Tag Archives: Bethesda

Fan-Made Content: Tanda Cinta atau Pembawa Celaka?

Setiap orang punya love language masing-masing. Sebagian orang menunjukkan rasa sayangnya dengan memberikan hadiah, sebagian yang lain lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama. Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan antara fans dengan hiburan yang mereka konsumsi. Sebagian fans sudah puas dengan memainkan game kesayangannya selama puluhan — atau bahkan ribuan — jam. Sementara sebagian fans yang lain ingin berinteraksi dengan hiburan yang mereka konsumsi, seperti dengan membuat fan art, fan fiction, animasi, fan game, sampai melakukan cosplay dari karakter kesayangan mereka.

Fan Labor, Kenapa Fans Melakukannya?

Terlepas dari konten yang Anda buat — fan art, fan fiction, fan game, dan lain sebagainya — membuat konten tersebut akan memakan waktu, dan terkadang, menghabiskan biaya juga. Padahal, biasanya, konten yang dibuat fans tidak bisa dikomersilkan. Menurut Lynn Zubernis, Psychologist and Professor, West Chester University of Pennsylvania, salah satu alasan mengapa fans secara aktif melibatkan diri dalam fandom dan membuat konten adalah karena mereka terinspirasi dari media yang mereka konsumsi dan mereka ingin menjadi bagian dari dunia dalam media tersebut, ungkap Zubernis pada WIRED.

Alasan lain mengapa fans tidak keberatan untuk menghabiskan waktu — dan terkadang uang — mereka untuk membuat konten dalam fandom adalah karena hal itu bisa menjadi cara untuk mengasah kemampuan mereka; meningkatkan kemampuan menggambar dengan membuat fan art atau kemampuan menulis dengan membuat fan fiction. YouTuber 3D Print Guy membenarkan hal ini.

3D Print Guy adalah fan dari film-film science-fiction, seperti The Thing dan 2001: A Space Odyssey. Dia juga menyukai Among Us. Karena itu, dia mencoba untuk membuat trilogi animasi untuk Among Us bertema horor. Dia mengatakan, ada banyak hal yang dia pelajari selama membuat trilogi tersebut, seperti memilih musik yang tepat untuk membangun mood penonton. Dan kemampuan yang dia pelajari dari membuat fan animation bisa dia terapkan ketika dia membuat animasi lain di masa depan.

Aktif membuat konten untuk fandom juga bisa menjadi cara bagi seseorang untuk mencari jati diri mereka. Studi berjudul What Art Educators Can Learn from the Fan-Based Artmaking of Adolescents and Young Adults mencoba untuk mempelajari perilaku para fan artists berumur 14-24 tahun. Dari studi itu, diketahui bahwa 70% partisipan mengaku, mereka tertarik dengan karakter tertentu dalam media karena karakter itu punya sifat yang mereka ingin miliki.

Terakhir, alasan mengapa banyak orang mau aktif di fandom adalah karena mereka bisa menjadi bagian dari komunitas. Karena, konten buatan fans biasanya hanya dibagikan di dalam komunitas mereka sendiri. “Menjadi bagian dari komunitas dari orang-orang yang punya pemikiran yang sama dengan Anda, hal ini akan menjadi validasi dari ide yang Anda coba ekspresikan melalui fan art yang Anda buat,” kata Zubernis.

Bagaimana Fan Labor Bisa Membantu Perusahaan

Pada tahun 2019, ada lebih dari 8,2 ribu game yang dirilis di Steam. Agar bisa dilirik oleh konsumen, penting bagi publisher untuk bisa memarketkan game yang mereka rilis. Media sosial jadi salah satu alat yang bisa digunakan oleh publisher. Sayangnya, terkadang, perusahaan mengalami masalah berupa kekurangan konten. Di sinilah peran fan content.

Keuntungan lain yang didapat perusahaan dari fan content adalah konten itu lebih dipercaya oleh konsumen lainnya. Menurut Nielsen Trust Index, 92% konsumen lebih mempercaya konten buatan pengguna — User-Generated Content (UGC) — daripada iklan yang dibuat oleh perusahaan.

Di industri game, bentuk konten yang fans buat tidak terbatas pada gamber, cerita, atau animasi, tapi juga modifikasi pada game itu sendiri atau bahkan fan game. Sama seperti konten buatan fans lainnya, mods bisa menguntungkan komunitas dan developer game. Di sisi komunitas, para gamers diuntungkan karena mereka bisa menggunakan mods untuk mendapatkan pengalaman bermain yang mereka inginkan.

Misalnya, Anda ingin visual yang lebih bagus ketika bermain Minecraft? Anda bisa pasang mods. Anda ingin mengendalikan cuaca di The Elder Scroll V: Skyrim? Tinggal pasang mods. Anda tidak ingin menyiram tanaman di Stardew Valley? Ada mods yang bisa membuat semua tanaman Anda secara otomatis tersiram.

Sementara itu, keuntungan yang developer dapat dengan keberadaan mods adalah hal itu membuat umur game mereka menjadi lebih panjang. Skyrim diluncurkan 10 tahun lalu, tapi sampai sekarang, ribuan orang masih memainkan game itu. Selain itu, keberadaan mods juga membantu developer untuk menjangkau lebih banyak orang. Karena, mods memungkinkan pemain untuk menyesuaikan pengalaman bermain sehingga menjadi seperti yang mereka inginkan. Mods yang populer bahkan bisa menjadi game sendiri. Dota, Counter-Strike, dan Team Fortress adalah beberapa contoh game populer yang berasal dari mods.

Walau mods bisa menguntungkan developer, biasanya mereka juga menetapkan syarat dan ketentuan bagi orang-orang yang hendak memodifikasi game mereka. Sebagai contoh, Bethesda Game Studios memang mendukung keberadaan mods untuk Skyrim. Namun, mereka hanya mengakui mods yang dibuat menggunakan software yang sudah mereka sediakan di creation kit pada situs resmi mereka.

Tak terbatas pada mods atau konten digital, perusahaan game juga terkadang membiarkan fans membuat merchandise fisik. Dua contoh perusahaan yang memberikan izin pada fans untuk membuat dan menjual merchandise berdasarkan IP mereka adalah miHoYo dengan Genshin Impact dan Supergiants Games dengan semua game mereka. Tentu saja, keduanya juga menetapkan syarat dan ketentuan bagi para fans yang ingin menjual merchandise berdasarkan IP mereka.

Misalnya, Supergiant Games melarang fans untuk memproduksi massal merchandise yang hendak mereka jual. Jika mereka ingin menjual merchandise yang diproduksi secara massal, para fans harus mendapatkan izin dari Supergiant. Selain itu, fans yang menjual merchandise juga harus menegaskan bahwa produk yang mereka jual bukanlah produk resmi alias unofficial. Fans juga tidak boleh menggunakan logo atau trademark dari  Supergiant Games, Hades, Pyre, Transistor, atau Bastion atau menggunakan aset resmi dari game-game Supergiant.

