Tag Archives: bmw group

BMW Siap Luncurkan Empat Mobil Elektrik dalam Tiga Tahun ke Depan

Perkembangan pesat Tesla pasca Model S sering membuat dunia lupa kalau pabrikan otomotif lain sebenarnya juga sudah lama menginvestasikan waktunya di segmen mobil elektrik. Selain Nissan dengan hatchback Leaf, juga ada BMW yang merilis i3 di tahun 2013.

Dalam kasus BMW, i3 merupakan satu-satunya mobil buatannya yang sepenuhnya mengandalkan energi listrik hingga kini. Pabrikan asal Jerman itu bukannya menyerah, hanya saja sekadar tidak mau buru-buru. Namun mereka juga harus bergerak cepat, mengingat dua rival sebangsanya sudah resmi masuk ke segmen elektrik lewat Audi e-tron dan Mercedes-Benz EQC.

Mini Electric / BMW
Mini Electric / BMW

Belum lama ini, BMW menyingkap rencana ke depan mereka untuk segmen mobil elektrik. Menurut CEO-nya, Harald Kruger, BMW Group bakal merilis lima mobil bermesin listrik dalam waktu tiga tahun ini. Yang pertama adalah Mini Electric, dijadwalkan meluncur tahun depan.

Tahun 2020, BMW iX3 akan menyusul meramaikan pasar SUV elektrik, sekaligus menjadi mobil pertama yang mengusung mesin listrik generasi kelima buatan BMW. Setelahnya sedan i4 bakal menyusul, mengambil konsep iVision Dynamics sebagai basisnya. Terakhir, crossover BMW iNext dijadwalkan mengaspal pada tahun 2021.

BMW iVision Dynamics / BMW
BMW iVision Dynamics / BMW

Dari situ bisa kita lihat bahwa i3 dapat dianggap sebagai batu sandungan buat BMW. Lima tahun pasca peluncurannya dipakai untuk mengamati kebutuhan pasar, sehingga tidak kaget apabila portofolio mobil elektrik BMW ke depannya mencakup banyak segmen sekaligus.

Lalu apakah ini merupakan indikasi berakhirnya masa kejayaan mobil bermesin bensin? Belum. Sebab menurut BMW, pada tahun 2025, jumlah mobil elektriknya bakal bertambah lagi menjadi 12 model, tapi ini juga mencakup model plug-in hybrid, meski tentu saja kapabilitas motor elektriknya bakal jauh lebih baik daripada yang ada sekarang.

BMW iNext / BMW
BMW iNext / BMW

Sumber: Electrek.

BMW Pamerkan Konsep Classic Mini Electric

Mobil elektrik tidak selamanya harus berwajah futuristis, sebab yang berbeda pada dasarnya hanyalah jeroannya saja. Berkaca pada prinsip itu, elektrifikasi menjadi cara yang ideal untuk menghidupkan kembali mobil-mobil legendaris dari masa lalu, seperti yang dilakukan BMW Group baru-baru ini.

Di event New York Auto Show 2018, BMW menyingkap konsep Classic Mini Electric. Tampak jelas bahwa desainnya nyaris identik dengan mobil yang dipakai pada film The Italian Job yang dirilis di tahun 1969. Bedanya tentu saja di sini mesin bensinnya telah digantikan oleh motor elektrik.

Classic Mini Electric

Sayangnya BMW tidak berbicara banyak soal spesifikasi maupun performa dari Classic Mini Electric. Meski sepintas kelihatannya siap diproduksi, mobil ini tak lebih dari sebatas konsep. Namun yang mungkin lebih mengecewakan lagi, ini adalah konsep Mini versi elektrik yang ketiga dalam kurun waktu sekitar satu dekade.

Konsep yang pertama, yaitu Mini E yang dirilis di tahun 2008, merupakan cikal bakal hatchback elektrik BMW i3. Konsep yang kedua diperkenalkan tahun lalu di ajang Frankfurt Motor Show, dan kalau BMW bisa menepati janjinya, versi inilah yang nantinya bakal diproduksi mulai tahun depan.

Classic Mini Electric

Kalau bicara spekulasi, bisa jadi BMW menyiapkan Classic Mini Electric ini sebagai edisi terbatas pasca peluncuran Mini Electric yang berwajah modern nanti. Apapun yang terjadi, dunia sudah lama menanti kehadiran Mini versi elektrik, dan sudah waktunya BMW merealisasikannya.

Sumber: Elektrek dan BMW.

BMW Coba Bangun Motor Terbang, Terinspirasi dari Mainan Lego

Di bulan Januari silam, BMW Motorrad serta Lego Technic melangsungkan kolaborasi dan memperkenalkan versi mini dari motor BMW R 1200 GS Adventure. Berbeda dari mainan Lego biasa, replika tersebut terbilang kompleks. Meski ukurannya tidak besar, ia tersusun atas 603 balok berbeda. Dan siapa sangka mainan ini memicu sebuah proyek yang lebih ambisius lagi?

Kerja sama BMW dan Lego tidak berhenti di sana. Kedua perusahaan mengoprek mainan Lego Technic itu lebih jauh. Memanfaatkan bagian-bagian yang sama, mereka dapat menciptakan desain alternatif dari 603 balok Lego tersebut: sebuah motor terbang. Selanjutnya, BMW Junior Company Munich mengadopsi rancangan itu untuk membangun Hover Ride Design Concept berukuran penuh.

BMW Hover Ride Design Concept 3

Penampilan Hover Ride Design Concept jauh lebih keren dari Speeder Bike di Star Wars atau motor terbang yang muncul di reboot Star Trek. Tubuhnya sangat futuristis. Sejumlah komponen dimodifikasi agar bisa membentuk kendaraan konsep tersebut, salah satu contohnya ialah bagian roda yang dibentuk jadi baling-baling pendorong. Rancangannya lebih tajam, dan ada tiga sayap mencuat ke bawah.

BMW Hover Ride Design Concept 1

Arahan desainnya tetap berkiblat pada motor BMW Motorrad. Siluet R 1200 GS Adventure tidak dihilangkan, mesin boxer-nya masih ada di sana, dipadu bumbu ‘radikalisme’ khas Lego. Sayangnya, BMW belum punya rencana buat membawanya ke tahap produksi dalam waktu dekat. Hover Ride Design Concept baru rampung secara fisik, tapi kendaraan ini belum betul-betul bisa terbang.

BMW Hover Ride Design Concept 2

BMW Junior Company merupakan sebuah unit berisi para trainee dari departemen berbeda untuk mengerjakan proyek secara mandiri. Dan para pencipta Hover Ride Design Concept terdiri dari peserta program latihan tahun kedua sampai keempat. Motor terbang konsep ini mendemonstrasikan kemampuan para anak muda dalam bidang teknis dan model-making.

“Kolaborasi antar kolega dari disiplin ilmu berbeda bersama para peserta latihan sangat menginspirasi,” tutur Markus Kollmannsperger selaku salah satu instruktur proyek Hover Ride Design Concept. “Semua orang yang terlibat di dalamnya mempelajari banyak hal berharga.”

Awalnya, BMW Motorrad memutuskan untuk bekerja sama dengan Lego Group karena mereka melihat banyak kesamaan prinsip – mereka sama-sama mengejar inovasi serta tetap memegang tradisi brand.

Hover Ride Concept sempat dipamerkan ke publik di acara Lego World di Copenhagen minggu lalu, dan akan kembali dipajang secara bergilir di BMW Group Research and Innovation Center serta BMW Welt, berlokasi di Munich.

Sumber: BMW Group.

Rayakan Ulang Tahun ke-100, BMW Pamerkan Motor Futuristis Dengan Kecerdasan Buatan

BMW mulai memproduksi motor sejak berakhirnya Perang Dunia pertama dan brand tersebut kini dikenal sebagai BMW Motorrad. Demi menjaga tradisi, sang produsen asal Jerman itu masih memanfaatkan konfigurasi flat twin boxer, namun mereka tentu saja punya visi akan masa depan alat transportasi. Dan di momen ulang tahun ke-100, BMW menyingkap gagasan terbarunya.

Dalam acara yang dilangsungkan di Santa Monica, BMW Group memamerkan beberapa kendaraan konsep futuristis, dan BMW Motorrad Vision Next 100 merupakan salah satu di antaranya. Dalam mengembangkan ide-ide tersebut, BMW berpedoman pada prinsip ‘efficient dynamics‘, tapi kali ini mereka lebih menitikberatkan faktor dinamika. Alhasil, Motorrad Vision Next 100 tidak seperti kendaraan roda dua yang biasa kita lihat.

BMW Motorrad Vision Next 100 1

Penampilan Motorrad Vision Next 100 lebih unik dari wujud Lightcycle Tron yang kadang dijadikan standar rancangan motor masa depan. Frame tubuhnya menyerupai segitiga, dikombinasi garis-garis sejajar. Di tengah, BMW menempatkan mesin boxer klasik, dimaksudkan agar mempunyai benang merah dengan R32, motor pertama buatan BMW. Tempat duduk, cover frame dan sayap terbuat dari bahan karbon, dan Motorrad Vision Next 100 kabarnya akan ditenagai ‘bahan bakar non-bensin’.

Lalu untuk menyempurnakan kesan futuristis itu, BMW menghilangkan semua tombol di area depan, kecuali sebuah switch merah di ujung setang sebelah kanan.

BMW Motorrad Vision Next 100 2

BMW juga berencana mengimplementasikan struktur ‘flexframe‘, sebuah bahan yang memungkinkan sepeda motor menikung tanpa memerlukan engsel atau sambungan. Idenya adalah, ketika pengendara menggerakkan setang, Motorrad Vision Next 100 segera menyesuaikan frame-nya.

Meski baru berupa gagasan, kemampuannya tidak kalah mutakhir. BMW bermaksud membekali motor dengan kecerdasan buatan sehingga kita tidak perlu lagi mengenakan baju pelindung dan helm ketika mengendarai Motorrad Vision Next 100. AI tersebut memungkinkan tersedianya fitur self-balancing, menjaga posisi kendaraan tetap lurus sewaktu berhenti dan miring secara optimal saat belok.

BMW Motorrad Vision Next 100 3

Selain itu, Motorrad Vision Next 100 juga dibekali Digital Companion, bertugas memberikan masukan pada pengemudi serta menyarankan hal-hal esensial sehingga Anda memperoleh pengalaman berkendara terbaik. Terdapat pula aksesori pelengkap bernama The Visor, berbentuk seperti kacamata, dengan fungsi menyajikan field of vision yang luas serta info-info penting terkait kondisi jalan. Ia mampu merespons serta menyesuaikan gerakan mata.

Jika kebetulan sedang berada di wilayah Los Angeles, Anda bisa melihat langsung Motorrad Vision Next 100 di Barker Hangar, terbuka untuk publik mulai tanggal 13 sampai 16 Oktober.

BMW Motorrad Vision Next 100 4

Via Bloomberg & Arstechnica. Sumber: BMW.

Mobil Konsep Mini Vision Next 100 Gambarkan Tren Car Sharing di Masa Depan

Lewat BMW Vision Next 100 dan Rolls-Royce 103EX, pabrikan asal Jerman tersebut ingin memberikan gambaran kepada kita mengenai masa depan dunia otomotif. Akan tetapi dua mobil konsep itu rupanya masih belum cukup, mereka turut mengungkap konsep lain di bawah bendera Mini, dengan visi yang lebih spesifik.

Dijuluki Mini Vision Next 100, mobil konsep ini secara khusus dirancang untuk menggambarkan tren car sharing di masa yang akan datang. Car sharing yang dimaksud tidak melulu yang berbasis aplikasi, tetapi juga berlaku dalam suatu rumah tangga dimana anggota keluarga menggunakan satu mobil secara bergantian.

Menurut Mini, pengalaman car sharing di masa depan harus bisa memenuhi selera pengguna tanpa terkecuali. Untuk itu, bagian eksterior Mini Vision Next 100 diperlakukan sebagai sebuah kanvas digital yang dapat berganti rupa sesuai kebutuhan dan secara otomatis.

Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group
Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group

Proyeksi konten yang tampak pada sasis mobil ini akan berubah-ubah berdasarkan siapa yang tengah berada di dalam mobil, mood-nya seperti apa, atau bagaimana kondisi jalanan pada saat itu. Dengan begitu, sang pengemudi akan merasa seakan-akan mobil yang mereka kemudikan adalah kepunyaan pribadi, padahal aslinya meminjam dari sebuah layanan car sharing.

Kustomisasi ini tidak hanya sebatas penampilan visual saja, tetapi juga mencakup performa mobil, mulai dari empuk-tidaknya suspensi sampai handling mobil secara keseluruhan. Pergantiannya pun berjalan secara otomatis, mengingat mobil dilengkapi sensor eksternal untuk mengenali siapa yang hendak menggunakannya.

Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group
Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group

Kabin Mini Vision Next 100 terasa amat lapang walau dimensi sasisnya seukuran city car. Tepat di tengah-tengah kaca depan, terdapat sebuah panel membulat yang merupakan representasi sistem kecerdasan buatan bernama Cooperizer. Cooperizer tak cuma berperan sebagai asisten pribadi sang pengemudi, tetapi juga pengatur nuansa kabin dan mode kemudi yang dapat beradaptasi dengan selera pengguna secara otomatis.

Tampak jelas bahwa sama sekali tidak ada panel instrumen pada dashboard minimalis milik Mini Vision Next 100. Sebagai gantinya, semua informasi yang relevan akan disajikan dalam wujud augmented reality di kaca depan.

Tak seperti Rolls-Royce 103EX yang tidak memiliki lingkar kemudi sama sekali atau BMW Vision Next 100 yang setirnya bisa disembunyikan, konsep milik Mini ini punya setir permanen. Namun hal itu bukan berarti ia tak bisa menyetir dengan sendirinya. Kapan pun Anda mau, Anda bisa mengaktifkan mode kemudi otomatis.

Dipadukan semuanya, fitur-fitur Mini Vision Next 100 membuatnya sangat ideal untuk konsep car sharing, dimana mobil akan bergerak dan menjemput klien berikutnya dengan sendirinya. Begitu tiba, sang klien akan mendapati semua pengaturan mobil telah disesuaikan dengan preferensinya, membuat mobil pinjaman itu jadi serasa milik sendiri.

Sumber: Autoblog dan BMW Group.

Di Bawah Pemilik Baru, HERE Maps Kebut Pengembangan Peta untuk Mobil Tanpa Sopir

Sekitar 4 bulan sejak pengumuman akuisisinya, sebanyak 6.500 karyawan HERE Maps akhirnya bisa mengucapkan selamat tinggal pada Nokia dan menyambut tiga pemilik barunya: Audi, BMW Group dan Daimler. Ini merupakan lembar baru bagi pesaing Google Maps tersebut, dan mereka rupanya juga ingin memberikan sesuatu yang baru pula.

Pada dasarnya, HERE Maps ingin menciptakan sebuah layanan peta digital yang dikhususkan untuk mobil tanpa sopir. Mereka paham bahwa hal ini membutuhkan tingkat detail dan akurasi yang amat presisi, sanggup memberikan gambaran akan kondisi jalan dalam skala 1:1.

Untuk itu, HERE pun memutuskan untuk mengebut pengembangan teknologi pemetaan real-time. Teknologi ini sejatinya akan menggabungkan seabrek data yang agak mustahil untuk dicerna oleh otak manusia secara bersamaan. Tapi tidak apa-apa, karena yang dibicarakan di sini adalah mesin atau kecerdasan buatan milik sebuah mobil tanpa sopir yang sanggup mengolah begitu banyak data dengan sangat cepat.

Teknologi real-time map besutan HERE Maps

Dukungan dari ketiga pemilik barunya tentu saja akan sangat membantu HERE dalam mencapai targetnya. Apalagi ketiganya telah setuju untuk memberikan data-data anonim yang dikumpulkan oleh sederet sensor milik mobil produksinya untuk dianalisa dan dimanfaatkan oleh tim HERE Maps.

Namun yang lebih menarik lagi justru adalah kemurahan hati yang dimiliki tim HERE Maps. Jauh dari kata egois, mereka justru ingin menjadi platform pemetaan terbuka yang bisa diakses oleh siapapun, baik yang terlibat dalam industri otomotif ataupun tidak. Pihak-pihak ini dipersilakan untuk memanfaatkan platform terbuka HERE guna menciptakan layanannya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.

Langkah ini terdengar cukup mengejutkan karena sebagian besar dari kita mungkin berasumsi bahwa Audi, BMW Group dan Daimler tidak mau asetnya diumbar ke publik begitu saja. Pun begitu, dibukanya akses terhadap HERE Maps ini malah berarti akan ada lebih banyak sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh timnya, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kualitas layanan pemetaannya.

Jadi seperti itulah visi baru HERE Maps. Teknologi pemetaan real-time yang dikembangkannya jelas dapat mempercepat komersialisasi mobil tanpa sopir. Di saat yang sama, pabrikan otomotif maupun pihak-pihak lainnya juga dipersilakan untuk memanfaatkan teknologi garapan HERE sesuai kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri.

Sumber: TheNextWeb dan HERE 360.