Tag Archives: Benny Fajarai

Lifepal Founder

Strategi Lifepal Difokuskan pada Pemenuhan Kebutuhan Konsumen

Pandemi Covid-19 banyak mengubah pola kehidupan masyarakat yang mulai beralih ke digital. Peluang ini dimanfaatkan beberapa perusahaan asuransi untuk semakin gencar memasuki ekosistem digital.

Meski ekonomi digital Indonesia masih didominasi industri transportasi, travel, e-commerce, dan teknologi finansial (tekfin), insurance technology (insurtech) alias bisnis industri asuransi secara radikal dan positif melalui inovasi teknologi digital sudah mulai banyak penggunanya.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 terhadap 1.418 responden yang telah menggunakan jasa tekfin, pengguna insurtech sebanyak 9,9% atau berada di urutan ketiga setelah tekfin pembayaran (66,6%) dan P2P lending (27,4%).

Marketplace asuransi Lifepal.co.id hadir sebagai insurtech yang memberikan layanan untuk membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran setiap calon nasabahnya. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan sebagainya.

“Kita adalah marketplace asuransi yang mendistribusikan produk asuransi untuk menghubungkan kembali antara asuransi ke konsumen. Kami bermitra dengan 40 brand asuransi. Kami menawarkan banyak produk asuransi secara transparan agar nasabah bisa membandingkan membeli asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil dan lain sebagainya. Semuanya disuguhkan secara transparan, masyarakat tinggal membandingkan sendiri. Mirip ketika orang mencari tiket atau hotel dari traveloka, serupa,” kata Co-founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Sebagai bagian dari insurtech, Lifepal mendigitalkan manajemen produk asuransi dalam kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi.

“Kita seperti marketplace lain yang memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi ini, dapat melakukan perbandingan produk, harga, orientasi, dan semua pengalaman untuk membantu konsumen,” ungkap Benny.

Fokus untuk konsumen

Sebagai marketplace asuransi, Lifepal memberikan transparansi pilihan kepada nasabah atau masyarakat yang ingin membeli asuransi. Hal itu dilakukan agar nasabah bisa memberikan persektif yang objektif.

“Posisi marketplace itu kan distributor partner, jadi kita challenge-nya selalu bagaimana berhubungan dengan pelanggan, dan meningkatkan antara pelanggan dan asuransi. Jadi kita perlu memainkan peran dengan objektif serta transparan dan efektif,” jelas Benny.

Dengan tagline ‘Teman Andalanmu’, Lifepal memiliki cara kerja secara objektif agar konsumen bisa memberikan personal perspective yang terbaik.

“Dari perspektif asuransi untuk mengalihkan produk ke orang yang tepat, membimbing audiens untuk mendapatkannya. Dari perspektif pelanggan kita mau bantu mereka dan kasih the best product, very personalize. Personal perspective dari konsumen itu yang penting,” sambungnya.

Dampak Covid-19

Menurut Benny, industri asuransi di Indonesia justru diuntungkan oleh situasi pandemi Covid-19 berkat meningkatnya kesadaran konsumen mengenai risiko hidup dan kesehatan.

“Industri asuransi merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang sebagai dampak dari pandemi. Di Q2, Q3, penjualan asuransi jelas lebih kuat. Dampak dari pandemi, produk asuransi benar-benar cepat dijual. Dalam poin ini, masih 3% populasi di Indonesia yang punya asuransi, so worthed buat semakin menaikkan penjualan asuransi di Indonesia,” ungkapnya.

Dengan bantuan perkembangan teknologi di era digital seperti saat ini, masyarakat juga jadi lebih mendapat kemudahan untuk memiliki produk asuransi.

“Sama seperti awalnya ketika kita ingin membeli tiket di agen perjalanan online, banyak dari kita yang bingung dengan transparansi, perilaku pelanggan berubah dari situ. Semakin banyak masyarakat bertransaksi secara online di masa pandemi seperti sekarang.

Lebih lanjut, Benny juga memaparkan, pendistribusian transaksi produk asuransi offline ke online saat ini sangat diharapkan berhubungan dengan 3 bagian. Yaitu:

  1. Pelaku asuransi harus mengubah model produknya. Didistribusikan secara offline ke online.
  2. Transparansi.
  3. Regulator, dari pemerintah harus mengesahkan produk keuangan.

Asuransi Mikro

Saat ini, penjualan produk asuransi sudah mulai menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro di luar perlindungan BPJS Kesehatan.

