Tag Archives: Booking Holdings

Layanan Travel dan Healthcare Grab

Grab Akan Tambah Layanan Travel dan Healthcare Tahun Depan

Indonesia sebagai pasar digital terbesar di Asia Tenggara memberikan banyak ruang bagi Grab untuk memperkuat layanan lain di samping ride-sharing. Maka itu, di tahun depan Grab berencana menghadirkan dua layanan baru untuk pasar Indonesia, yakni di bidang travel dan healthcare. 

“Kami melihat banyak potensi berbeda dan ini menjadi kombinasi apa yang terpenting bagi pengguna di Asia Tenggara,” ungkap Co-founder Grab, Tan Hooi Ling ditemui saat Media Briefing di Jakarta. 

Sebagaimana diketahui, keinginan Grab untuk masuk ke dua layanan ini sudah terlihat jelas dari kemitraannya dengan dua perusahaan yang sama-sama kuat di sektornya, yakni Booking Holdings dan Ping An Healthcare and Technology Company (Ping An Good Doctor) beberapa bulan lalu. 

Grab resmi bermitra dengan Booking Holdings di bulan Oktober. Pengguna berbagai merek di Booking Holdings dapat menawarkan layanan transportasi on-demand lewat aplikasi Grab. Pun sebaliknya, pengguna Grab dapat memesan akomodasi di seluruh layanan milik Booking Holdings. Selain itu, Booking Holdings juga menyuntik investasi sebesar $200 juta ke Grab.

Kemitraan dengan Ping An Healthcare and Technology Company (Ping An Good Doctor) dari Tiongkok resmi terjalin pada September lalu. Ping An Good Doctor merupakan layanan kesehatan terintegrasi dengan teknologi kecerdasan buatan yang menyediakan konsultasi kesehatan berbasis online. Ini pertama kalinya Ping An Good Doctor beroperasi di Asia Tenggara.

Hooi Ling berujar bahwa keputusan menggandeng Booking Holdings dinilai tepat mengingat raksasa pemilik layanan Booking.com dan Agoda tersebut telah lama di bisnis ini. Menurutnya, Booking Holdings paham mengenai pasar travel di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Singapura, dan Filipina. 

“Jika mau masuk ke Asia Tenggara, better do with or without us, it’s a win-win partnership. Mereka juga tahu kita punya partner [lokal] terbaik di Indonesia,” tuturnya.

Di samping itu, masuk ke sektor healthcare dirasa sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menyediakan layanan terbaik kepada pelanggan. Terlebih, ia menilai mencari dokter atau mengatur jadwal konsultasi masih menjadi masalah utama masyarakat di Indonesia.

Selain menambah dua layanan baru, Grab juga akan memperkuat layanan existing GrabFood di tahun depan dengan memperbanyak jumlah merchant. Grab menargetkan GrabFood menjadi platform pertama di Indonesia untuk pesan-antar makanan. 

Saat ini, layanan GrabFood telah hadir di 139 kota, dari sebelumnya hanya 30 kota per September 2018. Jumlah pemesanan di GrabFood juga tercatat naik enam kali, dan merchant base naik delapan kali sejak GrabFood hadir di Indonesia pada awal 2018.

Salah satu inisiasi Grab untuk memperkuat layanan ini adalah melalui program Kitchen by GrabFood. Perusahaan mendatangkan merchant terpilih agar bisa beroperasi di Jakarta. 

Merchant di GrabFood menjadi bagian penting dalam ekosistem kami. Makanya, kami mencari merchant terbaik di seluruh Indonesia dan membawanya ke Jakarta,” ujar Hooi Ling.

Di sepanjang tahun 2018, ada banyak strategi yang telah direalisasikan Grab untuk mencapai target sebagai “super apps”. Grab bermitra dengan platform e-commerce dan pembayaran digital besar, yakni Tokopedia dan Ovo, untuk memperkuat ekosistemnya di Indonesia.

Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata menyebutkan bahwa pihaknya terus menjaga agar fraud rate untuk layanan bodong tetap di bawah satu persen. Kini Grab mengklaim telah menguasai 60 persen pangsa pasar di Indonesia untuk ride-hailing (motor) dan 70 persen untuk GrabCar.

