Tag Archives: bixby

Samsung Akan Perkenalkan ‘Manusia Buatan’ Bernama Neon di CES 2020

Siap digelar pada tanggal 7 sampai 10 Januari besok, CES 2020 rencananya akan mengangkat sejumlah topik besar: 5G, perangkat-perangkat pendukungnya, kendaraan terkoneksi atau tanpa pengemudi, munculnya lebih banyak headset VR dan AR, dan persaingan layanan streaming yang semakin memanas. Seperti biasa, event ini kembali akan dimeriahkan oleh nama-nama raksasa di ranah teknologi.

Kurang dari dua minggu sebelum CES 2020 berlangsung, Samsung menyingkap agenda untuk memperkenalkan produk berbasis kecerdasan buatan baru bernama Neon. Pengumuman dilakukan lewat akun Twitter resmi Neon, dan hingga saat artikel ini ditulis, detail mengenainya masih sangat minim. Di Twitter, Samsung hanya menuliskan bahwa Neon adalah ‘manusia buatan’. Satu hal yang jelas, Neon akan sangat berbeda dari Bixby – asisten virtual yang Samsung luncurkan di tahun 2017.

Di tweet sebelumnya, Samsung beberapa kali mem-posting poster dengan kalimat tanya serupa dan diterjemahkan ke sejumlah bahasa: Pernahkah Anda bertemu dengan ‘artificial‘? Perusahaan mendeskripsikan Neon sebagai ‘makhluk kecerdasan buatan’ yang dapat menjadi ‘teman baik’ Anda. PC Mag mengungkapkan, kalimat di poster-poster tersebut menyerupai tagline dari serial televisi AMC berjudul Humans – yang mengangkat tema soal android.

Tapi apakah itu berarti Samsung akan memamerkan robot berwujud manusia di CES 2020? Sempat ada spekulasi yang menyebutkan bahwa Neon merupakan versi lebih canggih dari Bixby, namun Samsung segera menampiknya dan bilang Neon serta Bixby tak punya hubungan sama sekali. Ia diklaim berbeda dari apa yang pernah kita temui sebelumnya.

Neon dikembangkan oleh divisi Samsung Technology and Advanced Research Labs (disingkat STAR Labs). Unit ini dipimpin oleh Pranav Mistry selaku presiden sekaligus CEO yang sempat pula berpartisipasi dalam penggarapan teknologi augmented reality Sixth Sense dan smartwatch Galaxy Watch. Berdasarkan keterangan Mistry, pengerjaan Neon telah berlangsung selama beberapa tahun dan ia bahkan tidak menutupi rasa gembiranya terkait penyingkapan Neon minggu depan.

Sedikit membahas soal Bixby, berbeda dari Siri dan Google Assistant, asisten pribadi ini terdiri dari tiga pilar utama: Bixby Home, Bixby Vision serta Bixby Voice. Voice ialah metode menagktifkan Bixby lewat suara, Vision adalah fitur kamera augmented reality yang mampu mengidentifikasi objek secara real-time, sedangkan lewat Home, Bixby dipersilakan berinteraksi dengan aplikasi dan sejumlah informasi.

Pertanyaan terbesarnya kini adalah, apa yang membedakan Neon dengan Bixby? Selanjutnya, apakah ia bisa diakses di perangkat Samsung dalam waktu dekat atau Neon baru akan diperkenalkan di CES 2020 sebagai konsep saja? Lalu apakah Neon pada akhirnya akan menggantikan Bixby? Semuanya akan dijelaskan di tanggal 7 Januari nanti.

Sumber: Digital Trends.

Update untuk Samsung Galaxy Watch dan Galaxy Watch Active Hadirkan Sejumlah Fitur Milik Suksesornya

Kabar gembira bagi para pemilik Samsung Galaxy Watch dan Galaxy Watch Active. Anda tidak harus berkecil hati dan mempertimbangkan untuk upgrade hanya karena sejumlah fitur milik suksesornya, Galaxy Watch Active 2, tidak tersedia di smartwatch Anda. Pasalnya, Samsung baru saja merilis software update untuk kedua jam tangan lamanya tersebut.

