Tag Archives: Boom ID

Melihat Perjuangan Atlet dari Sudut Pandang Psikologi Esports

“Wah enak ya cuma main game doang bisa dapat uang” kalimat tersebut cukup sering dikatakan oleh orang awam, ketika melihat profesi gamers profesional. Maksud saya gamers profesional di sini adalah mereka yang bermain game dibayar untuk bertanding di ajang kompetitif. Jadi kata gamers profesional di sini tidak termasuk game streamer atau pun youtuber game yang tidak berprofesi sebagai atlet esports.

Masyarakat awam, atau mungkin bahkan gamer itu sendiri, sering salah kaprah mengira bekerja sebagai gamer profesional itu mudah serta menyenangkan. Padahal profesi ini seperti profesi lainnya, memiliki kesulitan dan tantangannya tersendiri. 

Hybrid sempat membahas bagaimana beratnya menjadi atlet esports yang terbaik, berikut dengan berbagai pengorbanan yang harus dilakukan oleh para atlet. Tingkat stres menjadi seorang atlet esports terbilang cukup tinggi, mengingat mereka harus bangkit melawan banyak hal; diri sendiri, tim musuh yang dihadapi, dan gempuran nyinyiran para haters.

Beberapa waktu yang lalu kita juga melihat bagaimana perjuangan BOOM.ID di Bucharest Minor berakhir di luar ekspektasi. BOOM.ID dianggap menyerah terlalu dini ketika harapan dalam pertandingan melawan TeamTeam sebenarnya masih ada. Hal ini segera mendapat perhatian dari komunitas dota internasional dan ditulis sebagai “most bizarre ending in Dota 2 History” oleh joinDOTA, salah satu laman situs komunitas Dota 2 yang diakui khalayak Dota internasional.

Ini segera menjadi santapan hangat bagi para netizen. Mereka langsung saja sekuat tenaga memberikan komentar negatif kepada salah satu tim Dota 2 Indonesia ini, yang bisa dibilang sebagai tim dengan komitmen paling tinggi. Namun apakah BOOM.ID berhak atas semua omongan buruk para haters dan juga netizen hanya karena satu momen buruk tersebut?

Menilik Kerasnya Perjuangan Atlet esports Dari Sudut Pandang Psikologi Olahraga

Sumber: today.line.me
Yohannes Paraloan Siagian saat menghadiri konferensi pers JD.ID High School League. Sumber: Line Today

Mencoba melihat dari sudut pandang lain, saya penasaran ingin melihat kasus ini dari sudut pandang psikologi. Walau psikologi esports adalah hal yang krusial dan tidak mudah, namun sayang kerap dianggap remeh. Kebanyakan orang biasanya langsung sampai pada kesimpulan bahwa seorang pro player “harusnya” punya mental yang mantap. Nyatanya, mentalitas setiap orang berbeda-beda, latihan keras bertahun-tahun tak lantas membuat mental seorang manusia jadi unbreakable.

Untuk menjawab hal tersebut Hybrid mewawancarai Yohannes Paraloan Siagian S.Psi. Sosok yang akrab disapa Joey ini terkenal di dunia esports karena jabatannya sebagai Kepala Sekolah SMA 1 PSKD, sekolah pertama di Indonesia yang memiliki program pembinaan esports. Joey bercerita bahwa dirinya sudah hampir 20 tahun menjadi praktisi di bidang psikologi olahraga. Ia punya pengalaman membina dan melatih atlet serta remaja, bahkan beberapa yang ia latih pernah mewakili Indonesia di tingkat tim nasional.

Melihat apa yang terjadi pada BOOM.ID dalam game pertama melawan TeamTeam, Joey mengatakan bahwa nyatanya kesalahan tersebut sebenarnya bukan soal BOOM.ID saja. Menurut pengamatannya pada keadaan itu, kedua tim sebenarnya melakukan kesalahan yang sama. Hanya saja BOOM.ID ketika itu kelihat lebih salah, karena mereka yang kalah gara gara keadaan tersebut. Penyebabnya? Menurut Joey hal tersebut dikarenakan mereka yang tidak sadar dengan keadaan, tidak fokus main sampai permainan benar-benar selesai.

Sumber: nytimes.com
Sumber: The New York TImes

Menurutnya keadaan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah soal disiplin dan fokus. Untuk menjelaskan hal tersebut, Joey lalu meminjam analogi dari olahraga bola basket yang punya istilah “play to the buzzer”. Istilah ini digunakan untuk menyebut mentalitas permainan yang memaksa pemain untuk tetap fokus bermain, sampai bel babak terakhir berbunyi, tanpa perlu memikirkan hasil. Jadi, menurutnya, kasus tersebut bisa terjadi karena mentalitas itu kurang terlatih, baik di dalam tim BOOM.ID ataupun TeamTeam itu sendiri.

Lalu bagaimana dari sisi psikologi dan mentalitas? Joey menjelaskan lebih lanjut bahwa keadaan psikologis atau mental dari setiap atlet, termasuk atlet esports, memiliki batasan tenaga serta daya tahan. Seperti fisik, kekuatan mental juga butuh istirahat agar bisa kembali prima. Jadi secara umum mental juga dapat mengalami kelelahan atau disebut juga sebagai Mental Fatigue. Keadaan mental fatigue bisa terjadi pada atlet jika mereka mengalami tekanan yang sangat tinggi, namun kekuatan serta stamina mental mereka sudah tak sanggup menahan segalah hal tersebut.

Mengutip tulisan psikolog bernama Karen Nimmo dari medium.com, ada beberapa indikator ketika mental fatigue terjadi pada atlet. Menurutnya dalam keadaan mental fatigue, atlet akan lebih sering melakukan kesalahan, sulit untuk fokus, overthinking terhadap segala hal yang menciptakan keresahan, pergerakan kaku sehingga performa menurun, kehilangan motivasi, serta munculnya pikiran buruk yang membuat atlet takut salah bahkan dalam melakukan hal yang ia sangat mahir.

Sumber: knowtechie.com
Sumber: KnowTechie

Kompetisi sebesar Bucharest Minor merupakan kompetisi dengan tekanan mental yang sangat tinggi. Ada beberapa faktor penyebab kompetisi ini memberi tekanan mental tinggi, seperti panggung besar, sorotan khalayak Dota internasional, lawan kelas berat, serta tanggungan beban membawa nama baik negara sendiri. Menghadapi kompetisi ini, jelas seorang atlet esports harus memiliki kekuatan mental yang besar serta stamina mental yang tinggi; agar tidak mengalami mental fatigue dan bisa mengeluarkan performa konsisten sepanjang kompetisi.

Menutup obrolan, saya menanyakan soal pentingnya kehadiran pelatih mental di dalam sebuah tim esports? “S-A-N-G-A-T!!” Jawab Joey semangat. Ia mengatakan bahwa aspek tersebut harus ada di dalam program pelatihan esports, karena esports layaknya olahraga, bukan hanya soal fisik tapi juga mental yang prima. “Tim apapun yang mengabaikan aspek mental ibarat membangun rumah dengan mengabaikan beberapa tembok kemudian bingung kenapa rumah tersebut bisa roboh” ucap Joey.

