Tag Archives: bonza

Startup e-commerce produk furnitur Fabelio (PT Kayu Raya Indonesia) resmi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Fabelio Dinyatakan Pailit, Wajib Selesaikan Kewajiban

Startup e-commerce produk furnitur Fabelio (PT Kayu Raya Indonesia) resmi dinyatakan pailit. Berdasarkan pengumuman pailit di surat kabar, pernyataan tersebut diputuskan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt. Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022.

Dalam putusan tersebut, pengadilan mengabulkan putusan pailit terhadap PT Kayu Raya Indonesia. “Menyatakan Debitor (PT Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya,” tulis pengumuman putusan pailit, dikutip dari Katadata.

Rapat kreditur pertama ditetapkan pada pekan ini (17/10). Ini ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada 6 Oktober. Sedangkan batas akhir pengajuan tagihan para kreditur dan tagihan pajak ditetapkan bulan depan (14/11) paling lambat pukul 17:00 di kantor pengurus.

Selanjutnya, rapat pencocokan piutang/verifikasi tagihan para kreditor dan kantor pajak dijadwalkan seminggu setelahnya atau 28 November pukul 10:00 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

“Sehubungan dengan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan penetapan hakim pengawas tersebut, kami mengundang para kreditur, debitur, dan pihak lain yang berkepentingan untuk menghadiri rapat-rapat tersebut.”

Sebelumnya, isu ini sudah lama mencuat di media massa sejak tahun lalu berawal dari kegagalan perusahaan membayar gaji karyawan dan vendor sejak September 2021. Bahkan, muncul petisi yang sudah ditandatangani oleh 3.125 orang hingga 14 Desember 2021.

Manajemen berkilah kondisi tersebut terjadi karena pandemi yang membatasi gerak aktivitas orang-orang untuk keluar rumah. Namun, menurut laporan The Ken, alasan tersebut bertolak belakang dengan kondisi para kompetitornya yang justru tumbuh subur. Alias masalah Fabelio itu karena ulah sendiri.

Selain Fabelio, DailySocial.id juga mengompilasi sejumlah startup yang tutup sepanjang 2021 hingga tahun ini. Berikut daftarnya:

1. Bonza

Berdasarkan penelusuran DailySocial.id, startup ini tutup pada awal tahun ini. Dari halaman LinkedIn co-founder Bonza, ia sudah tidak bekerja di Bonza per Januari 2022. Situs resminya juga sudah tidak bisa diakses. Startup ini juga telah masuk dalam daftar portofolio terdahulu di East Ventures.

East Ventures sudah dua kali menyuntik startup yang didirikan pada 2020 oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas. Total dana yang diperoleh Bonza mencapai lebih dari Rp35 miliar dari berbagai investor, tak hanya East Ventures. Ketika ditanya perihal status Bonza, pihak East Ventures enggan memberikan komentar.

Bonza adalah startup big data yang berambisi membantu perusahaan menerjemahkan data yang dimiliki dari berbagai sumber untuk diintegrasi menggunakan AI dan machine learning untuk membantu mengambil keputusan dalam skala yang optimal.

2. Jipay

Kabar ini langsung dikonfirmasi oleh Dayana Yermolayeva selaku CEO melalui unggahan di laman LinkedIn. Jipay adalah startup fintech untuk pekerja rumah tangga (PRT) yang menyediakan kartu prepaid dan aplikasi bagi keluarga dalam mengelola pengeluaran lewat PRT mereka.

Ia memutuskan untuk menghentikan Jipay bukan karena kehabisan uang, tapi karena gagal mencapai product-market-fit. Dari hasil yang didapat, solusi Jipay tidak mampu mengubah kebiasaan keluarga dan PRT dalam mengelola anggaran keuangan. Pertumbuhan justru terjadi karena didorong oleh cashback, yang menimbulkan minimnya loyalitas, di samping buruk juga untuk bisnis secara jangka panjang.

Dengan model bisnis yang dilakukan, pada akhirnya Jipay hanya jadi sekadar platform remitansi. Yang mana, di Singapura harus ada lisensi khusus, belum lagi margin yang tipis.