Buat para pengguna Galaxy Watch Active, Anda boleh tersenyum lebar mengetahui bahwa update ini pada akhirnya mendatangkan fitur Touch Bezel. Fitur yang sudah menjadi ciri khas smartwatch bikinan Samsung ini sempat menghilang di Galaxy Watch Active, sebelum akhirnya dihadirkan kembali oleh Galaxy Watch Active 2.

Samsung Galaxy Watch software update

Sejumlah pembenahan user interface pun turut diterapkan demi memudahkan pengoperasian. Untuk urusan multitasking misalnya, layar perangkat kini bakal menampilkan icon aplikasi yang sedang berjalan di bagian paling bawah layar, tidak mengganggu sekaligus masih bisa memberikan akses cepat kepada pengguna untuk kembali ke aplikasi tersebut.

Fungsi kustomisasi watch face juga ikut disempurnakan berkat 24 sub-dial dan complication baru di samping 17 yang sudah ada. Untuk pertama kalinya, fitur My Style juga tersedia di Galaxy Watch dan Galaxy Watch Active.

Samsung Galaxy Watch Daily Active feature

Untuk keperluan fitness tracking, target-target yang ditetapkan pengguna maupun catatan waktu saat bersepeda atau berlari kini dapat dipantau dengan mudah melalui fitur Daily Active. Khusus Galaxy Watch, Samsung bilang bahwa perangkat tersebut kini telah mendukung fitur Low Heart Rate Alert.

Terakhir, bagi yang menggunakan Bixby, kecerdasan voice assistant itu ikut meningkat bersamaan dengan update ini. Ia sekarang dapat memahami perintah suara pengguna yang menyuruhnya memulai sesi tracking aktivitas maupun instruksi untuk mengakses perangkat dari ekosistem SmartThings.

Update-nya dijadwalkan meluncur secara bertahap dari satu kawasan ke yang lainnya. Jadi, bersabarlah menunggu demi ‘menyulap’ smartwatch Anda menjadi baru.

Sumber: Samsung.

Samsung Persilakan Produsen Hardware dan Developer Mengintegrasikan Bixby

Saya yakin Bixby bukanlah nama yang pertama kali muncul di benak Anda ketika sedang membicarakan mengenai voice assistant. Di antara Siri, Alexa dan Google Assistant, Bixby adalah yang paling muda, dan sering kali dicap sebagai yang paling inferior.

Namun itu tidak mencegah Samsung untuk mengekspansi cakupan Bixby ke kategori di luar smartphone. Lini TV QLED-nya dibekali integrasi Bixby, demikian pula sejumlah model kulkas pintarnya. Tidak lama lagi, Bixby juga bakal mendapat rumah yang proper dalam wujud smart speaker bernama Galaxy Home.

Akan tetapi bukan Samsung namanya kalau ini saja sudah bisa membuat mereka merasa puas. Dilansir oleh The Verge, Samsung bakal segera membuka akses pengembangan Bixby kepada para developer maupun produsen hardware.

Ini berarti ke depannya kita bakal melihat lebih banyak lagi integrasi layanan yang ditawarkan oleh Bixby, semacam Alexa Skill gampangnya. Di samping itu, ada potensi Bixby menginvasi lebih banyak perangkat, termasuk yang bukan buatan Samsung, seperti kasusnya saat ini untuk Alexa maupun Google Assistant.

Menggeser dominasi Alexa mungkin sulit, atau bahkan mustahil dicapai oleh Bixby. Namun setidaknya ia bisa menjadi alternatif yang cukup menarik di samping Google Assistant, terutama bagi konsumen yang memang sudah ‘terjerumus’ dalam ekosistem Samsung.

Suka atau tidak, Bixby tidak akan ke mana-mana terlepas dari pamornya yang kurang baik. Dag Kittlaus, CEO Viv Labs yang diakuisisi Samsung dua tahun lalu yang bertanggung jawab atas pengembangan Bixby, cukup percaya diri bahwa kelengkapan integrasi yang mereka siapkan lebih unggul ketimbang kompetitornya.

