Tag Archives: Bhinneka Bisnis

Pionir situs e-commerce Bhinneka menggarap segmen baru b2b2b, membangun ekosistem bisnis untuk mempermudah transaksi jual beli barang

Bangun Ekosistem Khusus Bisnis, Bhinneka Garap Pasar B2B2B

Pionir situs e-commerce Bhinneka mengungkapkan tengah memperdalam fokusnya dengan menggarap segmen baru b2b2b, tujuannya agar terus menjadi pemain e-commerce b2b terdepan di Indonesia. Perubahan fokus ini baru terjadi sejak awal Oktober ini dan ke depannya akan banyak pengembangan situs utama mereka.

GM of Acquisition Bhinneka Shri Prabu Adityawarman menerangkan, tujuan perusahaan mengambil keputusan ini karena ingin membuat ekosistem bisnis yang menyeluruh. Semua orang bisa berbisnis dengan berjualan dan membeli produk dari dan ke Bhinneka.

“Kebanyakan [pemain e-commerce di Indonesia] mainnya di ritel, tapi kita fokusnya di bisnis. Jadi inget mau bisnis, mau penjualan atau pembelian ingatnya Bhinneka,” terangnya kepada DailySocial.

Melalui konsep b2b2b ini, antar merchant bisa saling membeli produk di dalam ekosistem. Misalnya, ada perusahaan yang menjual jasa training di Bhinneka, mereka bisa membeli gadget untuk kebutuhan kantor lewat Bhinneka juga.

Tidak hanya menyediakan produk teknologi informasi, Bhinneka juga merambah kategori baru agar dapat menjangkau seluruh aspek kebutuhan korporat dan UKM, seperti MRO (maintenance, repair, overhaul) dan jasa untuk pelatihan karyawan, konsultasi finansial, riset pasar, interior design, edukasi, dan sebagainya.

“Kita mau semua jenis merchant bisa masuk karena potensi UMKM ini besar kan. Jadi kita coba fokus ke sana juga, enggak main di korporasi besar saja.”

Pada fase berikutnya, setelah banyak merchant dari berbagai kategori masuk, Bhinneka akan membuat produk bundling yang eksklusif tersedia di platform mereka. Nilai tambah lainnya, merchant bisa terhubung dengan rekanan fintech, seperti Home Credit, Kredivo, dan Kredit Plus untuk bantuan modal usaha.

Prabu menyebut saat ini perusahaan memiliki 500 ribu konsumen, sekitar 40 ribu di antaranya adalah konsumen b2b. Mereka datang dari berbagai industri, seperti manufaktur, IT, startup, universitas, farmasi, FMCG, dan masih banyak lagi.

Bhinneka juga memiliki eksistensi yang kuat di B2G, menyediakan pengadaan e-katalog LKPP untuk pemerintahan. Dalam melayani konsumen ini, perusahaan menyediakan dedicated account manager.

Diklaim monthly revenue dari b2b tumbuh signifikan dari Januari 2013 sampai Juni 2018, yang mencapai 369% dengan total SKU yang dimiliki mencapai lebih dari 450 ribu buah.

Saat ini rata-rata pengguna bulanan ke situs Bhinneka mencapai lebih dari 5 juta orang. Sebanyak 3,5 juta orang datang dari aplikasi, sisanya dari desktop. Kompetitor terdekat mereka termasuk Ralali, Bizzy, Mbiz, Indotrading, Monotaro, dan RupaRupa.

Application Information Will Show Up Here
Bhinneka's board of management

IPO is Postponed, Bhinneka Aims for Series C Funding This Year

Bhinneka is preparing Series C funding to support business development in B2B segment. It’s to be finalized in the middle of this year.

Hendrik Tio, Bhinneka’s CEO and Founder avoid to mention the funds needed in this round. He said the funds will be used to support the whole business growth, especially in the B2B segment, not only the IT.

He considers B2B segment to have better prospect in the future, it means an opportunity for Bhinneka to win this segment.

