Pepatah “if it ain’t broke, don’t fix it” cukup sering dilontarkan di dunia teknologi, tapi mungkin yang paling sering datang dari segmen audio. Alasannya sederhana: produk audio terkenal punya umur yang panjang. Tidak seperti TV, speaker warisan orang tua Anda yang sudah berusia puluhan tahun belum tentu suaranya lebih jelek daripada yang Anda beli tahun lalu.
Itulah mengapa pada akhirnya kita cukup sering melihat perangkat-perangkat audio baru yang sebenarnya tidak lebih dari sebatas penyegaran versi lamanya. Bentuk dan suara yang dihasilkannya nyaris tidak berubah, tapi mungkin ada penyempurnaan dari segi konektivitas maupun aspek-aspek pelengkap lainnya.
Salah satu produk audio yang sesuai dengan deskripsi di atas adalah speaker wireless bikinan Bang & Olufsen, yakni Beolit 12 yang dirilis di tahun 2012. Dalam kurun waktu delapan tahun, speaker dengan wujud menyerupai kotak makan siang ini sudah mempunyai tiga suksesor: Beolit 15 di tahun 2015, Beolit 17 di tahun 2017, dan yang terbaru, Beolit 20 di tahun pandemi ini.
Seperti yang bisa Anda lihat, lagi-lagi B&O tidak banyak mengutak-atik desainnya. Beolit 20 masih sangat identik dengan ketiga pendahulunya. Rangkanya yang begitu elegan masih terbuat dari aluminium, dan keempat sisinya masih dikitari grille. Handle-nya yang terbuat dari kulit pun masih ada di posisi yang sama.
Yang berbeda kali ini adalah, permukaan atasnya bisa merangkap fungsi sebagai Qi wireless charger, dengan titik-titik melingkar sebagai indikatornya. Sayang sekali tidak ada magnet di baliknya, yang berarti pengguna tetap harus mengepaskan sendiri posisi perangkat yang diletakkan di atasnya agar charging bisa berjalan normal.
Lima tombol pengoperasian tetap hadir di panel atasnya ini, salah satunya tombol play/pause yang menggantikan tombol multifungsi milik pendahulunya. Kedengarannya memang seperti downgrade, tapi saya yakin sebagian besar konsumen akan lebih senang dengan konfigurasi tombol yang lebih simpel seperti ini.
Hal lain yang berbeda pada Beolit 20 adalah daya tahan baterainya. B&O mengklaim Beolit 20 bisa beroperasi 30 persen lebih lama dari pendahulunya. Persisnya, baterai 3.200 mAh yang tertanam di tubuhnya sanggup bertahan sampai 37 jam kalau musik hanya diputar dalam volume rendah. Di volume standar, daya tahannya turun menjadi 8 jam, dan di volume maksimum tersisa cuma 4 jam. Beruntung perangkat ini sudah mengandalkan USB-C untuk charging-nya.
Di balik bodi Beolit 20 yang berbobot 2,7 kg ini, tertanam sebuah woofer 5,5 inci dan tiga driver full-range dengan diameter masing-masing 1,5 inci. Melengkapi jeroannya adalah sepasang passive radiator 4 inci, sepasang amplifier Class-D dengan daya masing-masing 35 W, serta sebuah tweeter.
Sayang sekali konektivitas yang digunakan masih Bluetooth 4.2, padahal seharusnya efisiensi dayanya bisa lebih ditingkatkan lagi kalau menggunakan Bluetooth 5.0. Kabar baiknya, fitur stereo pairing masih didukung, dan pengguna bisa menggandengkan Beolit 20 dengan Beolit 17 jika mau.
Saat ini Beolit 20 sudah dijual dengan harga $500, alias sama persis seperti harga perdana pendahulunya. Kombinasi warna yang tersedia ada dua: silver dengan aksen beige, dan hitam dengan aksen biru.
Sumber: The Verge.