Tag Archives: Bank QNB Indonesia

Vicky G. Saputra, CEO Netzme Kreasi Indonesia / Netzme

Netzme Hadir sebagai Aplikasi Fintech yang Mengadopsi Layanan Pesan dan Media Sosial

Netzme adalah sebuah startup fintech baru di Indonesia. Layanan yang disuguhkan cukup unik, karena mencoba untuk mengelaborasikan kegemaran masyarakat dengan layanan chatting dan media sosial dengan fintech. Netzme menyebut dirinya sebagai “social payment app“, yakni aplikasi pembayaran yang memungkinkan setiap pengguna melakukan berbagai aktivitas transaksi finansial layaknya sedang chatting. Tujuannya ialah membuat pengalaman transaksi perbankan menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

“Cara kerjanya benar-benar sebagaimana halnya aplikasi chatting. Misalnya untuk pengiriman uang antara pengguna bisa semudah dilakukan melalui chatting, sharing foto/video/story dan bahkan transfer melalui Scan QR, antara pengguna yang saling tidak memiliki nomor kontak. Transfer uang antara pengguna ini juga bisa dilakukan secara peer-to-peer, one-to-many atau many-to-one melalui fitur Business Group yang juga sudah terdapat dalam Netzme,” ujar Vicky G. Saputra, CEO Netzme Kreasi Indonesia.

Pengalaman pengguna yang disuguhkan di aplikasi juga sepenuhnya mengadopsi layanan chatting. Pengguna bisa ngobrol layaknya di aplikasi pesan masa kini, atau bisa mengunggah aktivitas berupa tulis atau foto di Story. Dalam kolom pesan dan komentar, setiap pengguna dapat melakukan transaksi.

Beberapa contoh aktivitas di aplikasi Netzme / DailySocial
Beberapa contoh aktivitas di aplikasi Netzme / DailySocial

Netzme memosisikan dirinya sebagai mitra strategis dari perbankan. Penempatan dana melalui aplikasi Netzme langsung masuk ke bank mitra. Saat ini Bank QNB Indonesia menjadi mitra kerja penampungan dana Netzme dan sedang dalam tahapan penjajakan kerja sama serupa dengan beberapa bank lainnya di Indonesia. Ke depannya Netzme berharap menjadi agregator beragam layanan perbankan.

Model bisnis yang diterapkan

Aplikasi ini dapat digunakan secara gratis oleh pengguna dan di fase awal ini Netzme menerapkan beberapa model bisnis. Pertama ialah monetisasi aktivitas sosial pengguna melalui TruLike, yakni memungkinkan para Content Creator langsung menerima apresiasi (dalam bentuk nilai saldo Rupiah) dari penggemarnya. Kedua ialah jasa penggunaan platform untuk mendukung aktivitas komunitas, seperti grup berbayar melalui Business Group.

Fitur Business Group ini sendiri sejenis grup obrolan pada umumnya, hanya saja secara terintegrasi dengan layanan perbankan, sehingga bisa dengan mudah digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti donasi, crowdfunding, bantuan sosial non-tunai, arisan, koperasi, bahkan mendukung model jasa, misalnya kursus berbayar. Fitur ini adalah salah satu unggulan Netzme dalam proses bisnis.

Selain itu Netzme juga mendukung jasa PPOB (Payment Point Online Bank), seperti untuk pembelian pulsa, pembayaran PLN dan lainnya. Model bisnis advertising turut disematkan bagi brand/creator yang ingin memperoleh engagement lebih.

“Atas semua jasa layanan yang dikenakan tersebut semua selalu ada porsi bagi hasil dengan para referral penggunanya secara otomatis dan diberikan seketika. Tapi pastinya bukan sampai seperti MLM, karena tidak tersedia sistem referral bertingkat,” jelas Vicky.

Tercatat sejak diluncurkan lima bulan yang lalu aplikasi ini sudah digunakan lebih dari 1 juta pengguna.

Ingin menjadi bagian dari keseharian masyarakat

Disampaikan oleh Vicky, prioritas utama dari aplikasi Netzme adalah mengintegrasikan layanan perbankan dengan aktivitas keseharian masyarakat. Di lain sisi, aplikasi ini juga ingin memfasilitasi masyarakat untuk membuka peluang baru. Saat ini setiap pengguna dari Netzme juga bisa berperan sebagai Merchant dengan menggunakan fitur QR Personal, memungkinkan dirinya melakukan digital marketing kepada pelanggannya.

“Target untuk tahun ini selain penyempurnaan beragam fitur yang sudah ada adalah agar bisa menjadi agregator yang lebih banyak lagi untuk beragam layanan bank dan juga komunitas melalui beragam kolaborasi strategis, sehingga bisa menjadi bagian ekosistem yang terintegrasi secara penuh,” ujar Vicky.

Di akhir perbincangan, Vicky turut menyoroti perkembangan dan potensi layanan fintech. Menurutnya relatif rendahnya tingkat literasi keuangan adalah masalah yang cukup pelik dan klasik bagi Indonesia. Ia berkeyakinan hal tersebut hanya bisa dipecahkan dengan penerapan teknologi keuangan yang bisa terintegrasi lebih baik dalam kehidupan keseharian masyarakat.

So, dengan perkembangan dan antusiasmenya di Indonesia saya berkeyakinan masa depan fintech di Indonesia sangat cerah, dan Netzme ingin menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem keuangan di Indonesia yang lebih baik untuk kehidupan,” tutup Vicky.