Yaitu, produk asuransi yang diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah alias masyarakat yang penghasilannya tidak lebih dari Rp2,5 juta setiap bulannya.

Asuransi mikro ini dikemas secara sederhana fitur dan proses administrasinya, mudah didapat, dengan harga yang ekonomis serta mampu memberikan penyelesaian pemberian santunan secepat mungkin.

Lantas, apakah Lifepal juga membidik konsumen ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro?

“Penetrasi asuransi mikro saat ini populer, mereka memasarkan produk asuransi. Jika melihat total volume industri asuransi, asuransi mikro sangat kecil. Lifepal sendiri kami tidak menargetkan pada asuransi mikro, kami menargetkan audiens menengah untuk produk lengkap,” imbuh alumni Universitas Bina Nusantara.

Artikel ini ditulis oleh Co-Founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai, sebagai bagian dari kolaborasi antara DailySocial.id dan Lifepal

Lifepal Mudahkan Pengguna Membandingkan dan Membeli Produk Asuransi

Mengutip dari berbagai sumber, termasuk data OJK, penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat rendah. Baru sekitar 2-3% dari total populasi yang menggunakan (di luar produk pemerintah seperti BPJS yang makin diwajibkan). Banyak hal-hal fundamental yang menghambat pertumbuhan asuransi di Indonesia, misalnya terkait informasi dan akses. Dari permasalahan tersebut, inovasi berbasis teknologi asuransi (insurtech) dimunculkan dengan berbagai bentuk.

Salah satunya Lifepal, startup insurtech yang hadir dalam bentuk platform marketplace , layanannya membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya.

“Lifepal bekerja sama dengan puluhan asuransi dan membantu pengguna membandingkan ratusan pilihan polis terbaik yang mereka butuhkan. Konsultan kami juga siap membantu jika membutuhkan informasi lebih lanjut terkait produk asuransi yang mereka cari. Pengguna bisa mengelola polis dan mendapatkan bantuan jika dibutuhkan,” ujar Co-Founder & CMO Lifepal Benny Fajarai kepada DailySocial.

Menunjukkan statistik penggunanya, Benny menyampaikan saat ini Lifepal rutin mendapatkan 3-4 juta pengunjung aktif per bulannya. Sebagian besar pengguna hadir dari kalangan menengah ke atas, berusia dewasa (25+ tahun).

Selain Benny, Lifepal turut didirikan oleh Reza Muhammad, Nicolo Robba, dan Giacomo Ficari. Perusahaan sendiri sudah didirikan sejak November 2018 dengan misi memberikan akses informasi dan perlindungan finansial untuk semua orang. Turut disampaikan, saat ini Lifepal sudah mendapatkan pendanaan eksternal, hanya saja untuk detail investor dan tahapannya belum bisa diungkapkan detail.

Mendobrak pendekatan lama

Insurtech hadir untuk memberikan kemudahan, memungkinkan pengguna untuk mengakses produk-produk asuransi secara langsung, serta mendapatkan informasi yang transparan. Platform marketplace memang menjadi salah satu model bisnis favorit di vertikal ini. Terbukti, di Indonesia sudah ada beberapa platform terkait. Selain Lifepal, platform seperti Cermati, CekAja, Qoala, Premiro dll sajikan layanan serupa dengan spesialisasi masing-masing.

Model ini menurut para pemain memang relevan, untuk mendobrak pendekatan lama yang dirasa kurang efektif. Benny pun berpendapat, “Selama ini distribusi produk asuransi sebagian besar menggunakan agen, yang bekerja pada satu perusahaan asuransi saja. Tentunya hal ini membuat rekomendasi menjadi sangat subjektif, dan belum tentu yang terbaik untuk nasabah. Selain itu, mengandalkan agen asuransi dengan penjelasan yang tidak dapat ter-monitor menciptakan pemahaman dan ekspektasi yang berbeda di mata konsumen.”

Dalam sebuah studi bertajuk “Insurance Technology Survey 2019” yang dilakukan DSResearch, mengemukakan fakta bahwa sebenarnya pendekatan teknologi untuk distribusi produk asuransi dipahami cukup baik. Dari 1296 responden pengguna produk asuransi, 70% di antaranya familiar dengan “insurtech”. Sebagian besar mendefinisikan sebagai layanan digital yang memudahkan proses pencarian informasi, pendaftaran layanan, dan klaim.

Sebagian besar responden juga setuju, bahwa hadirnya insurtech memberikan kemudahan berarti untuk kebutuhan mereka terkait produk asuransi.

Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia
Temuan DSResearch tentang testimoni pengguna terhadap insurtech di Indonesia

Potensi pertumbuhan bisnis

Dari catatan Lifepal, pasar asuransi di Indonesia tumbuh 2 digit setiap tahunnya. Salah satunya dipengaruhi bertambahnya golongan masyarakat kelas menengah di Indonesia, mereka semakin sadar dan memiliki pemahaman finansial yang baik. Kondisi ini dilihat sebagai potensi besar bagi para pemain insurtech untuk bermanuver.

“Produk keuangan dan asuransi secara khusus akan terus berkembang seiring bertumbuhnya literasi finansial masyarakat. Kami percaya, fintech akan menjadi the next big thing,” imbuh Benny.

Kondisi tersebut membuat persaingan pun semakin menguat, sehingga setiap pemain perlu membentuk value proposition-nya agar tetap diminati pasar. Untuk Lifepal sendiri, Benny mengungkapkan ada tiga hal yang terus dioptimalkan. Pertama terkait inventory, ia mengklaim saat ini termasuk yang terlengkap di Indonesia, mengakomodasi ratusan hingga ribuan pilihan produk asuransi. Kedua, Lifepal mencoba menawarkan layanan secara menyeluruh, dari proses mencari informasi, pembelian, hingga bantuan setelah pembelian dan jika ada kesulitan klaim dan kendala dengan pihak perusahaan asuransi.

Dan poin ketiga, Lifepal berusaha secara objektif memberikan perbandingan dan ulasan produk dari sudut pandang perencana keuangan tersertifikasi. Untuk itu, mereka saat ini masih ingin fokus pada produk asuransi saja, belum berminat memperluas cakupan ke produk finansial lainnya. “Saat ini kami fokus memberikan pelayanan terbaik untuk customer yang mencari produk asuransi,” terang Benny.

qlapa

Qlapa Officially Shut Down

A local-made handicraft marketplace, Qlapa has officially shut down per Sat (3/2), through the announcement on its website and social media. The failure to develop Qlapa as a sustainable business is the main reason behind this decision.

Previously, Qlapa announces operational restructure to all customers since December, 13th, 2018. Later on, every access on website and app is terminated, so does the transaction. The information is not clear. Some says the service will be re-opened in the late December, but nothing comes up until two months later.

In the statement, Qlapa claims to distribute billions to the local craftsmen during four years operation. Qlapa is rewarded as “Hidden Gem” by Google Play and also as a the most potential startup according to Forbes Asia.

However, the management added, the trip must be ended due to Qlapa’s failure to create a profitable and sustainable business. Along with this announcement, Qlapa is pulled out from Google Play.

“We still believe in quality, story, and the likes of Indonesian handicrafts. There’s still homework to do, dreams to achieve. But, currently we have to say goodbye. Our service is unavailable per 2019. It’s a hardest decision yet must be done.”

In a different ocassion, Benny Fajarai, Qlapa’s CEO & Co-Founder confirmed, the company has settled with the sellers, customers, or its employees.

“Of course [settling all our obligation],” he added to DailySocial.

Regarding the lesson learnt for the next plan, Benny avoid to mention any further detail.

In 2017, Qlapa obtains series A funding with undisclosed value led by Aavishkaar Frobtier Funds (AFF). Other investors are involved, such as Kapan Lagi Network (KLN), Global Founders Capital (GFC), and Budi Setiadharma (angel investor).

There are also other startups with familiar concept, such as Moselo and Ku Ka. The tight competition in e-commerce industry becomes a challenge to be able to survive in Indonesia. Currently, various e-commerce websites, such as Blibli, Lazada, and Shopee has special column to market the local products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Marketplace khusus kerajinan lokal Qlapa resmi menutup layanan per Sabtu (2/3) setelah gagal menjadikan Qlapa sebagai bisnis yang berkelanjutan

Marketplace Qlapa Resmi Tutup Layanan

Marketplace khusus kerajinan lokal Qlapa resmi menutup layanan per Sabtu, (2/3), lewat pengumuman yang disebarluaskan di situs dan akun media sosialnya. Gagal mengembangkan Qlapa sebagai bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan menjadi alasan di balik keputusan ini.

Sebelumnya, pihak Qlapa mengumumkan restrukturisasi operasional kepada para pelanggannya sejak 13 Desember 2018. Sejak saat itu, semua akses dari situs maupun aplikasi ditutup. Transaksi pun tidak dapat dilakukan. Info yang diterima pelanggan pun simpang siur. Ada yang menyebut layanan kembali dibuka pada sampai akhir Desember, namun tak kunjung ada kabar sampai dua bulan kemudian.