“Pada akhirnya turun ke matematika sederhana. Mengingat pendanaan kami saat ini, kami tidak akan menghasilkan pendapatan pengiriman uang yang cukup di Singapura untuk meningkatkan seri A kami, sementara memperluas ke pasar kami berikutnya, UEA, akan membutuhkan investasi yang jauh lebih banyak,” tulis Yermolayeva.

Ia pun memberikan penutup, “Beberapa minggu yang sulit dipenuhi dengan pertanyaan dan ambiguitas, tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada investor dan tim saya karena telah mendukung saya di setiap langkah.”

Jipay telah memperoleh pendanaan tahap awal senilai $1,3 juta dari East Ventures, SHL Capital, dan beberapa angel investors.

3. Orori

Meski belum ada pernyataan resmi dari manajemen. Dari penelusuran DailySocial.id, startup yang didirikan oleh George Budi Sumantri dan Triono J. Dawis ini telah berhenti beroperasi pada sekitar April 2021.

Baik situs dan kantor pusat Orori telah ditutup. Perusahaan dituding gagal mengembalikan dana masyarakat yang berinvestasi melalui e-mas dan beli perhiasan melalui Orori. Akun media sosial Orori di Instagram dihujani oleh konsumen yang tidak bisa menarik dananya.

Bonza Reportedly Receiving Additional Investment from Future Shape

DailySocial recently informed that one of the East Ventures portfolios, big data analysis startup Bonza, has received an additional investment worth of $500 thousand (over 7.2 billion Rupiah) from Future Shape. There has been no official statement until this news published.

Future Shape is a French based VC that invests in engineers and scientists developing deep technology. They participated in Finantier’s seed funding last month, which is also one of East Ventures’ portfolios.

Previously, East Ventures led Bonza’s $2 million seed funding round with Elev8.vc in May 2021. East Ventures was also an early investor in the startup, which was started last year by Elsa Chandra and Philip Thomas.

In the announcement of company’s last round, Bonza’s CEO, Elsa said that the fresh money is expected to accelerate the company’s vision to become a leading data company in Southeast Asia. The company is developing a platform to support companies to better process data and use AI solutions through a no-code platform (does not require coding).

Value proposition

The no-code approach developed by Bonza will enable technical and non-technical teams to build and deploy big data-driven solutions.

Elsa said, the distinction is that its platform removes the frictions and barriers faced by organization when creating and deploying data-driven solutions for the first time. Organizations can integrate multiple data sources within the organization, then build and deploy machine learning models in a responsive user interface.

Bonza’s platform workflow illustration / Bonza

Users can automate long-winded data integration to generate report, reducing implementation time of AI solutions from months to days. The implementation includes helping fintech service owners build real-time fraud detection machines and monitoring tools for fraud operations teams to gain insights from different places and unstructured data sources, in order to reduce fraud.

Big data potential

The market share for big data services has a tendency to grow from year to year, not least in the Asia Pacific region. In 2020, its market size is projected to reach $138.9 billion and will increase to $229.4 billion in 2025.

The main factor for this market’s growth is the availability of abundant [digital] data in organizations. Through the digital transformation program launched, business people always try to be more competitive in formulating strategies. One approach is to convert this data into useful insights. Through big data analysis, a business can also improve operational efficiency.

Today’s big data tools have the capability to process structured and unstructured data from a variety of sources, such as logs in apps, social media, service forms, and even from third-party data sources.

Most service providers provide a cloud-based platform, in the form of SaaS that can be subscribed according to the certain specifications. With specific solutions similar to Bonza continue to emerge, service fulfillment in the global market is still dominated by technology giants such as Microsoft, Teradata, IBM, Oracle, Google, Cloudera, Salesforce, to SAP.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Pendanaan Tambahan Bonza Big Data

Bonza Dikabarkan Terima Tambahan Investasi dari Future Shape

DailySocial memperoleh kabar, salah satu portofolio East Ventures, startup analisis big data Bonza, mengantongi tambahan investasi sebesar $500 ribu (lebih dari 7,2 miliar Rupiah) dari Future Shape. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan sampai berita ini diturunkan.

Future Shape sendiri adalah VC asal Prancis yang berinvestasi pada insinyur dan ilmuwan yang mengembangkan deep technology. Mereka turut berpartisipasi dalam pendanaan tahap awal Finantier pada bulan lalu, yang juga merupakan portofolio dari East Ventures.

