Enam bulan setelah menjadi dagangan eksklusif Epic Games Store, Borderlands 3 akhirnya bakal hadir di Steam tepat tanggal 13 Maret 2020 nanti. Belum diketahui harganya berapa, tapi saya cukup yakin versi Steam-nya lebih terjangkau sehabis penyesuaian – meski sekarang Borderlands 3 juga sedang didiskon besar-besaran di EGS.
Terlepas dari itu, ini merupakan penantian yang cukup panjang bagi para penggemar seri Borderlands yang selama ini menunda memainkan game keempatnya ini (saya salah satunya). Meski demikian, setidaknya saya tidak harus menikmatinya dengan performa yang payah seperti yang dialami rekan saya, Yabes, di awal-awal peluncurannya.
Seperti di EGS, Borderlands 3 nantinya bakal dijajakan dalam beberapa edisi di Steam. Edisi termahalnya, Super Deluxe Edition, mencakup sederet konten ekstra, termasuk halnya 4 DLC yang berisikan konten campaign. DLC pertamanya, Moxxi’s Heist of the Handsome Jackpot, sudah dirilis Desember lalu, sedangkan DLC keduanya akan diluncurkan pada 26 Maret mendatang.
DLC keduanya ini berjudul Guns, Love, and Tentacles: The Marriage of Wainwright & Hammerlock. Lagi-lagi ada satu karakter lawas yang kembali dihadirkan, yakni Gaige si Mechromancer, meski bukan lagi sebagai karakter yang playable. DLC ini juga bakal mengajak pemain ke planet baru yang bernama Xylourgos.
Gearbox juga memberikan teaser mengenai DLC ketiganya yang bertemakan “outlaws and dinosaurs“, namun jadwal rilisnya belum diketahui. Untuk DLC keempat dan terakhirnya nanti, Gearbox bilang keputusan mereka belum final, namun salah satu yang mereka pertimbangkan adalah cerita seputar ‘isi kepala’ seorang karakter Psycho favorit.
Semoga saja yang mereka maksud adalah Krieg, salah satu Vault Hunter yang bisa dimainkan di Borderlands 2 (dan salah satu karakter favorit saya selama memainkannya). Apapun jadinya DLC ketiga dan keempat ini, saya rasa Super Deluxe Edition adalah pilihan yang tepat untuk dibeli nanti.
Terkait mode multiplayer, pemain yang sudah terlanjur membelinya di EGS tetap dapat berjumpa dan bermain bersama mereka yang akan membelinya dari Steam. Ke depannya, Gearbox berniat menambahkan sejumlah fitur antar platform, termasuk salah satunya kemudahan bagi para pemain untuk saling bertukar senjata.
Penantian panjang untuk penggemar seri Borderlands memang sudah berakhir dengan dirilisnya Borderlands 3 tanggal 13 September 2019 yang lalu. Sayangnya, Anda harus menunggu lagi untuk benar-benar mendapatkan pengalaman bermain yang ideal.
Sebelum kita masuk ke review Borderlands 3 (BL3) kali ini, saya harus jelaskan bahwa saya merupakan fans berat dari seri game yang satu ini. Saya memainkan semua seri BL (kecuali spin-off nya) mulai dari Borderlands (2009), Borderlands 2 (2012), dan juga Borderlands: The Pre-Sequel (2014). Borderlands 2 bahkan jadi salah satu game yang paling lama, dari total sekitar 2000 game PC, yang saya mainkan.
Jadi, tanpa basa-basi lagi, inilah review Borderlands 3 yang akan saya bagi ke dalam 3 kategori.
Gameplay: 93/100
Di aspek inilah BL3 nyaris sempurna. Buat yang belum pernah memainkan seri Borderlands sebelumnya, Borderlands (2009) adalah game pertama dalam sejarah yang berhasil mengawinkan genre RPG dan FPS dengan sangat baik. Sebelumnya, memang sudah ada game-game lain yang mencoba menggabungkan 2 genre tadi namun tidak ada yang berhasil membuat ramuan yang pas dan menyenangkan. Borderlands 2 bahkan berhasil mengembangkan formula awalnya dengan jauh lebih baik. The Pre-Sequel (BL:TPS), meski dikritik banyak orang, juga tetap sangat saya nikmati.