Salah satu merchandise resmi dari Supergiant. | Sumber: Supergiant

Peraturan lain yang Supergiant tetapkan adalah fans tidak boleh membuat merchandise yang mirip dengan merchandise resmi dari Supergiants. Fans juga tidak boleh menjual produk mereka melalui toko-toko online besar, seperti Amazon, Redbubble, Displate, dan Society6. Supergiant juga tidak mau dikaitkan dengan nilai yang bertentangan dengan nilai yang diusung oleh perusahaan.

Sementara itu, salah satu peraturan yang miHoYo terapkan pada fans yang ingin membuat merchandise Genshin Impact adalah mereka tidak boleh menjelekkan Genshin Impact, miHoYo, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan game dan developer. Batas maksimal merchandise yang bisa fans jual adalah 200 unit. Namun, untuk light merchandise, fans bisa menjual hingga 500 unit. Fans juga tidak boleh menggunakan, menjual, atau memodifikasi konten asli dari Genshin Impact, termasuk screenshot, menurut laporan Grid.

Olivinearc adalah salah satu penggemar yang menjual merchandise Genshin Impact di Twitter. Kepada Kotaku, dia menjelaskan alasan mengapa para fans Genshin Impact mau membeli merchandise buatan fans lain. “Para fans Genshin Impact lebih bersedia untuk membeli merchandise fisik karena kemungkinan, mereka sudah mengeluarkan banyak uang di dalam game. Jika mereka tidak menghabiskan uang, mereka sudah menginvestasikan banyak waktu di game Genshin Impact,” ujarnya. “Hal itu berarti, para fans punya kedekatan emosional dengan para karakter Genshin Impact.”

Kontra: Alasan Perusahaan Tidak Mendukung Fan Content

Tidak semua perusahaan mendukung konten yang dibuat oleh fans, baik dalam bentuk digital maupun fisik. Disney adalah salah satu perusahaan yang dikenal sangat ketat dalam menjaga IP mereka. Menurut hemat saya, alasan Disney melarang fans menjual merchandise yang didasarkan pada IP mereka sederhana: karena keberadaan merchandise itu akan mengganggu bisnis Disney. Buktinya, Disney pernah melarang penjualan merchandise “Baby Yoda” dari The Mandalorian di platform e-commerce Etsy pada awal tahun lalu. Alasannya, karena Disney ingin meluncurkan merchandise mereka sendiri.

Disney punya beberapa sumber pemasukan. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, divisi media and entertainment memberikan kontribusi terbesar, mencapai US$50,87 miliar. Sementara itu, divisi parks, experiences and products — divisi yang kemungkinan menaungi pemasukan dari penjualan merchandise — hanya memberikan kontribusi sebesar US$16,55 miliar.

Sumber pemasukan Disney. | Sumber: Statista

Walau penjualan merchandise bukan sumber pemasukan terbesar Disney, hal itu tidak mengubah fakta bahwa jika Disney membiarkan fans untuk memperjualbelikan merchandise berdasar IP mereka, bisnis merchandising mereka akan terganggu. Tak hanya itu, membiarkan fans menjual merchandise juga berpotensi untuk mengurangi sumber pemasukan Disney dari divisi content sales/licensing.

Sementara itu, perusahaan yang dikenal ketat dalam memberlakukan peraturan hak cipta adalah Nintendo. Pada Januari 2021, Nintendo pernah mengajukan Digital Millennium Copyright Act (DMCA) takedown pada Game Jolt, situs yang menampilkan fan game. Alhasil, ada 379 fan game yang harus dihapus dari situs tersebut, seperti yang disebutkan oleh Nintendo Life.

Sebulan sebelum Nintendo mengeluarkan permintaan takedown, mereka telah memberikan peringatan. Dalam surat peringatan itu, mereka menjelaskan bahwa di Game Jolt, ada game-game yang menggunakan IP Nintendo. Padahal, Game Jolt mendapatkan pemasukan dari pemasangan iklan banner yang tayang di situs atau dari iklan yang muncul ketika game tengah loading. Dari sini, kita bisa menyimpulkan, salah satu alasan Nintendo melarang keberadaan fan game adalah karena mereka tidak ingin ada pihak ketiga yang mendapatkan untung dari IP mereka.

Alasan lain mengapa perusahaan game tidak mendukung mods atau fan game adalah karena mereka ingin melindungi hak cipta dari IP mereka. Kepada WIRED, Alex Tutty, Digital Media IP Expert, Sheridans menjelaskan bahwa walau fan game dibuat dengan niat baik, tapi fan game tetap melanggar hak cipta. Memang, perusahaan game bisa tutup mata akan keberadaan fan game. Namun, jika perusahaan terus mengacuhkan pelanggaran akan hak cipta mereka, maka perlindungan dari hak cipta itu justru bisa memudar atau bahkan menghilang.

Nintendo tidak mendukung keberadaan fan game. | Sumber: Red Bull

“Ketika perusahaan mengacuhkan kasus pelanggaran hak cipta satu kali, di masa depan, mereka akan kesulitan untuk menuntut pihak lain yang melanggar hak cipta mereka,” kata Tutty.

Kabar baiknya, jika fans ingin membuat fan game berdasarkan IP dari  milik sebuah developer game, mereka bisa meminta izin pada perusahaan. Hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Fans akan bisa membuat fan game yang mereka mau dan developer bisa mendapatkan sumber pemasukan baru. Hanya saja, developer tidak punya kewajiban untuk menjawab izin permintaan dari para fans. Terkadang, walau fans sudah meminta izin pada perusahaan, pihak perusahaan tidak memberikan jawaban sama sekali.

Kesimpulan

Bagi perusahaan media, termasuk developer game, fan-made content layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi, keberadaan fan-made content menunjukkan kecintaan fans pada sebuah media hiburan, termasuk game yang dibuat oleh developer. Kecintaan ini membantu developer untuk memarketkan game yang mereka buat. Di sisi lain, konten buatan fans juga bisa menghilangkan sumber pemasukan perusahaan. Tak hanya itu, fan-made content juga bisa dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Pada akhirnya, perusahaan bebas menentukan apakah mereka akan mendukung keberadaan fan-made content. Namun, berdasarkan contoh-contoh yang saya sebutkan di atas — Supergiant Games, miHoYo, Disney, dan Nintendo — tampaknya, bisa disimpulkan bahwa perusahaan yang tidak mendukung fan-made content biasanya perusahaan yang memang memiliki IP super populer. IP mereka sudah dikenal semua orang sehingga mereka tidak lagi membutuhkan marketing dari fan-made content. Malah, keberadaan fan-made content bisa mengganggu bisnis perusahaan, seperti ketika fans membuat dan menjual merchandise fisik dari IP Disney.

