Tag Archives: Bank DBS Indonesia

Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menciptakan solusi perbankan yang lebih berdampak dan terjangkau bagi startup atau pelaku fintech / DBS

Tesis Bank DBS Indonesia Memberikan Fasilitas Pinjaman ke Startup

PT Bank DBS Indonesia tengah aktif memperkuat portofolio strategisnya dengan pelaku startup. Salah satunya melalui pemberian fasilitas kredit untuk modal usaha (termasuk di salurkan lewat platform lending). Di sepanjang 2022, DBS Indonesia sudah beberapa kali memberikan pinjaman ke startup, yakni Kredivo, eFishery, dan terbaru Broom.

Beberapa waktu lalu, DBS Indonesia meresmikan perjanjian kerja sama fasilitas kredit kepada startup pembiayaan showroom mobil Broom sebesar Rp100 miliar. Perjanjian strategis ini diresmikan oleh Co-founder & CEO Broom Pandu Adi Laras dan Executive Director Institusional Banking Group Kevin Tanuwidjaja.

Pada Oktober, DBS Indonesia juga baru memberikan pinjaman jangka pendek ke startup aquatech eFishery sebesar Rp500 miliar. Kemudian di 2021, perusahaan memfasilitasi pinjaman ke Kredivo sebesar Rp2 triliun dengan skema joint financing. Ini merupakan peningkatan dari pinjaman sebelumnya sebesar Rp1 triliun dan Rp500 miliar untuk pendanaan awal Kredivo.

Langkah DBS Indonesia mulai aktif berkolaborasi dengan stratup dinilai sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air. Mengacu laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google, Temasek, Bain and Company, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $130 miliar di 2025 dengan CAGR 19%.

Kevin berujar, ini menjadi wujud komitmen perusahaan dalam menciptakan solusi perbankan yang lebih berdampak dan terjangkau bagi startup atau pelaku fintech. “Kami melihat industri startup punya potensi sangat baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia,” ujar Kevin dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Ia tak mengelaborasi lebih lanjut mengenai tesis investasi dan metrik yang digunakan. Namun, aspek kebutuhan, profil risiko, dan solusi terarah disebut sebagai faktor utama dalam menentukan kelayakan startup. Pihaknya juga mempertimbangkan rekam jejak finansial dan pendanaan startup.

Sumber: Bank DBS Indonesia, diolah kembali oleh DailySocial.id

“Kami berupaya menciptakan ekosistem yang cepat, andal, dan berkelanjutan dalam menyediakan solusi dan pengalaman sesuai prinsip kami ‘Live More, Bank Less’. Melalui kolaborasi strategis dengan startup dan ekosistemnya, kami ekspansi ke layanan fintech. Kami percaya dampak yang kami ciptakan dapat dirasakan di luar perbankan,” paparnya.

Lebih lanjut, pihaknya berupaya mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi digital dengan menggencarkan kegiatan dan advokasi berfokus pada masalah keberlanjutan dan memperhatikan isu environment, social, dan governance (ESG) seiring dengan komitmen DBS Group mencapai emisi nol bersih pada 2050.

Saat ini, DBS Group memiliki tiga pilar keberlanjutan sebagai dasar pemikiran, yakni Responsible Banking, Responsible Business Practice, dan Impact Beyond Banking.

Fasilitas kredit

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Broom Pandu Adi Laras mengungkap bahwa fasilitas kredit ini menjadi likuiditas tambahan yang akan mendukung pengembangan bisnis perusahaan. Adapun, dana tersebut akan dipakai untuk memperluas cakupan showroom mobil bekas di Indonesia.

“Fasilitas kredit ini akan mempercepat Broom untuk merangkul 5.000 showroom dan memperluas wilayah operasional di kota-kota besar lain di pulau Jawa hingga akhir 2022,” ungkap Pandu.

Sebelumnya, Broom telah memperoleh fasilitas kredit serupa dari beberapa lembaga keuangan lain di awal 2022. Selain itu, Broom juga memperoleh pendanaan pra-awal senilai $3 juta (lebih dari Rp43 miliar) yang dipimpin oleh AC Ventures, juga partisipasi Quona Capital dan beberapa angel investor, seperti pendiri Kopi Kenangan dan Lummo.

Sementara, Co-founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah menilai fasilitas pinjaman dari bank lebih murah dalam jangka panjang dibandingkan menggunakan ekuitas yang mengharuskannya melepas saham bernilai ke investor. Sementara, jika perusahaan tumbuh baik, harga yang dikeluarkan bisa lebih mahal daripada saat pertama kali melepas [saham].

Sebagai informasi, ini menjadi kolaborasi perdana DBS Indonesia dan eFishery. Bagi DBS Indonesia, ini merupakan portofolio pinjaman pertama di sektor aquatech, sedangkan bagi eFishery adalah fasilitas pinjaman pertama dari bank sejak berdiri di 2013.

Di Indonesia, tampaknya belum banyak perbankan yang mau mengucurkan pinjaman kredit bagi modal usaha pelaku startup. Sejumlah faktor masih menjadi pertimbangan besar mengapa startup belum menjadi segmen potensial bagi bank.

