Tag Archives: binar academy

DailySocial mengunjungi kantor Binar di program DSTour / DailySocial

[Video] Berkunjung ke Kantor Binar

DailySocial mendapat kesempatan mengunjungi kantor Binar (dahulu Binar Academy) di kawasan BSD City, Tangerang.

Kantor ini mengusung konsep industrial dengan ruang terbuka. Di sini pula tim Binar memproduksi konten-konten video yang bisa dinikmati oleh pengguna.

Simak liputan lengkap jalan-jalan DailySocial bersama Co-Founder & Chief Business Development Officer Binar Academy Dita Aisyah dalam video di bawah ini.

Untuk video menarik lainnya seputar program jalan-jalan ke kantor startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DStour.

DailySocial mewawancarai Seto Lareno dari Binar Academy / DailySocial

[Video] Dukungan Binar Academy untuk Talenta Digital Indonesia

Melalui wawancara bersama DailySocial, Co-Founder Binar Academy Seno Lareno membahas perkembangan dan transformasi perusahaan dalam menjawab kebutuhan talenta digital di Indonesia.

Seto mengungkapkan, banyak talenta yang masuk ke dalam ekosistem Binar Academy termasuk di kategori career shifter.

Simak pembahasan tentang Binar Academy yang terangkum di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Bootcamp Indonesia

13 Startup Edtech “Bootcamp” yang Menyediakan Layanan Pembelajaran Intensif

Bootcamp adalah sesi pelatihan intensif jangka pendek yang dirancang untuk mempersiapkan peserta menghadapi pekerjaan dunia nyata. Kurikulumnya didesain sedemikian rupa, menyajikan berbagai studi kasus yang diambil dari industri. Pun para mentor biasanya dihadirkan dari kalangan profesional dan praktisi.

Model pembelajaran berbasis bootcamp kian diminati oleh kalangan muda, terlebih mereka yang menginginkan perpindahan karier menuju sektor teknologi. Program bootcamp dikemas ringkas dan intensif dalam waktu yang relatif pendek. Menariknya, penyelenggara bootcamp biasanya juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk menyerap lulusannya.

Saat ini ada sejumlah startup yang menyajikan layanan bootcamp, mengajarkan berbagai kompetensi, khususnya di ranah pengembangan teknologi dan digital. Berikut ini ada 13 startup edtech lokal yang sajikan layanan bootcamp.

Binar Academy

Salah satu bootcamp Indonesia yang bisa dipilih adalah Binar Academy. Startup yang satu ini didirikan pada tahun 2017 oleh Alamanda Shantika yang dulunya berprofesi sebagai VP Technology and Product Management Gojek — bersama dua rekannya Dita Aisyah dan Seto Lareno.

Binar sendiri ingin menciptakan masyarakat Indonesia yang terampil dan siap untuk menghadapi era digitalisasi. Startup edtech yang satu ini menawarkan beberapa macam bootcamp seperti yang terfavorit seputar UI/UX, Business Intelligence, Product Management, dan Web Development.

Binar baru saja mendapatkan pendanaan pra-seri A dari sejumlah investor, termasuk Impact Investor yang terlibat seperti iGlobe Partners, Teja Ventures, dan YCAB Ventures.

BelajarLagi

Salah satu bootcamp Indonesia selanjutnya adalah BelajarLagi. Startup edtech yang satu ini didirikan pada tahun 2021 oleh M. Faiz Ghifari. Startup edtech ini sangat baik untuk memberdayakan komunitasnya sehingga banyak melakukan beberapa proyek bersama UMKM.

BelajarLagi juga menawarkan beberapa program seperti full stack digital marketing, project management, dan kelas advanced lainnya seperti social media, SEO, dan UI/UX Designer.

Dibimbing

Dibimbing.id adalah platform pembelajaran online yang memiliki 18.000+ talenta digital yang diberikan hadiah dari lulusan Bootcamp, Bootcamp Khusus, Kursus Video Online, dan Pameran Keterampilan Digital.

Startup edtech yang satu ini memiliki berbagai macam bootcamp seperti Digital Marketing, UI/UX, Web Developer, Business Intelligence, Data Science, UI/UX Design & Product Management.

Saat ini, dibimbing telah mendapatkan pendanaan awal dari Init-6. Hal tersebut diungkapkan oleh CEO dari Dibimbing.id itu sendiri Zaky Muhammad Syah beserta dua orang temannya yaitu Alim Anggono, dan Wildan Gunawan yang mendirikan startup tersebut pada tahun 2020.

Dqlab

Salah satu tempat bootcamp yang terbaik untuk Data Scientist adalah Dqlab. Program yang ditawarkan sangatlah relevan, karena sebagian praktisinya mengajar langsung di bootcamp yang satu ini.

Dqlab sendiri didirikan pada tahun 2017 dengan banyaknya program yang ditawarkan selain data scientist seperti big data, machine learning, business intelligence, dan masih banyak lagi.

Untuk pendanaan sendiri Dqlab ini didanai oleh salah satu investor yaitu Skystar Ventures dan beberapa investor yang tidak disebutkan.

Hacktiv8

Haktiv8 adalah Program pembelajaran untuk pemula yang ingin menjadi seorang Full Stack Developer. Ronald Ishak selaku CEO dari Hacktiv8 ini mengungkapkan bahwa posisi programmer masih akan tinggi tingkat penyerapannya ke depannya, seiring dengan tren perusahaan yang beralih ke digital.