BL3, Gearbox kembali berhasil mengembangkan formula hebat tadi jadi nyaris sempurna. Senjata-senjata yang ada di sini terasa unik dan lebih variatif dibanding dengan yang saya temukan di BL2. Demikian juga equipment lainnya seperti Shield, Class MOD, Relic, dan Grenade Mod. Di BL2, ada banyak senjata dan equipment yang terasa sia-sia karena jelas kalah kegunaannya dengan beberapa opsi yang ada. Misalnya saja semua pistol jadi tidak menarik jika dibandingkan dengan Unkempt Harold dan semua sniper rifle pasti kalah damage dengan Pimpernel. End-game build (OP8-10) juga dapat dipastikan bahwa The Bee yang akan dijadikan Shield pilihan untuk mayoritas build yang ada.
Di BL3, saya belum merasakan ada senjata ataupun equipment yang benar-benar begitu dominan seperti contoh tadi. Namun demikian, penting dicatat, saya memainkan BL2 itu bahkan mungkin sudah lebih dari 1000 jam. Jadi, bisa saja saya belum menemukan equipment yang dominan di BL3 karena keterbatasan waktu saya bermain (karena harus mengejar review ini).
Skill dari masing-masing karakter juga jauh lebih menarik dibanding game-game sebelumnya. Setiap karakter punya build lebih dari 1 yang sama menyenangkannya untuk dimainkan. Dengan 4 karakter yang bisa Anda mainkan sekarang, Amara, Moze, Zane, dan Fl4k; ada banyak sekali build yang bisa dicoba sehingga membuat BL3 akan terasa menyenangkan jika dimainkan berulang-ulang. Karena kompleksitas masing-masing skill karakter yang disuguhkan, terlalu panjang jika semuanya saya jelaskan di sini. Anda bisa mencari banyak video di YouTube jika ingin tahu lebih detail tentang masing-masing karakter dan skillnya.
Satu hal yang pasti, dibandingkan dengan semua seri BL yang saya mainkan tadi, variasi karakter, build, equipment, skill, ataupun setiap elemen RPG-nya, BL3 jauuuuuuuuuuuuuuh lebih variatif.
Itu tadi jika dibandingkan dengan pendahulunya. Bagaimana jika gameplay nya dibandingkan dengan FPS lain yang baru-baru ini dirilis? Kebetulan, belum lama ini saya juga menamatkan Singleplayer Campaign untuk Rage 2 dan Wolfenstein: Youngblood. Saya tidak ragu mengatakan bahwa BL3 juga jauh lebih superior dibandingkan dengan 2 game tadi dari sisi kompleksitas gameplay-nya.
Jika dibandingkan dengan 2 game tadi, hanya Rage 2 yang lebih superior di satu aspek gameplay atas BL3. Rage 2 mampu menyuguhkan feel pertempuran (menembak, menggunakan skill, ataupun menghancurkan musuh berkeping-keping) yang paling asyik yang benar-benar belum bisa saya temukan di game lainnya. Namun di luar satu aspek tadi, BL3 menang di semua aspek gameplay lainnya.
Satu-satunya hal yang membuat saya belum berani memberikan skor sempurna (100/100) atas gameplay BL3 adalah soal balancing dan levelscalingantar karakter. Pasalnya, dari semua BL yang saya mainkan, selalu ada 1 karakter yang jauh lebih superior dibanding yang lainnya. Lilith adalah karakter paling superior di BL(1), Salvador di BL2, dan Nisha di BL:TPS.
