kembangkan teknologi NLP/NLU untuk Bahasa Indonesia

Bahasa.ai Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Bahasa.ai sebagai startup pengembangan platform NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) untuk Bahasa Indonesia, hari ini (23/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal (seed funding) dari East Ventures. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang didapat. Rencananya akan digunakan untuk mempercepat misinya dalam mengembangkan platform kecerdasan buatan.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO Bahasa.ai, Hokiman Kurniawan, sudah menerangkan strategi bisnisnya. Fokus Bahasa.ai adalah menghasilkan kemampuan Bahasa Indonesia yang lebih komprehensif untuk mesin komputer. Salah satunya diterapkan dalam chatbot.

Principal East Ventures, Melisa Irene, dalam sambutannya mengatakan bahwa platform berbasis NLP/NLU yang dikembangkan oleh Bahasa.ai akan sangat relevan di Indonesia. Hal ini mengingat adanya variasi dan dialek yang unik dalam Bahasa Indonesia.

Dalam komunikasi sehari-hari, istilah slang dan ejaan non-KBBI terus hadir dan digunakan. Solusi berbasis kecerdasan buatan –dikombinasikan dengan pembelajaran mesin—dapat meningkatkan kemampuan komputer dalam memahami Bahasa Indonesia. Sehingga saat diimplementasikan (misalnya ke dalam chatbot) akan menjadi lebih atraktif.

Chief AI Bahasa.ai, Samsul Rahmadani, dalam keterangan tertulisnya mengatakan dengan peningkatan teknologi kecerdasan buatan harapannya brand dapat menghasilkan kanal komunikasi yang dapat berinteraksi secara alami dan lebih personal. Bahasa.ai menghadirkan produk PaaS yang dapat membantu brand atau bisnis mengembangkan strategi chatbot-nya.

Persaingan bisnis chatbot lokal

Membuat produk berbasis kecerdasan buatan bukan perkara mudah, kendati demikian banyak startup lokal yang mencoba keberuntungan di vertikal tersebut. Saat ini sudah sangat banyak startup (atau hasil pivot startup) yang menyasar segmentasi produk berbasis AI, khususnya untuk implementasi chatbot. Sebut saja Kata.ai, Botika, Qiscus, Bang Joni, Eva dan sebagainya.

Perkembangan tersebut tak terlepas dari kebutuhan industri. Pemain bisnis berlomba-lomba menghadirkan cara baru yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan pelanggan. Solusi berbasis chatbot dinilai mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Saat ini, banyak perusahaan yang mulai mengadaptasi, dari perusahaan telekomunikasi, perbankan, hingga e-commerce.

Bahasa.ai fokus kembangkan teknologi NLP/NLU untuk Bahasa Indonesia

Bahasa.ai Ingin Hadirkan Mesin Chatbot dengan Bahasa Indonesia yang Lebih Baik

Bahasa.ai merupakan sebuah startup pengembangan NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) untuk Bahasa Indonesia. Dikemas dalam PaaS (Platform as a Services), teknologi Bahasa.ai memungkinkan produk kecerdasan buatan memiliki kemampuan Bahasa Indonesia yang lebih relevan. Implementasi NLP/NLU bisa di berbagai macam area, salah satu yang paling populer saat ini untuk pengembangan layanan chatbot.

Hokiman Kurniawan, Co-Founder & CEO Bahasa.ai, menerangkan bahwa visi startup yang digawanginya ialah membuat mesin dapat berinteraksi mulus secara manusia dalam Bahasa Indonesia. Bahasa.ai berkomitmen menerapkan strategi kecerdasan buatan yang memberikan dampak nyata dalam bisnis. Sehingga Hokiman menegaskan bahwa ia tidak berfokus pada kuantitas implementasi, melainkan target capaian dari penerapannya.

“Mengenai chatbot, kami punya filosofi sendiri dalam membantu klien. Sekarang di market banyak chatbot gimmick, yaitu hanya dibuat supaya klien terlihat keren tanpa punya objektif bisnis tepat. Bahasa.ai menerapkan strategi chatbot yang memberikan impact bisnis. Artinya strategi chatbot ini hasilnya bisa dilihat di laporan keuangan klien. Misalnya salah satu klien kita yang berhasil meningkatkan sales 600-900 juta per bulan berkat strategi chatbot-nya,” terang Hokiman.

Selain Hokiman, Bahasa.ai didirikan oleh dua co-founder lainnya, yakni Fathur Rachman Widhiantoko (CTO) dan Samsul Rahmadani (Chief AI). Ketiganya adalah teman saat kuliah di Universitas Indonesia. Sempat riset bersama untuk masalah kecerdasan buatan juga. Bahasa.ai sendiri didirikan pada bulan Agustus 2017.

Co-founder Bahasa.ai
Co-founder Bahasa.ai

Dapat diterapkan untuk chatbot multi-kanal

Penggunaan Bahasa.ai untuk pengembangan chatbot dapat didesain multi-kanal. Jika penerapannya dalam bisnis jual-beli, chatbot dapat membantu proses transaksi dari aplikasi populer pelanggan (misal WhatsApp, LINE dll). Kemampuan ini dinilai akan menghadirkan layanan minim friksi, sehingga memberikan kenyamanan bagi pelanggan. Dalam skenario lain, bisa diterapkan juga untuk layanan pelanggan 24 jam.

“Banyak yang kami lakukan supaya engine bisa memiliki kemampuan Bahasa Indonesia paling baik. Dan banyak juga tantangannya, misalnya Bahasa Indonesia yang sehari-hari digunakan banyak sekali slangnya. Isitlah slang ini sangat dinamis, tiap saat bisa bertambah istilah baru. Bahasa.ai punya engine sendiri yang tugasnya melakukan pemanenan data di media sosial. Nanti data itu bakal diolah oleh engine lainnya supaya data Bahasa Indonesia diperbarui,” lanjut Hokiman.

Untuk meningkatkan operasional bisnis, Bahasa.ai mengaku tengah menyelesaikan fundraising – akan diumumkan dalam waktu dekat. Selain itu, Bahasa.ai juga terpilih menjadi salah satu kontingen program akselerasi Plug and Play Batch 3 bersama 16 startup lainnya.

“Target kami tahun 2018 hanya akan melayani maksimal 8 klien saja. Tapi kami ingin lihat semua produknya dapat mendatangkan revenue tambahan. Yang salah di industri kini, AI banyak yang dijadikan gimmick. Akhirnya ini akan merugikan industri. Padahal AI punya potensi yang sangat besar sekali. Mungkin sekarang jaman yang mudah bagi SaaS AI untuk jualan, tapi bukan itu yang kami cari,” tutup Hokiman.