Maka dari itu startup education yang didirikan pada tahun 2016 ini sangat gencar membuat program pelatihan untuk mencetak programmer baru di Indonesia. .Hacktiv8 sendiri mendapatkan pendanaan pra-seri A senilai 41 ,iliar Rupiah dari East Venture.

Harisenin.com

Bootcamp yang satu ini memiliki berbagai macam pelatihan, seperti Digital Marketing, Human Resources, UI/UX Designer, Full Stack Developer, dan Financial & Auditor, dan Graphics Design.

Harisenin.com sendiri didirikan pada tahun 2020 oleh 4 Founder yaitu Mirza Saputra (CEO), Kezia Manege (COO), Dyo Rahman (CMO), Dan Irfan (CTO). Startup edtech ini ingin memberikan kontribusi agar masyarakat Indonesia siap untuk berkembang di dunia pekerjaan.

Bootcamp ini juga memberikan akses komunitas yang besar di Discord dan Telegram. Harisenin.com juga menyediakan untuk layanan job connection, menghubungkan startup dan perusahaan dengan talenta lulusannya.

ImpactByte

ImpactByte menyediakan pelatihan, program sertifikasi, panduan karier, dan konektivitas ke perusahaan untuk membantu siapa saja yang memulai sebagai programmer. Selain kelas programmer seperti Full Stack Developer,  ImpactByte juga menyediakan IoT  (Internet of Things) Program, Game Developer, dan UI/UX Design.

Impact Byte didirikan oleh William Hendradjaja dan Muhammad Haidar Hanif pada tahun 2017.

Myskill

Salah satu startup edtech dalam memberdayakan masyarakat dan karier untuk fresh graduate lainnya adalah Myskill. Bootcamp yang satu ini adalah platform penyedia layanan yang membantu anak muda Indonesia untuk memulai karier impian mereka secara keseluruhan. 

Berfokus pada bidang karier , MySkill memberikan layanan berupa produk digital seperti e-learning bersertifikat yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. MySkill didirikan oleh Angga Fauzan dan Erahmat pada pertengahan tahun 2021

Myskill sendiri memiliki berbagai macam program yang menarik untuk fresh graduate seperti Digital Marketing, Data Scientist, UI/UX Designer, dan Programming. Selain itu edtech yang satu ini juga menawarkan screening CV yang baik.

Startup edtech ini memperoleh pendanaan pertama dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan.

Rakamin

Rakamin Academy adalah bootcamp pelatihan vokasional yang menghubungkan para ahli dari perusahaan teknologi terkemuka, dengan siswa yang ingin belajar, dan perusahaan yang membutuhkan talenta digital.

Rakamin sendiri didirikan oleh Andika Deny Prasetya pada tahun 2020. Rakamin sendiri menawarkan berbagai macam program seperti digital marketing, data scientist, dan UI/UX Designer.

RevoU

RevoU adalah sekolah online yang membekali siswa dengan keterampilan digital yang dibutuhkan di era industri teknologi 4.0. saat ini. Revou memiliki berbagai macam program seperti Digital Marketing, Data Analyst, dan Product Management.

Startup Education Indonesia yang satu ini didirikan oleh Matteo Sutto dan Razi Thalib pada tahun 2019.

Shift Academy

Shift Academy merupakan salah satu produk dari Peopleshift yang memiliki visi untuk menjadi platform edukasi bagi siapa saja yang ingin meningkatkan skill digital dan menjadi insan yang unggul.

Target Shift Academy adalah menjadi supermarket digital skill. Mereka memulai dengan menyediakan pemahaman dan peningkatan skill Data Science, Digital Marketing, hingga Full Stack Developer. 

Skilvul

Skilvul adalah sebuah platform pendidikan teknologi yang menyediakan konten pelajaran digital skills dengan metode “blended-learning” dalam bentuk online maupun offline. Skilvul sendiri didirikan oleh Amanda Simanjuntak pada tahun 2020. Bootcamp Indonesia yang satu ini menghadirkan kelas UI/UX Designer dengan LMS yang terbaik.

Purwadhika

Bootcamp Indonesia yang bisa dipilih adalah Purwadhika, didirikan pada tahun 1987 oleh Purwa Hartono. Bootcamp yang satu ini menyediakan berbagai macam kelas seperti UI/UX Designer, Digital Marketing, Web Development, dan Data Scientist.

Bootcamp ini adalah satu satunya yang menyediakan program double degree untuk pelajar yang ingin melanjutkan kuliah. Pada tahun 2018 lalu mereka menggelar Purwadhika Wave yang menyajikan beberapa ahli untuk sharing secara langsung seperti IoT, Crypto, dan sebagainya.

Pendanaan Pra-Seri A Binar Academy

Binar Academy Dikabarkan Peroleh Pendanaan Pra-Seri A 51 Miliar Rupiah

Startup edutech yang fokus menyediakan layanan bootcamp dan kelas online bersertifikat “Binar Academy” dikabarkan telah membukukan pendanaan pra-seri A senilai $3,5 juta atau setara 51 miliar Rupiah. Sejumlah impact investor terlibat dalam putaran ini, termasuk iGlobe Partners, Teja Ventres, Cellar Capital Partners, Spaze Ventures, YCAB Ventures, dan sejumlah lainnya.