Perbankan merupakan industri dengan regulasi ketat dan mengutamakan aspek manajemen dan profil risiko. Hal ini dilakukan untuk menekan atau mengendalikan risiko dalam produk yang ditawarkan, salah satunya penyaluran kredit.

Sementara, perusahaan rintisan dinilai belum dapat memenuhi sejumlah aspek di atas mengingat pelaku startup awal belum memiliki cash flow yang jelas, jaminan, rekam jejak finansial, dan kepastian pendapatan dari produk yang mereka kembangkan.

Berdasarkan laporan CB Insights, ada lima alasan teratas startup mengalami kegagalan di antaranya salah membaca kebutuhan pasar (42%), kehabisan dana (29%), susunan tim tidak sesuai (23%), kalah berkompetisi (19%), dan harga atau biaya tanggungan (18%).

Application Information Will Show Up Here
Startup aquatech eFishery dan Bank DBS Indonesia mengumumkan kerja sama dalam bentuk pinjaman jangka pendek (loan) senilai Rp500 miliar

eFishery Peroleh Pinjaman 500 Miliar Rupiah dari Bank DBS Indonesia

Startup aquatech eFishery dan Bank DBS Indonesia mengumumkan kerja sama dalam bentuk pinjaman jangka pendek (loan) senilai Rp500 miliar. Hal ini merupakan perdana bagi kedua perusahaan. Bagi DBS Indonesia ini adalah pinjaman pertama untuk sektor aquatech, sementara bagi eFishery adalah fasilitas pinjaman pertama dari bank sejak perusahaan didirikan pada 2013.

Terkait penyaluran pinjaman melalui platform fintech lending, DBS sudah bekerja sama dengan sejumlah startup lokal. Di antaranya bersama Zenius dengan komitmen 100 miliar Rupiah, kemudian limit joint financing dengan Kredivo senilai 2 triliun Rupiah.

Dalam konferensi pers yang digelar Jumat (7/10), Co-founder dan CEO eFishery Gibran Hufaizah mengucapkan rasa terima kasihnya atas kepercayaan Bank DBS Indonesia terhadap perusahaannya untuk menyalurkan pinjaman dana demi merealisasikan rencana strategisnya. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi revolusi sektor akuakultur dan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan dan udang di Indonesia.

“Dengan adanya dukungan ini, kami akan mengembangkan produk dan layanan kami ke kancah internasional dan memberikan dampak yang lebih besar lagi ke sektor pangan,” kata dia.

Director of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia Kunardy Lie menyampaikan, pihaknya sangat senang bisa menyalurkan pinjaman modal kerja kepada eFishery yang sangat visioner dalam memanfaatkan inovasi teknologi untuk memodernisasi ekosistem akuakultur dengan berfokus pada tambak udang dan ikan.

“Komitmen Bank DBS Indonesia untuk bermitra dengan eFishery merupakan salah satu bentuk fokus kami untuk menumbuhkan industri ekonomi digital di Indonesia dan juga bagian dari keseriusan kami dalam mengelola bisnis dengan memerhatikan isu environment, social, dan governance (ESG),” ucap Kunardy.

Ditanya lebih jauh, pertimbangan eFishery mengambil dana pinjaman dari bank ketimbang menggalang dana dari modal ventura, alasannya karena dana dari bank bila dihitung untuk jangka panjang termasuk dana murah. Bila mengambil ekuitas, ada saham bernilai yang harus dilepas dari perusahaan buat investor. Yang mana, bila perusahaan bertumbuh dengan naik, untuk kembali membeli saham tersebut di kemudian hari, maka harga yang dikeluarkan lebih mahal daripada saat pertama dilepas.

Kondisi sebaliknya, bila menghitung dari pinjaman bank, justru biayanya lebih murah karena hanya melihat dari bunga yang harus dibayarkan. Terlebih itu, berhasil mendapat pinjaman dari bank membuktikan bahwa kini eFishery, sebagai startup aquatech berada diposisi yang berhasil dinilai bankable oleh bank. Baginya, saat ini eFishery berada dalam fase yang membutuhkan tidak hanya VC, tapi juga institusi finansial lain yang bisa mendukung bisnis bisa bertumbuh lebih cepat.

Gibran juga menginginkan eFishery ke depannya dapat menjadi perusahaan-perusahaan taipan yang kini menjadi pemimpin di industri, yang dalam proses awalnya mengandalkan institusi finansial dalam mengembangkan bisnis. “Sekarang kami berada di titik yang mature, skala bisnisnya besar, profit terlihat, risiko lebih mature, sehingga kita bisa tumbuhkan revenue di market yang predictable buat kita. Ini juga jadi bukti sebagai company yang dirasa sudah matang.”

Ambisi eFishery cukup besar dalam mengembangkan solusi aquatech-nya ke pasar global. Perusahaan mengincar ekspansi ke India, lalu secara bertahap ke Tiongkok atau Vietnam. Menurut Gibran, solusi yang dikembangkan eFishery ternyata lebih kompetitif dibandingkan yang sudah ada di pasar Tiongkok atau India. Kondisi tersebut sukses membuat kepercayaan diri eFishery bisa mereplikasi kisah suksesnya di Indonesia ke negara ekspansi selanjutnya cukup tinggi.