Terakhir, Samsung juga akan meluncurkan dukungan bahasa yang lebih banyak untuk Bixby dalam beberapa bulan ke depan. Sepele memang, tapi krusial untuk menjaring user base yang lebih besar lagi, apalagi mengingat Bixby tak lagi eksklusif untuk hardware buatan Samsung saja.

Sumber: The Verge.

Samsung Galaxy Home Bakal Ramaikan Pasar Smart Speaker

Reputasi Bixby boleh kalah dari Alexa, Google Assistant maupun Siri, akan tetapi hal itu tidak mencegah Samsung memperluas integrasi asisten virtual-nya ke banyak perangkat sekaligus; mulai dari Galaxy Note 9 (tentu saja), sampai ke TV dan kulkas. Namun tahun lalu beredar rumor bahwa Samsung sedang menyiapkan ‘rumah’ yang proper buat Bixby, yakni sebuah smart speaker, dan kabar itu rupanya tidak meleset.

Pada acara peluncuran Note 9, Samsung turut mengumumkan perangkat bernama Galaxy Home. Dari namanya sudah bisa ditebak kalau perangkat ini siap menantang smart speaker lain macam Apple HomePod dan Google Home Max, dan tentu saja Bixby telah ditunjuk menjadi ‘nyawanya’.

Samsung Galaxy Home

Desainnya kelihatan simpel, tapi mungkin bukan untuk semua orang. Beberapa bahkan bilang bentuknya mirip kaldron atau panci besar yang biasanya digunakan oleh penyihir jahat di film-film kartun. Tiga buah kaki di bagian dasarnya mengindikasikan kalau ia tak harus diletakkan di atas meja. Sekujur tubuhnya mulus, dan seluruh tombol kontrolnya diposisikan di atas.

Di dalam ‘gentong’ berlapis fabric itu bernaung enam buah speaker dan sebuah subwoofer, plus delapan mikrofon far-field. Samsung menjanjikan kualitas suara yang superior dibandingkan produk kompetitor, dan pernyataan itu diperkuat oleh campur tangan AKG dalam proses pengembangan komponen audionya. Seperti yang kita tahu, AKG adalah anak perusahaan Harman, dan Harman sendiri sudah diakuisisi oleh Samsung.

Samsung Galaxy Home

Kualitas suara yang superior ini krusial kalau mempertimbangkan segala kekurangan Bixby (jika dibandingkan dengan asisten virtual lain). Kasusnya kurang lebih sama seperti Apple HomePod, yang dipuji banyak reviewer perihal kualitas suaranya, sehingga kekurangan Siri jadi bisa sedikit tertutupi.

Soal layanan streaming musik, Samsung rupanya memutuskan untuk menggandeng rajanya, yaitu Spotify. Tebakan saya, konsumen Galaxy Home nanti bakal mendapatkan akses Spotify Premium gratis selama beberapa waktu.

Samsung Galaxy Home

Selebihnya masih belum banyak detail mengenai Samsung Galaxy Home karena ini memang bukanlah peluncuran resminya. Samsung berjanji untuk membeberkan lebih banyak pada ajang konferensi developer mereka pada awal bulan November mendatang.

Sumber: The Verge dan CNET.

Lini TV QLED Samsung Edisi 2018 Dapat Mengontrol Perangkat Smart Home dan Dibekali Bixby

Januari lalu di event CES, Samsung memamerkan teknologi TV baru bertajuk MicroLED, yang diklaim punya kualitas gambar setara OLED, tapi bersifat modular dan fleksibel. Rencananya, lini TV baru tersebut bakal dipasarkan mulai Agustus mendatang, namun sebelumnya Samsung ingin lebih dulu menyuguhi konsumen dengan generasi baru TV QLED-nya.