Misalnya saja di BL2, skala progress karakternya terlalu tinggi karena bisa sampai ke OP10 (dengan DLC terakhirnya). Namun hal itu tidak diimbangi dengan damage scaling yang sepadan untuk semua karakter. Hanya Salvador yang benar-benar bisa scaling dengan sangat baik di level tinggi (mulai UVHM). Hal inilah yang saya takutkan terjadi lagi di BL3.
Story-building: 74/100
Buat yang suka dengan game-game gratisan, mungkin aspek ini tidak masuk akal untuk Anda… Namun untuk game-game kasta bangsawan alias AAA, aspek-aspek pembangun cerita merupakan elemen penting yang bisa menentukan apakah sebuah game layak dibeli atau tidak.
Di bagian ini, ada beberapa hal yang bisa kita bahas yang menurut saya berpengaruh dalam menentukan kualitas story-building dari sebuah game.
Soal plot cerita, berhubung saya memang tidak ingin membocorkannya di sini, saya hanya akan membandingkannya dengan beberapa game lainnya. Semua seri BL yang saya mainkan memang nyatanya tidak terlalu fokus pada kekuatan plot cerita. Jadi, jangan berharap akan menemukan level kualitas alur cerita yang sama dengan Skyrim, The Witcher 3, Wolfenstein: The New Order, GTA V ataupun game-game lain yang benar-benar menjunjung tinggi aspek ini. Namun demikian, alur ceritanya mungkin masih terbilang baik untuk game multiplayer (meski memang lebih berat ke Co-Op) — mengingat kebanyakan game multiplayer bahkan tidak menyuguhkan aspek ini sama sekali.
Selain alur cerita, aspek lain yang saya kira masuk ke dalam bagian kerangka narasi di sini adalah soal karakter dan karaterisasi. Meski BL2 juga memang tak punya alur cerita yang istimewa, game tersebut punya Handsome Jack yang sungguh sangat berkesan dan menghibur. Buat saya, Handsome Jack bisa masuk dalam salah satu penjahat (villain) di game yang paling ikonik sepanjang sejarah.
Sayangnya, hal itu tidak saya temukan di tokoh antagonis utama di sini. Calypso bersaudara (Tyreen dan Troy) bahkan bisa saya bilang terlalu cheesy. Memang, saya tahu membuat tokoh antagonis yang ikonik itu sulitnya bukan main. Namun, berhubung sebelumnya Gearbox berhasil menciptakan Handsome Jack, ekspektasi saya mungkin jadi lebih tinggi soal ini.
Untungnya, karakter-karakter yang ada di game-game sebelumnya muncul kembali di sini dengan ciri khasnya masing-masing. Walau memang dari semua karakter yang muncul kembali, favorit saya tetap 2 karena keunikannya: Claptrap dan (Tiny) Tina.
Soal story-building, BL3 memang (sekali lagi) tak bisa disejajarkan dengan banyak game yang menaruh perhatian besar ke sana. Namun demikian, bagi saya, aspek ini masih bisa membuat saya terhibur dan menikmatinya.
Features & Performance: 31/100
Sebelum kita masuk ke performanya, di atas kertas, ada satu fitur menarik yang coba ditawarkan oleh multiplayer BL3. Pasalnya, BL3 menawarkan 2 sistem Co-Op: Cooperation dan Coopetition.
Mode Coopetition sama dengan yang pernah diterapkan di BL2 dan BL:TPS. Loot drop yang ada di game bisa diambil oleh semua pemain. Hal ini memang bisa menyenangkan jika bermain bersama kawan. Namun jika bermain bersama dengan orang yang tak dikenal, Anda harus berebut loot dengan mereka. Selain itu, loot di game tersebut bisa jadi tidak relevan jika Anda bermain dengan karakter yang levelnya di atas atau di bawah.
Contohnya seperti ini, Anda memainkan karakter level 24 bersama dengan orang lain yang menggunakan karakter level 35. Di sistem Coopetition atau di kebanyakan game-game Co-Op lainnya, loot yang Anda berdua dapatkan ada di level 24 ataupun level 35. Buat Anda yang level 24, Anda tidak bisa menggunakan loot jika yang drop adalah level 35 karena ada level requirements. Sebaliknya, karakter level 35 tidak lagi butuh loot level 24 karena stats nya sudah tidak lagi relevan.