“Kalau ini bisa berjalan ini bisa jadi bersejarah karena biasanya perusahaan dari sana yang masuk ke Indonesia. Kita cukup ambisius bisa sukses di Indonesia, menciptakan kisah sukses sembilan tahun eFishery di Indonesia bisa dicapai dalam tiga tahun di India. Sebenarnya kita ada 10 negara yang ingin dimasuki dalam lima tahun ini, tapi Tiongkok dan Vietnam sudah pasti lebih dulu.”

Dukungan Bank DBS Indonesia untuk startup

Kunardy melanjutkan dalam proses mitigasi risiko, perusahaan sudah menilai berbagai aspek sebelum memberi pinjaman kepada perusahaan manapun, termasuk eFishery. Dari segi risiko, industri aquatech memang tidak lepas dari risiko, yang paling utamanya adalah risiko penyakit.

Namun dari sisi eFishery, mereka dapat menyeimbangkan risiko tersebut dengan data-data pendukung untuk mencegah terjadinya penyakit. Di antaranya, menyediakan platform eFarm untuk petambak udang yang di dalamnya tersedia disease prevention system. Fitur tersebut berisi program pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan solusi pengaturan kualitas air yang efektif serta ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.

Budidaya udang terkenal menjanjikan namun lebih rentan penyakit, makanya fitur-fitur di eFarm lebih kompleks daripada solusi eFishery untuk ikan. “eFishery bisa menjembatani risk appetite perbankan dengan menyediakan data-data untuk bisa mengurangi risiko dalam bisnisnya. Hal ini yang bisa memberikan kami kenyamanan sebagai bank untuk menyalurkan kredit,” ucap Kunardy.

Sebagai catatan, pemberian pinjaman kepada startup digital sebenarnya bukan pertama kali bagi Bank DBS Indonesia. Sebelumnya, perbankan telah menyalurkan pinjaman untuk online travel agent (OTA) dan Broom, startup penyedia platform bisnis showroom.

“Dalam menyalurkan pinjaman kita selalu lihat dari berbagai sisi, kebetulan banyak startup yang masih cetak loss. Meski loss, kita tetap berikan karena kita lihat potensi ke depannya. Apakah startup ini sudah menggurita di komunitasnya dan bisa berikan pengaruh. Kita bisa bantu mereka untuk terus grow.”

Sampai tutup tahun ini, Bank DBS Indonesia akan menyalurkan dua pinjaman untuk startup. Meski tidak bisa disebutkan identitasnya, namun startup tersebut satu bergerak sebagai superapp dan satu lagi di OTA. “Yang pertama, pinjamannya senilai Rp1,4 triliun dan satunya lagi sekitar Rp200 miliar.”

Adapun pinjaman khusus ESG, eFishery masuk sebagai startup pertama dalam outstanding pinjaman di Bank DBS Indonesia. Sudah ada beberapa inisiatif yang dilakukan perbankan, salah satunya pinjaman untuk anak usaha Indika Energy, yakni PT Jaya Bumi Paser sebesar $275 juta. Perusahaan ini bergerak di energi terbarukan berbasis biomassa.

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai Managing Director, Head of Digital Banking, PT Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto tentang fitur baru Digibank

DBS Indonesia Siapkan Sejumlah Fitur Baru Digibank di Paruh Kedua 2021

Bicara bank digital tentu tak dapat dipisahkan oleh kemunculan digibank milik Bank DBS Indonesia. Sebagai salah satu pelopor bank digital, digibank hadir dengan model perbankan yang dilakukan secara paperless, branchless, dan signatureless.

Menurut Managing Director, Head of Digital Banking, PT Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto, perkembangan teknologi secara perlahan membuat layanan perbankan menjadi invisible. Belajar dari industri yang terdampak disrupsi, seperti musik dan video, pihaknya meyakini bahwa hal ini juga berlaku untuk perbankan.

Artinya, produk perbankan akan tetap sama meskipun delivery method-nya berbeda mengikuti perkembangan teknologi. Dengan situasi saat ini, DBS Indonesia mengaku optimistis melihat tantangan ke depan untuk mentransformasikan layanan perbankannya.

Sejak berdiri di 2017, perusahaan menyebut telah mengantongi pertumbuhan layanan secara signifikan, yang salah satunya disumbang oleh platform digital banking digibank. Kepada DailySocial, Leo berbicara lebih dalam mengenai dampak pandemi terhadap digitalisasi perbankan hingga kelanjutan pengembangan digibank di 2021.

Arti pandemi bagi digibank

Leo mengaku, pandemi Covid-19 memiliki andil besar dalam mengubah preferensi masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan. Masyarakat yang tadinya belum terbiasa menggunakan platform digital mau tak mau harus beradaptasi dengan situasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Berdasarkan data perusahaan, DBS Indonesia mencatat pertumbuhan transaksi online selama masa PSBB sebesar 75% untuk layanan Bayar & Beli dan kartu debit. Kemudian, jumlah pengguna consumer DBS Indonesia tercatat naik lima kali lipat dalam 3,5 tahun terakhir.

Menariknya, perusahaan juga melihat adanya peningkatan pada layanan wealth management di platform digibank sebesar enam kali lipat di 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Secara volume, pertumbuhan transaksi naik lebih dari 500% dengan jumlah nasabah yang bertransaksi naik 580%.

