Tag Archives: bina nusantara

Alibaba Cloud Membangun Ekosistem Digital dengan Menggelar Pelatihan Talenta

Lihat artikel ini dalam tampilan baru DailySocial.id

Cloud, big data, machine learning adalah jenis teknologi paling sering disebut di era serba digital seperti sekarang. Dapat dikatakan menguasai ketiga teknologi tersebut, merupakan modal mutlak untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini.

Dari ketiga jenis teknologi di atas, cloud merupakan salah satu yang paling krusial. Ia memudahkan konsumen, baik individu maupun korporasi, untuk menganalisis data dari mana pun dan kapan pun. Khusus untuk korporasi, mereka tidak perlu repot-repot membangun sendiri infrastruktur penyimpanan yang rumit dan mahal.

Alibaba Cloud adalah salah satu penyedia layanan cloud terbesar di dunia dengan sekitar 61 availability zone di 20 kawasan yang tersebar di seluruh dunia. Mereka mendirikan pusat data pertamanya di Indonesia pada Maret 2018, disusul yang kedua pada Januari 2019, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar terpenting bagi Alibaba Cloud di Asia Pasifik.

Dari beberapa tonggak-tonggak penting tersebut, cukup membuat Alibaba Cloud memahami bahwa Indonesia sedang bergerak menuju (sepenuhnya) digital. Menjamurnya startup dan transformasi digital oleh banyak korporasi, menciptakan permintaan layanan digital, seperti cloud, lebih tinggi dari sebelumnya.

Namun apa yang dilakukan oleh Alibaba Cloud untuk mendukung transformasi digital di Indonesia lebih mengedepankan pendekatan yang holistik.

Salah satunya dengan menggelar “Digital Talent Empowerment Program” dengan menggandeng perguruan tinggi dan institusi. Tujuan dari program tersebut adalah melatih 2.000 mahasiswa dalam bidang teknologi digital, khususnya teknologi cloud dan intelijen.

Empowerment partnership ini merupakan bagian dari komitmen Alibaba Cloud untuk pemberdayaan talenta. Selain itu yang dilatih juga tidak hanya mahasiswa, tapi juga para trainer, agar mereka dapat memberdayakan teknologi Alibaba Cloud yang terbaru,” jelas Head of Alibaba Cloud Indonesia, Leon Chen.

Leon menjelaskan keinginan Alibaba Cloud menggelar program ini bukan tanpa alasan. Ia melihat sumber daya manusia di Indonesia punya potensi dan keinginan belajar yang besar. Potensi tersebut dapat dimaksimalkan apabila didukung dengan akses pengetahuan yang memadai untuk masyarakat luas.

Alibaba Cloud memandang ini sebagai kesempatan untuk berbagi pengetahuan. Sebagai pihak yang memiliki teknologi, Alibaba Cloud membantu publik menjembatani mereka untuk dapat memiliki akses terhadap pengetahuan teknologi teranyar.

“Sebenarnya tidak ada isu SDM di Indonesia, tapi saya rasa mereka hanya belum menemukan caranya mencari pengetahuan tersebut. Dan itu yang mendorong Alibaba Cloud membuat startup program, pelatihan, karena yang terlihat SDM di sini sangat mau belajar, berpotensi besar, serta menyerap pengetahuan dengan cepat,” imbuh Leon.

Inisiatif Alibaba Cloud ini melibatkan beberapa universitas terkemuka seperti Universitas Bina Nusantara dan Universitas Prasetia Mulya, Di sisi lain Alibaba Cloud juga menggandeng Trainocate, PT Inovasi Informatika, dan BLOCK71 Jakarta untuk melengkapi rangkaian inisiatif pengembangan bakat digital ini. Diah Wihardini, Direktur BINUS Global di Universitas Bina Nusantara, mengatakan kolaborasi dengan Alibaba Cloud ini menguntungkan para mahasiswanya. Dengan kemitraan seperti ini maka kesempatan mereka untuk mengakses pengetahuan teknologi teranyar dari pelaku industrinya langsung.

“Kami berharap mahasiswa yang belajar di Binus ini bisa terserap, cepat mendapat pekerjaan, cepat tanggap, sehingga mereka dapat bekerja untuk kemajuan bangsa. Melalui kerja sama ini, Binus terbantu dengan resources dari Alibaba Cloud dengan materi pengajaran yang up-to-date,” sambung Diah.

Dalam program ini Alibaba Cloud akan turut memberi pelatihan bagi 60 pengajar dari Binus dan Prasetia Mulya. Dari pengajar ini nantinya ilmu yang diperoleh akan disebarluaskan kembali ke 2.000 mahasiswa dari kedua kampus. Leon menambahkan, Alibaba Cloud tak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi lainnya di masa mendatang.

