Laga Mobile Legends Professional League Indonesia Season 7 telah mencapai babak puncaknya yaitu babak Playoff pada 30 April hingga 2 Mei 2021 kemarin. EVOS Legends keluar sebagai juara setelah bersaing ketat melawan Bigetron Alpha, Genflix Aerowolf, ONIC Esports, Alter Ego dan RRQ Hoshi.
Bagaimana perjuangan EVOS Legends merengkuh piala keduanya di sepanjang sejarah MPL Indonesia berjalan? Apa saja yang terjadi selama 3 hari babak Playoff berjalan? Berikut rekapnya.
Hari Pertama – Runtuhnya Dinasti RRQ Hoshi dan Alter Ego
Dua tim tersebut diketahui sebagai dua tim terkuat di skena MLBB Indonesia belakangan ini. Tapi status tersebut sudah tak lagi berlaku bagi RRQ Hoshi dan Alter Ego setelah terpaksa menerima fakta bahwa mereka harus tumbang di hari pertama babak Playoff. RRQ Hoshi menghadapi Genflix Aerowolf sementara Alter Ego menghadapi Bigetron Alpha.
Khusus laga puncak ini, RRQ Hoshi menurunkan sang bintang yang telah lama dinanti pemirsa MPL Indonesia, Muhammad “Lemon” Ikhsan.
Genflix Aerowolf tampil berani di game pertama. Mereka melakukan ganking secara aktif dengan memanfaatkan Chou yang digunakan oleh Fredoqt. Hal tersebut memberi keunggulan besar bagi Genflix Aerowolf sehingga Lord pun mudah didapatkan di menit 11. Dalam satu kali dorongan Lord, seluruh punggawa RRQ Hoshi pun musnah bersama dengan base mereka. 1-0 untuk Genflix Aerowolf.
Lemon segera menunjukkan aksi beraninya di game kedua, segera mendapatkan Solo Kill atas Fredoqt di menit awal. Genflix Aerowolf tak gentar, jual beli serangan pun terjadi, bahkan bertukar 2 Lord sampai di menit ke-19. R7 membuka celah di menit ke-20, berhasil membungkam Watt yang terlalu bernafsu menyerang pihak RRQ Hoshi. Celah tersebut ternyata membongkar keseluruhan pertahanan Genflix Aerowolf sehingga tak lagi mampu menahan base tetap berdiri. Skor jadi 1-1.
https://www.youtube.com/watch?v=z5vaWbUCn7k
Jual beli serangan berlanjut hingga game ketiga. Genflix Aerowolf hampir kalah karena gempuran Lord di menit 14, namun Watt dan Bottle segera menunjukkan tajinya dengan counter-initiate manis di menit 15 lewat kombinasi Ling dan Alice. Tiga punggawa RRQ Hoshi ditumpas, Genflix Aerowolf memanfaatkan momen untuk push turret. Lord didapatkan oleh Genflix Aerowof di menit ke-18 dan berhasil membumihanguskan base RRQ Hoshi. Lemon dan kawan-kawan tumbang di hari pertama babak Playoff.
Pertandingan selanjutnya menampilkan aksi Bigetron Alpha melawan Alter Ego. Game pertama menjadi rally panjang bagi kedua tim. Kedua tim terus bertukar serangan hingga menit ke-30 walau akhirnya Alter Ego lah yang membungkus game 1 di menit ke-33.
Game dua kembali menjadi game panjang. Keseimbangan terjadi sampai menit ke-25 walau turret dalam Bigetron Alpha sudah botak. Branz dan kawan-kawan menemukan celah saat sedang berebut Lord di menit ke-31 sehingga Bigetron Alpha bisa merebut game 2 di menit 31.
Bigetron Alpha tak ingin berlama-lama di game ke-3. Memanfaatkan keunggulan di fase early, pasukan robot merah putih menggulung Alter Ego dengan kekuatan yang sangat besar. Alter Ego tak lagi mampu menahan, mereka pun jadi tim yang pulang kedua di babak Playoff MPL ID Season 7 setelah base tumbang di menit 11.
Pertandingan berikutnya menjadi laga lanjutan Genflix Aerowolf, kali ini lawannya adalah EVOS Legends. Ferxic dan kawan-kawan EVOS Legends berhasil mendapatkan game 1 dengan cepat yang segera dibalas oleh Genflix Aerowolf di game 2. EVOS Legends ternyata tetap bermain solid saat masuk ke game 3.
Lewat kerja sama tim yang apik dan kombinasi hero yang tepat, EVOS Legends pun membungkan Genflix Aerowolf 2-1.
Hari kedua – Sang Landak Kuning yang Kehilangan Durinya
Pertandingan hari kedua dibuka oleh pertemuan Bigetron Alpha dengan ONIC Esports. Game 1 berjalan alot dan baru selesai setelah ONIC Esports menemukan celah pada perebutan Lord di menit ke-22 yang menumpas 5 pemain Bigetron Alpha beserta base-nya. Bigetron Alpha tampil yakin di game kedua. Branz dan kawan-kawan berhasil meratakan base dalam satu kali dorongan Lord di menit ke-15.
Game ketiga kembali menjadi game yang alot bagi kedua tim. Pertandingan berjalan hingga memaksa 3 Lord keluar dari sarangnya. ONIC Esports mendapatkan 2 Lord, namun hanya butuh 1 buah Lord bagi Bigetron Alpha untuk bisa menumpas sang landak kuning di menit ke-21. Kemenangan bagi Bigetron Alpha dengan skor 2-1.
ONIC Esports terhempas ke lower-bracket dan harus menghadapi Genflix Aerowolf. Beban kekalahan di pertandingan sebelumnya nampaknya masih terasa bagi ONIC Esports. Mereka kalah cukup cepat di game 1 yaitu di menit ke-15 dengan satu kali Lord dari Genflix Aerowolf.
Genflix Aerowolf kini di atas angin, ONIC Esports terlihat sudah mulai mendapatkan sedikit tempo permainannya di game kedua. Pertandingan berjalan cukup alot di game kedua. Namun momentum ONIC Esports agaknya tak mampu menahan gempuran 2 Lord yang dilontarkan oleh Genflix Aerowolf.
Sang serigala putih pun memenangkan pertandingan dengan skor 2-0. ONIC Esports pulang dari babak Playoff MPL ID Season 7.
Pertandingan terakhir adalah penentu tim pengisi slot Grand Final pertama antara EVOS Legends melawan Bigetron Alpha. Seperti biasa, Bigetron Alpha membawa permainan menjadi rally panjang hingga ke menit 20++. Namun strategi tersebut malah berbalik kepada mereka. EVOS Legends yang sudah kehabisan semua turret-nya malah comeback di menit 26 game 1.
Bigetron Alpha mencoba main cepat di game dua dengan membawa Granger untuk Branz. Taktik tersebut berhasil. Bigetron Alpha unggul jauh dan berhasil memenangkan game di menit ke-11. Kesuksesan serupa terulang bagi Bigetron Alpha di game ketiga.
Renbo dengan Hayabusa-nya membawa Bigetron Alpha mendapat kemenangan, dengan 2 Lord yang didapatkan sang robot pun membungkam EVOS Legends dalam 17 menit. Bigetron Alpha pun menjadi Grand Finalist MPL ID Season 7 pertama.
Hari ketiga – Potensi Final Tanpa Tim Unggulan
Tiga tim tersisa di hari terakhir babak Playoff MPL ID Season 7. Ada Bigetron Alpha menunggu di Final dan pertarungan Genflix Aerowolf vs EVOS Legends untuk merebut spot kedua di babak Final.
Melihat tim yang tersisa dan performa EVOS Legends kemarin, peluang final tanpa tim unggulan pun terbuka. Namun EVOS Legends segera menepis prediksi tersebut dan membungkam Genflix Aerowolf dengan skor 2-0 yang meyakinkan dari pertandingan best-of-3.
Grand Final pun mempertemukan antara EVOS Legends dengan Bigetron Alpha dalam seri best-of-7. Penonton langsung disambut pertandingan rally panjang selama 32 menit di game pertama. Ada 4 Lord diperebutkan walau semuanya berhasil diambil oleh EVOS Legends. Bigetron Alpha unggul skor kill, walau EVOS Legends yang berhasil mengakhiri permainan.
https://www.youtube.com/watch?v=M6fG7OSJe88
Kedua tim pun bertukar kemenagan hingga skor menjadi 2 sama jelang game ke-5. Bigetron Alpha merebut game kedua dalam 19 menit lewat Harley sebagai carry yang dimainkan Branz. Bigetron Alpha merebut kemenangan lagi di game ketiga, kali ini dalam 20 menit lewat Hayabusa dari Renbo yang tampil apik.
EVOS Legends kembali lagi dan merebut game ke-4 dalam 17 menit dengan permainan hebat dari Ferxic yang menggunakan Granger. EVOS Legends masih mempertahankan momentum kemenangannya sehingga mereka juga merebut game ke-5 dengan cepat, 15 menit saja lewat duet Mage Kagura dan Harith.
Bigetron Alpha justru tampak kewalahan di game penentuan. Kondisi sudah terlihat cukup tidak baik bagi Bigetron Alpha sejak fase early. Benar saja, EVOS Legends pun memanfaatkan momentum tersebut secara bertubi-tubi. Bigetron Alpha tak mampu lagi bertahan setelah setelah serbuan Lord dan gempuran tanpa henti dari EVOS Legends.
Base Bigetron Alpha hancur di menit ke-11, EVOS Legends pun mengangkat piala juara MPL Indonesia untuk kedua kalinya di musim ke-7 ini.