Meski belum mau membeberkan data pencapaian lainnya, Leo menilai awareness nasabah terhadap pengelolaan keuangan terus meningkat. Inipun terlepas dari kondisi perlambatan ekonomi akibat Covid-19 di Indonesia.

“Kenaikan ini juga tak lepas dari rangkaian kampanye dan peluncuran produk untuk wealth management, yaitu Rekening Valas dan Obligasi Pasar Sekunder di aplikasi digibank pada 2020. Kami menerapkan transformasi digital secara menyeluruh dan memastikan seluruh produk kami dapat tersedia secara digital,” ungkapnya.

Fitur baru di 2021

Leo menilai pertumbuhan pasar perbankan retail di Indonesia termasuk yang paling agresif di Asia Tenggara. Pertumbuhan ini turut didukung dengan beragam inovasi dan produk yang dikembangkan industri demi menarik calon nasabah baru.

Pada tahun ini, DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan dua digit yang akan berpusat pada pengembangan produk digital untuk nasabah di semua segmen bisnis. Misinya tetap sama, yakni mendemokratisasi keuangan sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati layanan perbankan yang terjangkau.

Untuk meningkatkan pengalaman nasabah, ada beberapa produk baru yang akan dihadirkan secara digital. Leo mengungkap, layanan reksa dana akan tersedia di platform digibank pada semester kedua 2021. Reksa dana ini akan melengkapi rangkaian produk investasi digibank.

Saat ini, pengguna digibank dapat memilih produk investasi dengan minimal penempatan sebesar Rp1 juta. Ke depan, pengguna dapat memilih produk reksa dana dengan minimal Rp100 ribu. Leo juga menyebut akan meluncurkan kartu kredit online di paruh kedua tahun ini.

“Tak hanya produk keuangan saja, digibank juga akan meningkatkan proses pembukaan rekening baru dengan Face Biometric. Teknologi ini akan mempercepat proses Electronic Know Your Customer (e-KYC) pada calon nasabah,” tutur Leo.

Digibank melayani segmen mass hingga affluent market (menengah ke atas). Untuk segmen korporasi, Bank DBS Indonesia masuk lewat Real Time Application Programming Interface (IDEAL RAPID) yang mengintegrasikan pemrosesan pembayaran, piutang, dan pencairan informasi tentang alur kerja bisnis nasabah secara real-time, dan memfasilitasi transaksi bisnis di jaringan ekosistem nasabah.

Menurut Leo, saat ini pihaknya masih fokus menggarap segmen banked di Indonesia. Namun, pihaknya mengklaim terus meningkatkan literasi keuangan kepada segmen DBS sembari merealisasikan komitmennya untuk menjadi full fledge digital banking.

Pengembangan ekosistem layanan

Sejak dua tahun terakhir, realisasi bank digital di Indonesia semakin banyak. Sejumlah bank mulai mentransformasikan infrastruktur dan layanannya untuk menjadi bank digital. Untuk mengakomodasi hal ini, pemerintah juga tengah bersiap menggodok aturan baru.

Beberapa di antaranya yang sudah berganti identitas menjadi bank digital, menggunakan model bisnis ekosistem terbuka, ketika bank berkolaborasi dengan platform digital.

Bagi Leo, dinamika tersebut menandakan bahwa semakin banyak sektor perbankan yang menyadari pentingnya digitalisasi. Ini juga berarti akan membuka peluang kolaborasi dan mempercepat cita-cita pemerintah mewujudkan transformasi digital di sektor perbankan.

Salah satu upaya DBS Indonesia untuk mendorong transformasi digital ini adalah melalui pengembangan open banking dengan Standar Open API, di mana bank dapat saling terhubung dengan pemain di ekosistem digital.

“Salah satu strategi yang kami lakukan dan kami nilai efektif adalah menggunakan model bisnis ekosistem untuk memudahkan nasabah bertransaksi digital. Kami senantiasa mendukung kebijakan Bank Indonesia dalam mewujudkan Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) di 2025,” paparnya.

Dalam realisasinya, ungkap Leo, DBS Indonesia telah berkolaborasi dengan sejumlah platform. Perusahaan bermitra dengan marketplace untuk menghadirkan pembukaan rekening pinjaman. Selain itu, DBS Indonesia juga telah tersedia sebagai pilihan pembayaran isi ulang e-money dan e-wallet.

Kemudian, perusahaan juga menggandeng Home Credit dan Kredivo untuk menyalurkan pembiayaan bersama kepada pengguna dengan skema joint financing.

“Kita tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri, jadi perlu menggandeng berbagai mitra untuk mengembangkan ekosistem. Sesuai dengan strategi kami, kolaborasi ini hadir untuk menyasar pangsa digibank, baik dari ekosistem fintech, transportasi, marketplace, atau travel,” katanya.

Flip mengumumkan Bank DBS sebagai mitra transfer bank terbaru untuk mengakomodasi lebih banyak penggunanya yang ingin transfer gratis antar bank

Jumlah Pengguna Naik, Flip Fokus Perbanyak Mitra Perbankan

Flip mengumumkan Bank DBS sebagai mitra transfer bank terbaru untuk mengakomodasi lebih banyak penggunanya yang ingin transfer gratis antar bank. Selain DBS, sejauh ada 15 bank lainnya yang telah lebih dahulu bekerja sama dengan Flip.

Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan teknologi untuk memfasilitas mereka dalam melakukan transaksi keuangan secara online. Di Flip, layanan transfer gratis antar banknya mengalami kenaikan pengguna hampir 100% atau dua kali lipat selama pandemi, dibandingkan sebelum terjadi pandemi.

“Sebelumnya lebih banyak didominasi penggunaan ATM. Selain itu, pandemi juga membuat banyak orang memperketat pengeluaran mereka, sehingga layanan transfer antar bank gratis yang ditawarkan Flip bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengeluaran,” tuturnya, pekan lalu (5/11).

Dalam menjawab peningkatan permintaan ini, Flip menggaet Bank DBS sebagai mitra bank yang terbaru buat melayani nasabah individu dan bisnis di Flip. Dengan memanfaatkan API bernama DBS RAPID, memungkinkan Flip dapat menjalankan proses transfer antar bank dengan lancar dan tanpa hambatan.

DBS RAPID mengintegrasikan pemrosesan secara real time terkait pembayaran, dan mempermudah transaksi bisnis di ekosistem DBS. Pemenuhan transaksi real time tidak hanya meningkatkan efisiensi untuk nasabah korporasi Bank DBS dan penghematan biaya, tapi juga memberikan pengalaman dan menempatkan nasabah korporasinya sebagai pemimpin pasar di industrinya.

“Kami selalu berupaya untuk membantu nasabah korporasi kami dalam melakukan bisnisnya, salah satunya Flip. DBS RAPID memungkinkan koneksi langsung antara sistem Flip dengan DBS, sehingga Flip dapat memberikan instruksi untuk transaksi langsung dari sistem tanpa harus login ke portal internet banking,” tambah Head of Sales Global Transaction Services Bank DBS Indonesia Husin Hartono.

Secara global, rekam jejak DBS RAPID sudah digunakan untuk lebih dari 200 contoh kasus. Transfer dana lebih lancar dan cepat adalah salah satunya, lebih dari 6 ribu integrasi dengan berbagai mitra untuk pengumpulan pembayaran instan.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Marketing & Communication Manager Flip Asriana Septari tidak merinci bagaimana bentuk kerja sama antara kedua perusahaan, termasuk dengan mitra bank lainnya yang sudah terkoneksi, mengingat Flip tidak membebankan biaya administrasi untuk nasabah individu dengan nominal transfer di bawah Rp5 juta dalam sehari.

Ia hanya menyebutkan, perusahaan senantiasa memprioritaskan kenyamanan pengguna dan menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak yang dapat membantu proses transaksi di Flip menjadi lebih baik. “Flip merupakan salah satu perusahaan yang mengkoneksikan sistemnya dengan sistem API Bank DBS Indonesia.”

Setelah Bank DBS, penambahan mitra bank yang lain akan terus dilakukan melihat kebutuhan para pengguna Flip. Untuk rencana lainnya seperti pertimbangan mengajukan lisensi uang elektronik juga DailySocial tanyakan.

Astari hanya menerangkan perusahaan senantiasa berusaha mengembangkan layanan dan proses transaksi yang seamless karena itu menjadi prioritasnya. “Saat ini kami selalu menjajaki berbagai kemungkinan yang ada untuk dapat mencapai hal tersebut,” pungkasnya.

Flip menggunakan kode unik yang harus dimasukkan pengguna saat transfer ke rekening tujuan. Setelah transfer berhasil, kode tersebut masuk ke saldo e-wallet Flip pengguna yang dapat digunakan untuk berbelanja produk digital, seperti isi paket data, beli pulsa, token listrik, atau ditarik lagi ke rekening.

Sejauh ini, saldo e-wallet dapat diisi ulang tapi penggunaannya terbatas untuk kegiatan di atas saja.

Application Information Will Show Up Here

Bank DBS Resmikan Aplikasi Perbankan Online digibank, Bidik 3,5 Juta Nasabah Hingga Tahun 2022

Bank DBS resmikan kehadiran aplikasi perbankan online digibank sebagai bentuk strategi menjaring nasabah baru. Ditargetkan digibank dapat menjaring 3,5 juta nasabah baru hingga 2022 atau lima tahun dari sekarang.

Terhitung, jumlah nasabah baru yang dijaring digibank sejak soft launch di Mei 2017, diklaim telah menjaring 13 ribu nasabah.

Bank DBS berharap kehadiran inovasi ini dapat menyusul keberhasilan digibank di India pada tahun lalu. Diklaim, DBS India mampu mengakuisisi 1,5 juta nasabah baru hingga saat ini.

“Kami percaya bahwa persembahan berbasis mobile ini mewakili masa depan perbankan dan kami senang memperkenalkammya ke Indonesia, [yang merupakan] pasar utama kami di Asia,” CEO Grup DBS Piyush Gupta, Selasa (29/8).

Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna menambahkan, “Kami telah mengamati perubahan perilaku nasabah dan orang-orang semakin menginginkan cara yang sederhana, cepat, serta praktis dalam melakukan transaksi perbankan. [..] kami berbahagia memperkenalkan digibank ke Indonesia agar nasabah dapat melakikan kegiatan perbankan kapan saja dan dari mana saja.”

Sementara ini, digibank baru menyediakan layanan perbankan standar untuk kebutuhan pembukaan rekening, deposito, dan transfer dana. Ke depannya, Bank DBS akan terus menambah fitur perbankan lainnya guna menjaring lebih banyak nasabah, sekaligus membuat layanan bank jadi semakin mudah diakses. Salah satu tambahan layanan yang akan tersedia adalah pengajuan kredit.

Fitur digibank

Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto menambahkan, digibank memiliki beberapa fitur yang cukup berbeda. Diantaranya, teknologi biometrik sebagai metode KYC yang harus dilakukan nasabah sebelum membuat rekening. Alat biometrik dibawa oleh agen DBS yang bertugas membantu calon nasabah untuk pembukaan rekening. Nasabah hanya perlu mengatur jadwal untuk bertemu agen dan menyiapkan KTP.

Kemudian, fitur Virtual Assistant berteknologi Artificial Intelligence. Untuk memanfaatkan teknologi ini, nasabah hanya cukup mengetik pertanyaan. Misalnya, “Berapakah jumlah saldo rekening saya,” atau “Tunjukkan lima transaksi terakhir saya.” Nanti mesin secara otomatis akan membantu menjawab pertanyaan.

Berikutnya, fitur Spending Tracker untuk membantu nasabah dalam perencanaan dan pengawasan finansial. Nasabah juga dapat memantau transaksi, membuat anggaran, dan menganalisa tren pengeluaran.

Terakhir, fitur Soft Token untuk pengamanan in-built. Soft Token adalah pengamanan dinamis yang ditanam di dalam aplikasi yang lebih aman dari OTP, tidak seperti perbankan lainnya yang menggunakan One-Time Passwords (OTP). Cara ini diklaim memberikan tingkat keamanan lebih tinggi untuk otorisasi transaksi.

“Ke depannya kami akan berkomitmen untuk terus mengembangkan fitur lainnya, intinya kami ingin buat fitur yang bisa mempermudah transaksi perbankan. Mungkin nanti ada layanan cicilan kredit, payment, atau lainnya. Prioritas nasabah jadi fokus utama kami,” pungkas Leonardo.

Selain Bank DBS, perbankan lainnya yang turut mengeluarkan layanan sejenis adalah Bank BTPN lewat produk Jenius. Bank lainnya menggunakan metode yang sedikit berbeda, misalnya Bank Commonwealth dengan pendekatan mesin on-boarding bernama Tyme Digital untuk pembukaan rekening baru.

Application Information Will Show Up Here

Rambah Nasabah Baru, DBS Indonesia Siap Luncurkan Aplikasi Digibank

Bank DBS Indonesia, bagian dari kelompok usaha DBS Grup di Singapura, berencana untuk meluncurkan aplikasi perbankan digital Digibank pada pertengahan tahun ini. Langkah ini menjadi upaya perusahaan untuk menjangkau nasabah baru di luar nasabah prioritas yang selama ini menjadi konsumen utama Bank DBS Indonesia.

Digibank adalah mobile-only bank, sebuah aplikasi yang memungkinkan nasabah untuk pembukaan rekening secara online tanpa harus mendatangi kantor cabang, tidak membutuhkan dokumen fisik. Nasabah hanya memerlukan KTP elektronik untuk persyaratan membuka akun rekening.

Nilai investasi yang dikucurkan DBS Grup untuk pengembangan Digibank mencapai 200 juta dolar Singapura. Indonesia menjadi negara kedua yang menjajal layanan terbaru dari DBS setelah India pada awal tahun lalu. Negara berikutnya adalah Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong.

Untuk pengembangan teknologi Digibank, DBS telah merangkul mitra fintech dari Singapura dan Amerika Serikat menghadirkan kecerdasan buatan (AI) untuk layanan virtual assistant. Di India, Digibank diklaim telah terbukti dapat menjawab sekitar 80%-90% pertanyaan nasabah.

Tak menutup kemungkinan, DBS Indonesia memberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan startup fintech dari lokal untuk pengembangan fitur berikutnya.

Pihak DBS Indonesia mengungkapkan Digibank bakal diluncurkan pada pertengahan tahun ini. Perusahaan sudah menyatakan memegang izin kerja sama dengan Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) untuk pemanfaatan teknologi KTP elektronik

“Sekarang ini momennya sudah pas karena masyarakat Indonesia sangat adaptif dengan teknologi, makanya kami rasa sudah bisa dimulai. Tengah tahun ini bakal diluncurkan,” ucap Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto, Senin (13/3).

Peluncuran Digibank di Indonesia menjadi jurus DBS Indonesia untuk memperbanyak cakupan nasabah baru ke segmen usia produktif yang kini jarang mendatangi kantor cabang. Selama ini nasabah Bank DBS Indonesia berasal dari kalangan prioritas, porsinya hampir 100% dari total nasabah perusahaan yang jumlahnya kini lebih dari 30 ribu orang.