Investasi ini melanjutkan perolehan seed funding pada April 2020 yang dipimpin Teja Ventures dengan partisipasi sejumlah investor termasuk Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF— dana yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial dan dikelola bersama oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, serta beberapa angel investor dari ANGIN.

Terkait kabar ini, kami sudah mencoba meminta komentar dari pihak terkait.

Layanan Binar Academy

Binar memiliki beberapa model bisnis, baik di segmen B2C maupun B2B. Untuk layanan pembelajaran ke konsumer, ada tiga produk yang disediakan. Pertama Binar Bootcamp, yakni program pembelajaran intensif terkait pemrograman dan analisis data yang ditujukan untuk lulusan SMA sederajat dan profesional.

Lulusan program ini juga disalurkan ke perusahaan teknologi yang telah tergabung di layanan Job Connect milik Binar. Dikutip dari situs resminya, saat ini mereka telah meluluskan lebih dari 3000 pelajar dan menyalurkan lebih dari 500 lulusan ke perusahaan mitra.

Kedua, Binar Insight yang merupakan program webinar berbayar dengan speaker ternama. Sesi yang dihadirkan cukup beragam, mulai dari UI/UX, pengembangan web, manajemen produk, hingga business intelligence. Dan ketiga ada BinarGo, layanan pembelajaran on-demand dengan materi digital interaktif.

Binar juga memiliki layanan B2B yang menyasar korporasi. Ada dua layanan yang disuguhkan, yakni untuk perekrutan talenta digital dan program peningkatan kapasitas talenta teknologi melalui pelatihan/workshop.

Kompetisi pasar

Layanan bootcamp telah menjadi opsi pendidikan nonformal yang cukup diminati di Indonesia, apalagi terkait dengan pemrograman dan teknologi yang memiliki demand tinggi dari perusahaan. Selain binar, ada beberapa penyelenggara bootcamp serupa yang telah beroperasi, di antaranya Hacktiv8, Impact Byte, dan Skilvul.

Salah satu opsi menarik yang mereka tawarkan adalah skema “Income Share Agreement“, memungkinkan pelajar untuk terlebih dulu menimba ilmu dan baru membayar biaya akomodasi setelah mendapatkan penghasilan dari keahliannya.

Secara global, menurut riset yang dilakukan Technavio, layanan bootcamp yang fokus di materi pemrograman berpotensi menghasilkan kapitalisasi pasar hingga $772,04 miliar di 2021-2025 dengan CAGR 17%. Pandemi turut mendorong adopsi model pembelajaran ini, apalagi sejumlah pengembang layanan turut menyajikan fasilitas pembelajaran yang bisa dilakukan sepenuhnya online.

Dalam sebuah wawancara, Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika mengatakan, kombinasi dari pengalaman belajar kontemporer, teknologi, dan komunitas akan menghasilkan pengalaman pembelajaran yang menarik sekaligus berdampak bagi para pelajar. Apalagi jika ditinjau secara demografi, kebanyakan member Binar adalah lulusan SMA, mahasiswa, dan orang-orang yang ingin berganti karier (career shifter).

Untuk meningkatkan cakupan bisnis, Binar juga secara konsisten meningkatkan dengan institusi pendidikan termasuk dengan pemerintah, universitas, dan sekolah vokasi. Selain itu, Binar Academy juga akan berkolaborasi dengan perusahaan yang terdampak oleh digitalisasi untuk upskilling employee agar kemampuannya kembali relevan.

Application Information Will Show Up Here

Binar Academy with Its Mission to Advance Indonesian Digital Talents

One of the sectors that was rapidly growing during the pandemic was edtech. More Indonesian from various backgrounds are adapting to online learning.

As a platform that focuses on developing digital abilities and talents, Binar Academy claims to have successfully educated more than 8 thousand students in 2020 and generated an 80% increase in income.

Was founded in 2017, this startup was developed by Alamanda Shantika who was Gojek’s former VP of Technology and Products along with two other Gojek alumni, Dita Aisyah and Seto Lareno.

“The Covid-19 pandemic has encouraged educational institutions, teachers, students, and also parents in Indonesia to adapt to online learning. It is time for us to innovate in presenting education and create learning experiences that are both interesting and enjoyable. I believe that a combination of experiences contemporary learning, technology, and community will produce it all, “said Founder & CEO of Binar Academy Alamanda Shantika.

Binar Academy offers two main educational programs. Among these are Binar Bootcamp and Binar Insight. The Binar Bootcamp Program, an intensive course for beginners, has four classes of 4 to 6 months, including Product Management, UI / UX Design and Research, Android Engineering, and Fullstack Web Development.

Aslo, Binar Insight, a series of interactive webinars of 1.5 to 2 hours, with more diverse classes such as Product Management, Digital Marketing, and Data Science. The most popular classes are Product Management for Bootcamp Binars and Binar Insights.

In terms of demography, most Binar Academy users are high school graduates, students, and career shifter. This year, the company plans to increase collaboration with educational institutions including the government, universities and vocational schools. In addition, Binar Academy will also collaborate with companies affected by digitalization to upskilling employees to remain relevant.

