Tag Archives: bootstrap

LaundryTaxi tawarkan layanan cuci baju dengan harga terjangkau

Gandeng Ibu Rumah Tangga, LaundryTaxi Hadirkan Layanan “Laundry On-Demand”

Mengusung konsep “sharing economy“, layanan laundry on demand LaundryTaxi hadir menjawab kebutuhan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya. Berbeda dengan layanan laundry on-demand lainnya yang kebanyakan bermitra dengan gerai cuci kiloan hingga gerai laundry, LaundryTaxi justru menggandeng ibu-ibu rumah tangga yang berminat untuk menjadi merchant memanfaatkan mesin pencuci pakaian di rumah masing-masing.

Kepada DailySocial Co-Founder LaundryTaxi, Muhamad Yulianto menyebutkan, saat ini permintaan dari masyarakat terkait dengan jasa laundry on demand makin bertambah, namun layanan yang disediakan oleh perusahaan startup kurang mencakup permintaan pelanggan. Beberapa hal yang bisa dioptimalkan misalnya terkait biaya antar jemput, jarak antara jasa laundry, dan harga jasa per kilo.

“Maka dari itu LaundryTaxi mempunyai solusinya, dengan sistem sharing economy, maka jangkauan pelanggan ke jasa laundry terdekat akan semakin banyak. Ditambah lagi gratis antar jemput oleh kurir dan harga jasa yang relatif murah. Karena jasa LaundryTaxi tidak membutuhkan biaya sewa gedung, modal mesin cuci dan bayar pegawai. Semua peralatan telah disiapkan oleh merchant kami sendiri,” jelas Yulianto.

Memiliki rencana untuk melayani seluruh kawasan Jabodetabek, saat ini LaundryTaxi baru memiliki tiga merchant di wilayah Cipondoh, Poris, Green Lake Tangerang dan sekitarnya. Sementara jumlah pengguna aktif LaundryTaxi berjumlah 80 orang.

“Standar harga untuk jasa cuci gosok adalah Rp6.000/kg. Kami akan memberikan Rp3.500/kg untuk merchant, Rp1.500/kg untuk jasa kurir, dan Rp1.000 untuk komisi LaundryTaxi,” ujar Yulianto.

Pelanggan yang ingin menggunakan jasa LaundryTaxi bisa mengakses langsung di situs. Dengan proses yang mudah tanpa harus mendaftar terlebih dulu, cukup mengisi nama, nomor telepon, dan lokasi pick-up, pelanggan sudah bisa mulai memesan jasa LaundryTaxi.

“Nantinya kurir kami akan segera menjemput pakaian dan menimbang langsung di tempat pelanggan. Lalu kurir akan mengirim pakaian ke merchant terdekat untuk segera dikerjakan. Dalam waktu dua hari pakaian bersih sudah siap diantarkan kembali oleh kurir ke tempat pelanggan,” kata Yulianto.

Saat ini sudah ada layanan laundry on demand yang beroperasi di kawasan Jakarta. Pada umumnya menawarkan proses antar-jemput dengan pilihan harga menengah hingga premium. Kualitas cucian pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Di antaranya Taptopic dan KliknKlin.

Menjalankan bisnis secara bootstrap

LaundryTaxi belum melakukan penggalangan dana, bisnis dijalankan sepenuhnya menggunakan pendapatan yang diperoleh dari komisi dari setiap transaksi yang dilakukan. Namun demikian untuk mempercepat pertumbuhan, LaundryTaxi berencana untuk segera melakukan fundraising.

Hingga akhir tahun 2018, LaundryTaxi memiliki target yang ingin dicapai, di antaranya mendapatkan 200 merchant di wilayah Jabodetabek, melancarkan kegiatan pemasaran yang lebih masif seperti memberikan promo untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan baru.

“LaundryTaxi mempunyai keunggulan, di antaranya lebih scalable untuk mencari membuka cabang dan menambah merchant, karena banyak sekali ibu-ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan penghasilan sendiri di rumah. Dan dari sisi bisnis, LaundryTaxi bisa lebih efisien untuk segi operasional, karena seluruh pekerjaan jasa laundry dikerjakan oleh merchant,” kata Muhamad.