Sistem Cooperation BL3, teorinya, mencoba menyelesaikan persoalan tersebut. Di situasi tadi, buat Anda yang masih level 24, musuh yang Anda hadapi dan loot yang didapat akan scaling ke level Anda meski bergabung bersama pemain level 35 ataupun malah level 11. Inilah keistimewaan fitur multiplayer dari BL3.
Sayangnya, itu tadi sebatas teori — setidaknya dari pengalaman saya mencobanya sendiri. Saat saya mencoba fitur ini, karakter saya level 26 bergabung ke game orang tak dikenal lewat Matchmaking yang karakternya sudah mencapai level 32. Anehnya, musuh yang saya hadapi di kesempatan tersebut justru malah level 19-21. Padahal, jika saya bermain sendiri, musuh-musuh di Map tersebut adalah sekitar level 24-26. Sekali lagi, karena keterbatasan waktu, saya memang hanya mencoba fitur multiplayer-nya tadi 1x. Semoga saja, di lain waktu, saya benar-benar bisa merasakan sistem multiplayer BL3 yang ideal.
Storage: Corsair Force LS SSD (Game Directory), Palit PSP120 SSD (System Directory).
Saya tahu betul spek saya di atas memang hanya istimewa di kartu grafisnya, dan bottleneck juga (karena memang lagi menabung untuk upgrade CPU). Namun demikian, dengan spek tersebut, saya bisa mendapatkan 56-60 fps (90% of the time, V-Sync: On) di resolusi 1080p, 60Hz di banyak game baru yang saya mainkan beberapa bulan terakhir seperti Rage 2, Wolfenstein: Youngblood, Remnant: From the Ashes, Gears 5, ataupun Greedfall. Target saya yang memang hanya 1080p dan 60Hz di jaman sekarang juga sebenarnya sudah minimalis untuk PC gaming karena sudah ada resolusi 4K ataupun 1440p dan refresh rate 120Hz ataupun 144Hz.
Di sini? Minimum framerate yang saya dapatkan bahkan anjlok sampai 30 fps dan itupun sangat fluktuatif. Sayangnya, meski saya sudah mengutak-atik setting visual yang ada di BL3 cukup lama, saya tetap saja tidak bisa mendapatkan fps yang stabil. Setting Volumetric Fog, Overall Quality, atau apapun yang saya coba tidak berhasil membuatnya mulus. Padahal, untuk Rage 2 dan Wolfenstein: Youngblood, saya bahkan tidak perlu repot-repot tweaking opsinya satu persatu.
Oh iya, saya kira perlu juga diketahui bahwa, selain sudah memainkan lebih dari 2000 game PC, saya juga hobi bermain modding di PC gaming — termasuk mainan ReShade (dulu dikenal dengan SweetFX) ataupun ENB. Jadi, saya sudah tidak asing lagi tweaking masalah grafis di PC gaming. Jika saya masih kesulitan mendapatkan framerate yang mulus di BL3, kemungkinan besar, banyak orang juga tidak akan mendapatkan yang smooth.
Average Score: 66/100
Akhirnya, Borderlands 3 tersedia di EPIC Games Store seharga US$44.99 (sekitar Rp632 ribu) untuk versi standarnya. Dengan harga yang harus Anda bayarkan, gameplay-nya memang sungguh istimewa dan paling asyik dari semua game FPS yang pernah saya mainkan. Ceritanya pun juga masih menghibur. Sayangnya, game ini seperti masih dalam tahap BETA untuk fitur multiplayer ataupun malah optimisasi performanya.
https://youtu.be/Av5Eyx3bGtM
Jadi, buat Anda yang sudah mengeluarkan dana sampai Rp20 juta lebih untuk satu set PC gaming ataupun Rp8 juta lebih untuk satu buah kartu grafis dan tidak bisa menerima bermain game di bawah 50 fps (seperti saya), Anda mungkin harus bersabar sampai Gearbox menyelesaikan permasalahan performa BL3 sebelum membelinya. Pasalnya, ada alternatif game shooter ataupun RPG yang jauh lebih mulus dan tidak kalah menyenangkan yang dirilis belakangan ini.