In Indonesia, the bootcamp program becomes an alternative to non-formal education, especially for those who want to pursue a career in technology and programming. Apart from Binar, there are several other startups that offer similar services, including Hacktiv8, Impact Byte, and Skilvul. One of the unique options they offer is the “Income Share Agreement”, which allows students to gain knowledge first and pay accommodation fees later as they started to earn income.

Seed funding

Binar Academy’s Bootcamp class

In mid-April 2020, Binar Academy received seed funding led by Teja Ventures with the participation of several investors such as the Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF – a fund that aims to create social impact, managed by Moonshot Ventures and YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, as well as several angel investors from ANGIN.

The fresh funds will be used to increase tech-education growth, as well as recruit experts in the fields of education and technology to provide digitalization of content and curricula to continuously train digital talents.

Binar Academy also targetimg to increase the growth of technology education products, as well as to recruit more experts in the fields of education and technology so that they can digitize content and curriculum for 45 thousand students in Indonesia.

“In the last three years, we have continued to develop our main product, namely Binar Bootcamp to meet the learning experience of our students and the market demand for digital talents. Inspiring Indonesian youth and helping them to discover their true potential will always be my mission,” said Alamanda.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Para pendiri Binar Academy: Alamanda Shantika, Dita Aisyah, dan Seto Lareno / Binar Academy

Binar Academy dan Misinya Tingkatkan Kemampuan Talenta Digital Indonesia

Salah satu sektor yang terdongkrak pertumbuhannya saat pandemi adalah edtech. Semakin banyak masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk kemudian beradaptasi untuk belajar secara online.

Sebagai platform yang fokus pada pengembangan kemampuan dan talenta digital, Binar Academy mengklaim telah berhasil mengedukasi lebih dari 8 ribu siswa di tahun 2020 dan menghasilkan peningkatan pendapatan sebesar 80%.

Didirikan pada tahun 2017, startup ini dirintis oleh Alamanda Shantika yang merupakan mantan VP Technology and Product pertama Gojek bersama dengan dua alumni Gojek lainnya, yaitu Dita Aisyah dan Seto Lareno.

“Pandemi Covid-19 telah mendorong institusi pendidikan, guru, murid, dan juga para orang tua di Indonesia untuk beradaptasi belajar online. Sudah saatnya bagi kita untuk berinovasi dalam menyajikan pendidikan dan menciptakan pengalaman belajar yang menarik sekaligus menyenangkan. Saya yakin bahwa kombinasi dari pengalaman belajar kontemporer, teknologi, dan komunitas akan menghasilkan hal itu semua,” kata Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika.

Binar Academy menawarkan dua program pendidikan utama. Di antaranya adalah Binar Bootcamp dan Binar Insight. Program Binar Bootcamp, kursus intensif bagi pemula, mempunyai empat kelas berdurasi 4 sampai 6 bulan yaitu: Product Management, UI/UX Design and Research, Android Engineering, dan Fullstack Web Development.

Kemudian Binar Insight, berbagai seri webinar interaktif berdurasi 1,5 sampai 2 jam, mempunyai kelas yang lebih beragam seperti Product Management, Digital Marketing, dan Data Science. Kelas yang paling banyak dipilih pengguna adalah Product Management untuk Binar Bootcamp dan Binar Insight.

Secara demografi kebanyakan pengguna Binar Academy adalah lulusan SMA, mahasiswa, dan orang-orang yang ingin berganti karier (career shifter). Tahun ini perusahaan berencana untuk meningkatkan kolaborasi dengan institusi pendidikan termasuk dengan pemerintah, universitas, dan sekolah vokasi. Selain itu, Binar Academy juga akan berkolaborasi dengan perusahaan yang terdampak oleh digitalisasi untuk upskilling employee agar kemampuannya kembali relevan.

Di Indonesia sendiri program bootcamp memang menjadi alternatif pendidikan nonformal, khususnya bagi mereka yang ingin menekuni bidang teknologi dan pemrograman. Selain Binar, ada beberapa startup lain yang tawarkan layanan serupa, di antaranya Hacktiv8, Impact Byte, dan Skilvul. Salah satu opsi menarik yang mereka tawarkan adalah skema “Income Share Agreement”, memungkinkan pelajar untuk terlebih dulu menimba ilmu dan baru membayar biaya akomodasi setelah mendapatkan penghasilan dari keahliannya.

Kantongi pendanaan tahap awal

Kelas Academy Bootcamp Binar Academy

Pertengahan April 2020 lalu Binar Academy telah menerima pendanaan tahap awal dipimpin oleh Teja Ventures dengan partisipasi dari beberapa investor seperti Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF— dana yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial dan dikelola bersama oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, serta beberapa angel investor dari ANGIN.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan pendidikan teknologi, serta merekrut pakar di bidang pendidikan dan teknologi agar dapat menyediakan digitalisasi konten dan kurikulum untuk melatih kemampuan talenta digital secara terus-menerus.

Binar Academy tahun ini juga memiliki target untuk meningkatkan pertumbuhan produk pendidikan teknologi, serta merekrut lebih banyak pakar di bidang pendidikan dan teknologi agar dapat menyediakan digitalisasi konten dan kurikulum untuk 45 ribu siswa di Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir, kami terus mengembangkan produk utama kami yaitu Binar Bootcamp untuk memenuhi pengalaman belajar siswa kami dan permintaan pasar akan talenta digital. Menginspirasi pemuda Indonesia dan membantu mereka untuk menemukan potensi mereka yang sesungguhnya akan selalu menjadi misi saya,” kata Alamanda.