Lima Alasan Tepat Jalankan Startup Secara Bootstrap

Sebagai seorang entrepreneur tentunya akan menjadi suatu kebanggaan jika bisnis yang dibangun berawal dari modal pribadi. Bukan hanya memberikan kepuasan namun menjalankan usaha dengan menggunakan uang pribadi atau boostrap ternyata memiliki banyak manfaat ketika startup tengah bersiap melakukan scale up. Artikel berikut ini akan mengupas lima poin penting yang wajib dicermati ketika startup memutuskan untuk menjalankan usaha di awal secara bootstrap.

Memiliki kebebasan

Mendapatkan modal usaha dari investor atau pihak terkait lainnya nampaknya merupakan jalan yang paling mudah dan bisa memberikan kesan yang baik untuk startup.

Tahukah Anda, selain sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari investor, terutama untuk startup baru, menjalankan usaha melalui pendanaan dari investor juga artinya Anda sebagai pemilik tidak akan memiliki kebebasan yang menyeluruh untuk startup. Jika saat ini Anda telah memiliki partner yang tepat atau Co-founder yang memiliki visi dan misi yang sejalan, hal ini akan sedikit membantu. Lain halnya jika di awal usaha Anda masih kesulitan untuk menemukan partner yang sesuai dan nantinya akan mempengaruhi proses scale up.

Memancing kreativitas

Menjalankan startup dengan cara boostrap artinya Anda sebagai pemilik startup dipaksa untuk mencari cara terbaik untuk menentukan strategi, memancing kreativitas dan strategi dengan modal yang minim. Semua rencana dan pekerjaan yang dilakukan, sepenuhnya harus penuh dengan perencanaan yang baik, karena Anda harus bijak menggunakan uang yang ada.

Proses seperti ini memang sedikit lebih sulit dari pada menjalankan usaha dengan modal langsung dari investor, namun di sisi lain menjalankan usaha dengan cara bootstrap bisa membantu Anda menemukan solusi terbaik dan tepat untuk startup.

Improvisasi

Saat menjalankan usaha dengan cara boostrap, Anda dituntut untuk bisa melakukan improvisasi, terutama ketika rencana yang telah dibuat di awal berubah karena kondisi dan situasi yang ada. Dengan menjalankan usaha secara bootstrap, Anda sebagai pemilik startup harus bisa menentukan solusi terbaik dengan cara improvisasi.

Menarik perhatian talenta yang tepat

Manfaat lain yang bisa didapatkan ketika startup memutuskan untuk menjalankan usaha secara bootstrap adalah kesempatan untuk menemukan partner atau co-founder yang rela untuk membangun usaha sejak awal namun memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap ide dan produk yang Anda miliki. Dengan minimnya budget, Anda pun sebagai pemilik tidak memiliki kesempatan lebih untuk memperkerjakan banyak pegawai dan harus cerdas memanfaatkan talenta yang ada untuk bisa menjalankan usaha.

Persiapan proses scale up

Banyak anggapan yang menyatakan ketika startup berhasil mendapatkan pendanaan di awal dari investor layak untuk dirayakan dan banggakan. Namun kebanggaan dan rasa puas akan terwujud ketika startup mampu menjalankan usaha secara bootstrap dan mampu menunjukkan potensi serta profit yang menjanjikan di masa awal bisnis dibangun. Ketika pada saatnya startup mendapatkan pendanaan baru dari investor, uang tersebut bisa digunakan untuk proses scale up sesuai dengan rencana ke depan.

Budaya Riset Teknologi di Indonesia yang Terkesan Masih Kurang Diminati

Mungkin ungkapan seperti ini sudah sangat umum kita dengar, “di luar negeri sudah menyiapkan berkoloni di Mars, di negeri kita masih sibuk membesar-besarkan perdebatan agama di Facebook”. Sangat mudah untuk menemukan realitas tersebut, saat permasalahan yang cenderung tidak membangun lebih digemari untuk menjadi perdebatan sengit. Di sisi lain kita sudah berada di abad yang sangat bergantung pada percepatan pembangunan, yang banyak disokong keandalan teknologi. Tentu saja teknologi tidaklah hadir begitu saja. Banyak pemikiran yang terlibat di dalamnya.