—
Selamat bagi EVOS Legends! Sebagai Grand Finalist, EVOS Legends dan Bigetron Alpha pun berhak untuk mewakili Indonesia di laga turnamen Mobile Legends Southeast Asia Cup (MSC) 2021 nanti. Sekali lagi selamat bagi EVOS Legends! Semoga kedua tim Indonesia tersebut nantinya bisa menghasilkan prestasi terbaik di MSC 2021.
Setelah babak regular season MPL ID Season 7 usai, kita akan melaju ke babak playoff dari MPL Indonesia Season 7 yang akan diadakan mulai tanggal 30 April 2021 mendatang. Sebelum menuju ke pertandingan tersebut, mari kita sedikit melakukan napak tilas terhadap performa dari pemain-pemain MPL Indonesia selama babak regular season secara statistik.
Pada kesempatan ini, saya telah mendaftar 5 pemain carry paling efektif di babak regular season MPL Indonesia Season 7. Lima pemain tersebut dianggap sebagai carry paling efektif berdasarkan besaran statistik damage per minute yang saya kutip dari laman resmi MPL Indonesia. Siapa saja lima pemain tersebut? Berikut daftarnya.
#5 Alberttt – RRQ Hoshi
Muda dan berbahaya. Alberttt merupakan pemain baru RRQ Hoshi yang dibesut dari tim MDL pada Agustus 2020 lalu. Walaupun merupakan pemain muda, Alberttt langsung didapuk menjadi carry bagi tim. Keputusan RRQ Hoshi menjadikan Albertt sebagai carry tim ternyata tidak salah. Pada musim ke-7 MPL Indonesia ini, Alberttt pun berhasil mengisi peringkat ke-5 dari segi catatan statistik damage per minute.
Pemain yang terkenal jago bermain Ling ini berhasil mencatatkan 3514 damage per minutedi babak regular season. Selain statistik DPM, statistik lain yang tak kalah penting dalam menakar efektifitas seorang carry tim adalah gold per minute (GPM) dan kill participation. Selain damage, Albertt sendiri mencatatkan 748 GPM dengan persentase kill participation sebesar 69%.
Catatan statistik tersebut menunjukkan seberapa mengerikannya sosok seorang Albertt sebagai carry bagi tim RRQ Hoshi. Kengerian seorang Alberttt terbukti salah satunya saat dirinya mendapatkan Savage sebagai Ling di laga melawan Alter Ego di week 7 MPL ID.
#4 Branz – Bigetron Alpha
Dari RRQ Hoshi ada Alberttt yang mewakili pemain muda. Di peringkat ke-4, ada Branz selaku jungler tim Bigetron Alpha yang bisa dibilang sebagai perwakilan dari pemain senior. Kita sudah banyak melihat laga Branz di berbagai pertandingan MPL ID Season 7. Namun demikian, seberapa efektif dirinya menjadi carry bagi tim?
Secara statistik, Branz mencatatkan 3574 damage per minute. Torehan tersebut merupakan angka yang besar dan membuatnya ada di peringkat 4 dari daftar ini. Selain itu dirinya memiliki catatan 713 GPM dengan tingkat kill participation sebesar 77%.
Melihat dari statistik yang ia catatkan, mungkin bisa dibilang Branz adalah carry yang tergolong sebagai carry tempur. Dirinya terlihat banyak bergabung di dalam pertempuran dari sisi statistik kill participation. Namun banyak bertarung membuat catatan GPM miliknya cenderung menurun. Namun demikian, Branz tetap berhasil secara efektif memberikan damage kepada musuh-musuhnya. Karena catatan tersebut, jadi tidak heran kalau Granger dengan damage burst jadi hero andalan dari sosok pemain asal Yogyakarta tersebut. Bukti ketajaman lainnya dari seorang Branz juga terlihat salah satunya dari momen Savage perdana yang ia ciptakan saat melawan AURA Esports dengan menggunakan Yi Sun-Shin.
#3 Ferxiic – EVOS Legends
Perdyansyah Kamaruddin atau “Ferxiic” mengisi peringkat ke-3 dari daftar yang satu ini. Seperti Albertt, Ferxiic juga merupakan pemain muda yang bersinar dari tim EVOS Legends. Dirinya bahkan kerap kali disandingkan dengan Alberttt sebagai rival dengan sebutan “Bayi Macan” (Ferxiic) vs “Bayi Alien” (Alberttt).
Secara statistik, dirinya mencatatkan 3634 damage per minute sepanjang babak regular season kemarin. Selain itu, dirinya juga mencatatkan 771 GPM dengan tingkat kill participation sebesar 68%. Melihat dari data statistitk tersebut, terlihat sosok Ferxiic sepertinya adalah tipe carry murni yang mengutamakan farming ketimbang bertarung.
Terlepas dari itu, sosok seorang Ferxiic sebagai pemain muda memang cukup fenomenal di MPL Indonesia. Mulai gabung EVOS Legends sejak MPL ID Season 6, dirinya mendapat banyak sorotan berkat permainan memesona yang ia tampilkan. Ketika itu, KB mengatakan kepada ONE Esports bahwa Ferxiic adalah sosok jungler baru yang agresif tapi punya kalkulasi damage layaknya seorang carry sungguhan. “Mekanik matang dan instingnya jalan, tahu kapan harus masuk dan keluar di dalam pertarungan.” Tutur KB.
#2 SANZ – ONIC Esports
Pada peringkat kedua ada sosok Gilang “SANZ” yang merupakan sosok jungler bagi tim ONIC Esports. Sebagai seorang carry dan jungler bagi tim ONIC Esports, dirinya terkenal sebagai pemain yang punya mekanik dan insting yang tajam. Butts sebagai rekan satu timnya juga sempat mengakui kelihaian seorang SANZ sebagai seorang pemain carry.
Secara statistik, SANZ adalah pemain dengan catatan damage per minute terbesar kedua. Dirinya mencatatkan 3956 damage per minute dengan 785 GPM, dan kill participation sebesar 71%. SANZ mungkin bisa dibilang sebagai pemain yang serba lengkap dari statistik. Selain mencatatkan sebagai pemain dengan damage per minute kedua terbanyak, dirinya juga mencatatkan sebagai pemain dengan torehan gold per minute terbanyak walau torehan kill participation-nya masih kalah cukup jauh ketimbang Rasy.
SANZ bisa dibilang sebagai pemain yang kerap kali bermain konsisten di berbagai pertandingan sebagai ujung tombak bagi tim ONIC Esports. Aksi terakhirnya adalah pada pertandingan melawan Alter Ego di Week 8 kemarin. Ketika itu ia menggunakan Harley, sosok carry yang belakangan sedang jarang digunakan. Terlepas dari itu, SANZ tetap menunjukkan bagaimana Harley sebagai jungler dan carry tim bisa sangat efektif sehingga dia berhasil membawa ONIC Esports menang 2-0 atas Alter Ego.
#1 Celiboy – Alter Ego
Alter Ego mungkin sedang turun performanya belakangan. Walaupun begitu, satu yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa Eldin Rahadian “Celiboy” Putra tetaplah merupakan seorang carry yang kuat bagi tim. Tidak heran kalau pemain ini pun memuncaki data statistik dari segi damage per minute.
Secara data statistik, Celiboy telah mencatatkan 4116 damage per minute dengan 713 GPM dan kill participation sebesar 68%. Catatan data milik Celiboy terbilang cukup menarik, karena dirinya punya gold per minute yang cenderung rendah ketimbang sosok carry tim lainnya, namun bisa menghasilkan besaran damage yang paling besar ketimbang yang lain. Dari catatan data tersebut, kita bisa membayangkan seberapa efektifnya seorang Celiboy menjadi carry bagi tim Alter Ego.
Celiboy sendiri pertama kali debut di MPL Indonesia Season 4 dan langsung menarik perhatian para penonton karena permainannya yang begitu memukau. Celiboy bahkan juga bisa dibilang sebagai salah satu sosok penting dalam mendongkrak performa tim Alter Ego, bahkan sampai memenangkan ONE Esports MPL Invitational. Namun dengan menurunnya performa Alter Ego belakangan, otomatis jadi banyak pertanyaan dan keraguan terhadap performa dari seorang Celiboy.
—
Lima pemain dalam daftar ini sendiri akan turut bertanding di babak playoff dari MPL Indonesia Season 7 pada tanggal 30 April 2021 mendatang. Kira-kira, siapakah pemain yang dapat membuktikan diri sebagai sosok carry yang terbaik dan membawa timnya menjadi juara? Hal tersebut tentunya dapat kita saksikan pada laga final nantinya.
Sains dan data statistik mungkin bisa dibilang sudah menjadi sesuatu yang lekat dengan perkembangan industri olahraga. Bahkan, keputusan memisahkan pertandingan olahraga perempuan dengan laki-laki saja didasarkan penelitian saintifik. Lalu apabila kita mencerminkan perkembangan esports dari perkembangan olahraga, pertanyaannya, bagaimana perkembangan “esports science”?
Dalam artikel ini kita tidak akan membahas terlalu jauh, kita akan fokus pada perkembangan data statistik esports terlebih dulu, baik di luar negeri atau lokal Indonesia. Namun sebelum itu, mari saya jelaskan terlebih dahulu kenapa data statistik itu penting bagi perkembangan olahraga.
Moneyball: Ketika Data Statistik Membawa Tim Olahraga Lebih Maju Satu Langkah
Dalam industri olahraga, mengumpulkan data statistik permainan untuk mengukur performa pemain sudah umum dilakukan. Setelah dikumpulkan, data statistik tersebut biasanya digunakan untuk berbagai macam hal.
