Tag Archives: BBOX Consulting

Influencers marketing dapat berperan untuk membantu menumbuhkan awareness brand / Pixabay

5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang “Influencers Marketing”

Influencers marketing sudah lama ada. Tetapi dengan keberadaan media sosial, terutama Facebook, Twitter, Youtube dan Instagram, semakin membuka kesempatan bagi siapa pun untuk menjadi selebriti internet yang mempunyai pengaruh di komunitas mereka. Dan itu berdampak terhadap semakin banyaknya perusahaan dan brand yang ingin menggunakan influencers marketing. Tahun lalu, Instagram menjadi platform nomor satu sebagai pilihan bagi 92% influencers untuk mempromosikan sebuah brand, diikuti oleh iklan di televisi.

Jika brand Anda sedang mempertimbangkan untuk menggunakan influencers marketing sebagai salah satu taktik pemasaran, berikut 5 hal yang perlu Anda ketahui:

Influencers dapat mempengaruhi keputusan pembelian

Setiap brand memiliki target audiens, begitu pula dengan influencers yang memiliki karakter pengikut yang berbeda-beda. Petakan target audiens dari brand Anda dengan pengikut dari influencers yang akan dipilih. Upayakan antara keduanya memiliki kesamaan agar penetrasi pesan yang ingin disampaikan dapat lebih mudah diterima. Sehingga target audiens Anda akan lebih mudah dipengaruhi hanya dengan melihat influencers saat menggunakan brand Anda.

Brand akan lebih dipercaya

Lebih mudah membuat audiens tertarik dengan konten yang dibuat langsung oleh influencers yang mereka sukai. Audiens dapat langsung melihat pengalaman yang dirasakan saat menggunakan suatu brand. Hal ini yang menunjukkan keaslian sebuah konten sehingga dapat lebih mudah dipercaya oleh audiens. Karena sebanyak 92% konsumen akan lebih mempercayai rekomendasi yang bersumber dari orang lain terlebih orang tersebut memiliki pengaruh.

Konten akan tersebar di lebih banyak platform

Sebuah konten yang dikembangkan oleh influencers biasanya akan dipublikasi di media sosial. Dengan banyaknya pengguna dari media sosial saat ini menjadikannya sebuah keuntungan karena konten pada media sosial sangat mudah untuk dibagikan kepada pengguna lainnya. Sehingga tidak akan terbatas pada satu platform saja, melainkan bisa tersebar pada 2 hingga 3 platform sekaligus. Alasan lain karena banyak influencers terkenal tidak hanya di 1 platform saja, melainkan juga di beberapa platform lainnya.

Mudah untuk mengukur keberhasilan

Mengukur keberhasilan dari kampanye influencers terhitung mudah karena dapat dilihat langsung dari seberapa banyak komentar dan juga likes yang diberikan audiens. Komentar dan likes tersebut yang nantinya akan menghasilkan konversi. Setiap posting-an dari influncers akan menunjukkan apakah mampu menarik target audiens sesuai dengan yang ditargetkan oleh brand. Setiap konsep dari konten yang dihasilkan sebaiknya hasil kolaborasi bersama antara influencers dengan brand itu sendiri.

Biaya yang jauh lebih murah

Ketimbang Anda harus mengeluarkan lebih banyak dana untuk pembuatan video iklan TV ditambah juga mahalnya placement iklan di aplikasi YouTube, muncul solusi untuk menggunakan influencers sebagai strategi marketing brand yang lebih murah. Tidak harus menggunakan artis populer yang bayarannya mahal. Karena menurut hasil riset SociaBuzz, sekitar 59% marketer memilih untuk menggunakan tipe influencers yang merupakan ‘selebriti internet’. Sebanyak 83% dari mereka menyatakan setuju penggunaan tipe influencer seperti Selebgram, Youtuber, dan juga Blogger akan menjadi lebih efektif.

Disclosure: Tulisan tamu ini disusun oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

Karakter Gen Z untuk Strategi Pemasaran

Pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan pengelompokan generasi berdasarkan tahun lahir. Ya, memasuki tahun 2018 ini banyak perhatian tertuju pada generasi Z. Generasi Z adalah mereka yang terkenal dengan karakter paling progresif  dan open-minded.