Cerita Atlet Esports Senior Soal Tekanan Mental di Dalam Sebuah Kompetisi

Sumber: mineski.net
Koala (Pojok kiri) bersama tim Rex Regum Qeon saat memenangkan Kaskus Battle Ground musim pertama. Sumber: Mineski.net

Tak adil rasanya jika kita tidak melihat dari sisi pengalaman sang atlet esports itu sendiri. Menjawab hal ini saya menanyakan pendapat salah satu atlet esports Dota 2 legendaris. Pemain yang jadi narasumber untuk artikel ini adalah seorang pemain senior yang terakhir kali bermain di dalam tim Rex Regum Qeon, yaitu Farand ‘Koala’ Kowara. Koala berkarir di dunia esports Dota 2 sejak dari lama, sekitar tahun 2006, dan ia sudah menghadapi kerasnya jagat kompetisi DotA bersama tim XcN, ketika bahkan Dota 2 belum rilis. Dulu ia juga bahkan sempat memenangkan MGC 2008 di Tiongkok saat masih bergabung di Fnatic.

Sejak tahun 2017 lalu, Koala sudah gantung keyboard dan memilih untuk undur diri dari jagat kompetitif Dota 2. Alasan ia gantung keyboard adalah untuk memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda agar dapat menunjukkan bakatnya. Namun pensiun bukan berarti Koala sepenuhnya mundur dan tidak mengamati situasi dalam jagat kompetitif Dota.

Saya pun menanyakan soal pendapatnya terhadap apa yang terjadi dalam pertandingan BOOM.ID melawan TeamTeam di Bucharest Minor 2019. Koala juga turut mengakui bahwa situasi yang mereka alami tersebut merupakan situasi penuh tekanan. Tak heran jika mereka secara tim keseluruhan mengalami panik sampai akhirnya menciptakan keadaan tersebut.

Sumber: duniagames.co.id
Sumber: Dunia Games

Berangkat dari kasus tersebut, saya melanjutkan perbincangan membicarakan soal bagaimana sebenarnya tekanan dari menjadi seorang atlet esports. Koala menceritakan pengalamannya sendiri sambil menceritakan cerita kawan-kawannya yang juga berjuang di jagat esports Dota 2.

Menurutnya soal tekanan itu tergantung dari masing-masing orang, seberapa serius mereka menekuni dunia esports. “Tetapi jika sudah mencapai tingkat profesional tangapannya pasti berbeda, mereka dituntut untuk menang, ada hak dan kewajiban, belum lagi kalau kalah dibacotin, tapi balik lagi ke kekuatan mental individunya sendiri, ada yang bisa aja nggak kuat lalu merasa tertekan ada yang cukup kuat jadi biasa aja.” Tambah Koala.

Ia juga mengamini bahwa tekanan pertandingan di atas panggung itu jauh berbeda, tentunya tidak sebanding jika dibandingkan dengan sebuah game MMR di Dota 2. “Balik lagi ke momen BOOM, kalau game MMR gue yakin mereka pasti bisa sadar dengan keadaan. Tapi ini beda, ini tanding di panggung, tekanannya sudah jelas beda. Hal itu nggak cuma dialami BOOM kok, semua tim juga kaya itu” jelas Koala.

Sumber: dota2.com
Sumber: Dota 2 Blog

Bicara soal tekanan di dalam pertandingan Koala pun menceritakan bahwa dirinya sendiri cukup sering mengalami hal tersebut. “Hal kaya gitu sering banget, hampir setiap kali qualifier besar atau final kompetisi pasti ada pressure mental kaya gitu” cerita Koala. Ia melanjutkan bahwa seberapa besar tekanan dalam tim, itu tergantung seberapa besar tim tersebut peduli dengan ekspektasi orang sekitar, serta seberapa besar keinginan suatu tim untuk menang. Semakin besar pemain atau tim tersebut peduli dengan faktor eksternal dan internal tersebut, bukan tidak mungkin tekanan yang dialami akan semakin tinggi.

Lalu bagaimana cara untuk menghadapi keadaan penuh tekanan seperti ini? Setiap individu tentu punya cara dan siasatnya tersendiri, juga tergantung dari kekuatan serta stamina mental seseorang. Koala cerita ia punya cara yang cukup sederhana. “Just play and have fun, gak usah mikirin hasil, main dan lakukan yang terbaik” jawab Koala menutup obrolan kepada Hybrid.

Jika melihat bagaimana tim esports Indonesia kerap gagal ketika main di panggung internasional, saya merasa memang sudah saatnya menghadirkan sosok psikolog atlet. Terkait hal itu Joey juga menjelaskan bahwa memang tak harus selalu ada coach khusus mental yang merupakan lulusan psikologi. Menurutnya coach rangkap teknis dengan mental pun tak apa, selama ia mengerti serta mau belajar soal psikologi dan mentalitas atlit di dalam sebuah pertandingan.

Bagaimanapun jika melihat kemampuan bermain atau kerjasama permainan atlet-atlet Indonesia, mereka semua tak bisa dikatakan buruk; malah kadang bisa jadi lebih bagus dari pemain internasional. Terbukti beberapa pemain Indonesia skill-nya diakui oleh khalayak esports internasional, Hansel “BnTeT” Ferdinand dari CS:GO atau Kenny “Xepher” Deo dari Dota 2 contohnya.

Akhirnya, pelatihan mental dan pemahaman psikologi esports yang dilakukan sama kerasnya dengan pelatihan skill bermain tentunya akan membuat lebih banyak lagi para pemain Indonesia yang sukses menggaungkan namanya di tingkat dunia. Meski memang, hal ini juga akan kembali lagi ke kecepatan masing-masing pemain dalam menyerap berbagai pelatihan tersebut.

Cerita Perjuangan BOOM.ID di Dota 2 Bucharest Minor 2019

Pekan lalu kita melihat bagaimana perjuangan tim BOOM.ID dalam kompetisi Bucharest Minor, salah satu kompetisi yang masuk dalam rangkaian Dota 2 Pro Circuit 2018-2019 (DPC 2019). Secara hasil, BOOM.ID mungkin belum bisa memenuhi ekspektasi para netizen bermulut tajam namun perjuangan mereka patut diapresiasi berkat kegigihan mereka untuk lolos ke kompetisi internasional.

Penasaran dengan sepak terjang mereka selama di Bucharest Minor, Hybrid mewawancara Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID selama di Bucharest Minor kemarin. Bucharest Minor sendiri merupakan salah satu kompetisi bagian dari DPC 2019, yang tergolong sebagai kompetisi Minor.