Namun buat Anda yang punya standar framerate rendah (alias 30 fps) ataupun memang benar-benar mencari kombinasi FPS dan RPG yang ideal, BL3 wajib dimainkan.
Setelah penantian yang begitu lama, para penggemar Borderlands kini akhirnya bisa kembali bertualang sebagai Vault Hunter lewat sekuel terbarunya, Borderlands 3. Dirilis pada tanggal 13 September kemarin, Borderlands 3 masih mengusung genre first person looter shooter dengan bumbu RPG seperti prekuelnya, tapi dengan cerita baru yang terjadi setelah kematian Handsome Jack di Borderlands 2.
Peluncuran Borderlands 3 terbilang sukses, dengan angka Metacritic pada kisaran 80 dan jumlah concurrent playersmencapai dua kali lipat Borderlands 2. Sama seperti Apex Legends dan berbagai game lainnya, Gearbox (developer Borderlands) juga mengadakan turnamen Twitch Rivals untuk mempromosikan Borderlands 3. Partisipannya terdiri dari 16 streamer yang terbagi ke dalam 4 tim, yaitu:
Team KingGothalion: Char, Edemonster, AdmiralBahroo, KingGothalion
Team woops: ryancentral, Roflwaffles, lazydata, woops
You can amp up your favorite streamers’ teams or bring mayhem to their rivals with the #Borderlands3 ECHOcast Twitch Extension. Check it out! pic.twitter.com/AUKW5pFMB5
Tapi bukankah Borderlands bergenre shooter RPG? Apa yang dipertandingkan? Mungkin Anda akan heran dan bertanya demikian. Jawabannya ada pada fitur yang bernama Proving Grounds. Singkatnya, Proving Grounds adalah mode tantangan dalam Borderlands 3 di mana pemain harus menyelesaikan suatu area dan mengalahkan bos musuh secepat-cepatnya.
Keempat tim di Twitch Rivals harus menyelesaikan tiga ronde Proving Grounds, setiap ronde dengan tingkat kesulitan berbeda. Setiap pemain dalam tim harus memilih karakter Vault Hunter berbeda, dan penilaian dilakukan berdasarkan waktu yang tersisa ketika tim menyelesaikan tantangan. Tim bisa mendapat skor lebih bila mereka memilih tingkat kesulitan yang tinggi. Contohnya, sisa waktu 15 menit di tingkat kesulitan Easy hanya memberikan 15 poin, tapi sisa waktu yang sama di kesulitan Hard akan bernilai 45 poin.
Gearbox dan Twitch menawarkan hadiah total senilai US$50.000 (sekitar Rp703,5 juta) untuk kompetisi ini, dibagi ke dalam tiga ronde yang telah ditentukan. Bonus hadiah diberikan pada tim yang meraih angka kematian paling sedikit, dan peraih jumlah poin keseluruhan terbanyak.
Team woops akhirnya keluar sebagai juara dengan perolehan total 450 poin. Disusul oleh Team KingGothalion (444 poin), Team Sacriel (237 poin), dan terakhir Team criken (195 poin). Sebagai pemenang, Team woops berhak meraih uang hadiah senilai US$21.500, tapi woops kemudian menyumbangkan uang bagiannya senilai US$5.000 lebih untuk sebuah turnamen amal Beat Saber.
