Bank OCBC NISP menyalurkan pinjaman bilateral senilai 250 miliar Rupiah kepada PT Multidaya Teknologi Nusantara (eFishery). Ini merupakan kerja sama lanjutan setelah pemberian pembiayaan kepada pembudidaya eFishery melalui program KTA Cazhbiz OCBC NISP, yang disalurkan melalui layanan Kabayan eFishery, pada tahun lalu.
Saat dihubungi DailySocial.id, Co-Founder dan CEO eFishey Gibran Huzaifah mengonfirmasi pinjaman tersebut berbentuk debt financing. Melalui debt financing, perusahaan hanya berkewajiban melunasi utang berikut dengan bunga sehingga persentase kepemilikan saham dalam perusahaan tidak berkurang sedikit pun, tidak seperti equity financing yang lumrah di dunia startup.
eFishery akan memanfaatkan dana pinjaman tersebut untuk membiayai kebutuhan modal kerja dalam mendukung pertumbuhan penjualan dalam negeri dan peningkatan ekspor.
“Kerja sama pembiayaan ini bertujuan untuk mendukung eFishery untuk berinovasi secara berkelanjutan. Harapannya, Bank OCBC NISP dan eFishery dapat bersama-sama mendukung ketahanan pangan nasional melalui terwujudnya ekosistem akuakultur yang terintegrasi dan berkelanjutan,” terang Direktur Bank OCBC NISP Emilya Tjahjadi dalam keterangan pers, Selasa (7/2).
eFishery membangun ekosistem di mana para pembudidaya ikan dan udang dapat dengan mudah meningkatkan produktivitas, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan, aman, dan adil.
Gibran menyampaikan pihaknya percaya bahwa kegiatan budidaya ikan dan udang menjadi solusi dalam peningkatan produksi perikanan sebagai sumber pangan, yang juga merupakan sumber utama protein hewani yang tidak hanya kaya nutrisi tetapi juga dapat diakses oleh semua kalangan.
“Dengan adanya suntikan dana dari Bank OCBC NISP, kami semakin optimistis untuk bertumbuh kembang bersama membangun ekosistem akuakultur dan berkontribusi secara signifikan dalam ketahanan pangan nasional, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif pada para pembudidaya ikan dan petambak udang,” katanya.
Latar belakang bank tertarik untuk memberikan fasilitas pinjaman ini dalam rangka mendukung new economy, sebuah konsep ekonomi yang menggambarkan aspek atau sektor ekonomi yang memproduksi atau menggunakan teknologi inovatif secara intensif menjadi faktor pendukung yang signifikan. Konsep ini diterapkan oleh eFishery yang fokus di sektor akuakultur.
Menurut Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia meningkat dari skor 59,2 di 2021 menjadi 60,2 di 2022. Sektor akuakultur turut berkontribusi di dalamnya, mengingat Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil perikanan budidaya terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 14,8 juta ton, dan berdasarkan prediksi Food and Agriculture Organization (FAO), perikanan budidaya Indonesia akan tumbuh sebesar 26% pada 2030.
Pinjaman dari bank
Sebagai catatan ini adalah pinjaman kedua yang diterima eFishery. Pertama kali diperoleh dari Bank DBS Indonesia pada Oktober 2022. Nominal pinjamannya sebesar Rp500 miliar berbentuk pinjaman jangka pendek (loan).
Saat itu Gibran menyampaikan pertimbangan eFishery mengambil dana pinjaman dari bank ketimbang menggalang dana dari modal ventura. Alasannya, dana dari bank bila dihitung untuk jangka panjang, termasuk dana murah. Bila mengambil ekuitas, ada saham bernilai yang harus dilepas dari perusahaan buat investor. Yang mana, bila perusahaan bertumbuh dengan naik, untuk kembali membeli saham tersebut di kemudian hari, harga yang dikeluarkan lebih mahal daripada saat pertama dilepas.
Kondisi sebaliknya, bila menghitung dari pinjaman bank, justru biayanya lebih murah karena hanya melihat dari bunga yang harus dibayarkan. Terlebih itu, berhasil mendapat pinjaman dari bank membuktikan bahwa kini eFishery, sebagai startup aquatech berada di posisi yang berhasil dinilai bankable oleh bank. Baginya, saat ini eFishery berada dalam fase yang membutuhkan tidak hanya VC, tapi juga institusi finansial lain yang bisa mendukung bisnis bisa bertumbuh lebih cepat.
Gibran juga menginginkan eFishery ke depannya dapat menjadi perusahaan-perusahaan taipan yang kini menjadi pemimpin di industri, yang dalam proses awalnya mengandalkan institusi finansial dalam mengembangkan bisnis.
“Sekarang kami berada di titik yang mature, skala bisnisnya besar, profit terlihat, risiko lebih mature, sehingga kita bisa tumbuhkan revenue di pasar yang predictable buat kita. Ini juga jadi bukti sebagai perusahaan yang dirasa sudah matang.”