Sumber:
Sumber: PGL Dota 2

Kompetisi Minor bisa dibilang seperti liga divisi 2 dalam jagat kompetisi Dota internasional. Jadi Bucharest Minor menjanjikan sang juara poin DPC untuk dapat lolos ke Dota 2 The International dan juga slot untuk menuju ke Major berikutnya; dalam hal ini adalah slot menuju Chongqing Major yang didapatkan oleh tim EHOME. Bisa melihat tim Indonesia menunjukkan kemampuannya di Bucharest, Hungaria, Brando mengaku benar-benar merasa senang dan bangga. Apalagi, lawan mereka ketika itu juga merupakan beberapa tim yang punya nama besar, OG contohnya tim juara TI 8 yang performanya sedang menurun belakangan.

Mereka memang sempat melakukan satu kesalahan yang membuat nama BOOM.ID menjadi sorotan di jagat kompetisi Dota internasional. Namun mungkin yang para khalayak Dota baik lokal maupun internasional tidak lihat, adalah bagaimana proses perjuangan mereka untuk sampai di sana.

Sumber: BOOM.ID
Sumber: BOOM.ID

Brando lalu menceritakan proses perjuangan mereka. Ia mengatakan bahwa para player BOOM.ID benar-benar disiplin dengan apa yang mereka lakukan, mulai dari latihan dan belajar dari setiap game. Tapi lagi-lagi, nyatanya bermain di panggung internasional tidak semudah dan sesederhana itu. Selain gameplay, mental memegang peranan penting di sana; seperti yang sudah sempat Hybrid bahas dalam artikel soal esports dan psikologi olahraga.

Salah satu yang unik dari kompetisi ini bagi BOOM.ID adalah kehadiran Mikoto sang wonderkid wajah baru jagat kompetisi Dota 2 Indonesia. Sepak terjang Mikoto sudah layaknya Topson dari tim OG, bedanya, Bucharest Minor yang jadi kompetisi internasional pertama bagi Mikoto. Tercatat, baru 2 tahun dia berkelana di jagat kompetisi esports. Walau singkat, Mikoto sudah menunjukkan potensi besarnya. Akhirnya berkat pembuktian yang ia lakukan, ia pun ditarik ke dalam tim BOOM.ID untuk menggantikan SaintDeLucaz yang rehat dari dunia kompetitif Dota.

Sebagai kompetisi internasional pertamanya, Brando mengatakan bahwa Mikoto ada perasaan nervous pada saat bermain di Bucharest Minor. “Soalnya turnamen pertama dia keluar negeri, ditambah ini juga Valve event kan” tambah Brando. Penasaran soal gameplay dan mekanik, menariknya Brando mengakui bahwa sebenarnya skill mekanik pemain Indo itu nggak kalah dari mereka yang punya jam terbang jauh lebih tinggi di jagat kompetitif Dota 2.

Sumber: Metaco
Sumber: Metaco

“Kalau mekanik sih Indonesia nggak kalah ya, cuma gue akui memang kelemahan kita itu dari segi strategi dan META understanding aja ya,” jawab Brando kepada Hybrid. Terakhir, mencoba melihat sisi positif dari hasil yang didapat BOOM.ID selama Bucharest Minor kemarin, Brando mengatakan bahwa kompetisi ini merupakan pelajaran besar bagi BOOM.ID.

Hard work get you further than anything, latihan terus, belajar terus, karena setiap hari, setiap game, setiap latihan pasti selalu ada yang bisa kita pelajari untuk menjadi yang lebih baik.” Jawab Brando menutup obrolan dengan Hybrid.

Sekali lagi selamat kepada BOOM.ID, yang sudah mencurahkan segala daya dan upaya agar dapat tembus sampai ke kompetisi tingkat Internasional. Meski mendapat hasil yang kurang memuaskan, namun hal ini tentu menjadi pelajaran besar yang bisa membuat jagat kompetisi Dota 2 Indonesia semakin hebat lagi ke depannya.

EHOME Raih Gelar Juara Bucharest Minor, BOOM.ID Peringkat Tujuh

Turnamen Dota 2 Bucharest Minor telah mencapai puncaknya. Delapan tim dari berbagai penjuru dunia baru saja selesai bertarung habis-habisan untuk memperebutkan hadiah uang senilai US$300.000. Dan yang lebih penting lagi, slot kualifikasi terakhir untuk maju ke turnamen Chongqing Major. Gelar juara ini akhirnya jatuh ke tangan tim raksasa asal Tiongkok yang disegani, yaitu EHOME, dengan catatan tak terkalahkan.

EHOME maju ke Upper Bracket setelah mengalahkan Playmakers Esports dan OG, menjadikan mereka pemimpin klasemen Grup B. Sementara Grup A didominasi oleh Gambit Esports yang berasal dari Rusia, setelah mereka menjatuhkan TEAM TEAM dan Keen Gaming. Perjalanan EHOME maupun Gambit Gaming terlihat mulus, hingga akhirnya mereka saling berhadapan di Upper Bracket Finals.

https://www.youtube.com/watch?v=0SBMQLlOsQQ

EHOME menunjukkan permainan cantik dengan hero-hero hard carry seperti Anti-Mage, Sniper, dan Terrorblade, sementara kawan-kawan mereka melindungi dengan kemampuan tank dan crowd control. Di sisi lain, Gambit Esports tampak lebih mengutamakan permainan wombo combo. Mereka mengandalkan hero-hero seperti Tidehunter, Gyrocopter, serta Obsidian Destroyer untuk menghasilkan burst damage.

Kedua tim bertarung dengan sengit, bahkan salah satu ronde makan waktu hingga 70 menit lamanya. Tapi pada akhirnya Gambit Esports harus turun ke Lower Bracket setelah kalah dengan skor 2-0. Di Lower Bracket, Gambit Esports kembali melibas tim-tim lainnya, dan akhirnya mereka dapat melakukan rematch melawah EHOME di Grand Final.

EHOME di Grand Final bermain lebih agresif. Berbekal hero-hero hitter yang kuat di early game, seperti Sven dan Huskar, mereka mampu menghasilkan permainan sangat menekan. Namun Gambit Esports tidak menyerah dan berhasil mencuri satu angka di ronde kedua. EHOME pun dengan cepat beradaptasi, berganti lineup ke hero-hero yang ahli memberikan AoE damage seperti Jakiro, Shadow Fiend, Tiny, bahkan Leshrac. Ronde tiga dan empat dimenangkan EHOME dalam waktu sekitar 30 menit saja, dan mereka pulang membawa gelar juara serta uang .

Bucharest Minor juga jadi ajang laga tim BOOM.ID yang berasal dari Indonesia. BOOM.ID yang berada di Grup B sempat meraih kemenangan atas Playmakers Esports. Tapi kemudian mereka kalah dua kali dari OG, sehingga harus maju ke babak utama lewat Lower Bracket. Berhadapan dengan TEAM TEAM dari Amerika Serikat, BOOM.ID juga berhasil memenangkan satu ronde, namun akhirnya tereliminasi dengan skor 2-1.