Modder Fallout: London Kini Direkrut Bethesda

Kemampuan komunitas modder saat ini memang terus menunjukkan perkembangan yang impresif. Beberapa modder bahkan dapat membuat sebuah game baru dari game yang sudah ada, seperti apa yang terjadi pada mod Fallout: London.

Mod ini mengubah hampir seluruh game Fallout 4 menjadi sebuah game Fallout baru yang berlatar di London, Inggris. Dan tidak hanya dunianya saja yang berubah, namun juga cerita baru yang diusung.

Bahkan Bethesda dikabarkan cukup terkesan dengan proyek mod berukuran DLC ini. Sehingga, mereka memutuskan untuk merekrut penulis dari mod Fallout: London ini untuk bergabung. Berita tersebut bahkan diumumkan juga oleh akun Twitter dari Fallout: England.

Dalam cuitan yang berisi screenshot dari postingan panjang di Discord tersebut sang pengembang menjelaskan kepergian Kepala Penulis mereka, Stephanie Zachariadis kini menuju Bethesda. Mereka memberikan dukungan kepada Stephanie dan berharap dirinya mampu memberikan cerita dan misi inovatif yang dilakukannya untuk Fallout: London saat di Bethesda nanti.

“Stephanie telah menjadi pilar penting bagi tim dan telah membantu menciptakan cerita utama yang fantastis dan menarik, sekaligus dialog yang kami rasa akan sangat Anda nikmati, dan kami tahu bahwa dia akan membawa bakat tersebut ke Bethesda dan Todd Howard (salah satu petinggi di Bethesda),” ungkap tim Fallout England.

Pihak pengembang Fallout: London juga menginformasikan kepada para fans untuk tidak perlu khawatir terhadap proses pengembangan mod ini karena Stephanie telah menyelesaikan penuh cerita dari Fallout: London. Sehingga penulis baru yang nantinya akan bergabung pun akan meneruskan sisa pekerjaan Stephanie sebelumnya, tanpa mengubah cerita atau misi yang sudah dibuat.

Fallout: London sendiri masih berada dalam tahap pengembangan, dengan progres yang terus diinformasikan kepada para fans lewat postingan di Twitter maupun video update mereka di YouTube.

Dalam update terakhirnya, mereka menunjukkan perkembangan dari kota London yang akan menjadi tempat bertualang para pemain nanti. Kemudian mereka mengenalkan monster-monster baru yang akan menghuni game-nya.

Begitu juga sistem cuaca baru yang diklaim akan memberi pengalaman baru. Lengkap dengan cuaca baru seperti hujan asam yang dijanjikan akan ditunjukkan pada video update berikutnya. Terakhir, tim Fallout London juga menunjukkan beberapa musik baru yang akan menjadi soundtrack game-nya.

Bos Bethesda Ungkap Bahwa The Elder Scrolls 6 Masih dalam Tahap Desain

Impian para gamer untuk segera memainkan seri terbaru dari The Elder Scroll (TES) kelihatannya harus sirna. Sebab, meskipun The Elder Scroll 6 telah diumumkan sejak 3 tahun lalu namun kenyataannya game ini masih jauh dari kata selesai.

Hal ini disampaikan langsung oleh sang sutradara dan executive producer Todd Howard yang diwawancari oleh The Telegraph. Howard mengatakan bahwa seri keenam dari The Elder Scroll tersebut masih dalam tahap desain. Tim pengembangnya kini masih menguji coba berbagai teknologi untuk memastikan game-nya berjalan dengan sempurna.

Game ini nantinya akan menggunakan Creation Engine 2 yang juga digunakan untuk game besar Bethesda lainnya, yaitu Starfield. Howard mengakui bahwa engine ini merupakan basis teknologi baru baik untuk Starfield maupun TES 6.

“Sebagian besar tim pengembangan kami sedang fokus mengerjakan Starfield sekarang, tetapi semua orang mengerjakan semuanya sehingga proyek-proyek tersebut saling terkait.” Ungkap Howard.

“Ada baiknya untuk menganggap The Elder Scrolls 6 masih dalam [fase] desain… tetapi kami terus memerhatikan teknologinya: ‘Apakah (sistem) ini akan mampu menangani hal-hal yang ingin kami lakukan dalam game tersebut?’ Setiap game akan memiliki beberapa rangkaian teknologi baru sehingga Elder Scrolls 6 akan memiliki beberapa tambahan pada Creation Engine 2 yang akan dibutuhkan untuk game tersebut.” Lanjut Howard.

The Elder Scroll 6 sebelumnya diumumkan pada gelaran E3 2018 lalu. Setelah 3 tahun berlalu, hampir tidak ada informasi baru apapun mengenai game ini. Namun keputusan Bethesda tersebut dapat dipahami karena mereka tengah fokus pada pengerjaan Starfield — mengingat Starfield juga telah dinanti oleh para gamer hampir 1 dekade.

Apalagi dengan kegagalan game Bethesda sebelumnya yaitu Fallout 76 serta akusisi Microsoft yang baru saja terjadi, tidak mengejutkan bila Bethesda ingin memperbaiki citra mereka dengan tidak terburu-buru mengeluarkan game baru sebelum benar-benar sempurna.

Kemungkinan besar Bethesda baru akan mulai berfokus pada pengembangan The Elder Scrolls 6 ketika Starfield telah dirilis. Game RPG bertema luar angkasa baru tersebut memang telah mengumumkan perilisannya pada 11 November 2022 mendatang. Berarti, The Elder Scroll 6 kemungkinan baru dirilis antara tahun 2023 hingga 2025.

Microsoft Dikabarkan Tengah Mengerjakan Platform Modding untuk Xbox

Microsoft nampaknya terus mencari cara dan fitur baru untuk tampil lebih memikat ketimbang Sony dalam pertempuran console. Microsoft sendiri paham bahwa mereka masih kesulitan untuk melakukan head-to-head lewat game eksklusif melawan PlayStation. Maka satu hal yang kelihatannya diyakini oleh Microsoft akan disukai oleh para fansnya adalah modding.

Mod tentunya identik dengan game PC ketika komunitas fans dari suatu game melakukan modifikasi terhadap game tersebut dan membagikannya kepada yang lain. Dan nampaknya Microsoft ingin membawa kultur ‘modding’ ini ke dalam konsol Xbox mereka.

Hal ini muncul lewat bocoran info di Reddit (namun telah dihapus) dari sumber yang mengaku sebagai pihak ketiga yang terlibat dalam pengembangan game terbaru Bethesda Softworks (Starfields) yang akan memanfaatkan teknologi Creation Engine generasi selanjutnya.

Creation Engine (Image credit: Bethesda)

Yang menarik tentunya adalah fakta bahwa Creation Engine telah dirombak untuk mengikuti teknologi next-gen dan juga semakin mudah untuk melakukan modding. Banyak perbaikan yang kini memberikan para modder kebebasan untuk membuat mod yang lebih bervariasi.