Nasabah prioritas, menurut Leonardo, memiliki pelayanan yang berbeda. Misalnya, mereka didatangi langsung oleh relationship manager dari perusahaan atau mendatangi kantor cabang. Terhitung kini Bank DBS Indonesia telah memiliki 44 kantor cabang yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

“Digibank dikhususkan untuk segmen yang tidak pernah datang ke kantor cabang. Mereka akan dilayani lewat fasilitas chat. Kami akan mengedepankan sisi experience yang membedakan kami dengan bank lainnya.”

Sebelumnya, dengan inisiatif yang sama, Bank BTPN menghadirkan produk terbarunya Jenius pada tahun lalu. Model bisnisnya tidak jauh berbeda dengan Digibank. Jenius berbentuk aplikasi perbankan yang memiliki fitur tabungan, transfer, transaksi, dan kartu debit. Jenius menyasar berbagai kalangan usia dengan mobilitas tinggi dan pengguna smartphone.

Kolaborasi dengan Founder Institute Jakarta

Dalam kesempatan yang sama, Bank DBS Indonesia berkolaborasi dengan Founder Institute Jakarta untuk memberangkatkan sembilan lulusan Founder Institute Jakarta Summer 2016 ke Silicon Valley yang telah berlangsung pada 19-25 Februarti 2017.

Di sana, para lulusan bertemu dengan beberapa startup yang kini telah menjadi bagian dari perusahaan terpenting di dunia, misalnya, Facebook, Google, dan Airbnb. Mereka berdiskusi langsung dengan beberapa individu terkemuka d ibalik beragam institusi, perusahaan riset teknologi, perusahaan modal ventura, hingga angel investor yang menghubungkan Amerika Serikat dengan Asia Tenggara.

Hasil semua pertemuan di Silicon Valley memberi bekal wawasan esensial bagi seluruh lulusan maupun tim DBS yang sedang berinovasi.

“Kami senang melihat adanya sinergi antara startup dengan perusahaan besar seperti DBS Indonesia. Pencetusan inovasi itu dibutuhkan saat menyatukan ketangguhan dan pemikiran baru para pengusaha muda dengan keahlian para eksekutif industri yang kaya dengan pengalaman,” terang Direktur Founder Institute Jakarta Andy Zain, yang juga merupakan Managing Director di Kejora Ventures.

Bagi DBS Indonesia, langkah awal ini jadi salah satu bentuk upaya mendukung ekosistem tech startup di Indonesia. Berikutnya, DBS Indonesia berencana untuk membuka program akselerator tersendiri untuk menyasar startup fintech guna mendukung bisnis perusahaan.

“Kami berencana ingin membuat program akselerator guna mencari solusi yang bisa memberi impact ke bisnis DBS. Belum ada rencana detilnya, tapi sudah ada arahnya ingin ke sana yang diawali lewat kerja sama dengan Founder Institute Jakarta,” pungkas Leo.

Targetkan Kalangan UMKM dan Startup, DBS BusinessClass Diluncurkan di Indonesia

Setelah sempat diinformasikan saat acara Ideafest 2016 lalu, Aplikasi BusinessClass milik Bank DBS hari ini secara resmi diluncurkan. Aplikasi ini disebutkan dikembangkan khusus oleh Bank DBS sebagai  platform untuk mempertemukan entrepreneur, pelaku UMKM, dan investor. Penggunanya memiliki kesempatan untuk mendapatkan pinjaman dari bank DBS.

Turut hadir dalam acara tersebut Direktur SME Banking Bank DBS Indonesia Steffano Ridwan, Managing Director Kejora Ventures sekaligus adviser BusinessClass Bank DBS Andy Zain, dan VP Research DBS Vickers Indonesia Maynard Arif.

“Aplikasi DBS BusinessClass yang sebelumnya telah diluncurkan di Singapura dan menyasar kalangan penggiat startup di negara tersebut, kini hadir di Indonesia dan dengan fokus utama kami membantu kalangan pelaku UMKM di Indonesia,” kata Steffano kepada media hari ini di jakarta.

Aplikasi ini diperuntukkan bukan hanya untuk nasabah bank DBS, melainkan juga semua pelaku UMKM di seluruh Indonesia. DBS BusinessClass sudah dapat diunduh di platform Android dan iOS. Saat ini pilihan bahasa yang ditawarkan masih sepenuhnya menggunakan bahasa inggris, namun secara bertahap akan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, baik untuk fitur maupun konten.

“Saat ini di topik dan artikel sudah ada beberapa konten yang berbahasa Indonesia, namun untuk ke depannya kami juga akan melakukan lokalisasi bahasa, agar memudahkan pelaku UMKM mengadopsi informasi dan layanan yang ada di aplikasi BusinessClass DBS,” kata Steffano.

Saat ini aplikasi DBS BusinessClass masih berfungsi untuk berbagi konten, networking dan konsultasi saja. Ke depannya di aplikasi tersebut juga akan disematkan fitur Apply Loan kepada pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman dana dari bank DBS, seperti yang telah dilakukan di BusinessClass Singapura.