Sebelumnya, East Ventures memimpin putaran pendanaan Bonza bersama Elev8.vc sebesar $2 juta pada Mei 2021. East Ventures juga merupakan investor awal dari startup yang baru dirintis tahun lalu oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas tersebut.

Dalam putaran terakhir yang diumumkan perusahaan, Elsa selaku CEO Bonza menuturkan dana segar yang didapat diharapkan dapat mempercepat visi perusahaan menjadi perusahaan data terdepan di Asia Tenggara. Perusahaan sedang mengembangkan platform untuk mendukung perusahaan agar lebih baik dalam memproses data dan menggunakan solusi AI melalui no-code platform (penggunaannya tidak memerlukan coding).

Proposisi nilai

Pendekatan no-code yang sedang dikembangkan Bonza nantinya memungkinkan tim teknis dan non-teknis untuk membangun dan menerapkan solusi berbasis data dalam skala besar (big data).

Elsa melanjutkan, pembeda dari Bonza adalah platformnya menghilangkan friksi dan hambatan yang dihadapi suatu organisasi saat membuat dan menerapkan solusi berbasis data untuk pertama kalinya. Organisasi dapat mengintegrasikan berbagai sumber data dalam organisasi, kemudian membangun dan menggunakan model machine learning dalam user interface yang responsif.

Ilustrasi cara kerja platform Bonza / Bonza

Pengguna dapat mengotomatisasi integrasi data yang bertele-tele untuk pembuatan laporan, hingga pengurangan waktu implementasi solusi AI dari berbulan-bulan jadi beberapa hari. Contoh penerapannya adalah membantu pemilik layanan fintech membangun mesin mesin fraud detection secara real-time dan alat pemantauan yang dapat digunakan oleh tim fraud operations untuk mendapatkan wawasan dari tempat yang berbeda dan sumber data yang tidak terstruktur sehingga tingkat penipuan berkurang.

Potensi layanan big data

Pangsa pasar layanan big data memiliki kecenderungan untuk bertumbuh dari tahun ke tahun, tak terkecuali di kawasan Asia Pasifik. Di tahun 2020, market size-nya diproyeksi telah mencapai $138,9 miliar dan akan meningkat sampai $229,4 miliar di tahun 2025.

Faktor utama pertumbuhan pasar ini dinilai adanya ketersediaan data [digital] yang melimpah di organisasi. Melalui program transformasi digital yang dicanangkan, pebisnis selalu mencoba menjadi lebih kompetitif dalam meramu strategi. Salah satu pendekatannya dengan mengonversi data-data tersebut menjadi wawasan bermanfaat. Melalui analisis big data, sebuah bisnis juga bisa meningkatkan efisiensi operasional.

Alat-alat big data masa kini memiliki kapabilitas untuk memproses data terstruktur maupun tidak terstruktur dari beragam sumber, seperti log di aplikasi, media sosial, formulir layanan, bahkan dari sumber data pihak ketiga.

Kebanyakan penyedia layanan menyajikan sebuah platform berbasis cloud, berbentuk SaaS yang bisa dilanggan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kendati para pemain dengan solusi spesifik seperti Bonza terus bermunculan, pemenuhan layanan di pasar global masih didominasi oleh raksasa teknologi seperti Microsoft, Teradata, IBM, Oracle, Google, Cloudera, Salesforce, hingga SAP.

Gambar Header: Depositphotos.com

East Ventures Led Another Funding for Bonza Worth Over 28 Billion Rupiah

Bonza, a big data analytics startup, announces a $2 million (more than IDR 28 billion) fundraising led by its previous investor, East Ventures, with the participation of Elev8.vc. Previously, East Ventures has poured seed funding for Bonza in May 2020 with an undisclosed amount.

From the official statement today (5/6), the fresh money will be used to accelerate its vision of becoming the leading data company in Southeast Asia. Currently, they are developing a platform to support companies to better process data and deploy AI solutions through a no-code platform.

The no-code approach developed by Bonza will enable technical and non-technical teams to build and deploy data-driven solutions at scale.