Microsoft sendiri dikatakan tengah bekerja sama dengan Bethesda Softworks untuk mendorong Creation Engine terbaru ini agar memiliki sistem modding baru untuk konsol Xbox yang lebih luas. Buat yang kelewatan, Microsoft sebelumnya mengakuisisi ZeniMax, induk perusahaan dari Bethesda.

Bethesda Mod HUB

Bethesda Softworks merupakan salah satu developer yang dikenal ramah untuk komunitas modding dengan game-game mereka sendiri seperti seri Elder Scrolls, ataupun Fallout yang memang dibangun di atas Creation Engine. Di sisi lainnya, Microsoft juga bukan publisher ataupun developer yang anti modding — seperti beberapa publisher/developer game AAA macam EA atau Ubisoft. Microsoft Flight Simulator punya komunitas modding yang sangat aktif. Sedangkan Minecraft bahkan jadi salah satu game dengan ekosistem modding paling kondusif sampai hari ini.

Maka dari itu, cukup masuk akal jika Microsoft ingin mengimplementasikan modding ke dalam konsol mereka — mengingat ada banyak nilai positif yang bisa didapatkan dari membuka akses modding.

Minecraft (Image Credit: Nvidia)

Bila memang nantinya Microsoft dan Bethesda berhasil membuat sistem modding terintegrasi untuk Xbox, maka bukan tidak mungkin hal ini membawa tren baru bagi para pemain konsol. Terlebih lagi, banyak game bisa berumur lebih panjang karena memiliki komunitas modding yang aktif.

Microsoft Resmi Jadi Pemilik Bethesda, Beberapa Game Baru Nantinya Bakal Dijadikan Penawaran Eksklusif

September 2020 lalu, industri gaming sempat dibuat geger oleh rencana Microsoft untuk mengakuisisi induk perusahaan Bethesda, ZeniMax Media, dengan dana sebesar $7,5 miliar. Usai mendapatkan persetujuan dari United States Securities and Exchange Commission dan European Union Commission selaku badan yang mengawasi baru-baru ini, akuisisi tersebut akhirnya resmi selesai.

Microsoft mengumumkan kabarnya lewat blog resmi Xbox, menyambut kedatangan total delapan studio di bawah naungan ZeniMax Media ke keluarga besar Xbox Game Studios. Sebagai pengingat, delapan studio yang dimaksud adalah Bethesda Game Studios, id Software, ZeniMax Online Studios, Arkane, MachineGames, Tango Gameworks, Alpha Dog, dan Roundhouse Studios.

Tentu saja ini berarti Microsoft sekarang memiliki akses langsung ke sederet franchise game populer milik ZeniMax, di antaranya The Elder Scrolls, Fallout, Doom, Dishonored, Wolfenstein, The Evil Within, dan masih banyak lagi. Jadi tidak heran apabila Microsoft rela mengucurkan dana dengan nilai setara 108 triliun rupiah.

Satu catatan penting yang perlu digarisbawahi dari pengumuman ini adalah terkait rencana ke depan Microsoft. Dalam blog post-nya, Phil Spencer selaku orang nomor satu di divisi Xbox menyebutkan bahwa ke depannya akan ada sejumlah judul baru garapan Bethesda yang hanya akan dirilis secara eksklusif di platform Xbox dan PC.

Kata “baru” semestinya merujuk pada gamegame yang memang belum pernah diumumkan sama sekali. Namun di saat yang sama, judul-judul blockbuster yang sudah diumumkan, macam Starfield atau The Elder Scrolls 6, juga sama sekali belum ada kejelasan, sehingga menurut saya masih ada kemungkinan keduanya nanti bakal dijadikan penawaran eksklusif.

Rencana ini jelas kontras dengan yang disampaikan oleh Phil pada bulan Oktober 2020, yang pada dasarnya bisa diartikan bahwa Microsoft tidak punya niatan menjadikan game bikinan Bethesda eksklusif untuk platform Xbox. Namun seperti yang kita tahu, Xbox sekarang bukan cuma console saja, melainkan juga layanan cloud gaming (Xbox Game Pass) yang dapat diakses dari banyak perangkat.

Jadi seandainya nanti Starfield dan The Elder Scrolls 6 benar-benar dijadikan eksklusif, Microsoft menurut saya masih tetap bisa menjangkau banyak konsumen lewat Xbox Game Pass. Konsumen dari kubu kompetitor (Sony) pun tidak perlu berkecil hati, sebab mereka hanya perlu menyiapkan biaya berlangganan Xbox Game Pass — yang tentu jauh lebih terjangkau ketimbang harus membeli console Xbox — agar bisa ikut memainkannya.

Sumber: Xbox.

Kontras Strategi Bisnis Tencent dan Microsoft

Tencent dan Microsoft tetap aktif dan malah agresif dalam melakukan akuisisi atau menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game meski di kondisi pandemi. Keduanya sama-sama raksasa namun, jika Tencent raksasa dari timur, Microsoft adalah raksasa dari barat. Menariknya lagi, kedua perusahaan raksasa itu memiliki strategi yang jauh berbeda.

 

Investasi Tencent Sepanjang 2020

Tencent merupakan investor yang agresif. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Di tengah pandemi sekalipun, Tencent tidak berhenti berinvestasi. Pada 2020, Tencent ikut serta dalam 170 ronde pendanaan, menurut database milik startup Tiongkok, ITJuzi. Secara total, Tencent telah berinvestasi di 800 perusahaan. Lebih dari 70 perusahaan yang dimodali oleh Tencent telah menjadi perusahaan publik dan lebih dari 160 perusahaan memiliki valuasi melewati US$100 juta, menurut laporan TechCrunch.

Sebagai konglomerasi, Tencent memiliki bisnis di berbagai bidang, termasuk game. Di dunia game, Tencent berhasil menjadi publisher game terbesar di dunia dengan mengakuisisi atau membeli saham dari perusahaan-perusahaan game besar. Dua perusahaan yang masuk dalam portofolio investasi Tencent antara lain Riot Games, developer League of Legends dan Epic Games, developer Fortnite.

Sepanjang 2020, Tencent telah menanamkan investasi di 31 perusahaan game. Sebagian besar investasi ini melibatkan perusahaan Tiongkok. Berdasarkan data Niko Partners, 23 dari 31 perusahaan game yang mendapatkan kucuran dana dari Tencent merupakan perusahaan Tiongkok. Meskipun begitu, Tencent juga mendukung sejumlah perusahaan game dari Barat, seperti Roblox.