Dari sisi B2C (Business-to-Consumer), data dapat digunakan penonton untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap kondisi yang terjadi dari suatu pertandingan. Dari sisi B2B (Business-to-Business), data biasanya digunakan oleh tim sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan, seperti aspek apa yang harus diperbaiki dari satu pemain, atau mungkin pertimbangan saat akan membeli pemain baru, dan lain sebagainya.
Karena hal tersebut, data pun jadi penting bagi perkembangan industri olahraga, bahkan berkembang menjadi lini bisnis tersendiri. Istilah atau konsep moneyball mungkin bisa jadi salah satu contoh bagaimana pentingnya data statistik bagi perkembangan industri olahraga.
Konsep moneyball pertama kali datang dari olahraga Baseball, tepatnya dari pendekatan yang dilakukan manajer Oakland Athletic yaitu Billy Beane dalam membangun roster tim yang berbasis data analitik pada awal tahun 2000an. Dalam kisahnya yang tertulis dalam bentuk novel dan dijadikan film, Billy Beane bukan sekadar menggunakan data-data yang umum digunakan. Billy juga mencoba membongkar kebiasaan yang sudah lama terpatri dan mencoba melihat ke perspektif lain dengan menganalisa data-data yang justru tergolong undervalue pada masa itu.
Tim baseball pada zaman itu biasanya hanya melihat data-data yang umum saja, contohnya seperti persentase keberhasilan pemain memukul bola. Karenanya pemain dengan statistik di bidang tersebut biasanya punya nilai transfer yang tinggi.
Oakland Atheltic, dengan dana yang tidak seberapa, mencoba menganalisis lebih dalam dan mencari data statistik yang kurang dihargai. Dalam moneyball, data yang jadi contoh adalah keberhasilan pemain mencapai base. Karena kurang dihargai, pemain dengan statistik tersebut cenderung punya nilai transfer yang rendah.
Setelah melalui berbagai analisa yang dilakukan manajemen, akhirnya Oakland Athletic pun mencoba mengambil jalan berisiko dengan analisis tersebut dan berhasil mencapai prestasi luar biasa. Mengutip dari wikipedia, Oakland Athletics diestimasi hanya mengeluarkan dana sebesar US$44 juta untuk gaji pemain. Namun mereka tampil sangat kompetitif dibanding tim yang lebih kuat finansialnya di zaman itu, yaitu New York Yankees yang mengeluarkan dana sebesar US$125 juta untuk gaji pemain di musim yang sama.
Maka dari itu, Moneyball sendiri secara umum sebenarnya bisa dibilang sebagai bentuk pengambilan keputusan yang berbasis kepada data. Tetapi secara khususnya, mencari data yang tergolong undervalue namun berpotensi tinggi di masa depan. Pada perkembangannya, bukan hanya baseball saja yang menggunakan data statistik dalam mengembail keputusan tertentu. Pada video di atas, ada pesepakbola N’Golo Kante sebagai contohnya.
Pada awal masa karirnya, ia bermain untuk klub asal Prancis, FC Caen. Saat bermain di tim tersebut, tidak banyak yang sadar bahwa ia adalah pemain yang berpotensi. Sampai akhirnya datanglah Leicester City melihat potensi Kante dari statistik Tackles per Game,Interceptions per Game, dan Clearance per Game. Leicester City membeli Kante seharga 7,65 juta Poundsterling tahun 2015 dan berhasil menjuarai Barclays Premier League di musim 2015/2016. Pasca kemenangan tersebut, nilai transfer Kante meningkat drastis, sehingga Chelsea merekrut dirinya dengan harga 35 Juta Poundsterling di tahun 2016.
Pengantar di atas memperlihatkan bagaimana data statistik digunakan di industri olahraga. Lalu bagaimana dengan esports?
Kabar Data Statistik Esports: Butuh Peran Aktif Pihak Pertama?
Sifat alami esports adalah kompetisi permainan yang disajikan lewat medium digital. Menariknya, walau sifat alami esports adalah permainan digital, perkembangan data statistik sebagai ranah bisnis di esports justru malah bisa dikatakan sebagai ladang baru yang masih hijau.
Namun demikian, ada alasan tersendiri kenapa data statistik di esports masih bisa dikatakan sebagai ranah “blue ocean”. Dari ranah gamemobile kompetitif misalnya, Moonton (publisher Mobile Legends: Bang Bang) diwakili oleh Azwin Nugraha selaku PR Managersempat mengatakan, bahwa alasan perkembangan esportsscience tergolong pelan salah satunya adalah karena perbedaan prioritas. Lebih lanjut, Azwin juga menjelaskan bahwa Moonton sendiri masih sedang membangun kapabilitas tim mereka untuk dapat memproduksi liga yang lebih berkelas lagi secara pelan-pelan.
Di luar dari apa yang dijelaskan oleh Azwin dari sudut pandang mobile gaming, bisnis data statistik justru tergolong berkembang dengan cukup cepat dari sudut pandang esportsgamePC terutama di negara-negara barat. Menurut opini saya, setidaknya ada tiga faktor yang mungkin jadi alasan atas perkembangan hal tersebut.
Pertama, pengembangan API yang dapat menjembatani sisi teknis pihak pertama (game developer) dengan pihak ketiga (pelaku bisnis data esports) mungkin cenderung lebih mudah di ranah game PC. Kedua, pelaku bisnis data esports dengan gamedeveloper yang sama-sama berasal dari negara barat mungkin jadi faktor juga. Ketiga, perkembangan teknologi dan talenta teknis programming negara barat yang lebih maju mungkin bisa jadi faktor juga.
Sebagai bukti kemajuannya, mari coba kita lihat data-data yang disediakan secara bebas oleh pihak ketiga untuk game-gameesports PC. Perkenalan pertama saya dengan data statistik esports yang mendalam adalah dari Dotabuff. Seperti namanya, Dotabuff menyediakan data-data statistik seputar game Dota 2. Datanya tidak hanya tersedia untuk profesional saja, tetapi pemain casual juga bisa menikmati statistik permainannya sendiri hanya dengan menghubungkan Dotabuff dengan akun Steam saja.
Data yang tersedia dalam Dotabuff juga cukup mendalam, mulai dari yang standar seperti pick-rate atau win-rate, sampai yang tergolong advanced seperti jumlah damage yang dihasilkan terhadap tower dan bangunan lainnya. Dotabuff bahkan juga menyediakan data combat log (apa yang terjadi di menit berapa) yang mungkin bisa digunakan tim dalam mengevaluasi permainannya.
Selain Dotabuff di Dota 2, game-gameesports lain yang ada di ranah PC juga hampir rata-rata memiliki data statistik permainan yang disediakan oleh pihak ketiga. OP.ggdi skena League of Legends misalnya, yang menyediakan data-data seputar meta permainan mulai dari sekadar win-ratechampion sampai win-rate berdasarkan build skill, item, serta rune dari sebuah champion.
VALORANT dan CS:GO juga punya beberapa penyedia data yang serupa. Dari sisi VALORANT, Thespike.gg adalah salah satu contohnya. Thespike.gg sendiri cenderung fokus menyediakan data-data statistik pemain-pemain profesional. Seperti pihak ketiga lainnya, data-data statistik yang disediakan cukup beragam mulai dari data sederhana seperti win-rate atau KDA, sampai data yang cukup mendalam seperti angka persentase area yang sering jadi target (kepala, badan, dan kaki). CS:GO juga punya csgostats.gg yang menyediakan data yang kurang lebih serupa.
Seperti yang saya sebut sebelumnya, kehadiran API yang sifatnya terbuka jadi salah satu alasan perkembangan penyedia data statistik di esportsgame PC. Dalam hal Dota 2 dan CS:GO, Valve selaku developer kedua game tersebut memang memperkenankan penggunanya untuk menggunakan API milik Steam untuk dapat mengakses data-data digital terkait permainan tersebut.
Lalu dari sisi VALORANT serta League of Legends, Riot Games sendiri juga memang menyediakan dan memperkenankan komunitas untuk mengakses API tersebut untuk membuat produk data statistiknya masing-masing. Dalam hal League of Legends, Riot Games bahkan juga menyertakan daftar ketentuan yang harus dipenuhi oleh pengembang pihak ketiga apabila ingin memonetisasi data-data yang mereka dapatkan dari API tersebut.
Bagiamana dengan mobile games? Sejauh ini, API yang dapat diakses sepertinya masih belum umum untuk game mobile. Karena penasaran, saya pun mencoba melakukan googling terhadap keyword terkait API dari game mobile kompetitif yang populer di Indonesia. Hasilnya pun nihil. Alih-alih memberi kata “API” sebagai keywordsuggestion, game mobile malah memberi saya keywordsuggestion berupa “APK Download”.
Dalam konteks Mobile Legends: Bang Bang, Moonton sendiri memang sempat mengatakan bahwa mereka masih sedang mengembangkan API secara internal. Hal tersebut diungkap oleh Azwin pada saat diwawancara Hybrid.co.id ketika membahas kerja sama Moonton dengan JOIDATA.
API sebagai sarana berbagi data statistik memang belum marak digunakan di ranah game mobile kompetitif, tetapi bukan berarti game mobile tidak menyediakan data-data statistik permainan. Dari sisi esports MLBB, data statistik pemain MPL dan MDL tersedia di masing-masing laman resminya. Begitupun dengan esports PUBG Mobile yang juga menyediakan catatan data statistik pemain sepanjang PMPL Indonesia berjalan di website resminya.