“Saat ini pelaku UMKM dan startup di Indonesia masih belum memiliki laporan keuangan yang lengkap, hal tersebut yang menjadikan alasan masih sulitnya pihak perbankan memberikan pinjaman kepada startup dan UMKM. Namun diharapkan tahun 2017 atau semester pertama 2017, DBS BusinessClass Indonesia bisa memberikan kesempatan untuk memberikan pinjaman dalam aplikasi,” kata Steffano.

Menambah jumlah anggota dan adviser BusinessClass

Saat ini DBS BusinessClass telah memiliki 15 ribu anggota di enam negara di Asia yaitu Tiongkok, Hong Kong, India, Singapura Taiwan dan Indonesia. Untuk Indonesia sendiri saat ini DBS BusinessClass telah memiliki 900 anggota dan diharapkan hingga akhir tahun 2017 bisa bertambah menjadi seribu anggota di Indonesia. Untuk topik yang secara aktif diperbincangkan DBS BusinessClass telah memiliki sekitar 400 topik secara global dan 45 adviser dari beragam industri. Di Indonesia, DBS BusinessClass telah memiliki Andy Zain dan Co-Founder GDILab Billy Boen sebagai adviser aktif.

“Fungsi saya sebagai adviser adalah memberikan masukan, konsultasi dan berbagi pengalaman kepada pelaku startup dan UMKM di Indonesia. Semua bisa diakses langsung di aplikasi DBS BusinessClass,” kata Andi.

Selain topik, artikel dan kesempatan untuk memperluas jaringan, DBS BusinessClass juga dilengkapi dengan agenda acara atau event yang bisa dihadiri oleh pelaku UMKM. Hal ini adalah kesempatan memperluas jaringan yang lebih lebar.

“Kami selalu menyarankan untuk semua anggota DBS BusinessClass melakukan networking dan nantinya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan investor lokal hingga asing,” kata Steffano.

Application Information Will Show Up Here

Dompetku Tambah Fitur Pembayaran KTA Bank DBS Indonesia

Sektor financial technology atau akrab disebut dengan fintech kini tengah menjadi sorotan banyak pihak. Potensi perkembangannya dan sambutan positif dari pemerintah membuat banyak pemain di dalamnya untuk terus melakukan inovasi dan kolaborasi. Salah satu yang paling baru adalah kolaborasi antara Indosat Ooredoo dengan Bank DBS Indonesia.

Keduanya bekerja sama untuk memudahkan nasabah Kredit Tanpa Agunan (KTA) Fasilitas Dana Bantuan Sahabat Bank DBS Indonesia untuk dapat membayar cicilan dengan lebih mudah melalui aplikasi mobile wallet Indosat Ooredoo Dompetku. Dengan penambahan fitur ini secara otomatis membuat layanan Dompetku semakin komplit untuk mengatasi kebutuhan transaksi penggunanya.

Program KTA Fasilitas Dana Bantuan Sahabat Bank DBS Indonesia ini menawarkan pinjaman mencapai Rp200 juta. Fasilitas tersebut dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat untuk berbagai macam kebutuhan finansial dengan tenor pinjaman mulai dari satu hingga tiga tahun. Untuk memperluas cakupan program KTA ini Bank DBS Indonesia melihat pentingnya platform digital dalam memberikan kemudahan, terutama untuk hal akses dan keamanan. Untuk itulah kerja sama dengan Dompetku ini terjalin.

Selain kemudahan akses kerja sama ini juga di harap bisa mendorong masyarakat dalam mengembangkan budaya digital sejalan dengan arahan pemerintah terhadap para pelaku perbankan dalam mengoptimalisasi layanan perbankan digital terutama mendorong ekonomi digital.

Menanggapi kerja sama ini President Director PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna menanggapi positif kehadiran fitur pembayaran baru ini. Salah satu poin yang disampaikan kerja sama ini merupakan bagan dari inovasi terus menerus yang dilakukan Bank DBS Indonesia dalam meningkatkan kenyamanan nasabah.

“Kami secara terus-menerus selalu berupaya dalam meningkatkan kenyamanan nasabah dalam melakukan aktivitas perbankan dengan tidak berhenti melakukan pengembangan layanan dan inovasi produk. Kami sangat menyambut kerja sama dengan Indosat karena melalui aplikasi mobile e-Wallet Dompetku, kemudahan, kenyamanan, dan aktivitas perbankan nasabah akan lebih baik. Melalui kerja sama ini, Bank DBS Indonesia dapat hadir dan menjangkau lebih banyak lagi nasabah di Indonesia melalui platform digital Indosat Ooredoo,” terang Paulus.

Di sisi lain adanya penambahan fitur Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Dompetku dinilai CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli dapat memberikan pengalaman keuangan digital ke tingkat yang lebih lanjut yang semakin memudahkan para nasabah KTA ini.

“Adanya tambahan fitur Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Dompetku Mobile Apps, akan memberikan pengalaman keuangan digital ke tingkat lanjut.  Fitur ini memungkinkan pelanggan Dompetku untuk mengajukan KTA kapan pun dan dimana pun hanya melalui aplikasi Dompetku di dalam handphone mereka. Mereka tidak perlu lagi pergi ke Bank untuk mengajukan permohonan pinjaman,sehingga mereka dapat menghemat biaya transportasi dan waktu,” papar Rusli.

Application Information Will Show Up Here