Daftar investasi Tencent sepanjang 2020. | Sumber: Niko Partners
Daftar investasi Tencent sepanjang 2020. | Sumber: Niko Partners

Seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di atas, jenis investasi yang Tencent lakukan sepanjang tahun 2020 beragam, mulai dari akuisisi, merger, sampai pembelian saham, baik saham minoritas maupun mayoritas. Selain itu, mereka juga ikut dalam beberapa ronde pendanaan yang diadakan oleh sejumlah perusahaan game. Jumlah transaksi di dunia game yang Tencent lakukan pada 2020 naik hingga 3 kali lipat jika dibandingkan dengan total investasi yang mereka buat pada 2019 dan naik 4 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah transaksi mereka pada 2017.

Besar uang yang Tencent keluarkan untuk setiap transaksi pada 2020 juga beragam. Misalnya, mereka mengeluarkan lebih dari US$70 ribu untuk mendapatkan 31,25% saham FanPass. Sementara untuk mendorong merger antara dua platform streaming game terbesar di Tiongkok, Huya dan DouYu, Tencent rela menanamkan investasi lagi sebesar US$810 juta di Huya. Transaksi terbesar Tencent pada 2020 adalah ketika mereka membeli Leyou Technology seharga US$1,5 miliar.

“Soal Merger & Acquisition (M&A), Tencent cenderung konservatif. Biasanya, mereka menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game yang sudah terbukti sukses atau berhasil merilis game populer,” kata Niko Partners dalam laporan mereka. “Sementara pada 2020, mereka lebih proaktif dalam menanamkan investasi di segmen gaming.”

Memang, dari portofolio investasi Tencent, terlihat bahwa mereka punya kecenderungan untuk membeli saham dari perusahaan-perusahaan game besar, seperti Riot Games. Namun, pada 2020, mereka mulai menunjukkan ketertarikan untuk memberikan modal pada perusahaan game yang lebih kecil. Mereka juga mulai menanamkan investasi ketika perusahaan masih muda. Walau dikenal dengan game-game mobile seperti PUBG Mobile dan Arena of Valor, Tencent juga mulai memberikan modal untuk perusahaan-perusahaan yang berpengalaman dalam membuat game untuk konsol dan PC.

PUBG Mobile jadi salah satu game populer dari Tencent.
PUBG Mobile jadi salah satu game populer dari Tencent.

Menurut Niko Partners, salah satu alasan mengapa Tencent mengubah strategi investasi mereka adalah karena semakin ketatnya persaingan di industri game Tiongkok. Pasalnya, para saingan Tencent — seperti ByteDance dan Alibaba — juga mulai semakin memerhatikan industri game. Pada awal 2020, ByteDance, pemilik TikTok, dikabarkan akan membuat divisi gaming yang akan fokus untuk membuat game bagi para gamer hardcore, lapor GamesIndustry.

Hal lain yang mendorong Tencent untuk mengubah strategi investasi mereka adalah kesuksesan MiHoYo dengan Genshin Impact dan Lilith Games dengan AFK Arena. Kedua game itu menawarkan sesuatu yang sama sekali berbeda dari game-game Tencent. Meskipun begitu, Niko menyebutkan, posisi Tencent sebagai perusahaan game nomor satu tidak akan tergantikan dalam waktu dekat. Hanya saja, mereka tidak boleh lengah jika mereka ingin agar game-game mereka tetap menjadi game favorit di kalangan gamer.

 

Microsoft Akuisisi Zenimax

Tencent bukan satu-satunya perusahaan yang aktif berinvestasi pada 2020. Microsoft juga masih melakukan akuisisi di tengah pandemi. Hanya saja, strategi Microsoft bertolak belakang dengan strategi Tencent. Jika Tencent lebih memilih untuk menyebar modal di puluhan perusahaan game, Microsoft justru fokus pada satu transaksi, yaitu akuisisi ZeniMax Media. Untuk itu, mereka bahkan rela mengeluarkan US$7,5 miliar.

ZeniMax dikenal sebagai perusahaan induk dari Bethesda. Namun, mereka juga membawahi sejumlah game studio lain, yaitu:

  • Alpha Dog – Wraithborne, Montrocity: Rampage
  • Arkane Studios – Dishonored, Prey, Deathloop
  • Bethesda Game Studio – The Elder Scrolls, Fallout, Starfield
  • id Software – Doom, Quake, Rage
  • MachineGames – Wolfenstein
  • Rondhouse Studios
  • Tango Gameworks – The Evil Within, Ghostwire: Tokyo
  • ZeniMax Online Studios – The Elder Scrolls Online, Fallout 76

“Dengan mengakuisisi Bethesda, kami menggandakan kapasitas kami untuk membuat konten gaming,” kata CEO Microsoft, Satya Nadella, seperti dikutip dari Bloomberg. Pertanyaannya, bagaimana akuisisi ZeniMax akan memengaruhi strategi tim Xbox?

Microsoft bakal memasukkan game-game Bethesda ke Xbox Game Pass.
Microsoft bakal memasukkan game-game Bethesda ke Xbox Game Pass.

Seperti yang disebutkan oleh The Verge, game eksklusif menjadi salah satu taktik Sony untuk mendorong penjualan PlayStation. Mereka mengakuisisi developer mumpuni untuk membuat game berbasis franchise, seperti Spider-Man dan Horizon Zero Dawn. Selain itu, mereka juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan game Jepang, seperti From Software dan Square Enix. Dengan begitu, mereka bisa menjamin bahwa game-game buatan developer itu — seperti Final Fantasy atau Demon’s Souls — akan diluncurkan untuk PlayStation terlebih dulu.

Namun, sejak meluncurkan Xbox Game Pass pada 2017, Microsoft tampaknya tak lagi terlalu tertarik untuk merilis game eksklusif di Xbox. Pasalnya, game-game yang masuk dalam katalog Xbox Game Pass bisa dimainkan melalui PC berbasis Windows atau bahkan Android melalui xCloud. Dengan mengakuisisi ZeniMax, Microsoft akan bisa memasukkan game-game buatan Bethesda dan studio-studio lain di bawah ZeniMax.

“Bethesda mengambil langkah berani ketika mereka merilis seri The Elder Scrolls untuk Xbox pertama. Tak hanya itu, mereka juga mendukung Xbox Game Pass sejak awal peluncurannya. Dengan begitu, game-game mereka bisa dimainkan oleh banyak orang di berbagai perangkat. Mereka juga sangat memerhatikan teknologi gaming baru, seperti cloud streaming,” kata Xbox Head, Phil Spencer. Lebih lanjut dia menyebutkan, mereka akan memasukkan game-game legendaris Bethesda ke Xbox Game Pass untuk konsol dan PC.

penjualan game steam naik

Penjualan Game di Steam Naik 20% Pada 2020, Bethesda Buat Game Indiana Jones Baru

Minggu lalu, muncul beberapa berita menarik di dunia game dan esports. Menurut laporan Valve, pada 2020, penjualan game di Steam naik 20% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, Bethesda mengumumkan bahwa game Indiana Jones terbaru akan menjadi tanggung jawab dari MachineGames, developer di balik seri Wolfenstein baru.

2020, Penjualan Game di Steam Naik 20%

Valve merilis laporan terkait performa Steam sepanjang 2020 pada minggu lalu. Dalam laporan itu, disebutkan bahwa Steam kini punya 120 juta pemain aktif bulanan. Sementara jumlah pemain aktif harian mencapai 62,6 juta orang. Tak hanya itu, penjualan game pada 2020 juga naik 21,4% dari tahun sebelumnya. Dan total jam yang pemain habiskan di Steam naik 50,7%.

Soal game virtual reality, Valve mengungkap, tanpa Half-Life: Alyx, penjualan game VR naik 32% dari tahun 2019. Sementara jika penjualan Half-Life: Alyx dihitung, angka itu naik menjadi 39%. Dari segi pemasukan, total pemasukan game VR naik 71% pada 2020 dari tahun sebelumnya. Selain itu, total playtime dari game VR juga naik 30%, lapor GamesIndustry.

Twitch Gandeng Samsung untuk Adakan Twitch Rivals

Samsung baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan Twitch untuk mengadakan Twitch Rivals North America, kompetisi esports yang ditujukan untuk para streamers. Sebagai bagian dari kerja sama ini, Twitch akan menggunakan smartphone Galaxy yang sudah dilengkapi dengan 5G di kompetisi yang mengadu mobile game dalam Twitch Rivals, seperti Mobile Mondays dan Mobile Gaming Heroes.

Samsung menjadi rekan Twitch dalam Twitch Rivals. | Sumber: Esports Insider
Samsung menjadi rekan Twitch dalam Twitch Rivals. | Sumber: Esports Insider

Kali ini bukan pertama kalinya Samsung masuk ke dunia esports. Pada Mei 2020, Samsung bekerja sama dengan organisasi esports T1. Selain itu, mereka juga pernah menjadi sponsor dari beberapa tim League of Legends dari Korea Selatan, seperti Samsung Blue dan Samsung White, menurut laporan Esports Insider.

Ubisoft Perbarui Kontrak Kerja Sama dengan PayPal

Ubisoft memperbarui kerja sama mereka dengan PayPal. Dengan ini, PayPal akan menjadi platform pembayaran resmi untuk sejumlah kompetisi esports dari Rainbow Six, seperti liga Eropa dan Amerika Utara, turnamen Major pada Mei dan Agustus, serta Six Invitationals. Selain itu, Rainbow Six World Cup — yang Ubisoft perkenalkan pada September 2020 — juga akan menjadi bagian dari kerja sama ini, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider.Kontrak antara Ubisoft dan PayPal ini berlaku hingga September 2022.

Blizzard Entertainment Perbarui Battle.net

Blizzard Entertainment baru saja merilis update untuk merombak Battle.net. Dirilis pada 1996, Battle.net merupakan platform online yang kemudian menjadi launcher untuk game-game Blizzard. Orang-orang yang mendaftarkan diri sebagai beta testers telah dapat menggunakan versi terbaru dari Battle.net selama beberapa bulan belakangan. Sekarang, Battle.net versi terbaru telah diluncurkan. Hanya saja, saat ini, versi terbaru dari Battle.net hanya bisa diakses oleh para pemain di sebagian kawasan dari Amerika Utara. Namun, Blizzard akan merilis update ini di semua kawasan lain dalam tiga minggu ke depan.

Tampilan Battle.net terbaru. | Sumber: VentureBeat
Tampilan Battle.net terbaru. | Sumber: VentureBeat

Versi terbaru dari Battle.net memiliki kolom berita yang lebih besar dan juga tab sosial yang lebih lengkap. Selain itu, Blizzard juga memungkinkan pemain untuk mengakses menu-menu di Battle.net hanya dengan keyboard. Mereka juga menambahkan hub notifikasi, memudahkan pengguna untuk melihat pesan dari teman-teman mereka atau melihat durasi waktu download/update dari sebuah game, menurut VentureBeat.

Bethesda Garap Game Indiana Jones Baru

Bethesda merilis teaser dari game Indiana Jones baru. Game tersebut akan dibuat oleh MachineGames, developer di balik seri Wolfenstein yang dirilis pada 2015-2019. Bethesda menunjuk Todd Howard untuk menjadi executive producer dari game Indiana Jones ini. Howard merupakan Director dan Executive Producer dari Bethesda dan dikenal berkat game RPG, The Elder Scrolls. Seperti yang disebutkan oleh VentureBeat, game Indiana Jones terakhir kali diluncurkan pada 2009. Game berjudul Indiana Jones and the Staff of Kings itu dirilis untuk Nintendo Wii serta Sony PlayStation 2 dan PSP.

Cavea Dapat Investasi Sebesar €1 Juta

Cavea, perusahaan analitik penonton dan sponsorship esports, baru saja mendapatkan investasi sebesar €1 juta. Kucuran dana ini datang dari investor lama dan baru Cavea. Salah satu investor Cavea adalah The Danish Growth Fund.

Dana yang Cavea dapatkan ini akan digunakan untuk melakukan konsolidasi, menambahkan pekerja, dan memungkinkan mereka untuk fokus untuk mengomersilkan produk mereka, lapor Esports Insider. Platform iklan dan sponsorship dari Cavea membantu organisasi esports, penyelenggara turnamen, sponsor, dan kreator konten untuk mengumpulkan data tentang harga dari konten esports di semua channel.

Doom Eternal Akan Segera Tersedia di Nintendo Switch

Doom Eternal akan tersedia di Nintendo Switch mulai 8 Desember mendatang. Dirilis di PC dan console pada bulan Maret lalu, game first-person shooter garapan id Software itu rupanya tidak butuh waktu lama untuk mampir ke handheld console Nintendo.

Tentunya yang selalu menjadi pertanyaan ketika ada game AAA yang di-port ke Switch adalah seputar performanya. Doom Eternal, buat yang tidak tahu, adalah game dengan kualitas grafik yang sangat bagus, dan tentunya ini bakal menjadi tantangan tersendiri bagi developer yang diberi tanggung jawab membuatkan versi Switch-nya.

Namun seandainya eksistensi Doom yang pertama di Switch bisa menjadi indikasi – yang menuai banyak pujian berkat performanya yang mulus – semestinya performa Doom Eternal di Switch bakal memuaskan. Pasalnya, developer yang mengerjakan versi Switch-nya adalah Panic Button, developer yang sama yang mengerjakan porting Doom sebelumnya, dan yang terbukti sangat bisa diandalkan untuk urusan porting.

Kasusnya berbeda jauh dari porting The Outer Worlds di Switch, yang bisa dibilang kurang layak dimainkan karena game akan terhenti dari waktu ke waktu untuk memuat aset grafik. Penurunan kualitas visual tentunya bukan masalah besar, tapi kalau sampai menghambat gameplay, pengalamannya jelas sama sekali tidak mengenakkan.