Keberlangsungan industri akan lebih baik ketika ekosistemnya sudah terbentuk. Membangun jaringan sumber daya manusia yang unggul merupakan langkah yang tepat untuk menciptakan ekosistem yang baik.

Namun Alibaba Cloud menganggap inisiatif mereka tak hanya akan menguntungkan industrinya sendiri. Bakat-bakat yang mengikuti pelatihan mereka nantinya akan tersebar luas ke banyak tempat dan mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari Alibaba Cloud. Apalagi sudah umum diketahui, penggunaan cloud computing sudah merentang luas ke berbagai sektor, seiring dengan menjamurnya bisnis digital.

“Dari program empowerment ini, yang terbantu bukan Alibaba Cloud sendiri, dampaknya bahkan bisa dirasakan seluruh negeri ini. Cloud sangat cocok, terutama untuk market seperti Indonesia yang populasinya banyak, sehingga butuh solusi teknologi yang dapat cepat beradaptasi,” pungkas Leon.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.

Apple Developer Academy diresmikan di BSD City / DailySocial

Apple Resmikan Developer Academy di Indonesia

Setelah Italia dan Brazil, Apple meresmikan fasilitas Apple Developer Academy di kawasan Asia Tenggara, dan Indonesia terpilih menjadi negara yang pertama. Terletak di BSD City, fasilitas Developer Academy dilengkapi dengan ruangan belajar luas yang bisa menampung lebih dari 100 siswa.

Investasi yang digelontorkan Apple disebutkan mencapai $44 juta (628 miliar Rupiah), yang terdiri dari tiga fasilitas Developer Academy. Selain di Jakarta, Apple berencana akan membangun dua fasilitas lain di pulau Jawa dan satu di luar pulau Jawa.

Di awal bermitra dengan Binus

Rudiantara (Menkominfo), Airlangga Hartanto (Menperin) dan siswa Apple Developer Academy
Rudiantara (Menkominfo), Airlangga Hartanto (Menperin) dan siswa Apple Developer Academy

Acara peresmian fasilitas Developer Academy tersebut turut hadiri Mentri Perindustrian Airlangga Hartanto dan Menkominfo Rudiantara. Dipandu perwakilan Apple Indonesia Mirza Natadisastra dan Director Apple Developer Academy Gordon Shukwit, diperlihatkan fungsi ruangan dan kemampuan para siswa (kebanyakan adalah mahasiswa Universitas Bina Nusantara) mempresentasikan aplikasi yang dibuat selama dua minggu saja.

“Saat ini baru mahasiswa dari Binus saja yang terdaftar menjadi siswa Apple Developer Academy. Selanjutnya juga akan dibuka kesempatan untuk kalangan umum yang ingin belajar menjadi developer,” kata Airlangga.

Apple Developer Academy saat ini secara khusus melakukan kolaborasi dengan Universitas Binus. Pihak Apple telah melakukan riset dan penelitian terkait mitra yang tepat untuk Apple Developer Academy di Indonesia. 

Kelas-kelas di Apple Developer Academy akan mencakup Objective-C dan Swift, yaitu bahasa pemrograman Apple yang diciptakan untuk membuat aplikasi iOS, Apple TV dan Apple Watch. Kelas harian yang dipimpin instruktur ahli akan memberikan siswa pengalaman mengubah ide mereka menjadi aplikasi dan dipasarkan melalui App Store.

“Untuk semua produk yang dibuat oleh siswa Apple Developer Academy, hak patennya akan dipegang oleh siswa tersebut, bukan Apple,” kata Airlangga.

Target Apple Developer Academy bisa merekrut 200 siswa untuk masing-masing wilayah. Selain mendapatkan pelatihan dari pengajar lokal, hadir pula pengajar asing yang didatangkan dari Apple Amerika Serikat.

Disinggung apakah nantinya Apple Developer Academy akan bersaing dan berpotensi untuk tampil lebih unggul dibandingkan dengan pemain lokal yang sudah hadir dengan pelatihan developer mereka, Menkominfo Rudiantara menyebutkan tidak akan menjadi masalah karena fokus Apple Developer Academy yang hanya menciptakan aplikasi iOS.

Fokus ke pengembangan talenta

Presentasi siswa Apple Developer Academy
Presentasi siswa Apple Developer Academy

Beberapa waktu lalu sempat berkembang rencana Apple untuk membangun pusat R&D di Indonesia. Disinggung apakah Apple Developer Academy ini tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah, Rudiantara menegaskan, fokus pemerintah Indonesia adalah soal talenta dan bagaimana Apple bisa membantu menambah wawasan dan pengetahuan generasi muda.