Bonza’s Co-Founder & CEO, Elsa Chandra said, “[..] This investment will be a stepping stone for us to build a world-class engineering and data science team, accelerate the development of our platform, and market expansion throughout Southeast Asia.”

East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca added, “Data infrastructure development is inevitable for all organizations. Bonza’s no-code platform accelerates the implementation of data modeling that companies need to stay competitive. Elsa and Philip have done it well last year.”

Elsa continued, what differentiate Bonza is that the platform removes the friction and barriers that an organization faces when creating and implementing data-based solutions for the first time to create added value from their data. Organizations can integrate multiple data sources within the organization, then build and deploy machine learning models in a responsive user interface.

Users can automate the long integration process of data for report, reducing the duration to implement AI solutions from months to days. Elsa gave an example, one e-commerce merchant has used the Bonza solution now gets a 360-degree view of the customer to improve the customer experience and personalization.

Ilustrasi Produk Bonza / Bonza
Bonza products illustratiom / Bonza

Meanwhile, fintech players build real-time fraud detection engines and monitoring tools that will be useful for the fraud operations teams to gain insights from different venues and unstructured data sources so that fraud rates are reduced.

“One of our clients has experienced an increase in GMV three times every quarter since they started using Bonza as they succeeded in increasing marketing effectiveness and reducing customer churn by utilizing real-time analytics,” he explained.

Bonza is a one year old company which is claimed to have reached a profitability point in its first year. This startup was founded by Elsa Chandra and Philip Thomas while they were working at Traveloka. Elsa manages Traveloka investments, while Philip leads one of the data science teams tasked with implementing the machine learning model for Traveloka.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Co-founder Bonza Philip Thomas dan Elsa Chandra / Bonza

East Ventures Kembali Pimpin Pendanaan Lebih dari 28 Miliar Rupiah untuk Bonza

Bonza, startup analisis big data, mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2 juta (lebih dari 28 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh investor terdahulunya, East Ventures, dengan dukungan Elev8.vc. East Ventures sebelumnya memberikan pendanaan tahap awal untuk Bonza pada Mei 2020 dengan nominal dirahasiakan.

Menurut keterangan resmi yang disebarkan hari ini (6/5), dana segar akan digunakan Bonza untuk mempercepat visinya menjadi perusahaan data terdepan di Asia Tenggara. Saat ini, mereka sedang mengembangkan platform untuk mendukung perusahaan agar lebih baik dalam memproses data dan menggunakan solusi AI melalui no-code platform.

Pendekatan no-code yang sedang dikembangkan Bonza nantinya memungkinkan tim teknis dan non-teknis untuk membangun dan menerapkan solusi berbasis data dalam skala besar.

Co-Founder & CEO Bonza Elsa Chandra menyampaikan, “[..] Investasi ini akan menjadi batu loncatan bagi kami untuk membangun tim engineering dan data science kelas dunia, mempercepat pengembangan platform kami, dan ekspansi pasar di seluruh Asia Tenggara.”

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Kebutuhan untuk membangun infrastruktur data menjadi sesuatu yang tak terhindarkan oleh semua organisasi. No-code platform Bonza mempercepat implementasi pemodelan data yang dibutuhkan perusahaan agar tetap kompetitif. Elsa dan Philip telah mengerjakannya dengan baik tahun lalu.”

Elsa melanjutkan, pembeda dari Bonza adalah platform-nya menghilangkan friksi dan hambatan yang dihadapi suatu organisasi saat membuat dan menerapkan solusi berbasis data berbasis untuk pertama kalinya guna menciptakan nilai tambah dari data mereka. Organisasi dapat mengintegrasikan berbagai sumber data dalam organisasi, kemudian membangun dan menggunakan model machine learning dalam user interface yang responsif.

Pengguna dapat mengotomatisasi integrasi data yang bertele-tele untuk pembuatan laporan, hingga pengurangan waktu implementasi solusi AI dari berbulan-bulan jadi beberapa hari. Elsa mencontohkan, satu pedagang di e-commerce yang telah menggunakan solusi Bonza kini mendapatkan sudut pandang 360 derajat pelanggan guna meningkatkan pengalaman dan personalisasi pelanggan.