Pada keseluruhan lini mereka menyukai perbedaan, sebuah inovasi, dan terobosan baru. Ini dikarenakan mereka tergolong internet experts yang menuntut segala sesuatunya serba cepat. Termasuk dalam mencuri perhatian – buatlah konten yang menarik untuk 8 detik pertama jika ingin tetap mendapatkan perhatian mereka. Buang segala sesuatu yang sifatnya terlalu bertele-tele.

Berikut beberapa tips agar Anda dapat menyelami lebih jauh perilaku pembelian dari Gen Z:

The priority is your brand story

Bagi gen Z cerita di balik sebuah brand bisa menjadi kampanye promosi yang efektif. Posisikan mereka sebagai bagian dari brand Anda dengan berupaya terbuka menceritakan bagaimana produk dibuat, sumber bahan yang digunakan, serta bagaimana culture yang diterapkan pada para karyawannya. Gen Z hanya membutuhkan lebih banyak bukti jika memang suatu brand adalah yang terbaik. Selain itu, 80% dari populasi gen Z memiliki kecenderungan membeli produk yang memiliki dampak sosial atau dampak positif bagi lingkungan. Sehingga bukan lagi hanya nama besar sebuah brand yang dapat menentukan loyalitas konsumen dari gen Z ini, namun juga berfokus pada citra atau reputasi dari brand itu sendiri.

Don’t trick them

Jangan mencoba untuk mengecohkan gen Z dengan memberikan gambaran sempurna saat mengiklankan sebuah brand. Gen Z lebih tertarik pada sesuatu yang real, tidak muluk-muluk, dan mereka juga tidak mudah tertipu. Menurut penelitian dari FutureCast, 77% dari gen Z lebih menyukai iklan yang menunjukkan perilaku talent dalam situasi yang nyata. Alih-alih menggunakan selebriti, gen Z lebih tertarik melihat influencers di sosial media saat mempromosikan suatu brand.

Real people ini yang mereka anggap dapat merepresentasikan pengalaman yang nyata saat menggunakan brand tertentu. Mereka tumbuh pada era dimana informasi tersedia tanpa batas, sehingga saling tukar-menukar informasi menjadi salah satu kegiatan pemasaran yang biasa dilakukan.

Not quantity, but quality that matters

Penelitian dari FutureBay menunjukkan sebanyak 46% konsumen dari gen Z melakukan research lebih dulu sebelum membeli sebuah produk. Research dilakukan juga untuk mengetahui review dari konsumen lain yang telah lebih dulu mencobanya. Dalam pemilihan suatu brand, harga bukanlah faktor penentu utama. Gen Z lebih menimbang kesesuaian antara harga yang mereka bayarkan dengan apa yang mereka dapatkan. Nilai dari sebuah produk lebih diutamakan. Tidak hanya sekedar bagus dilihat, namun juga dapat memberikan banyak manfaat. Pengalaman pribadi adalah kunci utamanya. Gen Z juga tergolong pribadi yang berani – sebanyak 30% dari anggota mereka tidak pikir panjang untuk memberikan komplain melalui layanan konsumen jika terdapat layanan yang tidak memuaskan.
Gen Z yang cenderung kritis membuat mereka lebih selektif dan mempercayakan research untuk meyakinkan perilaku atau keputusan pembelian terhadap suatu produk. Lebih dari itu, sebanyak 85% dari Gen Z menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi mengenai produk atau brand terbaru. Serta sebanyak 32% Gen Z menonton video online (YouTube) minimal 1 jam per hari juga untuk mendapatkan informasi terkini. So, are you ready to embrace online experience for your Gen Z?

Disclosure: Tulisan tamu ini disusun oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

 

Tips Meningkatkan Brand Awareness dengan Snapchat

Seiring dengan ramainya penggunaan Instagram di Indonesia, tidak ketinggalan pula dengan media sosial yang satu ini, yaitu Snapchat. Kemunculannya pertama kali di tahun 2011 mampu membuatnya menjadi media sosial dengan predikat pertumbuhan tercepat di tahun 2014 mencapai 57%. Snapchat memiliki 100 juta pengguna aktif setiap bulan dan setiap harinya terdapat 400 juta snaps dari para penggunanya.