Borderlands 3 mungkin bukan game yang dirancang dari awal untuk esports. Tapi bila cukup banyak penggemar yang antusias, bisa saja semangat kompetisi tumbuh di kalangan komunitas game ini. Lagi pula adanya fitur Proving Grounds sudah terbukti dapat memfasilitasi hal itu. Bila game seperti Farming Simulator saja bisa jadi cabang esports, Borderlands tentunya lebih bisa lagi. Bagaimana, apakah Anda sudah mencoba Borderlands 3? Menurut Anda, cocokkah Borderlands 3 berkembang menjadi first person shooter kompetitif?
Borderlands 3 resmi tersedia di pasaran pada 13 September 2019 ini. Game yang merupakan lanjutan dari seri Borderlands sebalumnya, Borderlands 2, masih mengusung genre yang sama, yaitu genre yang disebut sebagai shooter-looter.
Seperti namanya, genre shooter-looter ini mengkombinasikan dua genre yang sebenarnya bisa dibilang beda jauh. Shooter-looter adalah kombinasi keseruan aksi First Person Shooter, dengan nikmatnya perjalanan kisah dari game RPG.
Membawa genre yang cukup mendobrak, game ini berhasil mendapatkan perhatiannya tersendiri. Seri sebelumnya, Borderlands 2, bahkan masih mampu menarik lebih dari 1 juta pemain setiap bulannya, bahkan enam tahun setelah gamenya dirilis, tepatnya tahun 2012 lalu.
Borderlands 3 hadir menjadi penerus dengan menyempurnakan beberapa fitur kunci, sambil memperkenalkan inovasi dan konsep baru ke dalam sebuah formula yang telah terbukti berhasil. Pada seri terbarunya, Anda sebagai pemain bisa menjelajahi dunia Borderland yang baru, menikmati pilihan Vault Hunter yang beragam, serta ragam senjata yang nyaris tidak terhitung.
“Melihat proses suatu hal yang awalnya hanya ide, lalu ide tersebut mulai bergerak lewat ragam orang yang mencurahkan segala daya upaya dan talentany, sampai akhirnya ide tersebut menjadi sebuah realita, merupakan sesuatu yang saya rasa teramat istimewa.” Ujar Paul Sage, Creative Director Borderlands 3 lewat surat terbukanya kepada para penggemar.
Dengan semua perjuangan yang dicurahkan oleh pengembang demi membuat Borderlands 3 menjadi nyata, game ini juga ternyata menjadi karya yang teramat dihargai oleh berbagai media internasional. IGN memberi Borderlands 3 skor 9/10, mengatakan bahwa “Persenjataan dalam game ini tiada tanding.”. Shacknews menobatkan game ini sebagai “mahakarya”, dan lain sebagainya.
Borderlands sendiri tersedia lewat 3 platform PlayStatiion 4, Xbox One, dan PC via Epic Games. Dengan beragam edisi yang penuh dengan bonus konten digital, ada tiga pilihan versi yang dapat Anda nikmati. Ada Borderlands 3 Standard Edition dengan harga Rp740.000,-, Borderlands 3 Deluxe Edition dengan harga Rp1.119.000 yang berisikan berbagai konten digital menarik.
Terakhir ada Borderlands 3 Super Deluxe Edition dengan harga Rp1.300.000 yang di dalamnya berisikan konten dari Deluxe Edition, ditambah dengan Season Pass yang berisikan 4 campaign DLC berupa cerita baru, misi baru, dan tantangan baru.
Selain dari itu 2K dan Gearbox Software berkomitmen untuk mendukung Borderlands 3 dengan konten gratis musiman dan event yang mirip dengan Raid yang kami sebut Takedowns yang akan kami hadirkan musim gugur ini.
2K dan Gearbox juga berencana untuk merilis 4 Campaign expansion yang dapat diunduh oleh para pemilik season pass, atau Anda dapat membeli DLC yang hadir secara satu per satu. DLC pertama direncanakan untuk rilis musim dingin nanti. Lebih lanjutnya, Anda dapat membaca informasinya pada blog ini.