Lineup TV QLED Samsung untuk tahun 2018 ini terdiri dari empat seri: Q9, Q8, Q7 dan Q6, urut dari yang paling mahal dan paling bagus kualitas gambarnya, dengan variasi ukuran mulai 49 sampai 88 inci. Setiap serinya bakal mencakup beberapa varian, termasuk yang berlayar melengkung. Lalu apa saja pembaruan yang dibawanya?

Samsung QLED TV 2018

Untuk pertama kalinya, TV QLED Samsung kini dibekali fitur full-array local dimming (khusus seri Q9 dan Q8). Local dimming pada dasarnya merupakan salah satu fitur unggulan yang sering dijumpai pada TV LED kelas flagship, berfungsi untuk meningkatkan rasio kontras secara keseluruhan.

Selebihnya, pembaruan yang disematkan lebih mengacu pada aspek kepintaran. TV QLED generasi baru ini sekarang bisa dipakai untuk mengendalikan beragam perangkat smart home (kamera pengawas, termostat, lampu pintar, dll) yang tergabung dalam ekosistem SmartThings kepunyaan Samsung sendiri. Lebih lanjut, asisten virtual Bixby pun sudah terintegrasi penuh ke semua varian.

Samsung QLED TV 2018

Kemudian ada pula fitur yang cukup menarik bernama Ambient Mode. Dalam mode ini, TV akan menampilkan gambar statis sesuai dengan tembok di belakangnya, sehingga TV pun tampak seakan-akan menyatu dengan tembok. Selama dalam mode ini, TV juga dapat menampilkan informasi seperti ramalan cuaca atau headline berita-berita terbaru.

Samsung belum mengungkapkan rentang harga untuk lini TV QLED edisi 2018-nya ini, akan tetapi pemasarannya akan dimulai dalam beberapa minggu ke depan di Amerika Serikat.

Samsung QLED TV 2018

Sumber: Samsung.

Hands-On Samsung Galaxy S9 dan S9+

Sebagai penerus dari seri flagship Samsung, Galaxy S9 dan S9+ punya satu persamaan dengan generasi S7: mereka sama-sama diungkap di Mobile World Congress. Sejumlah orang berpendapat bahwa lompatan tenologi kedua device tidak terlampau jauh dari varian S8, namun tampaknya, kali ini sang produsen lebih memfokuskan perhatian pada pengalaman penggunaan.

Seperti momen peluncuran Galaxy S sebelum-sebelumnya, raksasa elektronik asal Korea Selatan itu tidak membuang-buang waktu dalam memasarkan produk high-end mereka. Indonesia sudah lama menjadi pasar penting buat Samsung. Dan kurang dari 24 jam setelah penyingkapan resmi Galaxy S9 dan S9+, produsen segera memperkenankan para jurnalis lokal untuk mencoba langsung kedua perangkat anyar ini.

S9 1

Visi di belakang perancangan Galaxy S9 dan S9+ dapat kita lihat dari komentar dari DJ Koh selaku presiden IT & Mobile Communication Division Samsung: untuk mengikuti evolusi pemakaian perangkat bergerak. Menurutnya, saat ini smartphone tak cuma berperan sebagai alat komunikasi, tapi juga perangkat untuk mengekspresikan diri. Kedua varian S9 dijanjikan siap membantu Anda mengabadikan momen secara maksimal serta menunjang gaya hidup yang ‘serba terhubung’.

S9 9

 

Smartphone buat ‘generasi sosial’

Di sesi sambutannya, product marketing senior manager Samsung Selvi Gofar menjelaskan bahwa Galaxy S9 dan S9+ ialah handset yang diramu untuk memenuhi kebutuhan konsumen ‘generasi sosial media’. Meski segmen ini terasa lekat dengan user berusia muda, menurut Selvi, penggunaan jejaring sosial sendiri sama sekali tidak dibatasi umur. Boleh jadi inilah alasan mengapa Samsung berupaya memudahkan akses ke fitur-fitur andalan di sana.

