Tag Archives: balap drone

DJI Digital FPV System Siap Manjakan Para Pembalap Drone Tanpa Mengorbankan Performa

DJI punya suguhan menarik bagi para penggiat balap drone dalam wujud satu paket bernama Digital FPV System. FPV sendiri merupakan singkatan dari first-person view, dan bundel ini memang diciptakan untuk ‘memindah’ pandangan para pembalap drone dari tubuhnya menuju ke drone yang diterbangkan.

Yang sangat menarik adalah bagaimana DJI mengandalkan teknologi digital ketimbang analog. Umumnya, sistem FPV analog lebih dipilih karena sangat unggul perihal performa; apa yang tampak dari sudut pandang drone bisa langsung diteruskan ke pandangan pengguna tanpa jeda sedikitpun. Namun kekurangannya, kualitas visualnya begitu buruk.

Sistem FPV digital di sisi lain dikenal selalu bermasalah soal latency. Gambar yang diteruskan memang bagus, akan tetapi ada jeda cukup signifikan sehingga langsung berpengaruh pada performa masing-masing pembalap. DJI Digital FPV System rupanya tidak demikian.

DJI Digital FPV System

DJI mengaku telah mengembangkan teknologi transmisi video yang sangat efisien dengan Digital FPV System, sanggup meneruskan video dari jarak hingga sejauh 4 km, dengan latency tak lebih dari 28 milidetik. Ya, masih ada jeda memang, tapi 28 milidetik itu bisa dibilang nyaris tidak terasa, sehingga semestinya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kemampuan bermanuver masing-masing pembalap.

Sistem ini terdiri dari empat komponen: 1) sebuah “air unit” yang bertindak sebagai pemancar sekaligus external recorder usai dipasangkan ke drone, 2) sebuah kamera dengan kemampuan merekam video 1080p 60 fps, 3) sebuah HMD (head-mounted display) atau yang dikenal juga dengan istilah FPV goggles, dan terakhir 4) sebuah remote control wireless.

DJI Digital FPV System

Selagi mengudara dan meneruskan video 720p 120 fps ke FPV goggles, drone yang telah dipasangi air unit beserta kamera rupanya juga dapat merekam videonya ke kartu microSD. Sebagai cadangan ekstra, pengguna juga dapat menekan tombol pada FPV goggles untuk seketika itu juga merekam apa yang dilihatnya dan menyimpannya ke kartu microSD yang menancap pada goggles.

Fitur terakhir ini sangat berguna seandainya drone gagal mendarat, atau terlibat kasus lain sehingga microSD-nya tak bisa diselamatkan. Hanya dengan satu klik tombol saja, pengguna sudah mempunyai video rekaman cadangan, meski memang resolusinya hanya terbatas di 720p 60 fps.

DJI Digital FPV System

Ini sebenarnya bukan pertama kalinya DJI mengembangkan sistem FPV digital. Dua tahun lalu, mereka sempat memasarkan DJI Goggles, yang beberapa bulan kemudian bahkan disusul oleh varian balapnya, Goggles RE. Bedanya, kedua perangkat tersebut hanya kompatibel dengan drone bikinan DJI sendiri, sedangkan Digital FPV System yang terkesan lebih rakitan ini bahkan dapat disandingkan dengan sistem FPV analog sekalipun jika perlu.

DJI berencana memasarkan Digital FPV System dalam dua bundel yang berbeda. Bundel yang pertama dihargai $819 dan mencakup dua air unit, dua kamera, dan FPV goggles (tanpa remote control). Bundel yang kedua dibanderol $929 dan mencakup masing-masing satu unit dari keempat komponennya itu tadi.

Sumber: DJI dan The Verge.

Fat Shark 101 Adalah Paket Lengkap untuk Memulai Hobi Balap Drone

Merebaknya tren drone seakan menghidupkan kembali hobi para penggemar mobil R/C (remote control), yaitu balapan. Namun kalau dulu balapannya berlangsung di daratan, sekarang ajang adu cepatnya melibatkan robot terbang alias drone.

Balap drone memang masih tergolong baru, akan tetapi trennya terus melambung, dan organisasi sekelas ESPN pun sempat mengutarakan harapannya agar drone racing bisa sepopuler Formula 1. Singkat cerita, balap drone tak bisa lagi dipandang sebelah mata, bahkan DJI pun belum lama ini merilis semacam headset yang dikhususkan untuk hobi baru ini.

Di tempat lain, ada pabrikan bernama Fat Shark yang mengawali kiprahnya di bidang mobil R/C, namun belakangan menjadi populer di kalangan pembalap drone berkat deretan FPV (first person view) headset-nya. Menjelang pergantian tahun, Fat Shark memutuskan untuk memulai babak baru dengan merilis racing drone-nya sendiri.

Fat Shark 101

Dijuluki Fat Shark 101, ini merupakan paket lengkap seharga $249 untuk memulai hobi balap drone. Pada bundelnya, konsumen akan mendapatkan sebuah drone, FPV headset dan remote controller, yang semuanya siap untuk dijadikan gaco balapan sesaat setelah dikeluarkan dari dalam boks, tanpa perlu merakit apa-apa.