“We’ll keep doing it [external funding]. Hopefully, to make another one this year, [now] on progress. The final, should be in the first semester [this year],” he said, Tuesday (1/8).

In Bhinneka’s business plan, they’re building an integrated system to connect all of Bhinneka’s core business from upstream to downstream. It’s a part of company’s big plan to put omni channel strategy first.

He gave an example when a consumer cancelled a transaction at Bhinneka for some reasons. Data will be stored in a system to support their transaction in the nearest outlets by adding interesting gimmicks.

“It’s why we keep using offline and online strategy, not only one sided, because the multi channel supports our whole strategy. The key is to stay consistent and innovative in developing technology.”

The company has also completed the Bhinneka app with better UI / UX to adjust to the target consumers. This app is made for B2C market.

He commented on the same occasion related to Bhinneka’s plan for IPO. He said this year was not the right moment to make a corporate action considering the political situation, it had to be postponed for the next two to three years.

In fact, based on company’s readiness, he claimed to have met all the requirements by IDX long time ago. The company has tried to register and get approval.

“We actually have passed the trial and ready to go ublic. However, we’re waiting for the moment, due to this year’s political condition, it’s not the right time, maybe two to three years later.”

Bhinneka business accomplishment

In 2018, Bhinneka claimed an increased revenue by 40% in the past five years. It’s B2G segment contribution with nearly 50% percentage, followed by B2B (30%) and other from B2C (20%).

In terms of online and offline sales, B2C segment only, is quite equal at 10% for each channel.

“This year, it [revenue] should’ve at least same with last year, at 40%.”

In order to support the omni channel strategy, Bhinneka will continue to open new offline outlets, not as massive as others. The plan is to add five more outlets in Bandung, Yogyakarta, and Jakarta.

Bhinneka currently has eight outlets, seven are located in Jakarta, and the rest is in Surabaya. Including 33 representative offices in all provinces in Indonesia to handle B2B and B2G segments.

Bhinneka has partnered with 3 thousand brands, more than 9 thousand supplier vendors, and 40 thousand consumers from B2B and B2G segments.

Since it was founded in 1993, Bhinneka’s business started from Digital Printing Solution. In 1995, it expanded to IT product sales, and four years later they entered e-commerce industry with Bhinneka.com site.

In 2001, they try to enter offline business as the company’s mission to gain consumer’s trust. B2B segment is started to be in demand 10 years later, by releasing Bhinneka Business.

B2G segment was started a year later, and officially operating in 2015 through e-procurement and e-catalog launching. Within the same year, Bhinneka’s revenue has reached Rp1 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

IPO Bhinneka

Tunda IPO, Bhinneka Rencanakan Pendanaan Seri C Tahun Ini

Bhinneka tengah mempersiapkan pendanaan seri C untuk dukung percepatan bisnis, terutama di segmen B2B. Pendanaan ini ditargetkan akan rampung pada pertengahan tahun ini.

CEO dan Founder Bhinneka Hendrik Tio enggan menuturkan kebutuhan dana yang dibidik Bhinneka untuk putaran kali ini. Menurutnya dana tersebut nantinya akan dipakai untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bhinneka secara keseluruhan, terutama di segmen B2B dan tidak hanya untuk TI saja.

Hendrik menilai segmen B2B memiliki prospek yang cukup baik ke depannya, sehingga ada peluang buat Bhinneka seriusi agar menjadi pemenang di segmen tersebut.

“Kami terus melakukan itu [pendanaan eksternal]. Mudah-mudahan tahun ini akan dapat lagi, [sekarang] sudah proses. Final-nya mungkin semester pertama [tahun ini] sudah selesai,” terangnya, Selasa (8/1).

Dalam pipeline rencana bisnis Bhinneka, perusahaan tengah membangun sistem terintegrasi yang bisa menghubungkan semua inti bisnis Bhinneka dari hulu ke hilir. Sistem ini merupakan bagian dari rencana besar perusahaan yang ingin mengedepankan strategi omni channel.