EHOME - Bucharest Minor
EHOME setelah menjuarai Bucharest Minor | Sumber: EHOME

Menurut saya sendiri ini hasil yang tidak buruk. Meski belum juara, setidaknya BOOM.ID telah membuktikan bahwa tim Indonesia dapat menunjukkan perlawanan di turnamen besar. Mereka juga tidak pulang dengan tangan hampa, karena posisi peringkat tujuh memberikan hadiah berupa uang senilai US$7.500 (sekitar Rp105,8 juta) dan 20 DPC Point. Mudah-mudahan pengalaman yang diperoleh BOOM.ID bisa menjadi bekal untuk meningkatkan performa di kompetisi berikutnya.

Selanjutnya, EHOME harus terbang kembali ke Tiongkok untuk bertanding di Chongqing Major pada tanggal 19 Januari nanti. Mereka akan berhadapan dengan 15 dedengkot Dota dunia yang sudah lolos lebih dulu, termasuk Team Secret, Evil Geniuses, Team Liquid, Virtus.pro, dan lain-lain. Kesempatan memenangkan uang hadiah yang total bernilai US$1.000.000 tentunya merupakan hadiah yang manis menjelang Tahun Baru Imlek nanti.

Sumber: GosuGamers, Liquipedia

Taklukkan Mineski, BOOM ID Lolos Ke The Bucharest Minor!

BOOM ID, tim Dota 2 terbaik di Indonesia, akhirnya lolos ke ajang utama The Bucharest Minor setelah menjadi juara di kualifikasi untuk Asia Tenggara. Di kualifikasi Asia Tenggara yang digelar tanggal 3-4 Desember 2018 ini, mereka berhasil mengalahkan sejumlah tim Asia Tenggara termasuk Mineski yang pernah menyabet gelar Major.

Di kualifikasi tersebut, ada 4 tim Asia Tenggara  yang memperebutkan 1 kursi ke ajang Minor yang akan diselenggarakan tanggal 9-13 Januari 2019, di Rumania. Keempat tim tersebut adalah:

  1. BOOM ID (Indonesia) – Direct Invite
  2. Mineski (Filipina) – Direct Invite
  3. Clutch Gamers (Malaysia) – Lolos dari Open Qualifiers
  4. WarriorsGaming.Unity (Malaysia) – Lolos dari Open Qualifiers

Perjalanan BOOM ID sendiri boleh dibilang cukup mulus di kualifikasi ini. Pertama, mereka mengalahkan Clutch Gamers dengan skor 2-0. Mereka kemudian menekuk Mineski, yang menjadi juara di Dota 2 Asia Championship (DAC) 2018, dengan skor 2-0.

Bracket Closed Qualifier The Bucharest Minor. Sumber: Liquipedia
Bracket Closed Qualifier The Bucharest Minor. Sumber: Liquipedia

BOOM ID pun menang kembali 2-1 setelah menaklukan Clutch Gamers kembali di partai terakhir, setelah Clutch mengalahkan Mineski dan kembali naik ke Lower Bracket.

Untuk Bucharest Minor nya sendiri, turnamen besutan PGL ini telah menyediakan total hadiah sampai dengan US$300 ribu dan 500 DPC Point untuk The International 2019. Turnamen ini juga merupakan turnamen Minor kedua untuk musim 2018/19. Juara pertama Bucharest Minor, selain akan mendapatkan hadiah US$125 ribu dan 120 DPC Point, juga akan berhak mendapatkan kursi untuk bertanding ke Chongqing Major.

Nantinya, akan ada 8 tim yang berlaga di Bucharest yang semuanya masuk lewat jalur kualifikasi wilayahnya masing-masing. Ada 2 slot untuk masing-masing tim dari Eropa dan Tiongkok dan 1 slot untuk setiap tim dari Amerika Utara, CIS, Asia Tenggara, dan Amerika Latin.

Sampai artikel ini ditulis, baru ada 3 tim (beserta jalur kualifikasinya) yang telah memastikan kursi mereka, yaitu:

  1. OG (dari Eropa)
  2. Keen Gaming (dari Tiongkok)
  3. BOOM ID (dari Asia Tenggara)

Di satu sisi, mungkin memang benar bahwa absennya Fnatic dan TNC Predator (yang mungkin boleh dibilang sebagai 2 tim terbaik di Asia Tenggara saat ini karena sudah lolos ke Chongqing Major lebih dulu) memungkinkan BOOM ID lolos di tingkat regional Asia Tenggara. Namun di sisi lain prestasi ini tetap dapat dibanggakan karena BOOM ID, paling tidak, bisa mengklaim bahwa mereka adalah tim Dota 2 ketiga terbaik di Asia Tenggara.

Kira-kira bagaimana perjalanan kawan-kawan kita dari BOOM ID di Bucharest awal tahun nanti ya?

Roster BOOM ID yang lolos ke Bucharest Minor:

  • Rafli “Mikoto” Fathur
  • Randy “Dreamocel/Fervian” Sapoetra
  • Saieful “Fbz” Ilham
  • Tri “Jhocam” Kuncoro
  • Alfi “Khezcute” Nelphyana

BOOM ID Tetap ‘Lapar’ Pasca SEA Qualifier Chongqing Major

Tanggal 25-27 November 2018 kemarin, BOOM ID berhasil masuk ke dalam kualifikasi Asia Tenggara untuk Chongqing Major bersama dengan tim-tim Dota 2 papan atas lainnya dari Asia Tenggara. Dari kualifikasi ini, 2 tim tertinggi berhak melaju ke event utama yang akan digelar di Chongqing, Tiongkok, tanggal 19-27 Januari 2019. Kedua tim tersebut adalah Fnatic dan TNC Predator.

Langkah BOOM ID terhenti di babak semifinal saat mereka dikalahkan oleh TNC Predator di Upper Bracket dan Mineski di Lower Bracket. Capaian BOOM ID di sini sebenarnya sudah terbilang sangat baik karena mereka berhasil menembus babak grup dan bisa dibilang sebagai 1 dari 4 tim terbaik di Asia Tenggara.

Hasil ini juga diraih meski mereka baru saja mengganti formasinya setelah kehilangan satu pemain lamanya, SaintDeLucaz; dan memasukkan pemain baru, Mikoto.

Namun, Marzarian Ojan Sahita, General Manager dari BOOM ID mengatakan pada kami bahwa mereka belum puas dengan capaian itu. “Bukannya tidak bersyukur tapi moto kita di BOOM ya #KeepHungry. Jadi, itu bukan sekadar slogan saja. Mulai dari CEO sampai para pemain, kita semua di BOOM benar-benar performance-oriented.”

Meski begitu, Ojan sangat mengapresiasi timnya karena semua pemain mau kerja keras sampai di titik yang memang harus lebih ditingkatkan lagi. Ia juga mengaku bahwa turnamen ini cukup spesial. Muasalnya, pertama, turnamen ini bertingkat Major. Selain itu, Saieful “FBZ” Ilham juga baru pertama ini bermain sebagai offlane melawan tim Tier 1 di SEA. Turnamen ini juga pertama kalinya Rafli “Mikoto” Fathur bermain di bawah bendera BOOM ID sebagai midlaner menghadapi pemain-pemain terbaik di SEA.