Walaupun tersedia, namun data statistik yang ada di laman-laman resmi tersebut cenderung hanya data yang umum saja. Data statistik di laman MPL Indonesia misalnya, hanya menyediakan data yang umum digunakan seperti torehan KDA ataupun torehan total damage yang diberikan. PUBG Mobile pun sama, hanya menyediakan data KDA dengan tambahan Total Survive Time dan Max Kill Distance. Di luar dari esports, pemain juga bisa melihat data statistik permainannya sendiri melalui profil in-game masing-masing. Jadi, walaupun belum ada API dari pihak eksternal, namun data statistik sebenarnya sudah ada di ranah game mobile kompetitif walau lingkupnya masih tergolong sempit.
Data Statistik di Lingkup Esports Lokal
Setelah membahas soal moneyball di olahraga dan mencoba melihat ketersediaan data statistik di ranah esports (game mobile ataupun PC), satu hal yang membuat penasaran mungkin adalah kisah moneyball di dalam ranah esports, terutama esports lokal. Untuk itu saya pun berbincang dengan Pratama “Yota” Indraputra selaku analis tim Bigetron Alpha (divisi MLBB Bigetron Esports).
Berbicara dengan Yota, saya membincangkan soal bagaimana data statistik dapat membantu mendongkrak performa sebuah tim esports. Mengawali pembicaraan, Yota pun mengutarakan pendapatnya soal manfaat data statistik bagi sebuah tim.
“Sebetulnya ada banyak potensi yang bisa datang dari data, tergantung tim tersebut mau menggali sedalam apa. Tindakan mengambil keputusan saat drafting atau menggali hero baru yang berpotensi sebagai meta sebenarnya bisa dianalisis menggunakan statistik. Tetapi tentunya tidak semua data punya relevansi yang setara. Karenanya, tugas bagi tim adalah untuk mengambil dan menganalisa data yang diperlukan saja.”
Setelah itu, saya juga mempertanyakan soal ketersediaan data statistik permainan serta cara tim mendapatkan data-data tersebut. Yota pun memberi cerita pengalamannya.
“Kalau menurut gue data statistik esports itu sudah cukup tapi masih kurang. Dalam ranah MLBB misalnya, kita enggak bisa melihat statistik creep score atau jumlah last-hit. Karena data tersebut enggak ada, kita jadi sulit mendata siapa pemain yang unggul dari segi CS dan seberapa besar pengaruh CS terhadap kekuatan laning ataupun timing mendapatkan item tertentu. Kalau mau, kita sebenarnya bisa saja mengakalinya dan mendapatkan data tersebut. Tetapi saya rasa akan makan waktu terlalu banyak untuk mendapat data tersebut. Maka dari itu sekarang cukup melihat statistik gold saja.”
Dalam hal mendapatkan data, Yota menjelaskan bahwa hampir semua data direkap secara manual. Tapi memang, seperti yang saya katakan tadi, walaupun MPL menyediakan data statistik di laman resminya, namun data tersebut tergolong terlalu sederhana untuk bisa digunakan sebagai sarana analisa performa tim. Karenanya jadi tidak heran apabila seorang analis seperti Yota lebih memilih merekap semua data secara manual yang bisa didapatkan melalui post-match statistics yang muncul di dalam game.
Lebih lanjut Yota juga menjelaskan soal beberapa data yang jadi andalan bagi pembelajaran tim. Yota mengatakan bahwa data statistik yang kerap kali digunakan adalah data soal pick & ban, data seputar pola pergerakan, torehan damage, gold, serta objektif yang didapatkan.
Bagaimana dengan data statistik lain? “Kalau dari pengalaman gue pribadi, ada statistik yang namanya adalah damage per gold ratio. Statistik tersebut memperkenankan kita untuk mengetahui seberapa efektif pemain memberikan damage dengan gold yang didapat. Lalu apabila dari MOBA secara umum, ada juga data yang bernama jungleproximity yang fungsinya untuk mengetahui lane yang diprioritaskan seorang jungle untuk di gank pada fase early game. Namun demikian, data tersebut enggak gue gunakan di MLBB karena sifat alami gameplay MLBB yang lebih cair.”
Di atas tadi kita membahas bagaimana penggunaan data statistik dari sudut pandang analis. Lalu bagaimana penggunaan data statistik dari sudut pandang manajemen tim esports? Aldean Tegar Gemilang selaku Head of Esports di EVOSEsports juga turut menyampaikan pendapat serta pengalamannya.
Dalam hal perspektifnya terhadap data statistik, Aldean mengatakan bahwa bagi dirinya, data statistik adalah filter pertama sebelum berlanjut ke proses-proses selanjutnya. Ia pun menjelaskan hal tersebut sembari menjawab soal ketersediaan data statistik di esportsgame-game mobile yang populer di Indonesia.
“Kalau ditanya apakah data pemain bisa diakses bebas, jawabannya tidak. Kalau soal rekrutmen pemain, sebetulnya ada banyak cara, bisa scouting atau open recruitment. Kalau scouting, EVOS Esports biasanya memanfaatkan analis untuk mencari data pemain terkait, yang mana datanya datang dari in-game profile. Kalau misal metode perekrutannya adalah open recruitment, data statistik biasanya kami jadikan sebagai proses penyaringan awal.” Jawab Aldean.
Lebih lanjut, Aldean juga kembali menegaskan posisi dirinya dalam melihat data statistik dalam proses perekrutan. “Menurut saya data statistik ini penting, tapi tetap hanya sebagai lapisan awal untuk menilai pemain. Masih banyak sekali faktor major dan minor yang perlu dilihat untuk menilai seberapa besar value (skill atau dampak-nya ke tim) seorang pemain.” Tutur Aldean.
Ia pun lalu juga menceritakan bagaimana perekrutan pemain kadang justru sulit apabila hanya berdasarkan data statistik saja. “Kalau berdasarkan pengalaman saya, hal tersebut terjadi terutama saat mencari pemain-pemain dengan role support. Pemain support biasanya punya data statistik yang cenderung kurang pasti (bias). Beberapa poin-poin penting pemain rolesupport itu justru baru terlihat saat trial dilakukan secara offline.”
Terakhir, ia juga sedikit pandangannya soal jumlah ketersediaan data statistik di game-game esports sejauh ini. “Seperti tadi saya bilang, data statistik ini sebenarnya memang penting. Namun sayangnya ketersediaannya tergolong belum cukup untuk kebanyakan game mobile. Kalau dibandingkan dengan game seperti Dota 2 atau LoL, menurut saya masih cukup jauh. Salah satu alasan pendapat saya tersebut adalah karena game-game tersebut sudah punya wadah yang mempermudah melihat data statistik, salah satu contohnya adalah Dotabuff.” Jawab Aldean.
Pembeberan di atas adalah jawaban dari perspektif manajemen tim esports. Lalu bagaimana dengan usaha Moonton sendiri? Dalam menyediakan data statistik game untuk esports MLLB, usaha terakhir Moonton yang terlihat adalah kerja sama mereka dengan JOIDATA pada bulan Februari 2021 kemarin.
Pada kesempatan tersebut, Azwin Nugraha selaku PR Manager Moonton juga sempat menjelaskan bahwa kerja sama tersebut akan berfokus kepada data statistik game, termasuk usaha Moonton untuk menyediakan API agar pihak eksternal dapat mengakses data-data statistik game tersebut.
Karena penasaran, saya pun mempertanyakan bagaimana proses pengerjaan API tersebut demi ketersediaan data statistik untuk esports MLBB. Azwin pun mengatakan “Saat ini kerja sama mendalam masih terus dilakukan, kami masih menimbang beberapa kemungkinan yang nantinya berpengaruh terhadap penggunaan data tersebut.”
Di luar dari API, sebenarnya saya juga cukup penasaran, bagaimana semisal ada pihak ketiga yang mampu mengekstrak data statistik tersebut dengan menggunakan VOD pertandingan MPL saja? Hal tersebut sebenarnya bisa saja terjadi. Kalau dari sisi olahraga sepak bola, kita bisa melihat contohnya melalui Signality.
Signality mengembangkan semacam program AI dalam bentuk Computer Vision yang mampu mengenali gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain bola. Dalam praktiknya, Signality bisa mengekstrak data statistik sepak bola hanya bermodalkan rekaman pertandingan saja.
Teorinya, kalau teknologi computer vision mampu mengenali gerakan manusia, maka kemungkinan besar teknologi tersebut mampu atau mungkin lebih fasih mengenali pergerakan di dalam video game. Lalu bagaimana sikap Moonton apabila misalnya ada sebuah startupyang mampu menciptakan teknologi tersebut untuk game esports MLBB?
Azwin pun merespon. “Tidak ada batasan bagi seseorang untuk berinovasi, apalagi jika inovasi yang dihasilkan dapat memberi manfaat dan turut berkontribusi dalam perkembangan esports. Kalau terkait izin, menurut saya berinovasi tidak memerlukan izin. Namun demikian, bagaimana inovasi tersebut digunakan nantinya adalah sesuatu hal yang perlu diperhatikan dan ditelaah lebih jauh.”
—
Kehadiran data statistik yang lebih lengkap dan mendetil tentunya adalah sesuatu yang baik bagi perkembangan esports. Dari sisi olahraga, kita bisa melihat sendiri bagaimana data statistik bahkan bisa membantu sebuah tim berkembang dari yang awalnya kurang kompetitif menjadi lebih kuat di dalam liga. Selain itu dari sisi penonton, data statistik juga bisa membuat tontonan esports jadi semakin seru untuk diikuti.