Dia memberi contoh, saat konsumen tidak jadi bertransaksi di Bhinneka karena berbagai hal. Datanya akan tersimpan dalam sistem yang bakal dimanfaatkan untuk dorong mereka bertransaksi di gerai Bhinneka terdekat lokasi dengan menyertakan gimmick yang menarik.

“Makanya kami tetap mengedepankan strategi online dan offline, tidak hanya di salah satu sisi saja sebab multi channel ini mendukung seluruh strategi kami. Untuk itu kuncinya adalah konsisten dan terus inovatif dalam mengembangkan teknologi.”

Perusahaan juga tengah menyempurnakan aplikasi Bhinneka dengan tampilan UI/UX yang lebih matang demi menyesuaikan dengan target konsumen. Aplikasi ini dikhususkan untuk pasar B2C.

Dalam kesempatan yang sama, Hendrik juga mengomentari rencana Bhinneka terkait IPO. Dia bilang tahun ini bukan momentum yang tepat untuk melaksanakan aksi korporasi tersebut karena sudah masuk tahun politik, sehingga harus ditunda sampai dua sampai tiga tahun mendatang.

Padahal, berdasarkan kesiapan perusahaan dia mengaku sudah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah sejak lama. Bahkan perusahaan sudah mencoba untuk mendaftarkan diri dan mendapatkan persetujuan.

“Jadi sebenarnya kita sudah lolos uji coba dan sudah sangat siap untuk go public. Tapi kita sedang menunggu momentum ya karena kalau tahun ini masih tahun politik sehingga bukan waktu yang tepat, mungkin dua sampai tiga tahun ke depan.”

Pencapaian bisnis Bhinneka

Pada tahun 2018, Bhinneka mengklaim revenue rata-rata naik hingga 40% sejak lima tahun belakangan. Kenaikan ini dikontribusikan dari segmen B2G dengan persentase hampir 50%, kemudian diikuti segmen B2B (30%) dan sisanya dari B2C (20%).

Dilihat dari penjualan secara online dan offline, untuk segmen B2C saja, disebutkan cukup seimbang sebesar 10% untuk masing-masing kanal.

“Tahun ini ditargetkan [revenue] minimal bisa mengimbangi dari tahun lalu yang mencapai 40%.”

Untuk dukung strategi omni channel, Bhinneka akan terus membuka gerai offline baru meski tidak masif seperti peritel kebanyakan. Rencananya ada lima tambahan gerai yang bakal terletak di Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

Adapun saat ini Bhinneka memiliki delapan gerai, tujuh di antaranya ada di Jakarta dan sisanya di Surabaya. Juga 33 kantor representatif di seluruh provinsi di Indonesia untuk melayani segmen B2B dan B2G.

Bhinneka telah bermitra dengan 3 ribu brand, lebih dari 9 ribu vendor penyuplai, dan 40 ribu konsumen dari segmen B2B dan B2G.

Sejak pertama kali hadir di tahun 1993, awal mula bisnis Bhinneka dimulai dari Bhinneka Digital Printing Solution. Lalu tahun 1995 merambah ke penjualan produk TI dan empat tahun kemudian masuk ke ranah e-commerce dengan situs Bhinneka.com.

Pada 2001 mulai mencoba masuk ke gerai offline sebagai langkah perusahaan dalam menambah unsur kepercayaan buat para konsumen. Segmen B2B akhirnya mulai dilirik pada 10 tahun kemudian, dengan merilis Bhinneka Bisnis.

Segmen B2G dirintis setahun kemudian, namun baru resmi pada 2015 lewat peluncuran e-katalog dan e-procurement. Pada tahun yang sama, revenue Bhinneka tembus Rp1 triliun.