“Jadi, gua percaya apa yang mereka dapatkan pasti banyak sekali.” Tutur Ojan.

Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia
Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia

Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2 juga memberikan komentarnya atas pengalaman tim mereka di sini. Ia mengatakan bahwa permainan early game mereka bisa lebih ditingkatkan. “Bisa dilihat dari game-game saat playoff kemarin, early game kita hampir selalu kalah. Jadi, bisa diperbaiki lagi laning phase kita masing-masing.”

Ia juga menambahkan bahwa timnya bisa lebih banyak lagi dalam mempelajari dan menguasai hero-hero yang berbeda (hero pool). “Early game, laning phase, sama hero pool tadi yang bisa dimaksimalkan lebih jauh sekarang. Mikoto good! Wkwkwkw…” Ujarnya sembari berseloroh.

Meski mereka harus merelakan kesempatan untuk bertanding di tingkat Major, divisi Dota 2 BOOM ID yang mungkin memang masih terbaik di Indonesia ini punya banyak ruang untuk terus berkembang lebih jauh.

Seperti yang tadi diutarakan Ojan, Mikoto baru saja bergabung dan FBZ baru berganti posisi karena perubahan roster tadi. Dengan waktu yang cukup, tim ini bisa mengasah lagi komunikasi dan jam terbang mereka agar lebih baik.

https://www.youtube.com/watch?v=UJ_QQ3TqjmU

Selain itu, Dota 2 sendiri juga baru saja mengalami banyak perubahan besar pasca patch 7.20.

Setelah kualifikasi Chongqing Major, divisi Dota 2 BOOM ID juga akan berlaga di kualifikasi untuk Bucharest Minor 2019 di kancah internasionalnya. Apakah mereka bisa menuai hasil yang lebih baik di sana?

BOOM ID Lepas SaintDeLucaz, Salah Satu Pemain Terlama Mereka

Kemarin (14/11),  BOOM ID memberikan kabar mengejutkan. Divisi Dota 2 mereka melepas Dolly “SaintDeLucaz” Van Pelo (SDL), salah satu pemain yang membela tim ini dari pertama kali dibentuk.

Musababnya adalah alasan personal yang mengharuskan SDL harus vakum sementara dari dunia kompetitif Dota 2.

Saya pun menghubungi Marzarian Ojan Sahita (Owljan), General Manager untuk BOOM ID, dan Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2, untuk berbincang-bincang mengenai SDL.

“Betul sekali. Tanpa Dolly, BOOM ga akan sampai ke titik sekarang ini,” kata Owljan mengawali pembicaraan kami.

Lebih lanjut dia bercerita, “ketika gua berbicara soal ‘kita gak akan sampai di sini tanpa Dolly’, itu gak hanya soal performa in-game karena ada banyak sekali yang sudah terjadi di BOOM ID. Bukan tanpa alasan juga di tim dia dijuluki ‘papa’. Orangnya lumayan objektif tanpa menyampingkan perasaan orang lain. Sebagai player, di mata organisasi, Dolly adalah orang yang punya komitmen dan kemauan serta dedikasi. Salah satu player yang secara attitude masuk ke dalam kriteria ‘professional’ gua.”

Owljan mengakui bahwa haru dan duka menyertai mereka (BOOM ID) ketika berdiskusi soal kepergian SDL. Bahkan, menurut Owljan, tak hanya divisi Dota 2 nya saja yang sedih atas kepergian itu, pemain dan staff divisi lain juga merasakannya. Bagi Owljan, hal tersebut adalah bukti bahwa Dolly merupakan orang yang sangat bersahabat dan menyenangkan sehari-harinya.

Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports

Alfi “Khezcute” Nelphyana, kapten tim dari divisi Dota 2 BOOM ID, juga sempat memberikan pendapatnya atas SDL. “Dia teman yang baik dan menyenangkan, punya semangat, dan daya juang. Semoga ketika seluruh urusannya selesai, Dolly bisa kembali aktif di kompetisi.” Ujarnya.

Brando juga bercerita bahwa Dolly merupakan pemain yang lumayan agresif di dalam game dan ia juga sering menjadi inisiator saat di Mid Game. Selama ini, ia mengisi posisi offlaner, alias posisi 3. Dolly juga disebut Brando sebagai seorang space creator. Terkadang, Dolly juga yang memberikan komando saat di Mid Game.

Menurut penuturan Brando, komando permainan di BOOM ID sendiri memang dinamis. Di awal permainan, alias Early Game, sang kapten Khezcute yang memegang komando. Sedangkan di akhir, Late Game,  Randy “Dreamocel” Sapoetra, sang carry, yang mengatur tempo.

Lebih lanjut Brando menjelaskan SDL memiliki 2 hero favorit, yaitu Dark Seer dan Enigma. Kedua hero tersebut punya laning phase yang kuat dan skill yang baik untuk team fight. Hal itu sejalan dengan gaya permainan SDL yang memang suka push lane cepat. Oh iya, karena mengisi posisi 3, SDL alias Dolly juga merupakan pemain yang bisa berkontribusi tanpa farming terlalu lama.

Menariknya, BOOM ID juga langsung mengumumkan pemain penggantinya, yaitu Rafli “Mikoto” Fathur di hari yang sama; sore harinya. Hal ini menarik karena Mikoto bukanlah pemain yang biasa bermain di posisi 3, melainkan di posisi 2 yang butuh farming lebih lama.

Namun demikian, Mikoto sendiri bukanlah pemain baru juga. Ia telah malang melintang di dunia persilatan Dota 2 Indonesia. Sebelum bergabung ke BOOM ID, Mikoto adalah pemain dari Alter Ego dan, sebelum ke sana, ia adalah pemain Pandora Esports.

Meski telah menggandeng pemain baru, SDL masih tetap akan bermain saat BOOM ID akan bertarung untuk kualifikasi Asia Tenggara WESG 2018 karena memang aturan dari turnamen tersebut yang tidak mengijinkan pergantian pemain.

Pergantian pemain dari SDL ke Mikoto ini menarik karena, seperti yang saya tuliskan tadi, perbedaan posisi antara keduanya. Jadi, apakah BOOM ID, yang mungkin selama ini bisa dibilang tim Dota 2 Indonesia yang paling stabil performanya, bisa mempertahankan gaya permainannya?

Wawancara Bersama Owner BOOM ID Tentang Pahit Manis Organisasi Esports

Dengan menjamurnya dan ‘latah’ esports di Indonesia, banyak orang beramai-ramai terjun ke industri ini; dari yang mulai jadi event organizer, media, ataupun tim esports.

Meski begitu, nyatanya, memang tidak mudah meraba industri baru ini jika tak ada teladan yang bisa diikuti. Karena itu, kami mengajak mereka-mereka yang sudah lebih dulu terjun untuk berbagi pengalamannya.

Kali ini, kita akan berbicara soal tim esports dan saya telah menghubungi Gary Ongko Putera yang merupakan owner sekaligus founder dari BOOM ID untuk menceritakan insight-nya.