Alamanda Shantika

Mempelajari Lika-liku Pencarian Masalah dan Solusi Bersama Alamanda

Menghidupi kewirausahaan digital di masa ini mungkin jadi pilihan karier yang menarik. Sistem kerja yang menuntut serbacepat dan penuh inovasi menjadikan pilihan bekerja di sektor ini cukup menantang.

Sumber inovasi bisa datang dari mana saja, namun asal datangnya masalah bisa lebih banyak lagi. Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika berbagi cerita mengenai seluk-beluk pemecahan masalah yang terjadi di startup. Alamanda berbagi ilmunya tersebut dalam #SelasaStartup kali ini.

Kreatif mengidentifikasi masalah

Pepatah bilang, ilham datangnya bisa dari mana pun. Ini diamini betul oleh Alamanda. Suatu hari Alamanda datang ke kantor bank mengurus keperluannya. Dalam kunjungannya itu dia juga disodori banyak sekali produk perbankan yang menurutnya jelas tidak relevan untuk seseorang sepertinya.

“Melihat itu saya sebagai pelanggan jadi kesal karena saya tahu bankir itu lagi mikirin targetnya. Akhirnya yang dia lakukan tebar jaring ke semua orang. Ok target kita penting, tapi jangan jadikan itu sebagai patokan yang didewakan. Yang kita dewakan itu customer. Dengan kita mengerti pelanggan day to day, inovasi akan muncul,” ujar Alamanda.

Namun telaah masalah itu tak bisa otomatis datang. Perlu asupan pengetahuan yang kuat untuk mengasah daya kritis dan kreativitas dalam mencari masalah. Alamanda menganjurkan mereka yang bekerja di bisnis digital untuk memperkaya diri dengan tren dan fenomena di luar negeri. Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan dan teknologi dalam negeri masih cukup jauh tertinggal dengan negara-negara maju lain.

“Simpel aja, kalau kita mau desain kamar pasti kita cari referensi di Pinterest. Itu cara kita bekerja dalam mencari kreativitas, mencari asupan,” imbuhnya.

Sebisa mungkin menyayangi pelanggan

Inovasi adalah jualan wajib dari sebuah perusahaan digital. Apakah inovasi mereka bisa bergerak cepat atau tidak bergantung dari bagaimana mereka memperoleh dan mengolah data dari transaksi pelanggan mereka.

Alamanda percaya berusaha mengenal pengguna layanan sebaik mungkin adalah langkah menuju kesuksesan. Dari data tersebut perusahaan bisa mencari kebutuhan-kebutuhan baru atau yang tak terlihat dari konsumen.

Ia mencontohkan sewaktu masih bekerja di Gojek dan membuat layanan GoFood. Alamanda bercerita membuat produk itu dengan berangkat dari data perilaku konsumen Gojek. Perilaku konsumen ini menjadi kunci karena dari sana mereka menemukan masalah yang mungkin bahkan konsumen Gojek sendiri juga belum menyadarinya.

Contoh lainnya adalah pengalaman Alamanda menghadapi masalah di Binar Academy. Di tempat terakhir ini Alamanda mendapati sistem akademi gratis yang mereka besut ternyata hanya mampu menahan sekitar 50% dari total pendaftar. Setelah menelusuri lebih jauh barulah mereka tahu bahwa mereka yang memilih tidak mengikut kelas sampai akhir punya motivasi yang berbeda. Berangkat dari temuan itu, Alamanda dan tim mengubah sistem.

“Kita udah buang duit untuk customer acquisition, begitu konsumen udah masuk jangan disia-siakan, harus disayang. Jadi fokusnya dua, bagaimana kita jangkau market baru yang enggak tahu Binar tapi yang sudah masuk juga harus dijaga dan dimengerti lebih dalam lagi.”

Prinsip sederhana dalam memvalidasi

Kreativitas tentu perlu dalam mencari masalah dan solusinya. Seperti sudah disebut tadi, data dari perilaku konsumen memegang kunci untuk mendasari munculnya kreativitas tersebut. Lalu bagaimana caranya memvalidasi perilaku konsumen?

Jawaban Alamanda adalah kembali ke prinsip yang paling sederhana yakni pemakaian produk, pertumbuhan, stabilitas, dan margin profit. Adakah yang memakai produk mereka, apakah ada pertumbuhan tiap bulan, apakah pertumbuhan itu stabil, dan yang tak kalah penting bagaimana dengan keuntungannya.

Alamanda menggarisbawahi poin terakhir, karena menurutnya ada beberapa startup yang salah kaprah dalam menjalankan roda keuangannya, yang jor-joran bakar duit tapi tak diikuti dengan profit margin yang jelas.

“Aku sesederhana itu aja karena itu yang ingin aku ubah mindset tentang orang-orang bikin startup. Sekarang kan aku di Mandiri Capital juga. Duit investor itu bukan berarti kita bakar-bakar kemudian tidak punya COGS (cost of goods sold) dan pendapatan yang jelas. Duit investor ini harusnya lebih untuk mengembangkan tools yang kita perlukan,” pungkas Alamanda.