Jadi seberapa penting kehadiran data statistik bagi perkembangan esports? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya pun meminjam jawaban dari Yota.
“Intinya statistik ini menurut gue seperti suplemen saja, bukan kewajiban atau keharusan dan tidak menjamin kemenangan juga. Tetapi, ibarat tubuh manusia, meminum suplemen kesehatan tentu akan membuat tubuh jadi lebih kuat dan lebih siap melawan penyakit ataupun cidera.” Tutupnya.
MPL Indonesia sudah masuk pekan ke-4. Pertandingan pun semakin seru. Namun pekan ini mungkin jadi pekan mengecewakan bagi penggemar Alter Ego karena hasil yang didapatkan. Di luar dari itu ada juga pertandingan menarik lainnya seperti pertarungan panjang antara Bigetron Alpha vs Geek Fam ID, ataupun Genflix Aerowolf yang menyalak galak ke EVOS Legends. Berikut rekapnya.
Pertandingan Hari Pertama (19 Maret 2021)
Pertandingan antara AURA Fire vs Geek Fam ID menjadi pembuka dari pekan ke-4. Dua tim tersebut masih ingin membuktikan diri lebih bahwa mereka pantas berada di MPL Indonesia. Geek Fam ID sedang panas belakangan, terbukti mereka bisa cukup mendominasi game 1 dan memenangkannya. Pada sisi lain bibit-bibit kebangkitan AURA Fire sepertinya mulai terlihat pekan ini.
God1va dan kawan-kawan berhasil mendapatkan keunggulannya di awal game kedua lewat ganking-ganking efektif berkat Selena yang digunakan. Keunggulan tersebut terus bergulir hingga Lord berhasil diamankan di menit 10. Lord tersebut berhasil membobol Turret atas dan Geek Fam masih sempat memberi perlawanan terbaiknya. Namun pada akhirnya Geek Fam ID tak kuasa lagi menahan setelah Lord kedua didapatkan AURA Fire.
Pertandingan pun dipaksa hingga game ketiga. Kedua tim cenderung bermain santai di fase early game ketiga. Namun memasuki pertengahan permainan, peperangan mulai pecah dengan dominasi dari Geek Fam ID. Dominasi tersebut memuncak sampai Geek Fam ID berhasil mendapatkan Lord dan langsung menyelesaikan permainan setelahnya di menit 11. Geek Fam ID pun memenangkan seri pertandingan 2-1.
Pertandingan kedua adalah ONIC Esports melawan Bigetron Alpha. ONIC Esports nampak kuat sejak dari fase-fase awal game 1. ONIC Esports melakukan ganking agresif yang efektif sehingga mereka unggul skor kill 7-2 dan memukul mundur punggawa Bigetron Alpha. Bigetron Alpha yang sudah kehabisan ruang gerak pun terpaksa memasrahkan Lord begitu saja di menit 10. ONIC Esports tak mau lagi berlama-lama, SANZ dan kawan-kawan pun segera memanfaatkan Lord untuk mengakhiri permainan di menit 11.
Bigetron Alpha mulai mendapatkan tempo permainannya di game kedua. Beda skor kill kedua tim begitu tipis, namun Bigetron Alpha unggul net-worth di menit 10 walau selisihnya =tidak lebar. Keadaaan terus imbang, berbagai perang kecil terjadi, sampai akhirnya peperangan besar pecah di menit 18. Bigetron Alpha kehilangan tiga pemainnya di peperangan besar tersebut sehingga para punggawa ONIC Esports yang masih utuh bisa mengambil Lord pertama dengan leluasa.
Lord pertama ternyata masih belum cukup membungkam Bigetron Alpha. Pertandingan berlanjut hingga akhirnya ONIC Esports kembali memenangkan peperangan di area atas untuk mendapatkan Lord kedua. Bigetron Alpha yang tak punya Turret lagi di dalam Base terpaksa pasrah melihat Lord yang berderap maju. Akhirnya ONIC Esports pun memenangkan pertandingan di menit 25, 2-0 untuk ONIC Esports.
Pertandingan Hari Kedua (20 Maret 2021)
Bigetron Alpha membuka pertandingan hari kedua. Lawan yang dihadapinya adalah Geek Fam ID. Pertandingan sudah sengit sejak Game 1. Geek Fam ID yang sudah unggul sejak awal dipaksa mengambil dua buah Lord untuk dapat menyelesaikan pertandingan. Lord kedua diamankan Geek Fam ID di menit 17 dan mengantarkan kemenangan kepada Geek Fam ID di menit 18.
Game kedua tambah sengit lagi. Lord pertama baru tumbang di menit 17 dengan BTR.Renbo berhasil mencuri Lord dari Geek Fam ID di tengah kemelut pertarungan. Pertarungan terus berlangsung ketat, bahkan Lord ketiga saja baru tumbang di menit 31. Lord tersebut juga menjadi Lord yang mengantarkan Bigetron Alpha memenangkan game 2 di menit 32.
Momentum kemenangan game kedua Bigetron Alpha ternyata terbawa hingga game ketiga. Renbo, Rippo, dan kawan-kawan sudah mengungguli pertandingan sejak awal. Tapi Geek Fam ID terus bertahan sekuat tenaga sampai memaksa Lord kedua keluar. Sayangnya Geek Fam ID tak mampu lagi menahan gempuran Lord kedua. Bigetron Alpha pun memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.
Game 2 adalah AURA Fire melawan RRQ Hoshi. AURA Fire kembali mencoba memberi perlawanan terbaiknya di game ini. Namun dewi fortuna sepertinya masih belum berpihak kepada AURA Fire. RRQ Hoshi dengan permainan apiknya berhasil mendapatkan game pertama setelah melakukan Wipeout di menit 16. AURA Fire berusaha sekuat tenaga untuk merebut game kedua. Mereka menahanan RRQ Hoshi sampai menit ke 22, walau akhirnya ter-Wipeout dan harus pasrah dengan keadaan. 2-0 untuk RRQ Hoshi.
Sebagai penutup hari ada EVOS Legends melawan Alter Ego. Pertandingan ini jadi menarik karena Alter Ego merupakan pemuncak klasemen sementara yang masih belum terkalahkan. Tetapi EVOS Legends ternyata membuktikan bahwa Alter Ego masih bisa dikalahkan. EVOS Legends, walau kalah skor kill, berhasil menahan imbang Alter Ego hingga menit 10 dan bahkan merebut Lord di menit tersebut. Lord yang didapatkan menembus Turret dalam Lane atas milik Alter Ego, dilanjut dengan gempuran tanpa henti dari EVOS Legends yang tak terbendung. EVOS Legends amankan game 1.
EVOS Legends segera memanfaatkan momentum mental kemenangannya untuk mengungguli Alter Ego di early game kedua. Pada sisi lain, Alter Ego ternyata tidak berhasil bangkit dari kekalahannya. Alter Ego dilibas dengan skor kill 6-29 oleh EVOS Legends dan permainan diselesaikan cepat di menit 12.
Pertandingan Hari Ketiga (21 Maret 2021)
Pertandingan hari terakhir dibuka dengan EVOS Legends menghadapi Genflix Aerowolf. Walaupun Alter Ego terlibas 0-2, tapi Genflix Aerowolf ternyata menyalak lebih galak ke EVOS Legends. Pertandingan berjalan imbang hingga menit 10 di game 1. Tapi EVOS Legends terus menggerus Turret satu per satu hingga akhirnya Base juga dirobohkan di menit 14.
Kalah di game 1 tidak membuat si serigala putih gentar. Mereka justru lebih ngotot saat game kedua. Mereka bermain agresif, menculik satu demi satu pemain EVOS Legends hingga mereka unggul skor kill dan net-worth di menit 10. Lewat Lord dan gempuran tanpa henti, Genflix Aerowolf berhasil memenangkan game kedua. Sayangnya Genflix Aerowolf justru melunak setelah memenangkan pertandingan. EVOS Legends tampil galak di game ketiga dengan dominasinya yang berakhir dengan kemenangan cepat di menit 12.
Pertandingan terakhir adalah antara Alter Ego vs ONIC Esports. Alter Ego sepertinya masih belum bisa bangkit dari kekalahan kemarin. ONIC Esports pun segera mengungguli dan merebut Lord tanpa perlawanan di menit 10 pada game 1. Tanpa diduga, Lord tersebut memberikan kemenangan cepat kepada ONIC Espsorts di menit 11.
Alter Ego sempat memberi perlawanan sengit di game kedua, namun ONIC Esports tetap perkasa ketika itu. Lord pertama diamankan ONIC Esports setelah melibas 2 pemain Alter Ego di menit 10. Alter Ego kali ini bertahan lebih tangguh, berhasil mengulur permainan hingga menit ke-18. Tetapi ONIC Esports lagi-lagi tampil lebih solid sehingga SANZ dan kawan-kawan pun memenangkan game 2 dan mengamankan skor 2-0.
Pertandingan Mobile Legends Professional League Indonesia Season 6 pekan lalu ada rentetan kemenangan ONIC Esports yang akhirnya putus. Minggu ini, kejutan lain datang. ONIC? Sepertinya masih belum bangkit dari kekalahannya minggu lalu, sehingga Alter Ego pun menyalip. Kejutan lain datang dari Genflix Aerowolf, yang sedang dalam performa puncaknya di pekan ini.