S9 26

S9 6

 

Desain

Dari sisi desain, perbedaan Galaxy S9 dan S9+ cuma terletak pada ukuran tubuh dan layar. S9 berdimensi 147,7×68,7×8,5mm; S9+ berukuran 158,1×73,8×8,5mm; dengan layar AMOLED 5,8-inci versus 6,2-inci. Panel tersebut sama-sama menghidangkan resolusi 1440x2960p dan rasio 18,5:9. Kedua device masih mengusung displayinfinity‘ yang melebar ke samping, sehingga meski tubuhnya kecil di genggaman, bagian layar smartphone lebih lapang.

S9 11

Penampilan Galaxy S9 dan S9+ tidak terlalu berbeda jauh dari S8. Selain di bagian depan, material kaca melengkung juga dapat ditemui di sisi belakang. Arahan desain yang dicetus oleh Galaxy S7 Edge ini membuat perangkat terlihat manis, sekaligus menonjolkan ciri khas rancangan Samsung Galaxy S generasi baru. Namun saya menemui masalah kecil akibat pemanfaatan lapisan kaca: baru digenggam sebentar, Galaxy S9 dan S9+ sudah dipenuhi sidik jari.

S9 10

Panel tersebut diproteksi oleh Corning Gorilla Glass 5 dan siap menunjang fitur HDR10. Walaupun tidak memperoleh pembaruan signifikan, konten yang disuguhkan olehnya terlihat kaya warna dengan rasio kontras menawan. Saat terkunci, lock screen tetap menyala untuk menampilkan sejumlah informasi semisal jam atau tanggal. S9 dan S9+ juga kembali dilengkapi fitur 3D touch di tombol home.

S9 15

S9 23

Mirip Galaxy S8, sensor sidik jari ditempatkan di bagian punggung untuk menyederhanakan proses unlock, namun posisinya sedikit digeser. Kini sensor tersebut berada di bawah modul lensa. Satu aspek krusial, yang tidak lagi dibahas di acara media hands-on karena sudah jadi tradisi Galaxy S, adalah kapabilitas anti-air IP68. S9 dan S9+ akan tetap bekerja normal walau tercemplung ke dalam air berkedalaman maksimal 1,5m selama setengah jam.

S9 4

S9 22

 

Kamera

Perbedaan terbesar antara Galaxy S9 dan S9+ terletak pada komposisi kameranya. Versi standar menyuguhkan sensor Dual Pixel 12Mp 1,4µm 1/2,5-inci dengan lensa 26mm Dual Aperture f/1.5 dan f/2.4. Untuk Galaxy S9+, Samsung membubuhkan dua sensor 12Mp, masing-masing 1,4µm 1/2.55-inci f/1.5-2.4 26mm; dan 1µm 1/3.6-inci f/2.4 52mm dengan fitur zoom optik 2 kali.

S9 2

S9 18

Keunikan dari lensa Dual Aperture f/1.5-2.4 ialah kemampuannya melebar dan menyempit layaknya iris mata manusia – bisa Anda lihat langsung perubahannya. Lensa tersebut secara otomatis bisa menyesuaikan ‘penyerapan’ cahaya bergantung dari kondisi di sekitarnya, sehingga hasil jepretan terlihat selalu optimal. Untuk kebutuhan video, baik S9 dan S9+ dapat merekam di resolusi 4K 60fps. Tapi yang membuatnya istimewa adalah kemampuan membuat video slow motion berkat dukungan perekaman 960fps di 720p.

S9 16

Lalu untuk kebutuhan video chat dan swafoto, Galaxy S9 dan S9+ mengandalkan kamera sekunder 8Mp 1/3,6-inci f/1.7. Kamera depannya bisa merekam video 1440p di 30fps dan ditopang fitur dual call serta auto HDR.

S9 7

S9 21

 

Augmented reality dan deep learning ‘ready’

Galaxy S9 dan S9+ turut dibekali asisten virtual Samsung Bixby, memberikan smartphone kemampuan deep learning, mengenal objek secara real-time, serta lebih baik dalam menangani augmented reality. Berkat Bixby, pengguna dapat segera menerjemahkan tulisan dalam bahasa asing atau mengonversi mata uang cukup dengan mengarahkan kamera smartphone ke teks atau objek.