Berbincang tentang program bootcamp di Indonesia, seperti Hacktiv8 dan Binar Academy, dan bagaimana mereka memasarkan lulusannya

Lebih Dekat dengan Penyelenggara “Bootcamp” Pemrograman di Indonesia

Jurang talenta digital di Indonesia sudah menjadi isu sejak beberapa tahun ke belakang. Kelangkaan terjadi salah satunya karena kurang cocoknya kurikulum di universitas dengan kebutuhan industri. Menjawab tantangan ini muncul banyak lembaga pendidikan non formal yang mengusung program pelatihan yang dikemas dengan model bootcamp atau belajar intensif. Tak hanya materi, lembaga pendidikan ini juga membantu lulusannya terhubung dengan perusahaan yang sesuai dengan industri mereka.

Kami mencoba menggali informasi dari salah satu penyedia bootcamp pemrograman di Indonesia, Hacktiv8. Kepada DailySocial, Ronald Ishak, CEO Hacktiv8, menceritakan mengenai Hacktiv8 dan seperti apa program bootcamp yang ia jalankan. Hacktiv8 membuka program FullStack JavaScript yang dibagi dalam empat tahap.

Tahap 0 mempelajari dasar pemrograman, sedangkan di tahap keempat, siswa sudah bisa mengimplementasikan React dan React Native dalam membangun sebuah aplikasi web. Di akhir pembelajaran bootcamp akan ada graduation ceremony di mana setiap siswa mempresentasikan hasil project mereka dalam bentuk Minimum Viable Product (MVP) di depan hiring partners dan tamu-tamu Hacktiv8.

Ronald melanjutkan, sama seperti keterampilan lainnya, belajar pemrograman atau coding itu harus berani “ngulik” dan terus latihan hingga bisa menguasainya.

“Kami terapkan mindset yang agile kepada students: berani berkembang, giat mencari solusi dan fleksibel terhadap perubahan. Secara tidak langsung di Bootcamp Hacktiv8 kami mendorong student untuk berpikir secara independen, lalu mengimplementasikannya dengan adanya monitor dari instruktur – tapi berpikirnya harus independen. Karena saat dia bekerja nanti kan, tidak ada Hacktiv8 instructor di sebelahnya,” imbuh Ronald.

Kami juga berbincang soal hal ini dengan Alamanda Shantika, CEO Binar Academy. Binar Academy memiliki program Binar Bootcamp, sebuah program pelatihan intensif yang bertujuan untuk mengembangkan talenta digital dengan kurikulum teknologi terkini yang diharapkan mencetak lulusan yang siap kerja. Tak hanya itu, materi belajarnya pun diklaim tidak hanya mencakup hal teknis, tetapi juga non-teknis, seperti leadership, agility, dan work ethic untuk mempersiapkan siswa agar siap di industri digital.

Bootcamp dilakukan selama 4 sampai dengan 6 bulan dengan jadwal belajar 3 kali dalam seminggu. Siswa akan dibimbing instruktur dengan sistem menyerupai gim, semacam challenge-based learning dan project-based learning. Konsep tersebut dipilih untuk menciptakan pengalaman yang menantang dan menyenangkan.

Student wajib menghadiri kelas diskusi untuk konsultasi langsung dengan instruktur Binar Academy yang merupakan praktisi untuk menggali wawasan atau sudut pandang terhadap sebuah permasalahan. Dalam kelas diskusi, kegiatan belajar-mengajar dititikberatkan pada kemampuan abstraksi dan penalaran tentang kasus nyata pemrograman. Ada komunikasi 3 arah yang terjadi di kelas diskusi, yaitu student ke fasilitator; fasilitator ke student; dan student ke student lain,” papar Alamanda.

Binar Bootcamp dibuka Januari 2020 dengan kelas Android Engineering. Mulai 4 Juni ini, Binar Academy membuka dua kelas baru, yakni Full Stack Web Development dan UI/UX Design. Menyesuaikan dengan kondisi pandemi, bootcamp kini hanya tersedia untuk kelas online.

CEO Binar Academu Alamanda Shantika / Binar Academy

Upaya memenuhi jurang talenta digital

Perkembangan industri digital yang pesat mendorong perusahaan berlomba-lomba mencari talenta terbaik untuk posisi-posisi yang mungkin belum lazim sebelumnya, seperti UI/UX designer, full stack developer, dan semacamnya.

Akhir tahun 2019, pemerintah melalui Kemkominfo disebut telah mengalokasi dana ratusan miliar Rupiah untuk mengisi 20 ribu talenta digital. Salah satu program yang sudah berjalan yakni Digitalent Scholarship dengan materi-materi teknis yang banyak dibutuhkan industri digital saat ini.

Dengan semangat yang sama, para penyelenggara penyedia bootcamp ini mengusung mimpi serupa untuk membantu menyediakan talenta yang siap kerja. Tak hanya soal materi pengajaran, tetapi juga kanal mendistribusikan lulusan.

Binar Academy misalnya, selain mengadopsi kurikulum terkini dan selalu menyelaraskan kebutuhan industri dengan apa yang mereka lakukan dalam bootcamp, juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan dan industri. Tujuannya untuk memudahkan para lulusan bootcamp dan perusahaan untuk saling bertemu.