Ingin tahu bagaimana bisa menggunakan Snapchat untuk brand Anda? Berikut beberapa tipsnya, let’s take a look:

Jadikan akses eksklusif

Audiens akan merasa senang bila diajak terlibat langsung dengan sebuah brand. Rasa keingintahuan audiens terhadap apa yang terjadi di balik nama besar sebuah brand bisa dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak follower. Jika brand akan me-launching sebuah produk baru, Snapchat dapat dijadikan saluran eksklusif yang membahas persiapan atau membagikan cleu untuk menarik keterlibatan audiens. Setelah produk resmi di-launch, media sosial Snapchat dapat membantu Anda memberikan demo produk baru secara live kepada audiens. Berbagai tawaran gift, voucher diskon bisa Anda bagikan untuk tidak melewatkan rasa penasaran audiens yang ingin mencoba produk baru tersebut.

GrubHub sebuah perusahaan online untuk pemesanan makanan berhasil melibatkan audiensnya menggunakan Snapchat. Dengan mengajak audiens mengirimkan foto atau video sehari-hari mereka yang berhubungan dengan makanan. Bagi audiens yang memiliki cerita paling menarik akan mendapatkan hadiah atau voucher diskon. Hasilnya, secara langsung GrubHub mendapat tambahan follower hingga 20%.

Menyajikan topik terhangat

Penting bagi sebuah brand mengikuti isu yang berkembang untuk mendapatkan konsep pemasaran yang efektif. Ini berlaku pula pada Snapchat. Bawa brand Anda ke dalam Snapchat dengan mengangkat isu yang sedang hangat dibicarakan. Jangan ragu untuk membuat semuanya menjadi nyata karena keaslian sebuah brand sangat penting ditonjolkan dalam jaringan hyper-social.

DOVE sebuah brand sabun mandi berupaya menarik perhatian wanita muda yang sebelumnya mereka hanya fokus pada audiens di rentang usia 35 – 40 tahun. Untuk mendapatkan perhatian wanita muda, mereka menggunakan Snapchat yang mana sebagian besar penggunanya adalah kaum millennials. Selama 2 jam audiens diundang untuk melakukan percakapan menggunakan Snapchat dengan para psikolog dan brand ambassador. Berbagi gagasan dan saling bertukar pikiran mengenai isu kepercayaan diri seorang wanita untuk meningkatkan citra dirinya sebagai wanita muda. Hasilnya, DOVE berhasil menciptakan 75 percakapan aktif dan mendapat 130.000 views.

Bagian cerita yang interaktif

Aplikasi Snapchat yang dibuat khusus agar audiens bisa membuat story dengan lebih aktraktif dapat membantu strategi pemasaran yang tidak biasa. Berbagai emoticon, filter, dan tidak ketinggalan fitur stop motion mereka sediakan untuk membuat cerita Anda lebih hidup. Sebuah brand juga dapat menyampaikan cerita secara real time atau Anda juga bisa membagikan cerita mengenai culture atau image brand Anda yang bisa saja berhubungan dengan customer experience. Cerita di balik layar menjadi daya tarik tersendiri agar dapat menjaga keterikatan dengan audiens Anda. Buat pandangan audiens semakin clear terhadap brand dengan cerita yang Anda bagikan melalui Snapchat.

Sama halnya dengan Instagram yang memiliki sederet daftar influencer, Snapchat juga sering memakai influencer dalam strategi pemasaran suatu brand. Salah satu sumber mengatakan, influencer yang akan mengarahkan terjadinya engagement sebesar 2% – 5% per post adalah mega-influencers – yang terdiri dari aktor, aktris, atlet, and social media stars. Di mana mereka rata-rata memiliki 500K+ followers. Namun ada lagi yang tergolong micro-influencers yang mampu mengarahkan terjadinya engagement hingga 25% – 50% per post yaitu adalah golongan konsumen sehari-hari yang justru memiliki 1.000 – 100.000 followers saja. Mereka dinilai sangat memiliki relevansi terhadap brand karena dipengaruhi oleh adanya customer experience yang secara natural mereka alami sendiri.