Drone-nya sendiri cukup imut, dengan wujud menyerupai seekor ikan hiu. Untuk headset-nya, meski terkesan simpel namun Fat Shark cukup yakin akan kemampuannya menyajikan live feed dari kamera drone tanpa mengalami lag atau stuttering.

Meski Fat Shark mendeskripsikannya sebagai “Drone Training System”, 101 sebenarnya merupakan sebuah platform yang dapat di-upgrade. Artinya, sejumlah komponennya bisa dilepas dan diganti dengan yang baru atau yang lebih superior, semuanya tinggal menyesuaikan dengan bakat pengguna yang semakin terasah.

Sumber: The Verge.

DJI Goggles RE Bantu Anda Rasakan Pengalaman Balap Drone dari Sudut Pandang Orang Pertama

Masih ingat dengan DJI Goggles, perangkat mirip VR headset yang memungkinkan penggunanya untuk mengendalikan drone hanya dengan menggerak-gerakkan kepalanya sekaligus melihat apapun yang ditangkap kamera drone dari sudut pandang orang pertama? DJI baru saja merilis varian barunya yang bernama DJI Goggles RE (Racing Edition).

Seperti yang sudah bisa diduga, perangkat ini dimaksudkan bagi para penggemar balap drone. Desainnya sama persis, hanya saja balutan warna putihnya telah diganti dengan hitam matte, diikuti oleh bantalan kulit berwarna merah yang mengitari kepala pengguna.

Hampir semua fitur DJI Goggles versi standar masih dipertahankan, dan versi ini juga kompatibel dengan banyak model sekaligus, tepatnya Spark, Mavic Pro, Phantom 4 dan Inspire 2. Lebih menarik lagi, Goggles RE rupanya juga kompatibel dengan sejumlah racing drone dengan memanfaatkan sambungan ke controller-nya.

DJI Goggles RE (Racing Edition)

Tidak cuma drone, Anda bahkan bisa menggunakannya bersama mobil R/C kalau mau. Rahasianya terletak pada dua modul pelengkap Goggles RE, yakni DJI OcuSync Air Unit dan OcuSync Camera, yang dapat dipasangkan ke mobil R/C, maupun beragam kendaraan lain yang dikendalikan dengan remote control.

OcuSync Air Unit pada dasarnya merupakan modul pemancar sinyal yang memanfaatkan frekuensi 2,4 atau 5,8 GHz untuk meneruskan video dari drone atau mobil R/C ke Goggles RE, dengan latency yang sangat rendah di kisaran 50 ms. Kalau pengguna memilih resolusi preview video 480p, OcuSync Air Unit bahkan bisa menyuguhkan koneksi yang stabil hingga sejauh 7 kilometer.

OcuSync Camera di sisi lain mengandalkan sensor berukuran 1/3 inci untuk merekam video beresolusi maksimum 1280 x 960 pixel. Lensanya memiliki sudut pandang yang cukup luas di angka 148 derajat, dan yang lebih menarik lagi, modul kamera ini mengandalkan global shutter agar efek rolling shutter yang kerap muncul dalam aksi-aksi cepat bisa tereliminasi.

DJI Goggles RE (Racing Edition)

Selebihnya, fitur yang ditawarkan Goggles RE identik dengan Goggles versi standar. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama enam jam sebelum perlu diisi ulang.

DJI bakal memasarkan Goggles RE mulai akhir November ini seharga $549. OcuSync Air Unit dan OcuSync Camera dibundel bersama Goggles RE, dan dibanderol seharga $859.

Sumber: DJI.

Kecil tapi Gesit, Drone Parrot Mambo FPV Diciptakan untuk Balapan

Parrot baru saja memperkenalkan sebuah drone mini yang cukup menarik. Bernama Mambo FPV, ia sebenarnya merupakan kurir rayuan gombal yang sama seperti yang diluncurkan tahun lalu, namun yang telah beralih fungsi menjadi drone balap dengan bantuan sebuah kamera 720p dan headset ala Samsung Gear VR.

Mambo FPV dapat terbang hingga setinggi 100 meter dan dalam kecepatan maksimum 29 km/jam. Untuk memudahkan pengguna, Parrot telah melengkapinya dengan tiga mode penerbangan: Easy, Racing dan Drift, yang dapat dipilih sesuai dengan tingkat penguasaan pengguna.

Selain untuk memotret dan merekam video, kamera HD-nya juga mendukung fungsi live streaming. Namun yang lebih penting justru adalah perannya sebagai mata sang pilot dalam ajang balap drone. Sudut pandang orang pertama ini dimungkinkan berkat aksesori pendamping berupa headset yang dapat diselipi smartphone hingga yang berlayar 6-inci.

Parrot Mambo FPV

Untuk mengendalikan drone, pengguna bebas memilih untuk menggunakan controller bawaannya atau smartphone dengan bantuan aplikasi pendamping. Mambo diestimasikan dapat mengudara selama 10 menit nonstop sebelum baterainya perlu dicas kembali selama sekitar 25 menit menggunakan adapter fast-charging 2,6 ampere.