“Sejak berdirinya Binar Academy di tahun 2017, kami sudah menyalurkan lulusan bootcamp ke berbagai macam perusahaan termasuk startup, korporat, dan BUMN. Mitra-mitra Binar Academy mempunyai dua pilihan untuk merekrut lulusan kami, yaitu dengan skema full-time hire dan skema outsourcing. Binar Academy mempunyai tim khusus yang berpengalaman di industri digital untuk mencari kecocokan antara preferensi talent maupun perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan kedua pihak,” terang Alamanda.

Hacktiv8 memiliki semangat yang senada. Menurut Ronald, mereka sudah memiliki lebih dari 350 hiring partners. Ronald juga sepakat bahwa talenta sekarang harus seimbang antara coding skill dan soft skill.

“Tidak cukup hanya dengan coding skill yang kuat, namun juga bagaimana sebagai orang technical bisa berkomunikasi dengan non-IT. Hacktiv8 pun sebagai startup mengerti dan menerapkan kualitas tersebut dalam proses hiring. Untuk students kami pun kita berikan pembekalan yang cukup seperti bagaimana melakukan technical presentation kepada general public, membaca dokumentasi, menyiapkan CV, hingga mempersiapkan elevator pitch,” papar Ronald.

Kiri ke kanan: Riza Fahmi and Ronald Ishak, Co-founders Hacktiv8 / Hacktiv8-Founders

Membantu talenta dan perusahaan saling menemukan

Baik Hacktiv8 maupun Binar Academy membagikan data mengenai lulusan bootcamp mereka. Hacktiv8, berdasarkan data yang dirilis Maret silam menyebutkan bahwa dari 57 siswa yang mengikuti bootcamp pada tanggal 1 Januari 2019 sampai dengan 30 Juni 2019, 89,5% di antaranya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Sisanya, 10,5%, melanjutkan pekerjaan sebelumnya, melanjutkan pendidikan, atau mengikuti bootcamp hanya untuk pengembangan diri.

Masih di laporan yang sama, 180 hari selepas lulus bootcamp, 94,7% lulusan memiliki pekerjaan sesuai dengan bidangnya, 1,8% memutuskan untuk tidak mencari kerja karena alasan personal, sisanya (3,5%) tidak bisa dihubungi.

Untuk yang berhasil bekerja di bidang teknis yang sesuai dengan materi bootcamp, 78,9% menjadi karyawan full time (30+ jam/minggu, lebih dari 6 bulan); 7% menjadi karyawan kontrak, magang, dan sejenisnya; 1,8% menjadi freelance, karyawan kontrak durasi pendek, part time, dan semacamnya; dan 7% mendirikan perusahaan atau bisnis baru.

Ronald menjelaskan, tantangan utama menyalurkan lulusan adalah fluktuasi dalam kebutuhan rekrutmen mitra. Hal yang semakin terlihat di masa pandemi seperti sekarang adalah beberapa perusahaan mengurangi atau bahkan menunda aktivitas rekrutmen karena dampak perkambatan ekonomi.

“Untuk itu Hacktiv8 memiliki sebuah unit yang berfungsi mengoptimalkan proses penyaluran lulusan dengan memberikan one stop service kepada hiring partner, mulai dari pendataan kebutuhan perusahaan, mencocokkan profil lulusan dengan kriteria rekrutmen, sampai memfasilitasi interview lulusan dengan partner Hacktiv8,” jelas Ronald.

Sementara itu, Alamanda menceritakan bahwa saat ini Binar Academy sudah memiliki lebih dari 1000 lulusan. Menurutnya, waktu tunggu lulusan cukup variatif, kendati demikian tim Binar Academy sudah berupaya terlibat dalam proses pencarian kerja lulusan sejak siswa masih dalam bootcamp yang memungkinkan lulusan bisa mendapat pekerjaan 2 minggu setelah lulus.

“Berdasarkan hasil riset tim yang melibatkan engineer berpengalaman dan psikolog, yang dibutuhkan oleh semua industri saat ini bukan hanya hard skill dan soft skill tetapi juga talenta yang merupakan lifelong learner, team player, dan enthusiastic professional. Binar Academy percaya bahwa gabungan antara kurikulum yang disusun sesuai teknologi terbaru dan metodologi belajar yang interaktif akan menghasilkan talenta dengan kemampuan tersebut,” tutup Alamanda.

Partisipasi Perempuan Masih Rendah di Dunia Teknologi / Pixabay

Partisipasi Perempuan Masih Rendah di Industri Teknologi Indonesia

Tingkat partisipasi perempuan di dunia teknologi yang rendah masih menjadi isu di Indonesia. Meski banyak perusahaan teknologi yang tergolong sebagai startup berisi kalangan milenial yang melek teknologi dan terbilang memiliki kultur modern.

Diskusi panel “She Loves Tech” yang diadakan Cocowork pekan lalu (4/8), menghadirkan Co-Founder Impact Hub at Coworkinc Cynthia Hasan dan Chief Business Development Binar Academy Dheta Aisyah. Mereka saling berbagi tips untuk memulai karier di dunia teknologi dan kondisi terkininya.

Dheta Aisyah bercerita, ketimpangan peserta perempuan untuk kelas engineer di Binar Academy juga terjadi cukup tajam. Dari total peserta, peserta perempuan hanya sekitar 10%-15%. Masih banyak yang menganggap pekerjaan sebagai engineer terasosiasi dengan dunia khusus laki-laki karena erat kaitannya dengan unsur logika.