2K dan Gearbox juga membuat The Borderlands Show, sebuah video program bulanan yang dibintangi oleh Greg Miller. Episode perdana Borderland show akan tayang pada tanggal 19 September mendatang yang membahas rincian terbaru untuk konten yang akan datang dan juga wawancara dengan Creative Director Borderlands 3, Paul Sage. Nantikan twitch.tv/borderlands pada jam 12 malam WIB.
Bagaimana? Apakah Anda para penggemar seri Borderlands sudah siap melanjutkan petualangan Anda di Borderlands 3?
Para gamer di PC memang boleh berbangga karena perangkat favoritnya mampu menjalankan game lebih baik dibanding console, tapi jujur, selalu ada kekhawatiran saat sebuah judul baru akan meluncur. Mayoritas gamer segera berpikir, apakah permainan itu bisa berjalan lancar di komputer mereka? Namun ada kabar baik khusus bagi Anda yang tengah menanti kelanjutan dari seri Borderlands.
Borderland 3 dijadwalkan untuk dirilis dalam dua minggu lagi, dan developer mengajak kita buat bersiap-siap menyambutnya. Lewat situs resmi, Gearbox dan 2K Games mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan demi menjalankan permainan. Kita tahu bagaimana sejumlah di tahun 2019 selalu mencoba menetapkan standar kualitas grafis baru – misalnya Control, Metro Exodus, dan Shadow of the Tomb Raider. Tak mengherankan jika Borderlands 3 mencoba menyuguhkan hal serupa.
Namun mengejutkannya, kita ternyata bisa menikmati Borderlands 3 tanpa perlu mengganti PC atau bahkan melakukan upgrade besar-besaran. Berdasarkan informasi dari Gearbox, PC mainstream berusia dua tahun masih dapat menjalankan game dengan optimal – bahkan sistem yang lebih lawas kemungkinan besar tetap mampu menangani Borderlands 3 di resolusi full-HD. Tapi satu aspek perlu diperhatikan: sediakan ruang penyimpanan yang sangat lapang.
Ini dia daftar ‘minimal’ agar Borderlands 3 di-install di PC:
Sistem operasi Windows 7/8/10
Prosesor AMD FX-8350 atau Intel i5-3570
Memori 6GB RAM
Kartu grafis AMD Radeon HD 7970 atau Nvidia GeForce GTX 680 2GB
Penyimpanan 75-gigabyte
Dan ini dia daftar rekomendasinya:
Sistem operasi Windows 7/8/10
Prosesor AMD Ryzen 5 2600 atau Intel i7-4770
Memori 16GB RAM
Kartu grafis AMD Radeon RX 590 atau Nvidia GeForce GTX 1060 6GB
Penyimpanan 75-gigabyte
Seperti yang bisa di lihat, Borderlands 3 tidak membebani kita dengan fitur-fitur grafis yang terlalu canggih (ray tracing misalnya). Gearbox menekankan bahwa permainan akan tetap terlihat mengesankan terlepas dari apapun platform pilihan Anda, dan dimeriahkan oleh bermacam-macam efek visual. Melihat dari cara developer menyampaikan informasi ini, game tampaknya cenderung dioptimalkan untuk komponen-komponen AMD.
Tentu saja gamer PC dipersilakan untuk mengutak-atik beragam elemen visual, dari mulai aspek-aspek simpel seperti mempertajam resolusi objek, mengatur field of view, menentukan batasan frame rate, menyala-matikan V-Sync; hingga memilih metode anti-aliasing, menampilkan FPS, hingga mengaktifkan fitur FidelityFX Sharpening. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat di situs Borderlands.com.
Memperkenalkan empat karakter baru – Amara, FL4K, Moze dan Zane – Borderlands 3 rencananya akan meluncur pada tanggal 13 September 2019 di PC via Epic Store, Xbox One dan PlayStation 4. Oh, Anda yang tidak mau pusing soal hardware PC atau membeli console bisa memainkan Borderlands 3 via layanan gaming on demand Google Stadia (tersedia pada bulan November 2019).