S9 24

Berkatnya pula, kedua smartphone dapat menyajikan AR Emoji. Fitur ini memungkinkan S9 menganalisis foto 2D wajah pengguna, lalu memetakan 100 fitur distingtif di sana, untuk membuat ‘avatar‘ tiga dimensi yang mampu meniru ekspresi Anda. Avatar tersebut bisa Anda simpan dalam format GIF dan kirimkan/bagikan via aplikasi chat populer.

S9 11

 

Spesifikasi

Galaxy S9 dan S9+ mempunyai susunan hardware yang sama dan berjalan di OS Android 8.0 Oreo. Varian yang dipasarkan di Indonesia dipersenjatai chip Exynos 9810, berisi CPU octa-core 4×2,8GHz Mongoose M3 plus 4×1,7GHz Cortex-A55 dengan GPU Mali-G72 MP18. Selanjutnya, ada RAM sebesar 4GB dan ROM hingga 256GB, kemudian smartphone ditenagai oleh baterai 3.000mAh (S9) atau 3.500mAh (S9+). Buat menyempurnakan penyajian konten hiburan, kedua smartphone juga menyimpan amplifier AKG.

S9 13

S9 12

Perangkat-perangkat baru Samsung ini kabarnya siap tersambung ke sistem docking DeX – mempersilakan Anda menambahkan keyboard, mouse dan monitor agar Anda bisa bekerja lebih nyaman. Selain itu, S9 serta S9+ dapat dijadikan pusat pengelolaan perabotan elektronik di rumah melalui SmartThings – bisa terkoneksi baik ke device Samsung ataupun non-Samsung.

S9 14

S9 17

 

Harga dan ketersediaan

Gerbang pre-order Galaxy S9 dan S9+ telah dibuka sejak tengah malam tadi, dan akan berlangsung sampai tanggal 5 Maret 2018. Di sini, Samsung menyediakan tiga pilihan warna, yaitu hitam, ungu dan biru. Produk rencananya akan mulai dipasarkan secara luas di tanggal 16 Maret.

Untuk sekarang, Anda baru dapat memilih tiga model dengan spesifikasi (dan harga) berbeda:

  • Galaxy S9 64GB: Rp 11,5 juta
  • Galaxy S9+ 64GB: Rp 13 juta
  • Galaxy S9+ 256GB: Rp 14,5 juta

S9 5

Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

Selamat Datang Era Asisten

Di film “2001: A Space Odyssey”, sebuah karya masterpiece Stanley Kubrick yang dirilis tahun 1968, HAL 9000 dibuat sebagai sentient computer yang mengontrol sistem pesawat luar angkasa dan berkomunikasi dengan para krunya. Saat itu HAL dibayangkan sudah tersedia 20-30 tahun setelah film dibuat.

Di tahun 2018, utopia itu belum benar-benar terwujud. Meskipun demikian, Consumer Electronics Show 2018, salah satu showcase produk elektronik terbesar di dunia, menunjukkan bahwa arah pengembangan teknologi adalah “mengembangkan HAL yang realistis” berbasis Artificial Intelligence. Membantu kehidupan kita untuk mengatur segala perangkat rumah dan kendaraan.

Menurut pengamatan DailySocial, yang berkesempatan hadir secara langsung, logo Alexa (yang dibuat oleh Amazon) dan Google Assistant bertebaran di berbagai perangkat dan berbagai merk, dari televisi, smart speaker, sampai perangkat dapur air fryer.

Google, meskipun tidak menunjukkan satupun produk elektronik buatan sendiri, memanfaatkan ajang ini untuk menunjuk kapabilitas Google Assistant, termasuk dalam bentuk instalasi besar yang ditempatkan di pintu utama. Google juga menempatkan tim, di semua booth yang mendukung Google Assistant, seandainya ada pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang fitur ini.