Ilustrasi Produk Bonza / Bonza
Ilustrasi Produk Bonza / Bonza

Sementara pelaku fintech membangun mesin fraud detection secara real-time dan alat pemantauan yang dapat digunakan oleh tim fraud operations untuk mendapatkan wawasan dari tempat yang berbeda dan sumber data yang tidak terstruktur sehingga tingkat penipuan berkurang.

“Salah satu klien kami mengalami peningkatan GMV sebanyak tiga kali setiap triwulan sejak mereka mulai menggunakan Bonza karena mereka berhasil meningkatkan keefektifan pemasaran dan mengurangi customer churn dengan memanfaatkan real-time analytics,” terangnya.

Bonza sendiri merupakan perusahaan yang baru dirintis pada tahun lalu, diklaim telah mencapai titik profitabilitas di tahun pertamanya. Startup ini didirikan oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas saat keduanya bekerja di Traveloka. Elsa mengelola investasi Traveloka, sedangkan Philip memimpin salah satu tim data science yang bertugas mengimplementasikan model machine learning untuk Traveloka.

Bonza Big Data Startup Provides Companies Analysis Based Decision Making

Bonza big data startup officially launched after announcing the seed funding from East Ventures with undisclosed value. The fresh money will be used to develop technology and products, and support the company’s expansion.

This startup was founded by Elsa Chandra and Philip Thomas. The two met while working at Traveloka. Elsa manages Traveloka’s investment, while Philip leads one of the data science teams tasked with implementing the big data model for product development and improvement.

Bonza’s Co-Founder Elsa Chandra said the startup was built out of a belief that there was a significant gap between leading-edge research of machine learning and AI and its implementation in the field. The company can be a bridge to close the gap.

“Our mission is to help companies translate the data they have from various sources, both structured and not, integrate the data, then use artificial intelligence and machine learning solutions to help them make decisions at an optimal scale,” he explained in an official statement yesterday ( 5/26).

Bonza,’s solution, he continued, can be used for everyone in the company, from data analysts who need products to simplify data processing, company leaders, and frontlines in need of data to make decisions.

In addition, the company is claimed to be able to improve data quality and integrate data from various sources into a single source of truth. This ensures there is no anticardiographic information barrier and provides management with a 360-degree view of all company data. “This solution is not provided by most data analysis companies.”

East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner Willson Cuaca added, the team has captured Bonza because there were problems that occurred within the company. Decision making and calculating the impact based on different sources of unstructured and not sequential information is very difficult. This is a challenge in every industry sector.

“Through this investment, Bonza is expected to be able to build a platform that facilitates decision making and monitors the results of these decisions by presenting insights, which result from processing unstructured data,” he said.

Yesterday (5/26) another big data startup, Delman, has announced funding of 23.6 billion Rupiah from Intudo Ventures, Prasetia Dwidharma, and Qlue. The company offers similar service, trying to provide convenience to various groups in implementing big data.

Monitoring the spread of Covid-19

Bonza also uses big data to monitor the rate of Covid-19 infection. They introduced and adapted the Effective Production Number (Rt) model to monitor the spread of Covid-19 in each region. Rt is an epidemiological parameter used to measure the rate of growth of virus transmission.

This model shows the infection rate in each province moving with varying speed and trends. The following insights can be a reference for policymakers to plan strategies and measure the effectiveness of Covid-19 pandemic control measures such as large-scale social restrictions (PSBB).

Elsa said the number of cases and deaths, which had been reported so far, did not adequately reflect the level of actual spread of Covid-19 because it did not calculate daily fluctuations due to changes in a test capacity, differences in social policy restrictions between regions, and variations in community behavior.

Bonza updates Rt Data in every province in Indonesia on a daily basis and the dashboard is free to access.

“The government is reportedly planning to open several economic sectors by June. Indonesia needs data as a reference for the decision made on the spread rate of the Covid-19 virus in the country. It is expected that the dashboard can provide additional information and act as a comparison,” Willson said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Big Data Bonza

Startup Big Data Bonza Bantu Perusahaan Ambil Keputusan Berbasis Analisis

Startup big data Bonza resmikan kehadirannya pasca mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures dengan nominal dirahasiakan. Dana segar ini akan digunakan untuk mengembangkan teknologi dan produk, serta mendukung ekspansi perusahaan.