Padahal, menurutnya, hal tersebut juga berlaku untuk perempuan. Justru karena harus berpikir logis, perempuan punya naluri yang sangat baik untuk menyelesaikan masalah dan akan sangat berguna dalam coding.

“Di Binar Academy, salah satu lulusan terbaiknya justru dari perempuan. Ini menunjukkan bahwa perempuan punya insting yang baik untuk menyelesaikan masalah dan diterapkan saat coding,” ujar Dheta.

Cynthia mencontohkan, Alibaba sebagai perusahaan teknologi raksasa dari Tiongkok memiliki 49% karyawan perempuan dari total karyawannya. Menurut Jack Ma, saat menyaring karyawan yang masuk dirinya hanya melihat apakah setiap calon karyawan mampu melakukan suatu pekerjaan atau tidak, tanpa melihat status gender mereka.

“Pada dasarnya kembali ke diri masing-masing, apakah perempuan itu mampu berkecimpung di dunia teknologi. Enggak ada korelasinya sama sekali dunia teknologi itu isinya harus laki-laki semua.”

Untuk perempuan yang ingin memulai karirnya di dunia teknologi, Cynthia menekankan pada pentingnya mencari sosok mentor. Berikutnya belajar sebanyak-banyak dari mereka, mempraktikkan dalam kehidupan nyata. Bila gagal, ulang lagi dari awal dan begitu seterusnya.

“Usia 20-30 tahun adalah waktu untuk belajar dan buat kesalahan sebanyak-banyaknya. Lalu ketika sudah di usia 40 tahun harus sudah tahu apa yang bisa dilakukan menuju langkah sukses. Saat usia 50 tahun ke atas, saatnya give back dan jadi mentor untuk orang lain. Mentorship itu penting dalam perjalanan hidup seseorang.”

Selain itu, Cynthia juga menekankan kepada para perempuan untuk jadi pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri. Apabila bukan tipe yang cocok untuk memimpin orang lain, tidak ada keharusan bagi perempuan untuk jadi sosok leader karena ini tidak bisa dipaksa.

“Bisa cari orang lain yang bisa gantikan kamu untuk jadi leader. Tidak apa-apa kalau memang bukan tipe yang ada di depan. Intinya harus jujur untuk mengakui kesalahan, karena semuanya bisa diperbaiki,” tutup Cynthia.

Riset iPrice tentang manajemen perusahaan e-commerce Indonesia

Kondisi yang dijabarkan Dheta dan Cynthia terpampang jelas dari hasil studi teranyar iPrice yang menganalisis soal partisipasi kedua gender di jajaran manajemen perusahaan e-commerce Indonesia. iPrice menghitung peranan laki-laki dan perempuan di tiga posisi manajemen teratas yakni Founder/Presiden Direktur, Direktur, dan Kepala Divisi/Manager.

Secara keseluruhan, partisipasi perempuan di posisi manajemen perusahaan e-commerce hanya sebesar 31%, sementara laki-laki 69%. Bila dilihat dari posisi manajerial, hanya 21% perempuan yang menduduki posisi Presiden Direktur, 21% posisi Direktur, dan 36% posisi Kepala Divisi/Manager.

Temuan ini menunjukkan kemiripan dengan riset berskala global. Bank Data Dunia menunjukkan pada posisi entry-level professional, perempuan sudah berada di angka 47%. Namun angka tersebut terus mengerucut untuk posisi manajemen tingkat menengah dan tingkat tinggi.

Pada manajemen tingkat menengah, perempuan hanya mencakup 20%, sedangkan pada manajemen tingkat tinggi hanya 5% yang menduduki posisi CEO dan 5% untuk posisi board members.

Lebih jauh, dari temuan iPrice, partisipasi perempuan di posisi manajemen perusahaan e-commerce Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara. Filipina menjadi negara yang memiliki partisipasi perempuan di posisi manajemen tertinggi, yakni 55%, diikuti Malaysia (42%), Thailand (40%), Vietnam (37%), dan Singapura (34%).

Dari indeks World Economics Forum, Indonesia berada di posisi ke-10 dalam Indeks Kesenjangan Gender. Artinya Indonesia masih tertinggal dibanding negara berkembang lain seperti Filipina, Vietnam, dan Thailand dalam kesetaraan gender. Rapor merah ini disebabkan oleh kecilnya partisipasi perempuan di lapangan kerja untuk posisi senior dan manajerial.

Fakta ini semestinya menjadi cukup sorotan, pasalnya berdasarkan studi dari Peterson Institute di tahun 2016 melakukan riset terhadap 21.980 perusahaan di 91 negara. Hasilnya adalah banyaknya kepemimpinan perempuan di manajemen perusahaan menghasilkan kenaikan profit tahunan 2,7% lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.

Sektor e-commerce menjadi industri online yang berkembang sangat pesat di Indonesia. Survei Snapcart pada Januari 2018 lalu menunjukkan mayoritas konsumen belanja online adalah perempuan dengan jumlah mencapai 65%. Perempuan menjadi target konsumen yang paling potensial, namun posisi manajerial yang mengambil keputusan penting dalam strategi bisnis e-commerce masih didominasi laki-laki.