Dalam penjelasannya, Qlapa mengklaim telah menyalurkan puluhan miliar Rupiah ke para perajin lokal selama hampir empat tahun beroperasi. Aplikasi Qlapa dianugerahi sebagai “Hidden Gem” oleh Google Play dan dianugerahi sebagai startup dengan pertumbuhan paling menjanjikan menurut majalah Forbes Asia.

Namun, sambung manajemen, perjalanan ini harus berakhir lantaran Qlapa tidak mampu menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkesinambungan. Bersamaan dengan pengumuman ini, aplikasi Qlapa ditarik dari Google Play.

“Kami masih percaya pada kualitas, cerita, dan rasa cinta terhadap produk kerajinan tangan Indonesia. Masih ada tugas yang perlu dilakukan, ada mimpi-mimpi yang harus diwujudkan. Tapi untuk sekarang, kami harus mengucapkan selamat tinggal. Layanan kami tidak lagi tersedia mulai 2019. Sebuah keputusan yang sulit, namun harus kami ambil.”

Secara terpisah, Co-Founder dan CEO Qlapa Benny Fajarai mengonfirmasi perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya baik kepada penjual, pelanggan, maupun karyawannya.

“Ya tentu saja [menyelesaikan semua kewajiban],” kata dia kepada DailySocial.

Saat ditanya mengenai pembelajaran yang bisa dipetik dan rencana berikutnya, Benny enggan memberikan komentarnya lebih jauh.

Pada 2017, Qlapa merengkuh pendanaan seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dipimpin Aavishkaar Frontier Funds (AFF). Investor lain yang juga terlibat dalam pendanaan untuk Qlapa antara lain Kapan Lagi Network (KLN), Global Founders Capital (GFC), dan Budi Setiadharma (angel investor).

Startup lain yang memiliki segmen beririsan dengan Qlapa contohnya Moselo dan Ku Ka. Persaingan ketat di industri e-commerce jadi tantangan yang harus diperhatikan agar tetap bertahan di Indonesia. Saat ini berbagai situs e-commerce besar seperti Blibli, Lazada, dan Shopee memiliki kolom khusus untuk memasarkan kerajinan lokal.

Qlapa Kini Menjual Jimat Solusi Hidup Secara Online

Tekanan hidup yang kian berat, terutama di kota besar membuat banyak orang kesulitan mencari solusi untuk setiap masalahnya. Tumpukan problem mulai dari persoalan keluarga, karier, hingga percintaan seakan menanti sebuah solusi yang benar-benar dapat diandalkan. Jika ditelusuri ke akarnya, nusantara Indonesia sesungguhnya telah menyediakan solusinya, berupa jimat yang secara turun-temurun telah digunakan untuk berbagai persoalan.

Qlapa sebagai layanan ecommerce yang secara khusus menjual berbagai produk kerajinan handmade Indonesia, hari ini secara resmi menyambut seller pertama yang menjual jimat secara online di platformnya. Adalah Mbah Sakuyup, seorang praktisi kebatinan yang dikenal dengan berbagai jimat buatan tangannya yang siap menyediakan solusi dari berbagai masalah konsumen.

“Jimat adalah bagian penting dari kebudayaan yang membuat Indonesia menjadi unik. Dan karena sistem pembuatannya dilakukan secara handmade, saya rasa ini mencerminkan nilai Handmade dan Indonesia, yang dimiliki Qlapa,” ujar Benny Fajarai, CEO Qlapa.

Toko virtual Mbah Sakuyup di Qlapa hari ini telah menjual 9 produk jimat, diantaranya Tusuk Gigi Anti Gendut, yang terbuat dari akar pohon jati yang tumbuh di kuburan keramat. Sabun Antiselingkuh, Bedak Naik Gaji, Peti Cepat Kaya, Batu LDR Lancar, Larutan Percaya Diri, Pasir Antimaling, Cincin Super Kuat, dan Dupa Aroma Pemikat Hati. Semua produk yang dibuat Mbah Sakuyup dibuat secara handmade dan menggunakan bahan-bahan baik yang alami maupun yang gaib. Kesembilan jimat buatan Mbah Sakuyup telah melewati proses kurasi dan survey yang mewakili problem terbesar masyarakat Indonesia.

Animo masyarakat pun cukup besar terhadap penjualan jimat online ini. Terbukti dengan respons berupa review terhadap produk jimat di halaman toko virtualnya di Qlapa.