Sebelumnya, buat yang tidak familiar dengan BOOM ID, organisasi esports ini adalah salah satu yang terbesar di Indonesia yang didirikan tahun 2016.

Sumber: BOOM ID
Sumber: BOOM ID

Saat artikel ini ditulis, mereka juga masih menjadi organisasi dengan divisi/tim game terbanyak mulai dari Dota 2, CS:GO, Mobile Legends, Point Blank, PUBG, PUGB Mobile, Vainglory, Hearthstone, dan FIFA Online. Mereka bahkan punya 3 tim untuk game Mobile Legends, 2 di Indonesia dan 1 di Singapura.

Selain itu mereka juga bisa dibilang paling konsisten performanya, dari aspek prestasi, di dunia persilatan Dota 2 dan CS:GO Indonesia.

Inilah perbincangan saya dan Gary.

Sumber: Duniaku
Sumber: Duniaku.net

Sejarah BOOM ID

Saya pun menanyakan cerita bagaimana dulu BOOM ID terbentuk. Gary pun bercerita bahwa saat ia masih SD atau SMP setiap hari main ke warnet. Dari sana, ia bermimpi untuk memiliki organisasi seperti Fnatic.

“Emang dari dulu patokannya Fnatic. Menurut gua, mereka salah satu organisasi paling keren.” Ungkapnya.

Dari impian itu, satu saat ia mendapatkan kesempatan karena tim CS:GO Kanaya ingin melepaskan diri dari manajemen dan mencari tempat berlabuh baru. “Kebetulan cocok. Jadi, mulailah BOOM ID.”

Kala itu, ada 4 pemain yang berasal dari Kanaya yaitu hazard, mindfreak, asteriskk, dan MaverickZz ditambah 1 pemain dari Recca Esports, 6fingers. Saat itu Ari Kurniawan, yang sekarang jadi COO Capcorn, manajer dari Kanaya Gaming juga ikut hijrah jadi manajer BOOM ID.

Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan
Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan

Ari pun mengenalkan Owljan untuk jadi graphic designer BOOM ID. Dari Owljan, ia pun mengenalkan BOOM ID ke tim Dota 2 yang mantan pemain Supernova. Maka bergabunglah InYourDream, Dreamocel, SaintDeLucaz, Varizh, dan SnowbaLL yang jadi susunan pemain pertama divisi Dota 2 BOOM ID.

Dari 2 divisi itu pun BOOM ID pelan-pelan berkembang besar sampai jadi sekarang ini. Beberapa divisi mereka juga sebenarnya baru saja direkrut di 2018 ini, seperti Hearthstone, FIFA Online, dan Point Blank.

BOOM Jr yang merupakan salah satu tim Mobile Legends BOOM juga baru direkrut sesaat setelah tim tersebut lolos ke MLBB Professional League (MPL) Indonesia Season 2. Sebelumnya, tim tersebut bernama Chronos Agent.

Tantangan Organisasi Esports

Saya pun menanyakan tantangan-tantangan yang harus ia hadapi sebagai pemilik tim esports.

“Kesulitannya… hmmm banyak sih. Kita sekarang punya anggota 50+. Jadi, setiap hari pasti ada susahnya. Entah result (prestasi) yang kurang memuaskan, (masalah) internal, cari sponsor, cari talent, cari coach yang mau tinggal di Indonesia, masalah internet dan yang lain-lainnya.”

Ia pun menambahkan beberapa cerita yang spesifik tentang kesulitan yang pernah ia rasakan. “Dulu pernah juga pakai provider internet yang kurang bagus. Jadi setiap nyari Grab atau Gojek ke BC selalu di-cancel. Pernah kebanjiran juga jadi harus angkat PC ke atas meja supaya ga konslet. Pernah mati lampu saat bertanding. Pernah gagal ikut 2 kualifikasi regional Asia Tenggara karena jadwal yang saling bertabrakan.”

“Netizen itu kesulitan juga sih yang harus dihadapi hahaha…” Katanya tertawa.

Tentang modal awal

Lalu bagaimana soal modal awalnya untuk membuat tim ini? Apakah ada kesulitan sendiri soal ini?

Gary pun bercerita bahwa ia harus meninggalkan perusahaan orang tuanya untuk fokus ke BOOM.

“Hahaha… Lumayan tegang ngomongnya (waktu itu). Tapi karena sudah passion dan pas S2 di Amerika juga sudah dipikirkan masak-masak business plan nya, jadinya untung lumayan smooth dan didukung (orang tua).” Kenang Gary.

Sekarang, BOOM ID memang telah mendapatkan banyak sponsor namun ia juga mengatakan bahwa punya sponsor itu tidak selalu menyenangkan. “Beberapa brand kadang-kadang memberikan janji yang muluk-muluk namun setelah dibantu semuanya berubah.”

Dari pengalaman itu, Gary juga memberikan pesan untuk para owner baru untuk benar-benar cari tahu brand yang menawarkan diri jadi sponsor.

Tim Dota 2 BOOM ID. Sumber: BOOM ID
Tim Dota 2 BOOM ID. Sumber: BOOM ID

Jadi, dari cerita tadi, sebenarnya masalah yang dihadapi oleh organisasi esports tak jauh berbeda dengan masalah perusahaan kebanyakan.

Masalah prestasi yang tak sesuai harapan adalah masalah KPI di perusahaan profit. Masalah internal pemain juga bisa disebut masalah SDM. Masalah internet dan teknis lainnya juga tak jarang dihadapi oleh perusahaan lainnya. Sedangkan masalah sponsor juga bisa diartikan masalah kesepakatan bisnis.

Namun demikian, meski bisa dibilang masalah yang dihadapi senada, kemampuan manajemen yang baik juga perlu diimbangi dengan pengetahuan esports yang memadai untuk mengatur sebuah organisasi esports.

Dari obrolan saya dan Gary, saya juga baru mengetahui ternyata owner BOOM ID ini bahkan lulusan S1 dan S2 dari US. Gelar S1 nya pun ganda (double degree) antara Ekonomi dan Psikologi. Untuk S2 nya, Gary mengaku mengambil jurusan Ekonomi.

“Jenius gua despite kerusuhan gua…  wakakkakaa.” Seloroh Gary.

Mungkin juga, karena latar belakang akademis Gary tadilah, ia berhasil membawa BOOM ID jadi sebesar ini sekarang.

Jadi, buat Anda yang masih meremehkan gamer, yang katanya malas, bodoh, dan tidak berpendidikan, saya akan bawa Gary ketemu Anda… Hehe…

Tentang regenerasi pemain

Satu hal yang sebenarnya menjadi perbincangan di kalangan manajemen tim esports Indonesia adalah soal minimnya regenerasi pemain di tanah air, khususnya di Dota 2 dan CS:GO.

Sumber: BOOM ID
Sumber: BOOM ID

Bagaimana menurut pendapat Gary?