Amazon, meskipun tidak seagresif Google, telah menggandeng setidaknya 50 brand yang bisa memanfaatkan “kepintaran” Alexa.

Di luar keduanya, masih ada Siri dari Apple, Bixby dari Samsung, Clova dari LINE, dan Cortana dari Microsoft yang bermain di ranah yang sama.

Tahun 2020 menjadi tipping point

Dalam sesi keynote-nya, President dan Kepala Divisi Consumer Electronics HS Kim memberikan komitmen bahwa Samsung, saat ini produsen perangkat consumer electronics terbesar di dunia, akan menerapkan konsep IoT untuk semua produknya di tahun 2020.

Itu artinya tidak ada lagi produk elektronik di rumah yang “tidak pintar”. Semua produk akan terhubung dan asisten akan menjadi perekat yang memudahkan komunikasi antara produk satu dan lainnya. Bixby, asisten yang dikembangkan Samsung, akan menjadi “bintang” jika semuanya mulus sesuai rencana.

DSCF4235

Kehadiran konektivitas 5G, yang ditargetkan mulai tersedia tahun 2019 mendatang, menjadi katalisator penting. Seharusnya tidak ada lagi penghalang di jalan tol bebas hambatan 5G untuk menghubungkan televisi, kulkas, mesin cuci, kamera pengintai, AC, hingga mobil kita.

Kerentanan teknologi

Tentu saja tidak ada teknologi yang tanpa celah. Isu BlueBorne atau Dolphin Attack adalah dua hal awal yang bisa digunakan untuk meng-exploit teknologi seperti ini. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan asisten di berbagai perangkat, diyakini akan semakin banyak serangan yang terjadi.

Jika kita sudah “pusing” seandainya sebuah perangkat komputer yang kita miliki terkena hack atau virus, apa yang terjadi jika seluruh perangkat elektronik di rumah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?

Suatu utopia lain adalah seandainya asisten menjadi terlalu pintar dan justru malah memiliki pikiran tersendiri. Di film 2001: A Space Odyssey, HAL berubah menjadi tokoh antagonis utama karena merasa terancam dengan potensi pemutusan daya karena adanya malfungsi. Sebagai asisten, manusia haruslah tetap menjadi pengontrol utama setiap kegiatannya.

Genjot Kinerja Bixby, Samsung Akuisisi Startup AI Bernama Fluenty

Bersamaan dengan Galaxy S8 yang dirilis pada awal tahun ini, Samsung turut memperkenalkan asisten virtual bernama Bixby. Bixby pada dasarnya merupakan pengganti S Voice yang ada pada smartphone sebelum-sebelumnya, sekaligus yang bisa dikatakan sebagai produk gagal.

Samsung punya visi besar untuk Bixby, salah satunya adalah mengintegrasikannya ke lini perangkat smart home. Perjalanan mereka tentu saja masih cukup panjang, apalagi mengingat masih banyak yang berpendapat bahwa Bixby belum sesempurna Google Assistant atau Siri. Namun perlu kita ingat, Google Assistant maupun Siri juga payah di awal-awal debutnya.

Bixby sendiri dibangun di atas sejumlah teknologi yang bukan berasal dari Samsung, melainkan dari akuisisi sejumlah startup. Salah satunya adalah Viv, yang didirikan oleh Dag Kittlaus, yang tidak lain merupakan sosok di balik lahirnya Siri, sebelum akhirnya dipinang oleh Apple.

Fluenty / Fluenty
Fluenty / Fluenty

Samsung tentunya belum mau berhenti. Baru-baru ini, mereka mengakuisisi startup asal Korea Selatan bernama Fluenty. Fluenty yang didirikan oleh beberapa eks-developer Naver dan Daum ini memiliki spesialisasi di bidang percakapan berbasis artificial intelligence (AI).

Teknologi yang mereka kembangkan pada dasarnya memungkinkan AI untuk berkomunikasi secara lebih natural. Mereka memiliki API untuk sejumlah aplikasi pesan instan seperti KakaoTalk, Line, Telegram dan Facebook Messenger, di mana AI dapat menganalisa percakapan dan menyuguhkan rekomendasi balasan yang ideal.