Parrot Mambo FPV dijadwalkan masuk ke pasaran mulai bulan ini juga seharga $180, lebih mahal $60 dari versi standarnya yang dijuluki “mesin guyonan” oleh CEO Parrot sendiri.

Sumber: Engadget.

Dirancang oleh Pembalap Drone Pro, Teal Drone Sanggup Melesat dalam Kecepatan 136 Km/jam

Secepat apa drone bisa melesat? Bukan drone kelas militer yang saya maksud, melainkan yang ditujukan buat konsumen secara umum seperti buatan DJI atau Yuneec. Seorang pemuda berusia 18 tahun asal AS, George Matus, ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup menciptakan drone kelas consumer tercepat sejagat.

Disokong oleh dana funding dari seorang venture capitalist ternama, Peter Thiel, George memutuskan untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Produk perdananya bernama Teal, sebuah drone berdesain simpel yang sanggup melesat dalam kecepatan 136 km/jam.

Ya, drone ini memang terlahir dengan latar belakang balapan. Pengembangnya yang masih berusia muda tersebut merupakan pilot balap drone profesional sejak usianya masih 16 tahun. Dan sekarang dirinya ingin merasakan sendiri secepat apa drone hasil karyanya.

Teal Drone dilengkapi kamera yang dapat merekam video 4K / Teal
Teal Drone dilengkapi kamera yang dapat merekam video 4K / Teal

Akan tetapi kecepatan bukan satu-satunya fitur andalan Teal. Quadcopter yang sepintas kelihatan imut-imut ini mengemas chip Nvidia TX1, yang memang secara spesifik dirancang untuk menghadirkan kecerdasan buatan pada drone. Chip ini juga bertanggung jawab atas teknologi machine learning, pengenal gambar, maupun fitur penerbangan otomatis.

Teal juga mengusung sebuah kamera yang mampu merekam video 4K. Namun yang lebih menarik adalah bagaimana sang pengembang berniat menjadikan Teal sebagai platform aplikasi pihak ketiga guna meningkatkan fungsionalitas drone itu sendiri.

Sejauh ini Teal Drone baru berupa prototipe, namun George cukup percaya diri dan memutuskan untuk membuka pre-order seharga $1.299. Mengapa begitu mahal sekali? Well, selain cepat dan pintar, Teal juga dirancang setangguh mungkin, dimana ia sanggup mempertahankan posisinya ketika angin bertiup sekencang 64 km/jam serta dapat diterbangkan meski sedang hujan.

Sumber: The Verge dan Teal Drones.

Aerix Black Talon Jadikan Balap Drone Terasa Mudah untuk Pilot Amatir

Harus diakui, mengendalikan drone itu tidak mudah. Butuh waktu untuk mempelajari dan membiasakan diri sebelum kita bisa menerbangkannya tanpa membahayakan siapapun. Jadi, bisa kita bayangkan sehebat apa skill yang dimiliki para pilot balap drone.

Namun sebuah pabrikan bernama Aerix Drone punya visi dimana kita semua bisa menjadi pilot balap drone. Mereka memperkenalkan Black Talon, sebuah drone yang secara khusus dirancang untuk dipakai balapan oleh pilot amatir.

Dimensi Black Talon tergolong kecil, cuma 10 x 10 cm dengan bobot hanya 68 gram, sudah termasuk baterai. Pun begitu, kecepatan maksimumnya bisa mencapai angka 24 km/jam, dan ia pun sudah dilengkapi dengan gyroscope 6-axis guna menyeimbangkan tubuhnya selagi mengudara.

Akan tetapi keunggulan utama Black Talon ada pada fitur bernama Altitude Hold. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan drone untuk mempertahankan tingkat ketinggiannya di udara secara otomatis. Dengan demikian, pengguna hanya perlu berfokus pada pergerakannya saja.

Ukuran Aerix Black Talon cuma sekepalan tangan / Aerix Drones
Ukuran Aerix Black Talon cuma sekepalan tangan / Aerix Drones

Selain itu, pengguna juga dapat mengaktifkan mode Headless, dimana gerakan drone bisa dikontrol sesuai posisi joystick-nya di controller. Jadi tak peduli drone sedang menghadap ke mana, menggeser joystick ke kiri akan menggerakkan drone ke kiri juga.

Black Talon mengusung sebuah kamera yang bisa dipakai untuk merekam video 720p selagi mengudara, yang akan disimpan dalam SD card yang menancap di tubuhnya. Video tersebut juga bisa diteruskan secara real-time ke controller-nya sehingga pengguna bisa melihat ke mana drone mengarah dalam sudut pandang pertama.

Ukurannya yang kecil juga berarti baterainya tidak begitu besar; waktu mengudaranya cuma sebatas 5 – 7 menit. Kabar baiknya, baterainya bisa dilepas-pasang, sehingga pengguna bisa mengganti dengan unit baterai cadangan dan mulai mengudara lagi dengan cepat.

Saat ini Aerix Black Talon dijajakan seharga $139. Tersedia pula bundel seharga $189 yang mencakup 3 unit baterai dan 10 set baling-baling cadangan.

Sumber: The Verge.