Startup ini didirikan oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas. Keduanya bertemu saat bekerja di Traveloka. Elsa mengelola investasi Traveloka, sementara Philip memimpin salah satu tim data science yang bertugas mengimplementasikan model big data untuk pengembangan dan penyempurnaan produk.

Co-Founder Bonza Elsa Chandra mengatakan, startupnya berdiri karena ada keyakinan kesenjangan yang signifikan antara riset terdepan di dalam bidang machine learning dan AI dengan implementasinya di lapangan. Perusahaan dapat menjadi jembatan untuk menutup kesenjangan tersebut.

“Misi kami adalah membantu perusahaan menerjemahkan data yang mereka punya dari berbagai sumber, baik terstruktur maupun tidak, mengintegrasikan data tersebut, kemudian menggunakan solusi artificial intelligence dan machine learning untuk membantu mereka mengambil keputusan dalam skala yang optimal,” terangnya dalam keterangan resmi, kemarin (26/5).

Solusi yang dihadirkan Bonza, sambungnya, dapat digunakan untuk semua orang di perusahaan, mulai dari analis data yang membutuhkan produk untuk menyederhanakan proses pengolahan data, hingga pemimpin perusahaan dan frontline yang membutuhkan data dalam mengambil langkah yang tepat.

Selain itu, perusahaan diklaim mampu meningkatkan kualitas data dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber menjadi single source of truth. Hal ini memastikan tidak ada sekat informasi antardivisi dan memberikan manajemen sudut pandang 360 derajat ke seluruh data perusahaan. “Solusi ini tidak disediakan oleh kebanyakan perusahaan analisis data.”

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, pihaknya tertarik untuk berinvestasi di Bonza, lantaran ada masalah yang terjadi di dalam perusahaan. Pengambilan keputusan dan menghitung dampak dari keputusan berdasarkan sumber informasi yang berbeda-beda, tidak terstruktur, dan tidak berurutan sangat sulit sekali. Hal ini menjadi tantangan di setiap sektor industri.

“Melalui investasi ini, Bonza diharapkan bisa membangun satu platform yang memudahkan pengambilan keputsan dan memonitor hasil keputusan tersebut dengan menyajikan insight, yang dihasilkan dari pemrosesan unstructured data,” ujarnya.

Kemarin (26/5) startup big data lain, Delman, juga baru umumkan pendanaan senilai 23,6 miliar Rupiah dari Intudo Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Qlue. Misi layanannya serupa, mencoba memberikan kemudahan berbagai kalangan dalam mengimplementasikan big data.

Pantau laju infeksi Covid-19

Pemanfaatan big data juga dimanfaatkan Bonza untuk memantau laju infeksi Covid-19. Bonza memperkenalkan dan mengadaptasi model Effective Production Number (Rt) untuk memantau laju penyebaran Covid-19 di tiap wilayah. Rt adalah paramater epidemiologi yang digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan penularan virus.

Model ini menunjukkan laju infeksi di tiap provinsi bergerak dengan kecepatan dan tren yang variatif. Insight yang dihasilkan dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan untuk merencanakan strategi dan menakar efektivitas langkah pengendalian pandemi Covid-19 seperti pembatasan sosial skala besar (PSBB).

Elsa menuturkan jumlah kasus dan kematian, yang selama ini dilaporkan, kurang menggambarkan tingkat penyebaran Covid-19 yang aktual karena tidak memperhitungkan fluktuasi harian akibat perubahan kapasitas tes, perbedaan kebijakan pembatasan sosial antarwilayah, dan variasi perilaku masyarakat.

Bonza memperbarui Data Rt di tiap provinsi di Indonesia secara harian dan dashboard ini dapat diakses secara gratis.

“Pemerintah dikabarkan berencana membuka aktivitas beberapa sektor ekonomi pada Juni ini. Indonesia membutuhkan data yang bisa menjadi acuan dampak keputusan tersebut terhadap laju penyebaran virus Covid-19 di masyarakat. Diharapkan dashboard yang dibangun bisa menjadi informasi tambahan dan sebagai pembanding,” tutup Willson.