“Luar biasa sekali. Saya memasukkan 100 ribu setiap hari; hanya dalam waktu seminggu, uang saya sudah menjadi 700ribu!. Terimakasih Mbah!,” tulis Budi Serbet, salah seorang konsumen.

Pembeli lainnya yang sudah mencoba produk Tusuk Gigi Anti Gendut juga.

“Saya sudah menggunakan tusuk gigi ini selama sebulan. Puji syukur setiap kali makan saya selalu emosi dan akhirnya ga nafsu makan. Berat badan saya sudah turun 14kg,” ungkap konsumen lain bernama Dewa Persik.

Kehadiran produk jimat di Qlapa diharapkan dapat menjadi sebuah gerakan untuk terus menggali kearifan lokal berupa kerajinan tangan handmade khas Indonesia agar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

Qlapa Amankan Pendanaan Seri A dari Aavishkaar Frontier Funds dan Kapan Lagi Network

Hari ini salah satu bisnis e-commerce asal Indonesia yang menawarkan barang-barang kerajinan “Qlapa” mengumumkan pendanaan Seri A yang diraihnya. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Aavishkaar Frontier Funds (AFF) dari India dan terlibat juga investor sebelumnya Kapan Lagi Network (KLN) namun dengan persentase minor.

Tidak ada angka yang diinformasikan untuk pendanaan kali ini. Yang jelas disampaikan oleh CEO Qlapa Benny Fajarai bahwa pendanaan kali ini akan digunakan untuk meningkatkan layanan dan juga menambah talenta-talenta yang ada.

Sebagai informasi, sebelumnya dalam seed funding Qlapa juga berhasil mendapatkan suntikan dana dari Global Founders Capital (GFC), Kapan Lagi Networks (KLN) dan Budi Setiadharma (Angel). Dan dalam kurun waktu satu setengah tahun Qlapa disebutkan telah berhasil mengalami peningkatan dan mulai mendapatkan tempat di pasar.

“Kami sangat senang dengan progres ini dan dengan pendanaan putaran ini kami akan dapat dengan cepat memperluas sisi supply dan demand marketplace kami, “ ujar Benny kepada DailySocial.

Dalam perjalanannya sejauh ini Qlapa telah mempunyai lebih dari 4000 pengrajin yang dikurasi dalam platformnya. Mereka juga menyebutkan telah berhasil menjual lebih dari 65000 barang-barang kerajinan.

Qlapa masih percaya diri untuk bisa terus menjalankan bisnisnya. Karena selain harga yang “masuk akal”, mereka juga menjalin kerja sama dengan pengrajin-pengrajin terbaik. Dengan demikian produk yang dihasilkan merupakan produk terbaik dan unik sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Qlapa juga tidak menarik keuntungan terlalu tinggi, 10% dari setiap transaksi merupakan angka yang dirasa cukup untuk barang-barang yang dijual.

Sementara untuk rencana ke depan Benny menjelaskan pihaknya ingin melipatgandakan jumlah tim dan juga berencana untuk segera pindah ke kantor yang lebih besar.

“Kami akan memperluas ke beberapa kategori seperti food dan beverages (makanan tradisional dan lainnya),  peralatan mandi dan kecantikan (sabun handmade dan lainnya),” imbuh Benny.

Qlapa sediakan sarana jual beli kerajinan tangan lokal / Qlapa

Marketplace Khusus Kerajinan Tangan Qlapa Coba Angkat Produk Lokal Melalui Teknologi

Teknologi adalah salah satu cara untuk menembus batas jarak dan waktu dalam berbagai hal termasuk dengan bisnis. Dengan niat untuk mengangkat industri kreatif Indonesia dalam hal ini kerajinan tangan Qlapa hadir sebagai marketplace yang menjembatani para pengrajin lokal dan pembeli dari mana saja. Melalui Qlapa pembeli atau peminat kerajinan lokal dapat membeli langsung barang kerajinan dari sang pengrajin. Continue reading Marketplace Khusus Kerajinan Tangan Qlapa Coba Angkat Produk Lokal Melalui Teknologi

Kreavi Merged with Fabula, Appointed New CEO

We’ve just received an information stating that talent marketplace Kreavi has just merged with Fabula, a creative agency that specifies in digital illustration. Kreavi’s CEO and Founder Benny Fajarai also confirmed that he’ll no longer be the startup’s CEO. He’s been Kreavi’s CEO since 2012. Continue reading Kreavi Merged with Fabula, Appointed New CEO