Application Information Will Show Up Here
Bhinneka's VP Services Ferryzal Zulkarnain with Loket's VP Customer Solution Rama Adrian / DailySocial

Bhinneka Partners with Loket, Introducing Event Ticketing for Corporate

Bhinneka announces the latest service with Loket (Go-Jek’s subsidiary) for ticketing event, theme park, and MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) targeting corporate consumers. The ticket is wrapped for bulk purchasing, facilitating office events, such as outing or workshops.

It brings Bhinneka to be Loket’s first affiliation partner engaged in the B2B segment for Loket Distribution Program (LDP) product line. It is a ticketing distribution scheme by Loket to build a network using online or offline affiliation.

Ferryzal Zulkarnain, Bhinneka‘s VP Services, said the latest service can encourage its team to be more aggressive in acquiring over 40 thousand corporate consumers. To date, Bhinneka has built a strong penetration for e-catalog projects, in collaboration with Government Goods / Services Procurement Policy Institute (LKPP).

“We’re glad to have this partnership, therefore, we can provide additional services to more than 40 thousand Bhinneka customers,” he said on Thu (11/15).

Currently, Loket has been handling bulk purchasing for corporate consumers. However, all processes are done manually and have no proper system. On the other hand, B2B consumers have specific requirement because it goes through procurement, the process should be facilitated. Partnership with Bhinneka will facilitate Loket service for the B2B segment while previously focused only on B2C.

“The partnership with Bhinneka is quite unique because it’s our only affiliation focused on B2B. It makes a new market segment in need for access to the professional entertainment industry,” Rama Adrian, Loket’s VP Consumer Solutions, said.

Zulkarnain continued, both parties will develop better feature later. One is by providing bulk purchase feature according to the characteristic of corporate customer’s demand, including ticket bundling. It’s also possible to enter Bhinneka’s B2C segment.

Ticket purchasing is available through Bhinneka Bisnis official site. However, consumers should register first by adding the detail of the company’s profile and wait for verification.

Currently, Loket has more than 30 LDP affiliate partners, it’s full focus to the end user. LDP current partners, such as Go-Tix, Blibli, JD.id, Tokopedia, Tiket.com, Traveloka, Goers, and many more. Until August 2018, Loket has sold more than 6.3 million tickets for 3500 events.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Penjualan Tiket untuk Bisnis

Kemitraan Bhinneka dan Loket Hadirkan Layanan Penjualan Tiket Acara untuk Korporasi

Bhinneka mengumumkan layanan terbaru bersama dengan Loket (anak usaha Go-Jek) untuk penjualan tiket pertunjukan, theme park, dan MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) yang menyasar konsumen korporasi. Penjualan tiket dikemas dalam pembelian jumlah banyak, memfasilitasi kebutuhan acara kantor seperti outing atau workshop.

Kerja sama ini sekaligus membawa Bhinneka menjadi mitra afiliasi pertama Loket yang bergerak di segmen B2B untuk lini produk Loket Distribution Program (LDP). LDP adalah skema distribusi penjualan tiket yang disediakan Loket untuk membangun jaringan dengan afiliasi secara online maupun offline.

VP Services Bhinneka Ferryzal Zulkarnain menuturkan, dengan tambahan layanan ini pihaknya dapat lebih agresif menggaet lebih dari 40 ribu konsumen korporat. Selama ini Bhinneka Bisnis sudah memiliki penetrasi yang cukup kuat untuk proyek e-katalog, bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

“Kami menyambut baik kemitraan seperti ini, sehingga kami dapat memberikan layanan tambahan kepada lebih dari 40 ribu pelanggan B2B Bhinneka,” katanya, Kamis (15/11).

Bagi Loket sendiri, selama ini perusahaan juga melayani pembelian dalam jumlah banyak untuk konsumen korporat. Namun semua prosesnya masih secara manual, sehingga belum tersistem dengan baik. Sementara konsumen B2B memiliki kebutuhan khusus, karena harus melalui proses pengadaan, maka harus difasilitasi pemrosesannya. Kemitraan dengan Bhinneka akan permudah pelayanan Loket untuk segmen B2B, sebelumnya Loket lebih terfokus pada B2C saja.