Matchday 1 – 18 September 2020
Hari pertandingan pertama week 6 MPL ID menyajikan pertandingan Genflix Aerowolf dengan ONIC, dan AURA Fire melawan Bigetron Alpha. Awalnya para penonton mungkin sudah sedikit menebak hasil antara Genflix Aerowolf melawan ONIC. Di atas kertas, harusnya ONIC yang menang bukan? Tapi Genflix Aerowolf ternyata berhasil menampik tebakan tersebut, dan menemukan permainan terbaiknya di pekan ini. Alhasil Genflix Aerowolf dapat menekuk sang landak, bahkan dengan skor sempurna 2-0.
Lanjut pada pertandingan berikutnya, AURA Fire ternyata masih belum bisa menemukan permainan terbaiknya hingga pekan ke-6 ini. Melawan Bigetron Alpha, VaanStrong dan kawan-kawan kalah telak di game 1 dengan durasi permainan 9 menit 42 detik dengan skor kill 0-17. Mereka sempat melakukan perlawanan di game kedua, namun berakhir kalah lagi dengan skor kill 5-15 dalam 13 menit 47 detik.
Matchday 2 – 19 September 2020
Seperti biasa, hari Sabtu adalah hari pertandingan yang padat. Ada EVOS vs Geek Fam ID, RRQ vs AURA Fire, dan ONIC vs Alter Ego. EVOS tampil cukup meyakinkan pada game pertama dan berhasil mengamankan skor 2-0 melawan Geek Fam ID. Begitu juga dengan RRQ Hoshi yang sedang stabil belakangan, berhasil menang 2-0 melawn AURA Fire.
Pertandingan ONIC vs Alter Ego menjadi menarik. Selain soal rivalitas AntiMage vs Udil pertandingan tersebut juga jadi momentum bagus bagi Alter Ego untuk dapat menggeser ONIC dari puncak klasemen sementara. Alter Ego yang sudah haus kemenangan segera mendominasi ONIC Esports sejak awal, game 1 rampung dalam 14 menit 30 detik, dengan skor kill 22-6. Rasa dahaga Alter Ego atas kemenangan masih belum terpenuhi di game kedua, sehingga LeoMurphy, Udil, dan kawan-kawan berhasil menang lagi dalam 14 menit 16 detik dengan skor kill 11-18.
Matchday 3 – 20 September 2020
Hari terakhir menyisakan pertandingan antara Bigetron Alpha melawan Geek Fam ID, dan EVOS Legends melawan Genflix Aerowolf. Pertandingan Bigetron Alpha mungkin jadi satu-satunya yang paling sengit pekan ini. Geek Fam sempat mencuri satu angka dalam pertandingan berdurasi 32 menit 21 detik, dengan skor kill 20-20. Namun Bigetron Alpha bangkit lagi setelahnya, rampungkan dua game dengan cukup cepat. DreamS dan kawan-kawan berhasil menangkan game 2 dalam 13 menit 39 detik, dan game 3 dalam 11 menit 52 detik.
EVOS melawan Genflix Aerowolf juga tak kalah seru, terutama setelah ada tantangan dari Taxstump terhadap Kaesang Pangarep, yang merupakan bagian dari roster Genflix Aerowolf. Sayang tantangan tersebut seakan jadi tak berart, gara-gara Genflix Aerowolf ternyata tampil di luar ekspektasi pekan ini. Clay dan kawan-kawan berhasil melibas EVOS Legends 2-0. Pasca pertandingan, Clay pun melakukan tantangan balasan, mengharuskan EVOS Legends mengalahkan roster Genflix Aerowolf saat ini lebih dulu jika ingin menantang putra Presiden Republik Indonesia tersebut.
Setelah pertandingan week 3, berikut klasemen sementara MPL ID 2020 Season 6.
Catatan viewership Week 6 MPL ID 2020 Season 6
Rekor jumlah views pekan ini ada di tayangan stream YouTube dengan total 2,2 juta views pada pertandingan hari kedua. Salah satu alasannya mungkin karena pertandingan antara ONIC dengan Alter Ego, yang memang jadi menarik karena rivalitas AntiMage vs Udil. Namun demikian, jumlah penonton terbanyak masih dipegang pertandingan EVOS melawan Genflix Aerowolf dengan total 700 ribu lebih peak viewers. Sepertinya, tantangan Taxstump terhadap Kaesang berhasil menarik perhatian penonton esports MLBB. Dengan ini, berikut rangkuman catatan viewership MPL ID 2020 Season 6.
Jumlah Penonton Week 6 MPL ID Season 6 per Pertandingan
MPL ID 2020 Season 6 masih menyisakan dua pekan pertandingan lagi, yaitu week 7 dan week 8. Kira-kira, siapa saja tim yang akan melaju ke babak Playoff dari MPL ID 2020 Season 6 nantinya?
Beberapa waktu yang lalu tim Bigetron Esports memperkenalkan pemain baru mereka, Maxx dalam sebuah video. Seperti yang dilansir di laman media sosial mereka, pemain dengan nama lengkap Maxwell “Maxx” Asessandro menjadi tambahan terbaru untuk skuad Mobile Legends Bigetron Bravo yang berlaga di MDL Season 2.
Di minggu yang lalu, Matt, yang adalah saudara kembar dari Maxx, sudah lebih dulu berlaga bersama tim Bigetron Bravo. Bergabungnya Maxx diharapkan bisa memberikan performa yang lebih baik bagi tim Bigetron Bravo sampai ke akhir musim MDL.
Sejauh ini, raihan Bigetron Bravo di MDL masih terasa belum maksimal. Sampai berakhirnya minggu ketiga kemarin, tim Bigetron Bravo masih duduk di papan tengah klasemen sementara setelah menderita 2 kali kekalahan.
Dengan bergabungnya Maxx dan Matt ke dalam satu tim, kancah esports Indonesia sekali lagi memiliki saudara kembar yang bermain dalam tim yang sama. Di waktu yang bersamaan hal ini menjadikan organisasi esportsBigetron sebagai tim dengan roster saudara kembar terbanyak di Indonesia. Barangkali fenomena ini menjadi sebuah tren di esports.
Ada dua nama yang sudah lebih dulu mendunia berkat kerja sama yang apik dalam divisi PUBG Mobile Bigetron Esports. Kehadiran Made “Zuxxy” Bagas dan Made “Luxxy” Bagus bisa mencipatakan fondasi komunikasi yang kuat di dalam tim Bigetron Red Aliens.
Membangun chemistry dalam sebuah tim bukanlah perkara mudah. Selain komunikasi verbal, sebuah tim esports harus memiliki chemistry antar pemainnya. Secara spekulatif adanya hubungan darah bisa memudahkan membangun chemsitry antar player dalam tim, meskipun belum dapat dibuktikan secara scientific. Skill mekanik masing-masing player ditambah dengan komunikasi yang baik akan meningkatkan peluang kemenangan dan performa tim di setiap pertandingan.
Sejumlah kejutan terjadi di gelaran turnamen MPL ID Season 6 di akhir minggu kedua. Untuk pertama kalinya, tim RRQ Hoshi sebagai pemuncak klasemen sebelumnya dan sekaligus tim yang dijagokan untuk kembali menjadi juara, terjungkal dari posisinya.
Sedangkan ada angin segar yang seolah berhembus dari tim-tim lain yang sering luput dari perhatian komunitas penggemar Mobile Legends di Indonesia. Salah satunya datang dari tim Geek Fam yang berhasil meraih poin kemenangan pertama di gelaran turnamen MPL ID Season 6 setelah menggulung tim Genflix Aerowolf di match terakhir di hari ketiga.
Dimulai dari hari pertama di minggu kedua, laga dibuka dengan pertemuan tim Alter Ego Esports yang tampil menghadapi tim Genflix Aerowolf. Pada kesempatan ini Udil diturunkan menjadi starting line up dari tim Alter Ego Esports. Di awal match tim Genflix Aerowolf sukses memberikan tekanan kepada tim Alter Ego Esports. Bahkan sampai mendekati late game kedudukan antar kedua tim masih terpantau berimbang.
Seiring match berlangsung, kesalahan minor yang dilakukan tim Genflix Aerowolf tentu saja tidak disia-siakan oleh tim Alter Ego Esports. Perlahan namun pasti tim Alter Ego Esports menunjukkan permainan yang jauh lebih baik dari tim Genflix Aerowolf dan merebut kemenangan di match pertama.
Berlanjut di match kedua, tim Genflix Aerowolf malahan terbawa dalam tempo permainan yang ditentukan oleh tim Alter Ego Esports. Celiboy tampil lebih bersinar berduet dengan Udil dengan mengumpulkan kill point yang terus menggerogoti pertahanan tim Genflix Aerowolf. Tim Alter Ego Esports akhirnya menang telak atas Genflix Aerowolf dengan skor 2-0.
Adapun di hari kedua adalah awal dari kejutan di gelaran MPL ID Season 6. Tanpa disangka-sangka tim Bigetron Alpha menurunkan tim RRQ Hoshi dari kedudukannya di puncak klasemen dengan kemenangan 2-0 tanpa balas.
Renbo tampil sebagai pemain penentu kemenangan tim Bigetron Alpha atas tim RRQ Hoshi. Di detik-detik terakhir permainan dari LJ berhasil membendung sementara laju serangan dari tim Bigetron Alpha. Sekalipun tertinggal secara net worth semenjak awal match, tim Bigetron Alpha justru bermain kian siaga menghadapi manuver yang kerap dilakukan oleh Lemon dari tim RRQ Hoshi. Gank setup dari Renbo akhirnya menjadi titik balik perlawanan tim Bigetron Alpha yang akhirnya menang atas tim RRQ Hoshi.
Sebagai penutup hari ketiga, tim Geek Fam akhirnya merasakan kemenangan atas lawan bertandingnya. Setelah sempat tertinggal di minggu pertama, tim Geek Fam berhasil mengungguli perlawanan dari tim Genflix Aerowolf di gelaran minggu kedua.