Kemampuan untuk berinteraksi secara lebih alami ini memang merupakan salah satu hal yang dibutuhkan Bixby untuk bisa bersaing, terutama dengan Google Assistant. Entah akuisisi ini bersifat acqui-hire atau tidak, kemungkinan besar tujuannya adalah untuk menyempurnakan kinerja Bixby.

Sumber: ZDNet.

Tombol Bixby pada Samsung Galaxy S8 dan Note 8 Kini Dapat Dinonaktifkan

Tak bisa dipungkiri, Samsung Galaxy S8 merupakan salah satu smartphone terbaik di tahun 2017. Tentunya tidak akan pernah ada smartphone yang benar-benar sempurna, dan Galaxy S8 pun tidak luput dari fakta tersebut. Kekurangan utamanya, menurut banyak pengguna, termasuk sejumlah teman saya yang memilikinya, adalah penempatan sensor sidik jari dan kehadiran tombol ekstra di sebelah kiri handset.

Tombol yang saya maksud adalah tombol untuk mengaktifkan asisten virtual Bixby. Premisnya sederhana: tekan tombol untuk membuka Bixby Home, atau tekan dan tahan untuk membuka Bixby Voice. Namun yang menjadi masalah adalah, tidak semua pengguna mau memakai Bixby.

Salah satu alasannya adalah karena Bixby dinilai masih belum sepandai Google Assistant. Hal ini wajar mengingat Bixby baru saja menjalani debutnya bersama Galaxy S8, sedangkan Google Assistant sudah ditugaskan sejak tahun lalu, dan ia sendiri merupakan evolusi dari Google Now.

Samsung Bixby

Google Assistant sendiri tersedia di banyak smartphone Android, dan itulah mengapa banyak pengguna Galaxy S8 yang lebih memilihnya ketimbang Bixby. Alhasil, tombol ekstra tadi jadi tidak ada gunanya sama sekali, apalagi mengingat Samsung tidak memperbolehkan pengguna untuk mengganti fungsinya.

Sebelum ini sempat muncul sejumlah aplikasi di Play Store yang memungkinkan pengguna untuk mengubah fungsi tombol Bixby agar dapat dijadikan shortcut ke aplikasi apa saja, termasuk halnya Google Assistant. Sayangnya Samsung tidak suka dengan ide tersebut, dan mereka dengan cepat memblokir sebagian besar aplikasi yang ada.

Tak hanya Galaxy S8, Note 8 yang baru dirilis pun juga dilengkapi tombol Bixby yang sama. Mungkin karena menerima komplain dari banyak konsumen, Samsung akhirnya memutuskan untuk mengubah aturan main seputar Bixby dan tombol dedicated-nya ini.

Tampilan opsi baru untuk menonaktifkan tombol Bixby pada Bixby Home / SamMobile
Tampilan opsi baru untuk menonaktifkan tombol Bixby pada Bixby Home / SamMobile

Lewat update terbaru, pengguna akan menjumpai opsi baru di bagian atas Bixby Home yang memungkinkan mereka untuk menonaktifkan tombol Bixby, yang berarti tidak akan terjadi apa-apa meski Anda menekan tombol tersebut berkali-kali. Ini merupakan kabar baik bagi pengguna yang tidak memakai Bixby dan kerap menekan tombol tersebut tanpa sengaja.

Namun perlu dicatat, Bixby bukannya bakal pergi meninggalkan Anda begitu saja. Bixby Home masih bisa diakses di halaman paling kiri home screen, sedangkan Bixby Voice sendiri masih bisa dipanggil dengan menekan dan menahan tombol tersebut. Opsi baru ini hanya meniadakan kemampuan mengakses Bixby Home dengan menekan tombolnya.

Seperti biasa, update ini sepertinya sedang diluncurkan secara bertahap sehingga kemungkinan besar belum semua pengguna Galaxy S8 maupun Note 8 menjumpai opsinya.

Sumber: SamMobile.