“Kemitraan dengan Bhinneka ini cukup unik karena mereka ini satu-satunya afiliasi kita yang fokusnya ke B2B. Tentunya ini jadi segmen pasar baru yang selama ini butuh akses ke industri hiburan secara profesional,” ucap VP Consumer Solutions Loket, Rama Adrian.

Ferryzal melanjutkan, untuk ke depannya kedua belah pihak akan mengembangkan fitur lebih baik. Salah satunya dengan menyediakan fitur pembelian dalam jumlah banyak (bulk purchase) sesuai karakteristik kebutuhan pelanggan korporasi, termasuk menambahkan pilihan bundling tiket. Tidak menutup kemungkinan juga akan merambah ke segmen B2C Bhinneka.

Pembelian tiket ini bisa dilakukan lewat situs resmi Bhinneka Bisnis. Namun sebelumnya konsumen diharuskan melakukan registrasi dengan memasukkan data perusahaan secara detail, kemudian menunggu proses verifikasi.

Saat ini Loket memiliki lebih dari 30 mitra afiliasi LDP, keseluruhannya fokus pada end user. Mitra LDP yang sudah ada seperti Go-Tix, Blibli, JD.id, Tokopedia, Tiket.com, Traveloka, Goers, dan beberapa lainnya. Hingga Agustus 2018, Loket telah menjual lebih dari 6,3 juta tiket untuk 3500 acara.

Riset tentang B2B commerce di Indonesia

Laporan DailySocial: Lanskap B2B E-commerce di Indonesia

E-commerce menjadi salah satu segmen bisnis digital yang telah terbukti tumbuh subur di Indonesia. Model bisnis yang populer diterapkan ialah B2C (Business-to-Consumer) dan C2C (Consumer-to-Consumer). Sesungguhnya ada potensi lain yang dapat digarap dengan platform e-commerce, yakni B2B (Business-to-Business), menyasar korporasi, UKM, dan pelaku usaha lainnya. Untuk menjangkau pangsa pasar bisnis, dibutuhkan banyak improvisasi di sisi layanan, salah satunya menerapkan e-procurement. Sejauh ini sudah ada beberapa pemain B2B commerce yang mencoba menggarap pasar Indonesia. Mereka beradu tangkas memperebutkan potensi pasar B2B yang masih tergolong “hijau”.

Untuk melihat sejauh mana pangsa pasar B2B commerce di Indonesia dan menelusuri pemahaman masyarakat tentang ketersediaan platform tersebut, DailySocial mencoba melakukan riset untuk topik terkait. Riset ini fokus mendalami kondisi pasar yang ada dan karakteristik platform B2B commerce yang sudah beroperasi di Indonesia.

Dalam laporan ini, DailySocial jmenyertakan hasil survei yang digagas bersama Jakpat Mobile Survey Platform, mengobservasi pemahaman responden tentang platform B2B commerce.

Beberapa poin yang dibahas dalam laporan ini:

  1. Potensi pangsa pasar B2B di Indonesia, melihat tren pertumbuhan global.
  2. Pemahaman masyarakat tentang B2B commerce.
  3. Karakteristik dan ragam fitur B2B commerce yang telah beroperasi.

Untuk pemaparan yang lebih detail, silakan unduh laporan riset bertajuk “A Study of B2B Commerce Services in Indonesia 2018″ secara gratis di sini.

Kehadiran Bhinneka Bisnis Pastikan Kompetisi Sengit di Segmen E-Commerce B2B

Bhinneka memastikan genderang perang di segmen e-commerce B2B adalah nyata. Setelah sejak tahun 1999 memberikan layanan untuk 20 ribu korporasi tanpa bentuk formalisasi khusus, akhirnya Bhinneka menghadirkan Bhinneka Bisnis yang khusus membidik segmen B2B. Tidak cuma layanannya sendiri, Bhinneka mencoba menggandeng sejumlah layanan e-commerce lain untuk memperluas cakupan layanannya. Di segmen ini sudah hadir Bizzy (Ardent Capital) dan MBiz (Grup Lippo) yang membuat persaingan di sektor ini semakin ketat.