Kombinasi serangan yang dibangun oleh Doyoksyl dan Ayamjago terbukti menyulitkan rotasi yang dilakukan oleh tim Genflix Aerowolf. Adapun sedari awal, permainan berjalan cukup alot di antara keduanya. Permainan Doyoksyl secara cepat membangun keunggulan ekonomi untuk tim Geek Fam. Di akhir match ketiga sangat terlihat jelas konsentrasi tim Genflix Aerowolf sudah menurun dan kerap kali kalah dalam team fight. Tim Geek Fam akhirnya mengakhiri pertandingan dengan skor kemenangan 2-1.
Di atas adalah posisi sementara dari klasemen sampai minggu kedua. Apakah diutusnya Tezet ke MDL adalah langkah yang justru merugikan bagi tim Aura Esports? Sedangkan di sisi lain naiknya Alberttt ke MPL masih belum memberikan tambahan performa yang dibutuhkan bagi tim RRQ Hoshi. Mari kita nantikan pertandingan berikutnya di minggu mendatang.
Bigetron Esports, tim esports Indonesia yang punya logo robot merah ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Anda, terutama bagi Anda yang menonton dan mengikuti perkembangan skena kompetitif PUBG Mobile. Bigetron Red Aliens adalah nama yang disegani di skena kompetitif PUBG Mobile, karena dominasi tingkat dunia yang mereka dapatkan setelah memenangkan gelaran PMCO 2019.
Nama Bigetron Esports bisa dibilang sedang di atas angin pada tahun 2020 ini. Mereka menuai hasil positif di beberapa cabang game esports. Bigetron Alpha yang bertanding di MPL Indonesia Season 5 sempat memuncaki klasemen dengan rekor Win-Lose 9-1 sampai pekan ke 6. Bigetron Duty yang bertanding di dalam Call of Duty Major Series Season 2, juga berhasil meraih kemenangan dan menjadi tim COD Mobile terkuat di Indonesia.
Namun, semua itu tidak didapatkan oleh Bigetron Esports secara instan. Berbincang dengan Edwin Chia CEO Bigetron Esports, dalam artikel profil Bigetron Esports ini saya akan membahas, mulai dari sejarah terbentuk, proses menjadi juara, sampai bicara soal sisi bisnis Bigetron Esports.
Sejarah Bigetron Esports – Berawal Dari Mimpi Menjadi Pro Player
Jika Anda sempat mengikuti skena kompetitif League of Legends dalam negeri, Anda berarti mengetahui jenama Bigetron lebih lama dari kebanyakan penggemar esports. Dari sana Bigetron pertama kali muncul ke permukaan. Edwin Chia, yang sekarang merupakan CEO Bigetron Esports merintis organisasi esports ini sejak dari 27 Maret 2017 lalu.
Ketika itu Edwin adalah pemain League of Legends kompetitif yang dikenal dengan nickname Starlest. Bertanding di dalam gelaran tingkat nasional League of Legends Garuda Series Summer 2017, Bigetron adalah nama tim yang dibuat dibentuk oleh Edwin dan rekannya, Stewart Tiolamon (Teemolamon).
“Pada awalnya tim ini dibuat atas dasar hobi saja, tidak ada rencana untuk membuatnya menjadi lebih besar. Tetapi, waktunya sangat tepat ketika itu. Mobile esports sedang berkembang pesat di Indonesia lewat AOV serta Mobile Legends dan saya melihat kesempatan terbuka lebar untuk masuk ke dalam skena kompetitif kedua game tersebut dibanding dengan organisasi esports lainnya.” Ucap Edwin menceritakan asal mula Bigetron menjadi lebih besar.
Benar saja, Bigetron (sebagai brand tim esports) segera melejit pada kedua game tersebut. Pada skena kompetitif AOV, Bigetron Esports berkali-kali mengamankan posisi 4 besar, walau belum sempat mencicipi gelar juara. Lalu setelah itu, di MLBB, Edwin juga berhasil mendapatkan pemain dari tim Player Kill yang berisikan pemain-pemain veteran di masa kini seperti Eiduart, Rekt, Emperor, Vin, Fabiens, dan Coffeeguy.
Dua kejadian tersebut berhasil membuat Bigetron dikenal lebih banyak penggemar esports, walaupun belum banyak menuai kejayaan di masa tersebut. “Ketika itu sumber dana Bigetron masih berasal dari kantong saya sendiri dan masih cukup. Penyebabnya, gaji pemain mobile esports masih sangat kecil masa itu. Saya ingat, gaji pemain cuma berada di kisaran Rp500 ribu – Rp2 juta rupiah pada masanya.” Cerita Edwin.
Setelah berbagai macam hal terjadi, Edwin lalu menceritakan bahwa pada Mei 2018 Bigetron akhirnya mencapai Break-even point(atau disebut juga balik modal). Hal tersebut terjadi karena terjun ke dalam skena kompetitif Mobile berhasil berbuah manis seperti apa yang ditinjau oleh Edwin sebelumnya. Brand Awareness meningkat dan berhasil membuat Bigetron jadi dilirik oleh beberapa sponsor.
Bigetron Esports berkembang begitu besar, dari yang awalnya hanya sebuah tim untuk berkompetisi saja, kini berubah menjadi organisasi esports profesional. Edwin lalu menceritakan bahwa hingga sampai ini, jumlah personil yang terlibat dalam perkembangan Bigetron Esports sudah hampir mencapai 60 orang.
“Secara organisasi, Bigetron Esports dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu Office Team yang berisikan saya sebagai CEO, lalu tim marketing yang termasuk tim kreatif seperti graphic designers, video editor dan videographer. Office Team memiliki anggota sekitar 10 sampai 15 orang. Bagian kedua adalah Esports Team yang berisikan Head of Esports yang mengepalai 5 manajer tim di bawahnya. Sisanya adalah pemain dengan jumlah kurang lebih sekitar 40 orang. Untuk saat ini, pengeluaran operasional terbesar terkucur kepada gaji pemain.” ujar Edwin menjelaskan dengan terperinci.
Saat ini, empat divisi terbesar dari Bigetron Esports sendiri ada di skena Mobile Legends: Bang-Bang, PUBG Mobile, Free Fire, dan Call of Duty mobile. Tak lupa, Bigetron juga kini memiliki divisi ladies bernama Belletron, yang prestasinya tak kalah dari Bigetron Esports.
Bagaimana Bigetron Esports Memenangkan Persaingan Bisnis Organisasi Esports di Indonesia.
Edwin bahkan mengakui, bahwa dari segi finansial, sokongan dana terbesar Bigetron Esports saat ini masih datang dari keluarga dan kolega dekat. “Namun untuk langkah selanjutnya, kami sudah melakukan diskusi dengan beberapa Venture Capital,” ucapnya menjelaskan langkah bisnis Bigetron Esports.
Lebih lanjut bicara soal ranah bisnis, Edwin juga berbagi pandangannya terkait hal tersebut. “Kami adalah organisasi esports yang mengedepankan prestasi terlebih dahulu. Formula ini terbukti berhasil bagi kami hingga sejauh ini dan berencana untuk terus mendongkrak prestasi tim kami agar menjadi lebih baik lagi dengan pendanaan apapun yang kami dapatkan di masa depan.” Tukas Edwin.
“Tetapi, saya juga sadar, bahwa bergantung kepada prestasi saja tidak cukup. Bagaimana jika di masa depan, terlepas dari usaha yang manajemen lakukan, Bigetron tetap tidak mendapat prestasi yang memuaskan? Tentu ini akan jadi tidak baik bagi keberlangsungan hidup Bigetron Esports pada jangka panjang. Maka dari itu saat ini kami sedang merintis beberapa diversifikasi bisnis seperti Bigetron Shop (Merchandise Selling) dan Starion Talents (Talent Management). Kami sudah punya banyak inisiatif yang dalam rencana dan semuanya masih terkait dengan gaming. Semua usaha ini kami lakukan demi membuat diversifikasi bisnis.” cerita Edwin Chia.
Lebih lanjut, Edwin mengatakan bahwa bisnis merchandise di Bigetron Esports masih dalam proses rintisan, sehingga sejauh porsi pemasukan yang disumbangkan penjualan merchandise masih sangatlah kecil dibanding dengan total pemasukan bulanan Bigetron Esports. “Sampai saat ini, Talent Management menjadi salah satu divisi kami yang memberi sumbangan cukup besar terhadap pemasukan Bigetron Esports. Menurut catatan saya, Starion Talent Management menyumbangkan sekitar 20% dari total pemasukan bulanan Bigetron Esports.” Jelas Edwin.
Usaha Bigetron Esports Dalam Menjadi Organisasi yang Mengutamakan Prestasi
Pada bagian sebelumnya Edwin sudah sempat menyatakan pandangan bisnisnya terhadap mengembangkan Bigetron Esports. Ia bahkan dengan tegas menyatakan bahwa Bigetron Esports akan fokus untuk terus mendongkrak performa pemain semaksimal mungkin, dengan pendanaan apapun yang didapatkan oleh tim di masa depan.
Edwin sendiri mengakui, bahwa fokus tersebut menjadi salah satu jalan yang membuat Bigetron Esports bisa sampai sebesar ini. Tidak salah jika Edwin memiliki rencana tersebut, karena nama Bigetron Esports sedari dulu bergaung sebagai tim yang berisikan pemain-pemain elit yang haus akan prestasi.