Faktor lain yang juga berpengaruh kalau menurut saya adalah engine yang digunakan oleh masing-masing game. Doom Eternal menggunakan engine id Tech 7, dan kalau berdasarkan pengalaman pribadi, engine ini cukup ramah terhadap hardware dengan spesifikasi rendah. Saya sempat memainkan Doom Eternal di PC lama saya yang masih menggunakan GPU Nvidia GeForce GTX 960 yang sudah berusia lima tahun, dan permainan masih bisa berjalan mulus di 50-60 fps, meski memang sebagian besar setting grafiknya saya buat low.

Berdasarkan laman FAQ resmi dari Bethesda, Doom Eternal versi Switch nantinya hanya akan tersedia dalam versi digital saja, dan instalasinya diperkirakan membutuhkan storage sebesar 18,8 GB. Doom Eternal versi Switch juga akan hadir membawa mode multiplayer yang cukup menarik, yang menempatkan dua pemain sebagai demon dan satu sebagai Doom Slayer untuk beradu.

Membasmi iblis menggunakan shotgun semestinya bisa menjadi aktivitas sampingan yang fresh bagi mereka yang mungkin sudah bosan dengan ketenteraman di Animal Crossing.

Sumber: Polygon.

Microsoft tak Bakal Buat Game Bethesda Eksklusif Xbox, Ajax Rilis Aplikasi Akademi Gaming

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kejadian menarik dalam industri gaming. Salah satunya, Bos Xbox menjelaskan bahwa Microsoft tak berencana untuk membuat game-game Bethesda menjadi eksklusif Xbox. Selain itu, InnoGames, developer asal Jerman, juga mengumumkan kerja samanya dengan merek kosmetik, MAC.

Ajax Luncurkan Aplikasi Ajax Gaming Academy

Klub sepak bola asal Belanda, Ajax, meluncurkan Ajax Gaming Academy. Aplikasi mobile tersebut dibuat dengan tujuan untuk membantu para pemain FIFA yang ingin berkompetisi dalam turnamen game sepak bola itu. Melalui aplikasi ini, para pemain akan bisa bertanding untuk memenangkan hadiah eksklusif. dari Ajax Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga dilengkapi dengan tutorial terkait FIFA 21.

Ajax tidak sendiri dalam meluncurkan aplikasi tersebut. Mereka menggandeng perusahaan TV kabel Belanda, Ziggo, perusahaan sportswear adidas, dan perusahaan teknologi Azerion. Selain itu, Goal juga menjadi rekan media Ajax. Mereka akan membantu Ajax untuk mempromosikan aplikasi ini secara global.

Ajax meluncurkan aplikasi Ajax Gaming Academy di iOS dan Android.
Ajax meluncurkan aplikasi Ajax Gaming Academy di iOS dan Android.

“Bersama dengan Ziggo, kami akan mengadakan Ziggo eBattle untuk para fans kami setiap minggunya. Di sini, para peserta akan bisa memenangkan berbagai hadiah unik,” kata Menno Geelen, Commercial Director, Ajax, menurut laporan Esports Insider. “Kami juga akan menyediakan tutorial FIFA 21 yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi untuk meningkatkan performa permainan mereka.”

Bos Xbox: Microsoft tak Ingin Buat Game Bethesda Jadi Eksklusif Xbox

Microsoft mengakuisisi ZeniMax, perusahaan induk Bethesda, pada bulan lalu. Hal ini berarti, mereka bisa membuat sejumlah franchise milik Bethesda, seperti The Elder Scrolls, Doom, dan Fallout, menjadi eksklusif untuk Xbox. Namun, tampaknya Microsoft tak berencana untuk melakukan hal itu.

Dalam wawancara dengan Kotaku, Head of Xbox, Phil Spencer mengungkap, tujuan Microsoft mengakuisisi Bethesda bukanlah untuk membuat franchise buatan mereka tidak bisa dimainkan oleh gamer dari platform lain. “Kami tidak pernah menyebutkan bahwa kami ingin membatasi jumlah orang yang bisa memainkan game-game Bethesda. Kami justru ingin agar jumlah orang yang memainkan game-game tersebut bertambah,” ujarnya, lapor GamesIndustry.

Pada saat yang sama, Spencer mengungkap, Microsoft tetap bisa mendapatkan untung dari akuisisi Bethesda meskipun mereka hanya menjual game-game Bethesda di Xbox, PC, dan platform yang mendukung Game Pass.

FaZe Clan Buat Turnamen Among Us dengan Sistem Poin

FaZe Clan mengadakan turnamen Among Us In-Vent-ational pada 15 Oktober 2020. Kompetisi tersebut disiarkan di Twitch. Mengingat gameplay Among Us tidak mendukung permainan kompetitif, maka FaZe Clan menciptakan sistem poin untuk menentukan pemenang dari turnamen ini.

Dalam Among Us, para pemain akan terbagi ke dua kubu: Crewmates dan Impostors. Setiap tim Crewmates menang, maka semua pemain yang menjadi kru akan mendapatkan empat poin. Sementara jika Impostors menang, maka mereka akan mendapatkan lima poin. Poin untuk Impostors lebih besar karena menang sebagai Impostor lebih sulit daripada sebagai kru. Selain itu, setiap seorang Impostor membunuh seorang kru, dia akan mendapatkan satu poin. Sementara setiap tim Crewmates berhasil menemukan seorang Impostors dalam pemungutan suara, maka semua kru akan mendapatkan dua poin.

Semua pemain dalam tim akan mendapatkan poin ketika timnya menang, bahkan jika dia telah mati. Namun, pemain yang terbunuh lebih dulu tetap akan dirugikan. Pasalnya, sebagai kru, mereka tidak bisa mendapatkan poin dari pemungutan suara. Sementara sebagai Impostor, mereka juga tidak bisa membunuh pemain lain untuk mendapatkan ekstra poin.

Menurut PC Gamer, pertandingan Among Us ini terkadang berjalan membosankan karena para kru biasanya berkumpul bersama, sehingga para Impostor akan kesulitan untuk bertindak. Meskipun begitu, sesekali, para pemain profesional menunjukkan keahliannya. Contohnya, ketika menjadi Impostor, Jellypeanut berhasil memisahkan diri untuk membunuh seorang kru dan kembali ke kelompok Crewmates dengan cepat sehingga dia tidak dicurigai.

VENN Dapat Investasi Sebesar US$26 Juta

Dua bulan setelah startup streaming VENN meluncurkan produknya, mereka mengumumkan bahwa mereka mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$26 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh perusahaan media Nexstar Media Group. Berkat investasi ini, Nexstar dapat menunjuk satu anggota dewan direktur dari VENN.