Disclosure: Tulisan tamu ini disusun oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

Gaet Perhatian Konsumen dengan Video Berdurasi Pendek

Tahukah Anda, bahwa kita hanya punya 8 detik untuk mendapatkan perhatian dari konsumen? Selain itu, dengan adanya sekitar 90 juta masyarakat Indonesia yang sudah terkoneksi internet –dengan penetrasi sebesar 43 persen mengakses internet menggunakan smartphone, pemasar semakin ditantang untuk memikirkan kembali strategi pemasaran.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh brand adalah menggunakan video berdurasi pendek (short form video). Biasanya video ini berdurasi kurang dari 10 menit. Berikut adalah tips untuk membuat short form video yang menarik:

Tell Your Story

Bagaimanapun konsumen adalah pemenangnya. Jika Anda hanya fokus pada promosi brand, konsumen tidak akan memilih Anda. Konsumen membutuhkan informasi tentang apa saja yang bisa brand Anda berikan untuk mereka. Hal apa saja yang dapat menguntungkan mereka dari brand Anda. Bukan hanya menampilkan keunggulan, namun juga keahlian.

Brand seperti Tokopedia dalam akun Instagram-nya konstan menampilkan short video yang dapat menunjukkan apa saja yang bisa dilakukannya untuk konsumen mereka. Selain itu juga ada Uber yang membuat short video dengan memberi edukasi mengenai aplikasi terbaru mereka.

Selain itu, kenapa tidak mencoba menampilkan “behind the scene” dari brand Anda? Bukankah konsumen juga bagian dari brand? Sehingga tidak ada salahnya jika konsumen mengetahui apa yang terjadi di dalam sebuah brand dan apa saja yang brand lakukan di dalam. Dari situ Anda bisa menunjukkan personality dari brand Anda. Membawa konsumen untuk lebih terhubung dengan brand agar mereka merasa memiliki brand Anda. Misalnya saja, Anda dapat menayangkan video mengenai apa saja yang karyawan lakukan dan keceriaan mereka saat bekerja dapat menjadi motivasi bagi konsumen untuk selalu terhubung dengan brand.

Seperti perusahaan online marketing Constant Contact berikut yang menampilkan aktivitas pegawainya berkontribusi dalam kegiatan amal yang dilakukan perusahaan tersebut. Tidak ada salahnya menampilkan kebaikan yang ada pada diri Anda. Hal ini dilakukan untuk memperkuat engagement antara konsumen dengan brand. Karena menurut data yang didapat dari mereka, lebih mudah untuk mendapatkan repeat customers ketimbang new customers.

Play with different tools

Begitu banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan dari sebuah short video di media sosial, kenapa tidak untuk mulai mencobanya dengan beberapa platform.

Anda dapat menggunakan aplikasi Hyperlapse yang dapat memberi efek video singkat untuk menceritakan kisah Anda. Bagi Anda yang ingin membawa konsumen melakukan perjalanan singkat di kantor Anda, aplikasi ini jawabannya.

Kemudian ada juga Flipagram yang mampu menghidupkan gambar dari video yang Anda buat dengan memasukkan efek suara yang Anda inginkan. Seperti menambahkan suara teriakan pada event konser musik, dan lain sebagainya. Dan yang sudah tidak asing lagi yaitu aplikasi Stop Motion, dapat membantu Anda membuat short video dengan teknik stop-motion yang menyenangkan. Tidak perlu biaya mahal, Anda sudah dapat mem-posting short video menarik di akun media sosial dari brand Anda.

Short form video memberikan brand kesempatan untuk mengolah story tentang brand dan produk Anda dengan cara kreatif dan berbeda. Di jaman di mana konsumen ingin sesuatu yang berbeda dari brand, kenapa Anda tidak mencobanya?


Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

Tren 2017: Memikatnya “Interactive Content” untuk Pemasaran Brand Indonesia

Interactive content yang sangat bergantung pada penggunaan digital kini mulai banyak dilirik oleh marketeers, bahkan bisa jadi konten interaktif menjadi tren konten pemasaran di tahun 2017 ini. Sumber dari penelitian yang dilakukan oleh Content Marketing Institute, penggunaan konten interaktif mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 75%.

Konten interaktif bertujuan membuat konsumen lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh brand. Sebenarnya apa saja bentuk konten interaktif, bagaimana cara membuatnya, serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Simak yang berikut ini:

Ragam bentuk konten interaktif

Konten interaktif terdiri dari beragam bentuk, yaitu bisa berupa kuis, polling atau survey, assessment, kontes, video, serta infographic. Jika brand Anda ingin meningkatkan awareness, pemilihan konten interaktif berupa kuis/games atau kontes akan memberi pengaruh sebesar 75%.

Publikasi di media massa juga tergolong konten interaktif yang dapat meningkatkan awareness dan kepercayaan publik. Seperti Bukalapak dan Tokopedia sudah aktif menggunakan konten interaktif video sejak tahun 2016 di saluran YouTube. Sekarang media sosial seperti Instagram dan Facebook juga sudah memiliki fitur untuk konten video pendek brand Anda sehingga mudah bagi Anda untuk mulai membuat konten interaktif melalui sosial media.

Tools

Untuk memudahkan Anda membuat konten interaktif, kini tersedia aplikasi yang dapat Anda andalkan. Apester bisa Anda gunakan untuk membuat konten interaktif berupa survei/polling, personality test, dan juga kuis dalam bentuk video. Konten tersebut bisa Anda masukan ke dalam artikel yang akan Anda berikan kepada audiens.

Zaption berguna untuk membuat video interaktif karena Anda dapat menambahkan gambar, tulisan, pertanyaan atau kuis ke dalam video tersebut. Juga WebyClip yang dapat secara aktif me-engagement audiens melalui video yang berisi review produk, customer experience, beserta informasi lain yang dapat meyakinkan audiens ke tahap decision.

Measurement

Keunggulan konten interaktif adalah efeknya yang dapat kita ketahui secara langsung. Pengukuran keberhasilan dari sebuah konten interaktif, misalnya berupa video dapat kita lihat dari berapa banyak viewers serta subscribe dari video tersebut.

Di media sosial misalnya, berapa audiens yang memberi comment atau like sebagai bentuk feedback pada konten interaktif Anda. Selain itu berapa banyak audiens yang men-share konten dan bagaimana kondisi demografi serta letak geografi dari audiens Anda juga dapat diketahui.

Melalui Facebook Analytics atau CrazyEgg, Anda dapat mengetahuinya dengan mudah. Yang terpenting adalah kemauan untuk terus mengikuti perkembangan aplikasi yang dapat memberi kemudahan pada Anda dalam mengembangkan brand.

Konten interaktif dapat membantu Anda mengetahui bagaimana respons audiens terhadap brand. Juga membantu Anda untuk lebih fokus dalam menargetkan audiens yang potensial. Memang tidak secara langsung dapat memberi keputusan pembelian seperti yang berlaku pada hard sell, namun Anda dapat menggiring konsumen dengan lebih pasti.

Data menyatakan bahwa interactive content lebih efektif dalam mengedukasi konsumen sebesar 45% dibandingkan dengan konten pasif. Konten interaktif mampu mencuri perhatian bagi brand yang membutuhkan engaging dengan target konsumennya. Dimulai dari tahapan awareness hingga decision stage bisa diarahkan menggunakan konten interaktif.


Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX.

Empat Pengaruh Digitalisasi dalam “Public Relations”

Setiap pergantian tahun pasti ada saja tren yang berubah. Mulai dari tren fashion, tren gaya rambut, tren bisnis, dan juga tren PR (Public Relations) mengalami perubahan. Dengan perkembangan digital semakin menjadi bagian hidup konsumen di Indonesia, pengaruhnya semakin tidak bisa dielakkan di dunia komunikasi.

Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia telah menggunakan internet secara aktif. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada posisi keenam untuk jumlah pengguna internet terbanyak di dunia.

Berikut ini empat pengaruh digitalisasi bagi brand dalam menjalankan program public relations dan komunikasi:

Strategi dalam konten untuk membangun loyalitas

Setiap brand pasti membutuhkan brand awareness. Di tahun 2017 ini, tidak hanya sebuah brand awareness yang dibutuhkan, tapi yang lebih utama adalah trust (kepercayaan). Kepercayaan konsumen terhadap suatu brand membuat brand tersebut tidak mudah dtinggalkan atau dilupakan oleh konsumennya.

Survei yang dilakukan terhadap 56 CMO di Amerika Serikat menunjukkan bahwa newsroom untuk brand dan native advertising sudah “berlebihan”. Tidak ada salahnya untuk mencoba pemasaran konten dan brand journalism untuk membangun loyalitas pelanggan terhadap brand.

Di sinilah peran content strategy diperlukan. Produk yang menarik tidak akan cukup untuk membuat konsumen terkesan. Dengan hadirnya platform digital, dari media sosial hingga email marketing, konsumen berharap brand lebih menerapkan komunikasi dua arah dan memiliki konten-konten yang relevan.

Utamakan earned media dalam influencers engagement

Terminologi buzzer di Indonesia sudah bukan hal yang baru. Brand-brand pun berlomba untuk menggunakan celebgram atau blogger yang memiliki banyak followers untuk mempromosikan produk-produk mereka.

Untuk perusahaan yang mempunyai budget berlebih, tentu ini bukan menjadi masalah. Untuk perusahaan yang ingin cost-saving, jangan khawatir. Anda masih bisa menggunakan influencers juga.

Tahukah Anda jika brand atau perusahaan Anda sebenarnya sudah mempunyai ambassador?

Ya, karyawan dan konsumen Anda sangat berpotensi untuk mempromosikan perusahaan Anda. Anda mungkin tidak harus membayar mahal, tetapi juga yang paling penting, mereka adalah orang-orang yang telah berinteraksi dengan brand Anda.

Ketika mereka berbagi testimoninya tentang produk Anda di media sosial, akan terdengar lebih jujur dan genuine, sehingga lebih dapat dipercaya konsumen Anda.

Dominasi video content

Bukankah Anda sudah sangat akrab dengan sebutan vlog (video blog) di YouTube? Ya, memang vlog sedang mendominasi jejaring video seperti YouTube. Beragam aktivitas dan perilaku manusia dapat kita temukan di sana. Dengan mudahnya juga vlog menarik perhatian orang lain untuk berkomentar.

Tidak jarang vlog yang telah mendapat banyak influencer dan sudah mampu menciptakan ‘buzz’ dilirik oleh suatu brand untuk mengulas produk mereka dan memberikan sebuah consumer experience yang berguna bagi publik. Data juga menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara pengakses YouTube terbesar se-Asia Pasifik.

Penonton video YouTube mengalami peningkatan sebesar 250 persen dari tahun lalu. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya infrastruktur internet dan penetrasi smartphone yang tinggi.

Analisis terhadap Return of Investment (ROI) lebih diperhatikan

Hadirnya bantuan digital memudahkan suatu brand untuk mendapatkan analisis atau pengukuran keberhasilan dari aktivitas PR yang mereka jalankan. Kekurangan PR tradisional yang sulit untuk melakukan identifikasi terhadap ROI bisa dibantu dengan mengintegrasikan digital dengan program PR Anda. Hal ini dapat lebih memudahkan Anda untuk mengukur keberhasilan program yang dijalankan.

Misalnya, jika selama ini Anda hanya mengandalkan coverage print media, kenapa tidak mencoba untuk menggunakan owned channel yang telah Anda punya seperti blog? Di dalam blog, Anda bisa menambahkan call to action yang berkaitan langsung dengan penjualan produk dan layanan Anda. Di situlah Anda bisa mengukur keberhasilan salah satu program PR Anda.


Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX