Tag Archives: Board Game

Kacamata AR Tilt Five Ingin Kawinkan Board Game dengan Video Game

Sekitar enam tahun yang lalu, sebuah proyek bernama CastAR muncul dan menuai sukses di Kickstarter. Sangat disayangkan perangkat augmented reality tersebut tidak jadi terwujud. Di tahun 2017, perusahaan yang mengembangkannya bangkrut setelah gagal menerima pendanaan seri B dari investor.

Beruntung sosok di baliknya tidak menyerah. Ia adalah Jeri Ellsworth, mantan engineer Valve pertama yang ditugaskan membentuk divisi hardware, dan yang berkontribusi terhadap pengembangan HTC Vive, Steam Box maupun Steam Controller. CastAR memang sudah bangkrut, akan tetapi Jeri bersama tim kecilnya tetap berjuang untuk membeli balik aset-aset mereka yang sempat terlikuidasi.

Tilt Five

Dari situ terbentuklah perusahaan baru bernama Tilt Five, dan bersamanya datang versi yang lebih sempurna dari CastAR. Prinsip dasarnya masih sama: Tilt Five merupakan kacamata dengan kapabilitas augmented reality, hanya saja sekarang fokusnya dikhususkan untuk tabletop gaming (board game).

Kreatornya mengibaratkan Tilt Five sebagai hasil perkawinan antara video game dan board game. Seperti halnya board game, pemain akan berinteraksi dengan objek-objek fisik seperti kartu, dadu, figurine dan lain sebagainya, akan tetapi pengalamannya disempurnakan lewat visualisasi 3D ala video game, yang diproyeksikan langsung ke alas bermain di atas meja.

Tilt Five

Tilt Five terdiri dari tiga komponen esensial: kacamata berkamera dan berproyektor HD yang tersambung via kabel USB ke PC atau smartphone, controller dengan wujud ala tongkat sihir, dan alas bermain dengan permukaan retroreflektif untuk menampilkan visualisasi 3D-nya.

Total ada dua kamera yang tertanam pada kacamata Tilt Five, satu yang berteknologi head tracking, dan satu lagi kamera computer vision untuk mendeteksi objek-objek di atas meja seperti kartu dan dadu, tidak ketinggalan juga kedua tangan masing-masing pemain. Tracking-nya sendiri berlangsung secara pasif berkat alas retroreflektif itu tadi, dan kacamatanya menawarkan field of view seluas 110°.

Tilt Five

Menariknya, fisik Tilt Five tidak jauh lebih besar dari kacamata biasa. Bobotnya pun hanya sekitar 85 gram, dan ia bisa dipakai tanpa melibatkan satu pun strap yang ribet, jauh berbeda dari yang ditawarkan CastAR sebelumnya. Pengguna berkacamata pun tetap bisa memakai Tilt Five dengan mengganti penyangga hidungnya terlebih dulu.

Elemen video game yang dipinjam bukan cuma grafik 3D saja, tapi juga fitur save game dan multiplayer. Dalam mode multiplayer, apa yang Anda lihat di atas meja bakal sama persis dengan yang dilihat oleh pemain-pemain lain di kediamannya masing-masing.

Tilt Five

Seperti halnya CastAR, Tilt Five saat ini juga sedang ditawarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter, dan sejauh ini proyeknya sudah mendulang lebih dari $1 juta meski deadline-nya masih cukup panjang. Yang membuatnya berbeda dari CastAR, Tilt Five sudah sempat diproduksi dalam jumlah kecil untuk dipakai sejumlah developer yang berminat mengembangkan konten buatnya.

Juga berbeda adalah status Jeri Ellsworth yang kini menjabat sebagai CEO di Tilt Five, yang berarti ia bisa lebih leluasa mengatur arah visi perusahaannya. Singkat cerita, prospek Tilt Five jauh lebih cerah ketimbang CastAR enam tahun silam, dan di saat yang sama potensinya juga lebih luas berkat sederet penyempurnaan dari sisi teknis.

Buat yang tertarik, paket penjualan termurahnya dihargai $299 di Kickstarter, dan ini sudah mencakup kacamata, controller, alas bermain, serta sejumlah bonus game perkenalan. Estimasi pengiriman barangnya dijadwalkan pada Juni 2020.

Sumber: Engadget.

When in Rome Ialah Board Game Keluarga Pertama yang Didukung Alexa

Transformasi digital memang mengubah karakteristik konsumen dan kadang efeknya sulit diterka, tapi tak selamanya perubahan buruk bagi bisnis. Ambil contohnya kehadiran internet di awal 90-an. Berkatnya, industri board game mengalami perkembangan signifikan karena mencari permainan jadi lebih gampang serta memudahkan pemain bergabung dalam komunitas.

Hampir tiga dekade setelah momen itu, keberadaan game tabletop tetap tidak tergantikan oleh permainan digital. Inkarnasinya sangat banyak (cek saja Kickstarter dan lihat bagaimana board game menjamur di sana), dan para developer juga mulai mengintegrasikan teknologi digital sebagai elemen permainan. Dan kini, tim Sensible Object membenamkan kecerdasan buatan Alexa dalam board game berjudul When in Rome.

When in Rome adalah permainan berbasis board untuk keluarga pertama yang memperoleh dukungan penuh asisten digital Amazon Alexa. Game ini mengangkat tema perjalanan keliling dunia, dan dengan berbekal perintah suara, pemain bisa meminta Alexa membawa mereka mengunjungi kota-kota terkenal di planet Bumi. Di When in Rome, Alexa berperan sebagai pilot sekaligus pemandu wisata.

When in Rome 4

Formula permainannya cukup sederhana. When in Rome mengadu dua tim untuk berlomba mengelilingi dunia. Bundel game terdiri dari papan, mainan, kartu dan suvenir. Tentu saja, Alexa merupakan primadona di sana. Berkatnya, pemain tak perlu lagi membaca lembar-lembar petunjuk dan aturan bermain karena Alexa siap memandu kita. Game bisa dimulai cukup dengan berkata, “Hey Alexa, play When in Rome.”

When in Rome.

Tidak ada batasan tempat yang bisa Anda datangi. Tinggal meminta Alexa untuk ‘terbang ke London’, kemudian game segera membawa Anda ke sana. Di masing-masing kota, Anda segera disambut oleh warga setempat – suaranya diisi oleh penduduk daerah itu dengan aksen yang khas. Warga di tiap kota punya kuis, dan Anda akan mendapatkan poin jika menjawabnya dengan benar.

When in Rome 2

Poin yang Anda dapatkan bisa digunakan buat meng-upgrade kartu untuk memberikan keunggulan dalam tamasya virtual itu. Lalu dengan berkunjung ke tiap lokasi, kita juga bisa mengumpulkan suvenir.

Konten audio When in Rome sangat melimpah. Anda disuguhkan dialog interaktif berdurasi lebih dari 20 jam dan tentu saja Alexa bisa mengingat jawaban Anda dari sesi permainan sebelumnya sehingga pengalaman menikmati When in Rome selalu berbeda.

When in Rome 1

When in Rome kompatibel dengan speaker pintar Amazon Echo dan Echo Dot, serta siap mendukung aplikasi mobile Alexa. Kit mainan ini dijual seharga US$ 30, dapat dinikmati oleh pemain berusia 13 tahun ke atas, dan kabarnya bisa dikapalkan ke Indonesia.

Via TechCrunch.

CitiesUp Adalah Perpaduan Formula SimCity Dengan Game Tabletop

SimCity-lah yang berjasa mendirikan city-building, sebuah sub-genre populer di ekosistem video game strategi. Ia terbukti sangat adiktif, dan meski belakangan tim pencipta SimCity tampak kehilangan arah, banyak developer baru berhasil meneruskan semangat serta esensi dari city-building. Dan melihat kuatnya antusiasme gamer, tim Jerman menerapkan twist ke dalam genre tersebut.

Dengan memadukan beberapa pendekatan berbeda, kreasi developer Spectacled Bear Games sangat menjanjikan. Mereka memperkenalkan CitiesUp, sebuah kombinasi dari permainan city-building dan tabletop, dipadu elemen multiplayer kompetitif. CitiesUp mungkin bukanlah board game pertama berformula simulasi pembangunan kota, tapi ada banyak hal yang membuat permainan tabletop ini begitu unik.

Kekurangan dari mayoritas permainan tabletop sejenis ialah tidak adanya interaksi serta ketiadaan rasa ‘pembangunan’. Aspek ini malah menjadi senjata andalan di CitiesUp: Anda melihat langsung perkembangan kota miniatur tersebut dari sisi luas serta tinggi layaknya video game, merepresentasikan kesuksesan pemain sebagai sang investor. Bedanya, kita benar-benar dapat menyentuh ‘balok-balok’ kota di sana.

CitiesUp 02

Pecinta city-building sudah pasti akan segera merasa familier. Anda diminta mengelola tiga tipe bangunan, yaitu residential, commercial dan industrial, serta menopangnya dengan air, listrik dan layanan pendukung. Uang bisa terkumpul melalui pajak yang dihasilkan gedung – syaratnya, gedung tersebut harus cukup mendapatkan pasokan (air, listrik dan servis). Besarnya pembangunan menunjukkan tingginya skor pemain.

Tiap bangunan terhubung ke kartu, menampilkan informasi kebutuhan serta output-nya. Tiap jenis mempunyai spesifikasi berbeda, dan semakin besar ukuran, kian besar pula tuntutannya. Kita juga tidak bisa membangun sembarangan karena tiap gedung harus didirikan dalam pola tertentu supaya menghasilkan bonus. Perputaran uang memungkinkan Anda untuk ekspansi kota serta membayar upah pemeliharaan.

CitiesUp 03

Perkembangan kota juga dipengaruhi event dinamis serta langkah strategis lawan main Anda. CitiesUp dirancang sebagai permainan tabletop multiplayer, mendukung dua sampai empat pemain.