Teknologi hadir karena inovasi. Siapa yang mau berinovasi maka dialah yang lebih dulu berkembang. Tak mudah memang. Selain semangat, inovasi membutuhkan pengorbanan yang tak gampang ditiru.

Figur yang paling sering menjadi kiblat inovasi saat ini adalah Elon Musk. Untuk bisa mengembangkan perusahaan seperti Zip2, PayPal, SpaceX, Tesla dan SolarCity, Elon menghabiskan waktu rata-rata 85 jam per minggu, membaca buku 60 kali lebih banyak dari orang pada umumnya. Bahkan ia memilih untuk mengetahui berbagai hal di saat orang lain mengira berfokus pada satu hal akan mendorong kesuksesan.

Melihat realitas tersebut, menjadi penting bagi kita untuk coba menilik kembali seberapa besar semangat, khususnya anak muda, dalam mengejar dinamika kemajuan teknologi. Melihat kembali semangat inovasi sebagai bagian usaha mengubah dunia ke arah yang lebih baik.

Kami mencoba menggali insight dari rekan yang kami rasa pantas untuk memberikan pendapatnya seputar semangat inovasi dan riset di dalam negeri. Tim Menembus Langit dewasa ini sedang banyak menjadi sorotan untuk inisiatifnya dalam mengarungi angkasa (statosfer). Bersama dengan salah satu anggota timnya, Daus Gonia, kami melakukan wawancara seputar tema tersebut.

Berikut ini hasil wawancara kami:

Tanya (T): Bagaimana Anda melihat semangat rekan-rekan muda Indonesia dalam kaitannya dengan riset dan inovasi?

Jawab (J): Secara umum, anak muda-anak muda sekarang buat saya sudah lebih baik, tapi kalau dibandingkan dengan negara lain, masih sangat jauh.

T: Jika inovasi dan riset di Indonesia bisa dikatakan lambat dan kurang memiliki daya tarik, menurut Anda faktor apa yang menyandung?

J: Saya selalu percaya, orang Indonesia itu banyak yang cerdas dan kreatif. Inovasi dan riset pun cukup banyak, tapi hal-hal yang seperti ini belum terlalu menjadi hal yang sexy dan keren di Indonesia, pemberitaannya pun sangat jarang sehingga hal-hal tersebut kalah menyebar dari pada seseorang yang mati karena minum kopi, mungkin itu menjadi penyebab susah ketemunya orang-orang riset dan industri komersial.

Untuk hanya jadi prototype saja mungkin banyak, tapi prototype menjadi sebuah produk jadi dan punya nilai jual, di Indonesia masih cukup sulit. Diperburuk dengan masuknya produk-produk teknologi inovasi dengan harga murah dari negara lain.

T: Apakah pemerintah saat ini terkesan kurang memperhatikan berbagai hal terkait dengan riset (terutama di bidang teknologi)?

J: Menurut saya pemerintah Indonesia sudah melakukan apa yang mereka harus lakukan, yaitu setengah hati. Karena dalam kampanye presiden sudah banyak disinggung tentang menumbuhkan ekonomi kreatif, ya tapi seperti itu sih, setengah hati jadi menurut saya harusnya pelaku industri yang banyak mengambil peran dalam hal ini, terlalu lama kalau kita harus menunggu pemerintah melakukan aksi yang nyata. Seperti industri sepeda bermotor, kita masih jadi jajahan negara Jepang. Padahal saya yakin dengan investasi yang tepat, Indonesia dapat mandiri dan berdikari dalam menciptakan produk-produk transportasi yang mumpuni.

Bayangkan saja Harley Davidson itu Amerika buat dalam kondisi perang tahun 1900, sedangkan kita 116 tahun ke mana saja? Apa sampai 2016 tidak ada yang sanggup? Mustahil menurut saya. Makanya peran pemerintah untuk mengatur regulasi pasar, agar produk-produk lokal dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, agar tercipta sebuah mekanisme pasar yang kompetitif, agar masyarakat pun tergerak untuk mendukung dan membeli hasil produk-produk yang inovatif dan menarik.

T: Inisiatif seperti Menembus Langit muncul dan datang seperti sebuah panggilan untuk para pelakunya. Sebenarnya apa motivasi Mas Daus dan rekan melakukan ini?