Menurutnya soal regenerasi itu tergantung dari minat organisasi tersebut apakah serius memberikan insentif ke pemain untuk naik ke tingkat pro.

Ia pun tidak melihat regenerasi jadi masalah di Indonesia. “Dengan makin banyaknya organisasi di Indonesia, harusnya regenerasi talent (pemain) aman.”

Gary pun memberikan contoh bahwa sekarang organisasi-organisasi esports besar juga ramai-ramai buat tim CS:GO. Ia pun menyebutkan yang spesifik tentang organisasi esports PG Barracx yang sekarang punya PG Godlike dan PG Orca yang merupakan divisi baru dengan pemain-pemain muda.

Menurutnya, pandangan kaum awam dan masyarat generasi tua yang menjadi kunci terakhir tentang regenerasi ini. “Karena banyak pemain yang tidak diijinkan untuk mengejar ambisi menjadi pemain profesional sama orang tuanya. Padahal, dari segi gaji, lumayan banget jadi pro player.”

Berbicara soal gaji, memang berapa sih sebenarnya gaji yang bisa didapatkan oleh pemain baru?

Menurutnya, kisaran gaji yang bisa didapatkan oleh pemain baru di Indonesia bisa berkisar antara Rp3-4 juta rata-ratanya. “Semua tergantung prestasi sih kalau di BOOM. Kurang tahu kalau untuk tim-tim lainnya.”

BOOM ID saat juara IGC 2018. Sumber: BOOM ID
Tim Dota 2 BOOM ID saat juara IGC 2018. Sumber: BOOM ID

Keuntungan memiliki tim Esports

Setelah kita berbicara cukup panjang soal tantangan, bagaimana soal keuntungannya?

Dari sisi emosional, Gary mengaku bangga ketika timnya menang meski merasa sedikit kesal juga saat kalah. Gary memang benar-benar peduli dengan performa tim-timnya di sana.

Selain soal kemenangan tadi, ia juga merasa ada kepuasan sendiri jika banyak pemain yang berkembang setelah mereka bergabung dengan BOOM ID.

Ia juga senang ketika bisa melihat para pemainnya kerja keras selama latihan. “Rewarding aja bisa melihat pemain yang sangat peduli dengan pekerjaannya sebagai pro gamer.”

Bagaimana soal keuntungan materiil?

Ia mengaku bisa mendapatkan keuntungan materiil dari sponsor, hadiah turnamen, penjualan merchandise, dan streaming incentives.

Saat ini, Gary pun mengaku sebenarnya BOOM ID sudah profit (mendapatkan laba) namun ia justru menggunakan keutungan tersebut untuk melebarkan sayapnya alias expand.

Dari semua jenis pemasukan tadi, Gary mengatakan bahwa pemasukan dari sponsor yang cukup besar. Sebaliknya, hadiah turnamen di Indonesia tidak dirasa cukup besar.

Merchandise BOOM ID. Sumber: BOOM ID
Merchandise BOOM ID. Sumber: BOOM ID

“Paling PO jersey yang lumayan. Tapi ga bisa sering-sering haha…”

Itu tadi perbincangan singkat saya dengan Gary Ongko, yang empunya BOOM ID. Semoga perbincangan kami dapat bermanfaat bagi Anda yang tertarik untuk membuat tim esports.

Thanks juga buat Gary yang sudah menyempatkan waktunya dan berbagi cerita. Semoga kawan-kawan kita di BOOM ID bisa terus berkembang dari waktu ke waktu ya!

Tonton dan Dukung BOOM ID Bertarung di PVP Esports Championship

Hari ini, 3 Oktober 2018, BOOM ID akan mengikuti turnamen berskala internasional di Singapura yang bertajuk PVP Esports Championship.

Turnamen yang disponsori oleh Singtel dan Razer ini menyuguhkan total hadiah sampai dengan US$300 ribu dengan pembagian hadiah berikut ini:

  1. Juara 1: US$80.000
  2. Juara 2: US$40.000
  3. Juara 3: US$20.000

Digelar di Suntec Convention Center, Singapura, BOOM ID akan berhadapan dengan 8 tim lain yang berasal berbagai negara.

Berikut adalah daftar peserta dari PVP Esports Championship:

  1. PSG.LGD dari Tiongkok (Direct Invite)
  2. Team Secret dari Eropa (Direct Invite)
  3. Fnatic dari Malaysia (Direct Invite)
  4. KSY dari Australia (dari kualifikasi Australia)
  5. Team Admiral dari Filipina (dari kualifikasi Filipina)
  6. Resurgence dari Singapura (dari kualifikasi Singapura)
  7. Hastag?.DOTA dari Thailand (dari kualifikasi Thailand)
  8. Signify dari India (dari kualifikasi India)
  9. BOOM ID (dari Indonesia Games Championship 2018)

Seperti yang kami tuliskan tadi, BOOM ID memang langsung lolos ke sini berkat prestasi mereka menjuarai Indonesia Games Championship 2018 (salah satu turnamen esports terbesar di Indonesia yang diselenggarakan oleh Telkomsel) yang digelar bulan April 2018 silam. Mungkin lebih tepatnya, IGC 2018 tadi dikategorikan sebagai qualifier Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=njLjM7d45qo

Kompetisi ini pun terbagi menjadi 3 babak, yaitu babak Grup dan Playoff Group, dan Playoff Single Elimination.

Menariknya, karena memang tim-tim undangan di sini bisa dibilang tim Tier 1 dunia, 3 tim tersebut tidak akan mengikuti babak Grup pertama.

Hanya 6 tim dari jalur kualifikasi yang akan bertanding di babak Grup dengan format Round-Robin (Bo1). Tiga tim teratas di babak Grup pun berhak lanjut ke babak Playoff. Tiga tim terbawah di babak Grup pertama tadi akan langsung tereliminasi.

Sedangkan untuk babak Playoff Group, 6 tim (termasuk tim undangan) akan dibagi menjadi 2 grup. 2 tim teratas dari setiap grup akan berlanjut ke babak Playoff Single Elimination.

Di babak tersebut, 4 tim akan bertanding dengan format single-elimination. Semifinal akan menggunakan format Bo3 sedangkan finalnya akan menggunakan Bo5.

Sumber: Liquipedia
Daftar tim peserta PVP Esports. Sumber: Liquipedia

Peluang BOOM ID di turnamen ini sebenarnya cukup besar karena, di atas kertas, banyak tim yang bertanding di sini bukan yang paling menyeramkan dari negaranya masing-masing. Sedangkan BOOM ID bisa dibilang punya tim Dota 2 Indonesia yang paling konsisten sepanjang waktu.

Karena itu, selain tim-tim undangan, BOOM ID punya peluang besar untuk memenangkan pertandingannya. Makanya, jangan lupa dukung BOOM ID ya di setiap pertandingan. Kalian juga bisa menonton semua pertandingan PVP Esports Championship di kanal YouTube Dunia Games.

PVP Esports Championship sendiri akan berlangsung mulai dari hari ini (3 Oktober) sampai dengan tanggal 7 Oktober 2018.