Satu paket permainan berisi 27 building token berbentuk kubus dengan lebar dan tinggi berbeda. Kubus tersebut mempunyai ukuran satuan 2x2x2cm, dibuat dari kayu ek dan dicat secara teliti menggunakan tangan. Pernak-pernik lainnya juga diracik apik, meliputi board, buku petunjuk, stiker, kartu, dan lain-lain.

Di Kickstarter, bundel CitiesUp ditawarkan seharga mulai dari € 55 atau US$ 60. Sayangnya untuk sekarang, ia baru bisa dipesan oleh konsumen asal Jerman, Amerika dan Eropa saja.

Armello Hidupkan Dongeng Menjadi Video Game

Industri video game berhutang besar pada permainan board. Tanpa mereka, franchise semisal Dungeons & Dragons dan Warhammer tidak akan sebesar sekarang. Hingga kini, adaptasi masih sering dimanfaatkan developer melalui eksekusi berbeda. Dan satu tim dari Australia mengklaim mereka berhasil menemukan titik keseimbangan antara dua medium itu. Continue reading Armello Hidupkan Dongeng Menjadi Video Game

Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Sudah lama budaya Bali memukau perhatian dunia. Bali terkenal akan seni tari, drama, pahatan serta keindahan alamnya. Sejak dahulu, penduduk Bali menggunakan sistem irigasi canggih untuk menghidupi lahan persawahan, dipadu prinsip religi serta tanggung jawab sosial. Hal tersebut menginspirasi developer asal Texas dalam meracik sebuah board game unik. Continue reading Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Tambahkan Case Fuffr, dan Smartphone Anda Mendapatkan Kemampuan a la ‘Kinect’

Sistem input layar sentuh kini memang telah menjadi standar di smartphone dan tablet modern. Meskipun nyaman untuk navigasi konten browser, touchscreen bukanlah metode kontrol terbaik dalam menikmati game: keberadaan jari Anda akan menutup layar, dan itulah sebabnya permainan multiplayer di device mobile kurang berkembang. Continue reading Tambahkan Case Fuffr, dan Smartphone Anda Mendapatkan Kemampuan a la ‘Kinect’

Ozobot, Robot Pintar Yang Mengintegrasi Video Game Dengan Board Game

Kita bisa menyebutkan berbagai macam dampak negatif yang diberikan oleh pesatnya perkembangan teknologi terhadap kehidupan sosial manusia. Contohnya ketika sudah asik menikmati permainan di device mobile, kita mudah lupa dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Developer asal Amerika mencoba menghidupkan kembali lini hiburan sosial dengan membuat sebuah robot kecil yang pintar. Continue reading Ozobot, Robot Pintar Yang Mengintegrasi Video Game Dengan Board Game

Road Play Indonesia Bermain Hadir di Bandung

Sabtu kemarin, rangkaian acara Indonesia Bermain yang disebut Road Play hadir di Bandung. Acara yang dilaksanakan di Green Cafe & Resto, Jalan Diponeoro No. 26 Bandung ini menghadirkan para pengunjung dari kalangan mahasiswa, umum dan komunitas.

Road Play ini merupakan rangkaian acara Indonesia Bermain, sebuah event yang diselenggarakan oleh Agate Studio dan Kummara yang di dukung oleh Nokia Indonesia. Selain itu acara ini juga mengajak berbagai komunitas di masing-masing kota di mana Road Play dilaksanakan, yaitu Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Saat ini Road Play telah melewati 5 kota, tinggal Jakarta yang akan diadakan pada tanggal 30 Juli 2011.

Meski datang agak telat, namun saya melihat antusias para peserta yang datang di lokasi, terutama untuk mencoba berbagai board game yang telah disiapkan dan bisa dimainkan pada sesi akhir acara. Dari rilis yang dikirimkan ke DailySocial, acara di Bandung ini juga dihadiri oleh Magato Project (pecinta board game), FOWAB dan para pengembang game. Saya juga bertemu dengan beberapa pengembang game digital untuk perangkat bergerak.

Continue reading Road Play Indonesia Bermain Hadir di Bandung

WordPress Board Game Pertama Di Dunia (+Video)

Seperti yang dijanjikan pada tulisan tentang WordCampID 2011 sebelumnya, berikut saya tampilkan sekilas demo video dari WordPress Board Game yang merupakan board game pertama tentang WordPress. Board Game ini ditampilkan untuk pertama kali di Bandung pada acara WordCampID 2011.

Mas Eko Nugroho dari Kumara yang merupakan salah satu desainer dari board game ini menjelaskan bahwa sebenarnya WordPress board game ini dikerjakan dalam waktu yang cukup singkat, tetapi dengan riset yang cukup baik dan kerja sama dengan komunitas WordPress maka board game ini akhirnya bisa ditampilkan di WordCampID 2011.

Continue reading WordPress Board Game Pertama Di Dunia (+Video)