J: Saya dan teman-teman di tim Menembus Langit selalu percaya, produk atau solusi yang bagus tercipta karena kolaborasi. Dengan proyek ini, diharapkan banyak individu atau industri lain tahu kalo misalnya teknologi di Indonesia sudah lumayan berkembang dan bisa dijadikan solusi-solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat umum dan industri-industri ekonomi lain.

Selain itu, kita ingin menggelitik baik pihak lain ataupun pemerintah, untuk membuat suatu hal-hal yang baru dan terus berinovasi. Menembus Langit ini rencananya tidak hanya akan berakhir di ekspedisi di stratosfer, ini merupakan langkah awal untuk muncul-munculnya inovasi lain baik dari kita yang berbentuk Menembus Langit lain ataupun pihak lain yang punya mimpi dan teknologi jauh lebih baik dari kita.

Pernah pada suatu ketika saya mendapat pertanyaan seperti ini: “Iya, kalian bisa Menembus Langit, terus gunanya untuk apa? Manfaatnya apa?”

Dan pertanyaan itu yang saya harapkan.

Saya jawab: “Iya, memang Menembus Langit sekarang manfaatnya secara langsung belum ada selain dari data-data yang kita dapat dan hasil dari riset proyek Menembus Langit ini akan kita bagikan secara open source yang bebas di-download. Dan kita malah ingin ada orang-orang yang kepikiran apa yang bisa dilakukan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat dengan teknologi ini, dan setelah ini selesai kita lakukan itu bareng-bareng.”

Menembus Langit ini pun ingin memberi tahu ke orang lain, kalau membuat sesuatu itu tidak selalu butuh sponsorship berupa uang atau funding yang banyak. Selama kalian bertemu dengan orang-orang yang tepat dan punya visi-misi yang sama dan tujuannya baik, itu bisa dilakukan.

T: Jika ditanya tentang dukungan, seperti apa dan dari mana yang diharapkan untuk menyukseskan riset teknologi di Indonesia?

J: Terlalu muluk jika orang-orang kreatif di Indonesia mengandalkan bantuan dari pihak mana pun. Google (mesin pencarinya) sudah banyak membantu. NUHUN GOOGLE. Dan menurut saya anak-anak muda atau para inovator bahkan pelaku bisnis harus melakukan hal-hal dengan cara bootstrap, karena dengan hal tersebut para investor atau bahkan daya beli masyarakat di pasar dapat memberikan bantuan atau dukungan yang konkret kepada industri ini.

5 Tips Memulai Bisnis Startup Tanpa Investor

Tidak bisa dipungkiri kebutuhan dana yang cukup besar menjadi kekhawatiran utama seluruh pengusaha saat pertama kali memulai bisnis. Banyak kisah pengusaha startup yang memulai usahanya dengan dana dari kantong sendiri atau bootstrap. Namun, ada juga yang sudah mendapat sokongan dari investor.

Alisdair Woodbridge, pendiri dan CEO Heat Genius, berbagi tips bagaimana dirinya bisa membangun Heat Genius tanpa bantuan dari investor sama sekali. Berikut tipsnya:

1. Berkomitmen untuk mewujudkannya

Ide hanyalah sebatas ide bila tidak ada tindakan untuk mewujudkannya. Heat Genius pertama kali didirikan karena ide sederhana yang muncul dibenak Woodbridge. Mengapa kita tidak bisa hanya menggunakan teknologi yang sudah ada untuk kebutuhan rumah kita sendiri. Mengapa kita hanya bisa mengendalikan pemanas rumah dalam satu kendali saja sedangkan setiap rumah ada kamar masing-masing dengan kebutuhan panas yang berbeda.

Dari ide tersebut, lanjutnya, Anda tidak harus langsung memulai bisnis bila menemukan suatu ide baru. Akan tetapi, Anda perlu memiliki komitmen penuh bila hendak merealisasikan ide tersebut agar hasilnya saat eksekusi bisa sempurna dan maksimal.