Resmi Hadirkan Omen di Indonesia, HP Targetkan Para Gamer dan Konsumen Millennial

Sejak memulai kiprahnya hampir 80 ahun silam, Hewlett-Packard telah memperluas bisnisnya ke berbagai segmen teknologi. Ketertarikan mereka di bidang gaming sendiri boleh dibilang ‘belum terlalu lama’, ditunjukkan lewat akuisis Voodoo Computers di tahun 2006. Produsen PC mewah inilah cikal bakal dari sub-brand Omen, yang HP pertama kali perkenalkan di akhir 2014.

Butuh waktu lebih dari dua tahun bagi perusahaan asal Palo Alto itu untuk membawa Omen ke Indonesia. Buat berkompetisi dengan para kompetitor besar yang sudah tiba lebih dulu di sini, pendaratan Omen by HP dilakukan secara besar-besaran. Selain meluncurkan deratan PC desktop dan laptop Omen, HP turut menghadirkan rangkaian aksesori gaming, serta satu produk yang berpotensi memicu perombakan di segmen ini.

HP Omen 6

President director HP Indonesia David Tan menjelaskan ada dua khalayak sasaran dari Omen. Gamer sudah pasti merupakan target utama mereka, namun perangkat-perangkat ini juga disiapkan untuk kalangan millennial. Menurut David, konsumen jenis ini mempunyai karakteristik berbeda dari generasi sebelumnya. HP memperikaran, 60 persen tenaga kerja di tahun 2020 adalah para millennial.

HP Omen 15

Penggunaan perangkat teknologi sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan individu-individu ini. Bagi mereka, bekerja tak lagi cuma dilakukan di kantor, lalu kehidupan personal juga tidak lagi hanya terbatas di rumah.

David Tan menyampaikan bagaimana HP berusaha buat terus beradaptasi dan mencoba memberikan konsumen-konsumen ini pengalaman menyeluruh karena saat ingin melakukan pembelian, millennial tak cuma menakar kualitas produk, tapi keseluruhan ekosistem – termasuk layanan serta apakah perangkat itu relevan dengan kebutuhan mereka.

HP Omen 5

HP Omen 1

Mungkin itu juga alasannya HP memilih brand ambassador yang mewakilkan generasi millennial. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengumumkan empat duta Omen, di antaranya ada Recca eSports, Mineski Talent, Boom ID serta cosplayer Donna Visca. Menurut penuturan market development manager Edo Jonathan Chandra, talenta-talenta ini digandeng HP karena mereka adalah yang terbaik di bidangnya.

HP Omen 13

Menjawab pertanyaan saya mengenai mengapa HP baru meresmikan Omen di Indonesia sekarang, David Tan menerangkan bahwa baru saat inilah mereka betul-betul merasa siap – menakar dari perspektif pasar dan komunitas gaming. Menurutnya, melepas produk anyar tidaklah sulit, tapi HP tak mau sekedar melakukan peluncuran saja. Mereka ingin berkontribusi pada ekosistem gaming, serta memahami apa yang gamer inginkan, apalagi para atlet eSport Indonesia mulai dikenal secara global.

HP Omen 14

Beralih ke keluarga perangkat Omen, HP membaginya dalam lima kategori: notebook, desktop, monitor, aksesori, dan docking. Walaupun sudah jadi milik HP, produsen masih mengusung logo topeng tribal VoodooPC di tiap-tiap produk Omen.

HP Omen 2

 

Laptop HP Omen 17 dan Omen 15

Kata HP, desain laptop Omen 17- dan 15-inci terinspirasi dari pesawat luar angkasa. Produsen telah menyiapkan sejumlah fitur yang bakal sangat berguna bagi gamer: panel bawah yang mudah dibuka untuk menyederhanakan proses gonta-ganti memori, keyboard backlight dengan teknologi anti-ghosting 26-key rollover, serta ditunjang sistem audio DTS Headphone: X buat menghidangkan suara 360 derajat.

HP Omen 11

HP Omen 19

Kedua laptop ini sudah bersertifikat VR ready; Omen 17 dibekali kartu grafis GeForce GTX 1070, sedangkan Omen 15 mengandalkan GPU GTX 1060; tentu saja mereka sudah dipersenjatai prosesor Intel Core i7 generasi ke-7. Tersedia opsi layar 4K dan full-HD dengan refresh rate 120Hz plus teknologi Nvidia G-Sync.

HP Omen 18

HP Omen 20

 

PC Desktop HP Omen

Mengambil wujud PC mid-tower, HP mengombinasikan kesederhaan penggunaan dengan keleluasaan uprade (terdapat fitur hot swap storage melalui tray di depan). Sistem ini menghidangkan setup kartu grafis hingga dua buah GeForce GTX 1080Ti via SLI, dipadu bersama CPU Intel Core i7 yang bisa di-overclock lewat software Omen Command Center. Produsen tak lupa menyediakan solusi pendingin berbasis cairan opsional demi memastikan hardware-hardware premium di dalam tidak kepanasan.

HP Omen 3

HP Omen 22

 

Monitor HP Omen

Ada dua varian monitor Omen yang HP hadirkan di Indonesia: tipe 25-inci dan 27-inci. Omen by HP 25 menyajikan refresh rate 144Hz serta menjanjikan waktu respons hanya 1ms, juga telah menyimpan teknologi AMD FreeSync untuk meminimalisir stuttering terlepas dari frame rate yang Anda peroleh. Omen by HP 27 sendiri menyuguhkan resolusi hingga QHD dan refresh rate 165Hz, serta mempunyai  kapabilitas overclock. Display tersebut disiapkan buat pengguna GPU Nvidia dan telah dilengkapi G-Sync.

 

HP Omen 21

 

HP Omen Accelerator

Dua bulan setelah pengungkapan perdananya, HP segera memamerkan Omen Accelerator di Indonesia. Perangkat ber-codename Shiva ini merupakan docking kartu grafis discreet, memungkinkan kita menyulap ultrabook menjadi perangkat gaming tulen cukup dengan menyambungkan kabel dari Omen Accelerator ke port Thunderbolt di laptop. Selain menggunakan GPU Nvidia dan AMD, kita juga bisa menambahkan penyimpanan hard disk atau SSD.

HP Omen 10

HP Omen 9

HP Omen 8

 

Gaming gear Omen

Untuk melengkapi ekosistem produk Omen, HP juga merilis keyboard, mouse serta headset gaming di Indonesia. Ada keyboard mekanik Omen 1100 dengan fitur anti-ghosting N-Key rollover, mouse Omen 600 yang mempersilakan kita mengonfigurasi bobotnya, serta headphone Omen 800 yang menjanjikan output suara berkualitas dan kenyamanan penggunaan di waktu lama.

HP Omen 4

Laptop dan gaming gear Omen by HP kabarnya sudah bisa Anda pesan, namun varian desktop gaming-nya masih ‘coming soon‘, termasuk juga docking Omen Accelerator.

HP Omen 16