BITKRAFT, yang ikut serta dalam pendanaan tahan awal dari VENN, juga ikut serta dalam ronde pendanaan untuk VENN kali ini. Beberapa investor lain yang ikut serta dalam pendanaan seri A ini antara lain Eldridge Industries, WISE Ventures, Alumni Ventures Group, dan Josh Kroenke, Vice Chairman dari Kroenke Sports and Entertainment.

“Sektor gaming dan esports kini tengah berkembang pesat. Melalui investasi kami ke VENN, kami ingin mendistribuskan konten dari VENN di platform siaran kami dengan tujuan menjangkau para penonton muda,” ujar President, COO, dan CFO dari Nexstar, Tom Carter, seperti dikutip dari Variety.

VENN merupakan singkatan dari Video Game Entertainment & News Network. Perusahaan ini didirikan oleh Ben Kusin dan Ariel Horn. Mereka ingin membuat channel televisi yang khusus menampilkan konten esports dan gaming. Pasalnya, selama ini, kebanyakan konten gaming dan esports hanya disiarkan di platform digital seperti YouTube dan Twitch.

InnoGames Kolaborasi dengan MAC Cosmetics untuk Sambut Halloween

Developer asal Jerman, InnoGames, bekerja sama dengan MAC Cosmetics untuk menampilkan makeup art ke game buatan mereka, Elvenar. Kali ini adalah pertama kalinya InnoGames memasukkan sebuah merek ke dalam game mereka. Melalui kerja sama ini, para pemain Elvenar akan bisa menggunakan makeup virtual pada karakter mereka. Kerja sama antara InnoGames dan MAC akan dimulai pada 22 Oktober sampai 11 November 2020. Selama periode ini, para pemain Elvenar juga akan bisa melihat gaya makeup yang terinspirasi dari game tersebut.

Contoh makeup yang terinspirasi dari Elvenar.
Contoh makeup yang terinspirasi dari Elvenar. | Sumber: GamesBeat

Chief Product Officer InnoGames, Christian Reshöft mengungkap, mereka ingin agar para pemain Elvenar merasa nyaman untuk mengekspresikan dirinya di dunia virtual. Salah satu caranya dengan menggunakan makeup pada karakter merkea. Melalui kerja sama dengan MAC, para pemain Elvenar akan bisa menggunakan makeup pada karakter mereka sesuai dengan keinginan mereka. Baik InnoGames dan MAC mengungkap, kolaborasi mereka ditujukan untuk mendorong inklusivitas di industri game.

“InnoGames dan MAC Cosmetics terus berusaha untuk membuat industri game dan kecantikan menjadi semakin inklusif. Kami juga memiliki prinsip yang sama terkait keberagaman, inklusivitas, dan kreativitas,” ujar Funda Yakin, Director of Media and Market Development, InnoGames pada GamesBeat. “Baik InnoGames maupun MAC tengah menyiapkan kegiatan untuk menyambut Halloween. Jadi, kami memutuskan untuk berkolaborasi.”

Susul Activision Blizzard, Bethesda Juga Tarik Deretan Game-nya dari Katalog GeForce Now

Tahap beta testing selama tujuh tahun merupakan periode yang sangat panjang untuk sebuah layanan digital, tapi itulah yang secara tabah dijalani GeForce Now sebelum akhirnya diluncurkan secara resmi belum lama ini. Apesnya, peluncuran layanan cloud gaming milik Nvidia itu malah diwarnai kabar yang kurang mengenakkan.

Secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, Activision Blizzard menarik seluruh game-nya dari katalog GeForce Now. Lebih parah lagi, sekarang giliran Bethesda Softworks yang ikut-ikutan. Semua game yang mereka publikasikan, mulai dari seri Fallout, The Elder Scrolls, sampai Doom, juga akan ditarik dari GeForce Now. Satu-satunya properti Bethesda yang tersisa dan bisa dimainkan pelanggan GeForce Now hanyalah Wolfenstein: Youngblood.

Jelas saja kabar ini memicu pertanyaan, “salah apa Nvidia sampai-sampai terkesan dijauhi oleh nama-nama besar di industri gaming?” Untuk kasus Activision Blizzard, masalahnya ternyata berakar pada kesalahpahaman antar kedua belah pihak, seperti dilaporkan oleh Bloomberg.

Dijelaskan bahwa Activision Blizzard sebenarnya ingin ada persetujuan baru pasca lepasnya GeForce Now dari fase beta dan menjadi layanan komersial. Di sisi sebaliknya, Nvidia beranggapan persetujuannya sudah ada sejak GeForce Now masih dalam tahap beta testing, sebab Activision Blizzard memang mempersilakan para penguji GeForce Now untuk memainkan gamegame yang mereka publikasikan.

Ilustrasi ketersediaan GeForce Now di beragam perangkat / Nvidia
Ilustrasi ketersediaan GeForce Now di beragam perangkat / Nvidia

Untuk kasus Bethesda, sejauh ini belum ada penjelasan dari pihak Nvidia maupun Bethesda, tapi saya menduga akar permasalahannya tidak jauh berbeda. Sebelum ini (selama fase beta), GeForce Now bisa dinikmati secara cuma-cuma. Sekarang, Nvidia mematok tarif berlangganan GeForce Now sebesar $5 per bulan.

Bisa jadi Activision Blizzard dan Bethesda mendambakan persetujuan baru dimana mereka bisa kebagian jatah beberapa persen dari pemasukan GeForce Now. Di sisi lain, Nvidia mungkin berpikiran bahwa mereka tidak perlu membayar royalti atau sejenisnya karena GeForce Now memang tidak punya toko game-nya sendiri.

Ini berbeda dari Google Stadia, yang mewajibkan para pelanggannya untuk membeli game di toko khusus milik mereka sendiri (Stadia Store). GeForce Now di sisi lain mempersilakan pelanggan membeli game-nya di platform mainstream seperti Steam dan Epic Games Store. Tarif $5 per bulan itu pada dasarnya cuma sebatas biaya sewa gaming PC kelas high-end yang ada di datacenter Nvidia.

Tampilan Stadia Store di browser komputer / 9to5Google
Tampilan Stadia Store di browser komputer / 9to5Google

Apakah ini berarti saya membela Nvidia dan menuduh Activision Blizzard serta Bethesda serakah? Pada dasarnya begitu, tapi jangan lupa juga kalau semua ini hanya sebatas spekulasi. Nvidia sendiri akan terus berusaha supaya publisher yang minggat berkenan menyediakan game-nya kembali di GeForce Now. Mereka juga menegaskan bahwa ke depannya kasus gamegame yang ditarik dari katalog GeForce Now seperti ini akan berkurang.

Terlepas dari itu, GeForce Now tetap masih memiliki daya tarik yang tinggi, khususnya jika Anda mengidolakan developer seri The Witcher, CD Projekt Red. Game terbaru mereka yang akan dirilis pada tanggal 17 September nanti, Cyberpunk 2077, bakal bisa langsung dimainkan via GeForce Now di hari peluncurannya.

Sumber: GamesRadar.