Usaha pertama mereka terlihat di kancah League of Legends. Setelah merintis di LGS Summer 2017, Bigetron Esports akhirnya bisa membuktikan diri dan menjadi pemenang di LGS Spring 2018. Usaha Bigetron mengutamakan prestasi juga terlihat di kancah PUBG Mobile.
Ini juga terlihat dari bagaimana mereka mempertahankan dan mengasuh pemain berbakat seperti Zuxxy Luxxy sejak dari tahun 2018 lalu, bahkan ketika mereka masih bermain Rules of Survival. Hasilnya? Bigetron Red Aliens kini mendominasi skena PUBG Mobile lokal Indonesia dan tingkat dunia setelah memenangkan PMCO 2019.
Namun, usaha Bigetron Esports mengedepankan prestasi juga tidak selalu berhasil. Contohnya perjuangan mereka di skena MOBA Mobile, yang kerap dirundung berbagai nasib malang .
Pada kancah kompetitif Arena of Valor, walau selalu berhasil lolos sampai babak Playoff, namun tim yang ketika itu dipimpin oleh Teemolamon kerap tumbang di hari pertama. Pada kompetisi ASL Season 1 mereka tumbang oleh GGWP.ID, lalu pada kompetisi ESL Indonesia Championship Season 1 mereka tumbang oleh Saudara Esports.
Begitu juga perjuangan mereka di kancah Mobile Legends. Walau sudah mengukuhkan posisi mereka di MPL sejak dari Season 1, namun Bigetron tidak pernah menjadi nama yang bergaung kencang di kancah kompetitif MLBB. Setidaknya sampai musim ini, ketika Branz dan kawan-kawan berhasil mendominasi musim dengan catatan Menang-Kalah 9-2.
Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tahun 2020, menjadi tahunnya Bigetron, dengan ragam prestasi yang didapat berbagai divisi gameesports. Edwin lalu sedikit bercerita tentang prosesnya dan peran manajemen dalam membuat Bigetron menjadi tim dengan berbagai prestasi mentereng. “Sukses yang kami nikmati sekarang ini sepenuhnya adalah hasil kerja keras.” Ucap Edwin melanjutkan ceritanya.
“Kami berusaha untuk terus memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan masa lalu. Menurut saya, salah satu faktor terbesar atas semua prestasi yang kami dapatkan belakangan ini adalah karena kami akhirnya mendapat pemain yang tepat, sesuai dengan tim, dan percaya terhadap visi serta prinsip Bigetron Esports sebagai organisasi.”
Edwin juga mengatakan, bahwa faktor lain datang dari para manajer tim yang bekerja keras siang-malam demi memenuhi kebutuhan pemain agar mereka bisa fokus latihan dan bertanding saja. “Saya sangat bersyukur atas kerja keras para manajer dan pemain untuk mencapai hal ini.”
Lebih lanjut, Edwin lalu menceritakan bagaimana Bigetron Esports melakukan proses pembentukan pemain, mulai dari pencarian bakat hingga menciptakan tim juara. Untuk proses pencarian bakat, Edwin mengaku melakukannya dengan jaringan talent scout yang ia miliki. Tak hanya itu, pencarian bakat juga terkadang dilakukan oleh pemain dan pelatih, yang juga lihai melihat bakat terpendam dari seorang pemain.
Setelahnya pemain yang sudah diincar tersebut akan direkomendasikan ke dalam tim. Ketika masuk ke dalam tim Bigetron, proses seleksi tidak selesai begitu saja. Para pemain akan melalui masa percobaan terlebih dahulu selama 1 sampai 2 pekan. Selama masa percobaan, pemain akan bermain di fasilitas latihan Bigetron Esports untuk memastikan kemampuannya seimbang dengan rekan tim lainnya, menakar serta menimbang apakah pemain tersebut memiliki pribadi baik dan punya keinginan kuat untuk menjadi juara.
Namun, Edwin mengakui proses tersebut belum sepenuhnya baik, karena persaingan perekrutan pemain kini jadi semakin ketat. Apalagi, tim seperti RRQ yang kini punya RRQ Academy sebagai wadah mereka untuk mencari bakat. “Pasti kami akan mencari cara untuk membuat proses talent scouting jadi lebih baik lagi. Apalagi perebutan talenta pemain jadi semakin ketat dengan banyaknya tim yang masuk ke dalam ekosistem esports saat ini. Membuat akademi juga menjadi salah satu yang ada di dalam rencana kami.”
Setelah proses scouting, yang tersisa tinggal proses latihan. Untuk itu, Edwin mengatakan bahwa ia selalu mengusahakan untuk menghadirkan setidaknya satu coach dan satu manajer pada setiap divisi. “Kami percaya bahwa kerja keras bisa mengalahkan bakat. Karenanya rezim latihan Bigetron Esports sudah pasti keras. Namun bukan berarti latihan tersebut hanya bermain game saja. Kami juga memasukkan aktivitas lain ke dalam rezim latihan kami, seperti Team Bonding, mengulas pertandingan, latihan mental, dan lain sebagainya.” Edwin menjelaskan
Soal proses membuat tim juara ini, Edwin menyatakan kelebihan Bigetron dibandingkan tim lain dengan cukup percaya diri. “Saya rasa salah satu kelebihan Bigetron Esports adalah posisi saya sebagai CEO yang pernah menjadi profesional player dan memenangkan kejuaraan nasional sebelumnya.”
Memang Edwin Chia yang juga dikenal dengan nama in-game Starlest bahkan masih bermain di kancah kompetitif League of Legends sampai tahun 2018, ketika Bigetron Esports memenangkan League of Legends Garuda Series Spring Split 2018.
“Karena itu saya merasa dapat lebih memahami kebutuhan dan kesulitan dari para pemain dibanding dengan organisasi esports lain di Indonesia.” Edwin melanjutkan. “Memahami kebutuhan dan kesulitan pemain memungkinkan saya untuk merencanakan struktur organisasi serta para personil manajemen yang tepat agar dapat membantu mereka menuju kesuksesan.”
Pandangan Masa Depan Bigetron Esports Dari Edwin Chia
Walau Bigetron Esports bukan yang terbaik di semua ranah kompetisi esports, namun saya merasa mendominasi di dua liga skena esports terbesar di Indonesia (PUBG Mobile dan MLBB) sudah cukup membuat Bigetron dipandang di ekosistem esports Indonesia, secara prestasi.
Namun demikian itu semua tentu belum cukup. Edwin mengaku masih punya beberapa target dan juga rencana ekspansi yang akan ia lakukan. Untuk ekspansi terdekat Edwin mengatakan, “Sudah pasti League of Legends Wild Rift.” Lebih lanjut Edwin juga mengatakan bahwa ia ingin mencoba menggapai mimpinya, memiliki divisi dari game yang ia mainkan secara profesional sebelumnya yaitu League of Legends, seperti Gary Ongko yang membuat divisi CS:GO BOOM Esports di Brazil.
“Saya sangat ingin Bigetron Esports masuk skena League of Legends lagi, tapi mungkin di negara lain. Rencana ekspansi internasional sudah pasti akan kami lakukan, namun hal tersebut butuh waktu untuk dipertimbangkan, apakah biaya operasional untuk tim tersebut sebanding dengan benefit yang Bigetron dapatkan secara bisnis. Saya melihat banyak organisasi esports Indonesia lain yang mencoba, dan akhirnya terpaksa menutup divisi tersebut. Kami tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Tetapi pada intinya, Bigetron Esports tetaplah menjadi organisasi esports yang mengutamakan skena lokal Indonesia terlebih dahulu.” Edwin menjelaskan pandangannya soal ekspansi internasional.
Menutup pembicaraan, Edwin lalu menceritakan soal visi, serta perasaannya merintis Bigetron dari hanya sebuah tim saja, hingga menjadi organisasi esports. Edwin mengaku, “jujur, saat awal mendirikan tim ini, saya sebenarnya tidak memiliki mimpi yang konkret untuk Bigetron. Saya bahkan tidak pernah menyangka bahwa Bigetron bisa menjadi besar seperti sekarang. Bigetron terasa seperti kecelakaan yang tidak diharapkan, bahkan masih terasa seperti mimpi bahwa saya bisa membawa Bigetron sampai titik ini!”
“Namun demikian saya tetap bersyukur kepada Tuhan, karena seiring perjalanan, terbuka juga banyak kesempatan baru. Juga tentunya, saya ingin berterima kasih atas usaha yang dilakukan oleh kolega serta para pemain yang percaya terhadap visi dan tetap bertahan dengan Bigetron Esports melalui masa-masa berat.”
“Terima kasih kepada para penggemar yang telah mendukung Bigetron, yang telah membuat Bigetron menjadi besar seperti hari ini. Memandang ke depan, mimpi saya tentunya adalah membawa brand organisasi Bigetron Esports setingkat dengan brand organisasi esports internasional. Mencapai ini, saya percaya Bigetron Esports akan dapat membuat Indonesia bangga nantinya!” Jelas Edwin menutup perbincangan
—
Itulah sedikit perbincangan saya dengan Edwin Chia CEO Bigetron Esports, bicara soal sejarah, proses menjadi juara, sampai pandangan Edwin Chia dalam mengembangkan bisnis Bigetron Esports.
Dengan proses yang sudah dilewati, apa yang didapat Bigetron Esports tahun ini tentu menjadi buah manis yang patut untuk dinikmati atas berbagai usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh Edwin dan manajemen. Kira-kira bagaimana perkembangan Bigetron Esports di masa depan? Akankah tim berlogokan robot merah dapat meraih ambisinya menjadi organisasi esports nomor satu di Indonesia?