Untuk tahun ini, Grab menargetkan pendapatan sebesar $1 miliar, dan naik menjadi $2 miliar untuk tahun 2019. 

Application Information Will Show Up Here
Persaingan Grab dan GO-JEK tidak hanya soal layanan, namun juga dalam penggalangan dana investasi. Hari ini keduanya dikabarkan mendapatkan investasi baru

Grab dan GO-JEK Terus Bersaing, Minggu Ini Diisi Berita Investasi

Persaingan raksasa on-demand regional terus berlanjut. Siapa lagi kalau bukan antara Grab dan GO-JEK. Demi melanjutkan rencana perluasan pangsa, keduanya minggu ini dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan. Grab mendapat $200 juta (setara 3 triliun Rupiah) dari Booking Holdings, perusahaan di balik layanan travel seperti Booking.com, Agoda, dan Priceline.

Sementara itu, rivalnya GO-JEK juga dikabarkan mendapatkan suntikan dana tambahan dari para investor terdahulu. Google, Tencent, dan JD.com menggandakan investasinya hingga membuat valuasi perusahaan melebihi $9 miliar (setara dengan 137 triliun Rupiah). Dengan pendanaan ini persaingan bisnis menjadi semakin sengit, dengan masing-masing perusahaan mendapat dukungan dari layanan besar di Amerika Serikat dan Tiongkok.

Grab dengan target pendanaan $3 miliar

Layanan Grab
Grab berambisi menjadi “supper app” / DailySocial

Awal bulan ini, Grab baru saja mengumumkan perolehan investasi dari Microsoft dalam kerja sama strategis pengembangan produk teknologi. Sebelumnya Toyota juga memimpin pendanaan Grab mencapai $2 miliar – menunjukkan beberapa waktu terakhir perusahaan begitu ambisius dalam mengejar target pendanaan. Memang, sejak awal Grab menargetkan bisa membukukan investasi hingga $3 miliar sebelum tahun 2018 berakhir.

Dengan modal besar, Grab ingin menjadikan platformnya sebagai “super apps”. Tidak lagi sekadar sebagai penyedia layanan transportasi, namun juga memberikan manfaat untuk model bisnis lain, salah satunya melalui GrabPay. Di Indonesia, Grab juga terus menjalin mitra strategis, dengan pemain fintech seperti TrueMoney, Paytren dan OVO; dengan perusahaan iklan seperti StickEarn; hingga dengan online grocery untuk menghadirkan GrabFresh.

GO-JEK dalam ekspansi regionalnya

layanan GO-JEK
GO-JEK degan ambisi ekspansinya / DailySocial

Sementara itu GO-JEK tampak terus fokus melebarkan sayap regional. Setelah sukses dengan Go-Viet, kehadirannya di Singapura juga segera dimulai.

Rencana ekspansi yang hendak digalakkan GO-JEK bukan tanpa halangan. Di Filipina, langkah GO-JEK saat ini tidak berjalan mulus, moratorium aturan on-demand membuat otoritas setempat belum bisa memproses izin operasional GO-JEK. Berkaitan dengan ekspansi, GO-JEK juga terus memperluas kerja sama bisnis – hal ini menjadi salah satu poin pokok yang dipaparkan pihak GO-JEK pasca pendanaan lanjutan, yakni pendalaman aliansi dengan mitra strategis.

Grab vs GO-JEK pasca tutupnya Uber di Asia Tenggara

Setelah operasional Uber di Asia Tenggara diakuisisi Grab, polarisasi layanan –khususnya di Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar—mengerucut pada Grab vs GO-JEK. Untuk melihat peralihan konsumen, kami sempat melakukan survei terhadap 1192 pengguna layanan Uber di 22 kota di Indonesia. Sejak layanan Uber berhenti beroperasi, sebanyak 55% responden mengaku beralih ke layanan Grab, sedangkan 45% sisanya ke GO-JEK.

Riset On-Demand
Pertimbangan pengguna dalam memilih layanan on-demand / DailySocial

Dalam laporan survei tersebut diungkapkan mengenai pertimbangan konsumen dalam memilih layanan transportasi on-demand. Berdasarkan jawaban responden, pertimbangan harga masih menjadi faktor utama, diikuti dengan sifat aplikasi yang customer friendly.

 

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here