Application Information Will Show Up Here
Gedung Bank Indonesia / Cermati

Bank QNB Indonesia yang Pertama Peroleh Lisensi E-Money Tahun Ini, Entitas Go-Pay Resmi Gantikan MV Commerce di Daftar Bank Indonesia

Angin segar kembali berhembus soal lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia. Bulan Maret ini BI kembali menerbitkan lisensi baru. Pemiliknya adalah Bank QNB Indonesia dengan produk DooEt yang resmi beroperasi per 1 Maret lalu. Pembaruan di daftar BI juga menunjukkan bahwa entitas pemilik Go-Pay, PT Dompet Anak Bangsa (DAB), telah menggantikan MV Commerce Indonesia. Go-Pay sendiri mulai bertransformasi sebagai produk e-money murni awal bulan ini.

Lambatnya penerbitan lisensi e-money sempat menjadi polemik, apalagi banyak startup yang berharap membangun sistem pembayarannya sendiri untuk mempermudah transaksi. Dalam 2 tahun terakhir, BI hanya menerbitkan 3 lisensi baru dan DooEt dari QNB Indonesia masuk ke dalam daftar eksklusif di urutan ke-22. DooEt adalah solusi e-money berbasis server, seperti halnya Sakuku dari BCA dan Mandiri E-Cash dari Bank Mandiri.

Di sisi lain, masuknya nama DAB memformalkan evolusi Go-Jek yang tak hanya ingin menjadi juara di sektor on-demand, tetapi juga di sektor pembayaran. Lisensi e-money akan mempermudah gerak Go-Pay untuk bermain di luar aplikasinya sendiri, misalnya menjadi sarana pembayaran transaksi di layanan e-commerce.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/41/DKSP perihal Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PBI PTP) pada akhir tahun lalu, BI membuat sejumlah aturan main yang perlu ditaati. Mulai dari persyaratan, tata cara dan pemrosesan permohonan izin sebagai penyelenggara switching, payment gateway, dan dompet elektronik. Perusahaan yang berniat mengajukan izin sebagai penyelenggara dompet elektronik selain bank harus memiliki kecukupan modal disetor minimal Rp3 miliar.

Sulitnya memperoleh izin lisensi baru membuat perusahaan independen pemilik lisensi menjadi incaran akuisisi. Setidaknya 2 perusahaan sudah diakuisisi karena alasan lisensi e-money, yaitu Witami Tunai Mandiri (oleh True Money) dan MV Commerce (oleh Go-Jek). Rumor akuisisi Doku oleh EMTEK sampai saat ini belum terkonfirmasi.

Secara potensi, perkembangan uang elektronik di Indonesia sangat menarik. Berdasarkan statistik dari BI, sepanjang tahun lalu jumlah uang elektronik beredar mencapai 51,2 juta kartu tumbuh 49,22% secara year-on-year (YOY). Sementara dari segi volume transaksi 683,13 juta tumbuh 27,6% dengan nominal transaksi tumbuh 33,69% senilai Rp7,06 triliun.

Bank QNB Indonesia Resmikan Aplikasi Mobile Banking DooEt+

Perbankan swasta, Bank QNB Indonesia, meresmikan peluncuran aplikasi mobile banking DooEt+ untuk kemudahan nasabahnya saat bertransaksi dengan mengedepankan kemudahan, kecepatan, dan keamanan. DooEt+ merupakan kepanjangan dari Direct-One-on-One Electronic Transaction.

Sebagaimana layaknya aplikasi mobile banking, DooEt+ dilengkapi dengan berbagai macam fitur umum seperti cek saldo, bayar tagihan, beli voucher pulsa, transfer, dan lainnya. Namun, yang sedikit berbeda dari DooEt+ adalah setiap nasabah Bank QNB dapat memiliki virtual account dengan mendaftarkan nomor ponselnya dan langsung dikaitkan dengan tabungan.

Pengaitan ini bisa dilakukan lewat aplikasi, tanpa harus mengunjungi kantor cabang. Saat pertama kali menggunakan aplikasi ini, nasabah hanya diharuskan untuk melengkapi proses registrasi dengan mengisi data pribadi sesuai data saat pembukaan rekening. Saat ini DooEt+ sudah bisa diunduh baik untuk pengguna Android maupun iOS.

Andi Kartiko Utomo, Head of E-banking & Non Traditional Channel Bank QNB Indonesia, menerangkan manfaat yang diberikan dari aplikai ini diharapkan bisa membawa dampak positif bagi nasabah karena mereka dapat menggerakkan dananya setiap saat antara akun tabungan dan akun virtual.

“Salah satu credo kita, ‘mudah’ adalah hal utama yang dilakukan agar nasabah dapat lebih efisien bertransaksi dan lebih sederhana hanya dengan satu aplikasi,” terangnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia melanjutkan, melalui aplikasi ini nasabah juga dapat berbelanja atau membayar di berbagai merchant yang sudah bekerja sama dengan menggunakan scan QR Code. Beberapa perusahaan yang sudah teken kerja sama di antaranya adalah Citilink Indonesia dan Kereta Api Indonesia.

Melalui kerja sama tersebut, nasabah dimungkinkan untuk melakukan reservasi dan pembayaran tiket lewat aplikasi ini. Kelebihan lainnya, setiap pembayaran tiket, nasabah akan mendapat perlindungan asuransi jiwa kecelakaan diri dari FWD.

“Kami dan Bank QNB Indonesia memiliki kesamaan visi untuk mengembangkan layanan keuangan dengan cepat, mudah, dan nyaman dengan mengedepankan teknologi. FWD Life memberikan asuransi secara gratis untuk nasabah yang membeli tiket perjalanan di aplikasi DooEt+,” terang Anggi Sangadi, Chief of Partnership Distribution FWD Life.

Untuk meningkatkan layanan digital perbankan, ke depannya perusahaan berkomitmen untuk terus fokus memasarkan aplikasi ini ke masyarakat luas guna meningkatkan jumlah nasabah baru. Serta inovasi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan nasabah terhadap perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Application Information Will Show Up Here