Woodbridge menceritakan dirinya pertama kali membuat Heat Genius sebagai hobi pribadi. “Kami membangun Heat Genius setiap akhir pekan selama dua tahun. Kami simpan uang sedikit demi sedikit, pinjam uang ke sana ke sini. Bahkan kami menjadikan basemen rumah kami sebagai tempat kerja. Setelah itu, akhirnya kami memutuskan untuk mengambil risiko,” ujar dia.

2. Pilih lokasi kerja yang tepat

Founder tidak hanya memikirkan pengembangan produk saja, tetapi juga bagaimana meminimalisirkan pengeluaran. Mulai dari menggaji karyawan, biaya operasional, hingga sewa ruangan. Bila diperlukan, Anda mungkin harus mengambil risiko untuk menahan lapar. Sebab bila Anda memilih kenyamanan, akan sulit untuk memutuskan risiko mana yang akan diambil, sekalipun pahit.

Woodbridge pun bercerita, saat Heat Genius pertama kali berdiri pihaknya memilih untuk merelokasi tempat yang lebih murah di Birmingham. Menurut dia, secara lokasi cukup strategis namun sewanya hanya dua pertiga atau tiga perempat lebih murah dari London. Begitu pula dengan standar gaji karyawannya.

3. Mendapatkan nasihat dari setiap orang yang Anda temui

Bagi founder, nasihat dan masukan sebanyak-banyaknya dari konsumen, mitra kerja, dan setiap orang yang ditemui dapat menjadi sesuatu yang berharga. Kendati demikian, Anda tidak perlu menyetujui seluruh masukan itu.

Paling tidak, dengan masukan tersebut melatih Anda menjadi pribadi yang baik dan terbuka. Siapa yang tahu bila orang yang memberi nasihat ke depannya bisa menjadi mitra kerja mengembangkan perusahaan bersama.

4. Selalu dengarkan konsumen

Saat Anda mendapat pelanggan, godaan yang sering didapat adalah fokus melakukan eksekusi produk yang sempurna dan tanpa cela. Padahal, konsumen yang Anda dapat pada tahap awal itu sangat penting. Pastikan Anda menanyakan kepada mereka bagaimana pengalamannya setelah memakai produk Anda.

Cari tahu hal apa yang bisa membawa mereka ke tempat Anda, lalu tanya kembali apakah mereka akan memakai produk Anda lagi atau tidak. Bila Anda tidak menanyakan hal ini, sudah banyak uang yang disimpan selagi masih dalam tahap beta.

5. Siap multitasking

Membangun bisnis startup, terutama tanpa seorang rekan sangat membutuhkan fleksibilitas, sebab Anda dituntut untuk menjadi seorang multitasker. Dalam waktu singkat, Anda akan banyak beralih peran dari seorang founder, menjadi pemasar, manajer, penjual, dan terus berputar-putar.

Hal ini pun dirasakan oleh Woodbridge. Saat kantornya masih di basement, dia dan rekannya dalam waktu singkat beralih peran. Awalnya membicarakan bagaiamana progres pengembangan produk, kemudian mengenai penjualan, dan terakhir mendapatkan pendanaan tambahan.

3 Keuntungan Menjalankan Startup Secara Bootstrapping

Banyak alasan mengapa akhirnya banyak pendiri startup memilih untuk melakukan bootstrapping untuk pendanaan operasional startup. Di antaranya adalah tidak mau diawasi dan dikontrol oleh investor, ingin fokus mengembangkan produk, hingga ketidaksiapan pendiri startup untuk melakukan penggalangan dana karena lebih memilih mencari revenue dan profit.

Bootstrapping memang merupakan pilihan yang mudah jika Anda sudah cukup memiliki modal untuk memenuhi kebutuhan yang ada, dan sudah banyak startup yang berawal dari bootstrap saat ini sukses mendulang keuntungan tanpa bantuan dari angel investor hingga venture capital.

Tips DailySocial kali ini, yang diramu dari sebuah pertanyaan menarik di Quora, akan menyoroti tiga aspek yang membantu Anda untuk mengembangkan startup secara bootstrap.