Dalam kegiatan procurement, korporasi dihadapkan pada fakta bahwa mereka memerlukan transparansi perpajakan di invoice dan layanan purnajual yang lebih baik ketimbang layanan marketplace biasa untuk ritel. Di sini layanan e-commerce B2B berperan.

Dalam sambutannya, CEO Bhinneka Hendrik Tio menyebut formalisasi layanan Bhinneka Bisnis sebagai layanan “Bhinneka Bisnis 2.0”. Tak sekedar berjualan produk, Bhinneka melengkapi layanannya dengan jajaran armada tersendiri dan dukungan purnajual untuk servis yang di-endorse oleh banyak vendor. Jika ada masalah dengan produk yang dijual Bhinneka Bisnis, konsumen korporasi seharusnya tidak perlu lagi secara langsung menghubungi pihak vendor.

Platform Smart Procurement yang dimiliki Bhinneka Bisnis mengklaim “keunggulan” seperti: (1) multi-login bagi masing-masing user pemegang kepentingan sesuai dengan fungsi dan tugasnya, (2) fitur proses persetujuan yang disesuaikan dengan level otorisasi dan alur kebijakan, (3) diferensiasi unit-bisnis sesuai struktur organisasi, (4) pengaturan dan kendali batas pembelian seusai kebijakan dan anggaran, (5) pelaporan untuk proses analisis pembelian yang transparan.

Logo Bhinneka Bisnis - Black

Bhinneka Bisnis juga membuka kemitraan dengan layanan e-commerce lain untuk meningkatkan variasi produk. Saat peluncuran, mereka telah bekerja sama dengan Ralali yang menyediakan alat-alat industrial, SwagShop (bagian dari Tees) yang mengurusi pemesanan kaos perusahaan atau komunitas, dan Tiket untuk kebutuhan pemesanan akomodasi.

Saat ini Bhinneka Bisnis menyebutkan telah memiliki 150 ribu produk yang siap dijajakan. Suntikan dana 300 miliar Rupiah dari Ideosource dan masuknya Heriyadi Janwar dari Microsoft sebagai VP Corporate dan Peter Rumahlewang sebagai General Manager Corporate Sales merupakan modal Bhinneka Bisnis lebih serius menggarap sektor ini.

Persaingan di segmen B2B

Tahun 2016 menjadi saksi bahwa tak cuma pasar konsumen ritel yang seksi di Indonesia, tetapi juga pasar B2B. Bermain di pasar B2B menjanjikan pemasukan yang jauh lebih stabil ketimbang ritel, meskipun usaha yang dilakukan lebih besar untuk menggandeng klien.

Selain kehadiran para raksasa di sektor marketplace B2B, hadir pula Vendorpedia yang mencoba memenuhi kebutuhan korporasi yang selama ini didominasi oleh sistem procurement secara offline.

CEO Bizzy Peter Goldsworthy kepada DailySocial mengatakan hanya 11% startup di Indonesia yang menyasar pasar B2B. Hambatan network dan sumberdaya menjadi halangan kebanyakan startup untuk memasuki segmen ini.

Bhinneka Bisnis sebagai pemain lama jelas memiliki keunggulan dengan modal klien yang sudah dijaga selama bertahun-tahun. Meskipun demikian, mereka tidak boleh lengah dengan situasi ini karena kompetitornya jelas berusaha terus berinovasi.

Dengan semakin mudanya usia pengambil keputusan di dalam perusahaan untuk pengadaan barang dan jasa, seperti disebutkan dalam laporan yang dikeluarkan Google dan Millward Brown, platform digital akan semakin menjadi pilihan bagi korporasi untuk melakukan procurement.