“Fokus pemerintah Indonesia saat ini lebih kepada talenta atau human capital. Bukan kepada produk tapi lebih kepada bagaimana bisa menciptakan tenaga muda yang mapan dan berkualitas di bidang teknologi,” kata Rudiantara.

Gandeng Binus, Nvidia Dirikan Pusat Pengembangan AI Pertama di Indonesia

Bagi mayoritas orang, nama Nvidia hampir sinonim dengan teknologi grafis. Memang sejak didirikan, perusahaan Santa Clara itu mencurahkan perhatiannya pada pengembangan GPU. Tapi sejak 2014, Nvidia memperluas bisnis mereka ke ranah gaming, data center, otomotif serta AI. Di bulan Mei kemarin, mereka berkolaborasi bersama Toyota dalam implementasi Drive-PX di kendaraan driverless.

Di minggu ini Nvidia punya berita gembira bagi pemerhati AI di Indonesia. Tepat pada tanggal 28 Agustus kemarin, perusahaan pimpinan Jensen Huang itu mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Bina Nusantara serta Kinetica untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan pertama di Indonesia, berlokasi di Kampus Anggrek. Acara itu dihadiri oleh rektor Binus Dr. Ir. Harjanto Prabowo, CEO Ir. Bernard Gunawan, wakil presiden sales & marketing Nvidia Raymond Teh, dan wakil presiden Kinetica Joseph Lee.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 3

AI R&D research center tersebut difokuskan pada ranah deep learning. Tim akan ‘melatih’ neural network untuk mengenali pola dari data berjumlah besar. Menurut penuturan Raymond Teh, gunanya adalah buat memecahkan masalah-masalah kompleks dalam ilmu komputer. Saat ini, kita tahu software komputer sudah bisa menulis dan belajar sendiri. Dan tak lama lagi, ‘ratusan miliar’ perangkat dapat saling mengenali.

Nvidia menjelaskan bahwa langkah awal untuk bisa sampai di sana ialah dengan menyediakan pondasi dan solusi lewat produk. Selanjutnya, perusahaan merangkul universitas-universitas buat mendirikan laboratorium. Tentu saja, peran serta campur tangan para mahasiswa turut jadi kuncinya.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 1

Pihak Binus sendiri menyambut baik kerja sama tersebut, karena betul-betul seirama dengan visi ‘Bina Nusantara 20/20’, yaitu menjadi institusi pendidikan kelas dunia demi menghadirkan inovasi. Pusat penelitian kecerdasan buatan ini juga dianggap Binus sebagai wujud dari komitmen universitas untuk ‘menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat dalam membangun serta melayani bangsa’.

Kinetica sendiri dipilih sebagai fasilitator sistem pengelolaan database berbasis GPU. Software racikan perusahaan asal Arlington itu telah dipakai di Angkatan Darat serta Layanan Pos Amerika Serikat, hingga GlaxoSmithKline (perusahaan farmasi) untuk mempermudah proses pendataan.

“Menguasai pengetahuan dan teknologi maju di bidang TI merupakan salah satu ketentuan dalam memiliki karir yang sukses di perusahaan multinasional atau menjadi pengusaha. Melalui pusat penelitian ini, kami akan mencoba mendidik, memperkaya dan memberdayakan masyarakat,” tutur Dr. Bens Pardamean selaku direktur Universitas Bioinformatics & Data Science Research Centre via rilis pers.

Header: Nvidia.

Online Services In The Eyes of Indonesian University Students [Part 2]

When asking about the most well known or successful mobile devices, platforms, and Internet services, the expected answers would be iPhone, Android, Facebook, Twitter, Google, and so on. These names tend to dominate the discussion among industry insiders primarily because the majority of them use those products and presumably it’s what certain surveys and discoveries show, which tend to reflect consumers aged 25 and above. But what about the teens or university students? How do they see the tech landscape? Check out part two of our discussion with teens on tech below. Don’t forget to read part one.

Continue reading Online Services In The Eyes of Indonesian University Students [Part 2]

Online Services In The Eyes of Indonesian University Students [Part 1]

When asking about the most well known or successful mobile devices, platforms, and Internet services, the expected answers would be iPhone, Android, Facebook, Twitter, Google, and so on. These names tend to dominate the discussion among industry insiders primarily because the majority of them use those products and presumably it’s what certain surveys and discoveries show, which tend to reflect consumers aged 25 and above. But what about the teens or university students? How do they see the tech landscape?

Continue reading Online Services In The Eyes of Indonesian University Students [Part 1]