Fokus kepada produk

Masalah yang kerap datang kepada startup yang mendapatkan pendanaan oleh investor hingga venture capital adalah tingginya ego dan tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh mereka. Terkadang para investor dan VC tidak terlalu mengerti dengan produk yang dimiliki oleh startup dan memaksakan ide-ide yang tidak perlu. Jika saat ini startup Anda melakukan bootstrap, selamat! Paling tidak Anda memiliki kontrol penuh atas seluruh kegiatan yang berlangsung di startup dan tentunya bertanggung jawab terhadap perkembangan hingga perbaikan yang ada. Fokuslah hanya kepada produk, pengalaman pengguna, dan pastinya penjualan.

Dalam hal ini startup yang melakukan bootstrap terbilang adalah ‘underdog’ yang harus bersaing dengan startup yang memiliki pendanaan dalam jumlah besar dari para investor. Yang perlu diingat adalah, meskipun dana yang mereka miliki jauh lebih banyak dari pada Anda, namun sebagian besar waktu yang mereka habiskan harus memberikan perhatian lebih kepada investor, menuruti semua kemauan yang ada, hingga membuat laporan secara rutin. Di sisi lain Anda memiliki waktu lebih untuk mengembangkan produk tanpa adanya gangguan, tekanan, dan ekspektasi yang tinggi.

Eksekusi

Bagaimana produk Anda nantinya dapat diterima dengan baik oleh pasar tentunya tergantung dari eksekusi yang dillakukan. Tentunya sudah menjadi rahasia umum bahwa eksekusi menentukan perkembangan startup. Keuntungan lain dengan cara bootstrapping adalah fokus yang lebih untuk melakukan eksekusi yang baik. Berikan layanan, fitur dan produk yang baik untuk konsumen Anda, berikan perhatian lebih kepada semua proses yang ada, munculkan ide-ide baru serta inovasi lebih yang belum dilirik atau tidak dilakukan oleh kompetitor.

Salah satu tips kesuksesan dari pengusaha sukses asal Amerika Serikat, yang juga pemilik Avis, Robert Townsend adalah ketika perusahaan berusaha untuk mendapatkan keuntungan sejak awal tentunya tidak akan mengalami kesuksesan yang panjang. Diperlukan produk yang baik, eksekusi yang sempurna, dan jangan khawatir tentang kompetitor yang ada.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah semakin besar valuasi sebuah perusahaan semakin besar pula ekspektasi dari para pemangku kebijakan, investor dan pihak terkait lainnya. Jika mereka bisa melalui semua proses tersebut dengan kesuksesan maka akan mengalami keuntungan jangka panjang, namun jika mereka gagal untuk memenuhi tuntutan tersebut maka kegagalan dalam jumlah besar akan terjadi.

Kembali ke tujuan awal startup

Bootstrap juga secara alami menuntut Anda pemilik startup untuk bisa lebih menghargai jumlah tim yang ada, waktu, dan pastinya dana yang tersedia. Kebanyakan startup yang mendapatkanpendanaan dari investor akan menambah jumlah engineer hingga tim lainnya. Hal tersebut akan berpengaruh kepada biaya oprasional dan jumlah tim yang ada. Idealnya tim yang kecil biasanya lebih mudah berkolaborasi untuk menciptakan ide-ide dan inovasi baru.

Kembalilah ke tujuan awal Anda saat mendirikan startup. Fokus mana yang ingin Anda prioritaskan, berapa besar perkembangan produk yang ingin Anda capai, target pasar seperti apa yang ingin Anda raih dan lainnya. Coba manfaatkan sebaik-baiknya startup milik Anda dengan pendanaan seadanya, namun bisa menghasilkan produk yang tidak kalah bagus dibanding pesaing.

Dua Belas Kesalahan yang Sering Dilakukan Startup Di Tahun Pertama

Entrepreneur yang sedang mengalami masalah/Shutterstock

Memulai sebuah startup menjadi sebuah tren baru untuk mengejar idealisme dan kesuksesan. Meskipun demikian, kadang para pendiri startup tidak menyadari bahwa menjalankan startup tidak semudah yang dibayangkan. Alih-alih untung, semua tabungan ludes tak bersisa dalam waktu setahun saja. Inc merangkumkan 12 kesalahan yang sering dilakukan oleh startup di tahun pertamanya.

Continue reading Dua Belas Kesalahan yang Sering Dilakukan Startup Di Tahun Pertama