Setidaknya ada dua hal yang selalu menjadi sumber kemeriahan E3: pengumuman game/hardware baru serta penyingkapan tanggal rilis produk-produk tersebut. E3 2019 minggu lalu sama sekali tidak kekurangan momen-momen itu. Tak sedikit pula, pengungkapan-pengungkapan game anyar turut diiringi oleh dimulainya fase pre-order – meski pelepasannya masih berbulan-bulan lagi.
Tak lama setelah pameran gaming tahunan raksasa itu berlangsung, GameStop sebagai salah satu retailer permainan video terbesar di Amerika segera melepas daftar judul yang paling banyak dipesan oleh konsumen. GameStop menyampaikan bahwa ada 66.000 orang menghadiri Electronic Entertainment Expo 2019 di Los Angeles. Sesi konferensi dari masing-masing publisher-nya juga ditonton oleh jutaan pasang mata via live stream. Dan setelah E3 2019 usai, GameStop melihat adanya kenaikan angka pre-order hingga 63 persen.
“Video game ialah DNA kami dan sebagai pemain retail teratas, kami memiliki data dan sistem pelacakan internal untuk memprediksi serta memahami apa yang konsumen ingin mainkan,” kata vice president merchandising GameStop Eric Bright di rilis pers. “Seperti yang bisa dilihat dari E3, industri gaming terus berkembang dan kami berada tepat di tengahnya. Terdapat lebih dari 40 ribu gerai kami siap membantu konsumen mengakses permainan-permainan favorit mereka.”
Ini dia 10 game E3 2019 yang laris di-pre-order di GameStop. Mereka adalah judul-judul baru yang diungkap di periode E3 2019 dan tanggal rilisnya sudah diketahui jelas:
1. Call of Duty: Modern Warfare
25 Oktober 2019
2. Pokemon Sword/Shield
15 November 2019
3. Final Fantasy VII Remake
3 Maret 2020
4. Cyberpunk 2077
16 April 2020
5. Borderlands 3
13 September 2019
6. Legend of Zelda: Link’s Awakening
20 September 2019
7. Star Wars Jedi: Fallen Order
15 November 2019
8. Gears 5
6 September 2019
9. Super Mario Maker 2
28 Juni 2019
10. Crash Team Racing: Nitro-Fueled
21 Juni 2019
–
Kejadian menarik di sini adalah, daftar pre-order dari GameStop ini tidak benar-benar merepresentasikan judul-judul yang berhasil mencuri perhatian media. Belum lama ini, ICO Partners mengungkap 15 permainan yang paling banyak diliput atau diangkat di artikel. Dua game teratas di list GameStop, yaitu Call of Duty: Modern Warfare dan Pokemon Sword/Shield bahkan tidak masuk di sana.
Hal ini mungkin bisa memberi kita gambaran mengenai betapa kuatnya pengaruh kedua franchise (Call of Duty dan Pokemon), karena mereka terus jadi favorit gamer begitu judul terbarunya diumumkan. Hanya ada satu IP orisinal yang masuk ke top 10 pre-order GameStop, yaitu Cyberpunk 2077 (plus Star Wars Jedi: Fallen Order jika Anda tidak keberatan). Sisanya ialah sekuel dan remake.
Dalam menggarap tulisan, kami di DailySocial (dan Hybrid) selalu memprioritaskan kualitas dalam berbagi informasi pada para pecinta teknologi terlepas dari usia maupun minat Anda. Tanpa mengorbankan mutu, kali ini saya membuat satu perkecualian. Saya mendedikasikan artikel ini bagi Glenn, Yabes, dan seluruh penggemar Borderlands yang sudah menghabiskan ratusan (ribuan?) jam menikmati game-game di seri ini.
Setelah rumor, penantian panjang, masa-masa hening mencekam, serta hadirnya teaser beberapa hari lalu, Gearbox Software akhirnya resmi mengumumkan Borderlands 3 melalui penayangan trailer perdana di PAX East 2019. Video ini menunjukkan segala hal yang bisa Anda lakukan di permainan serta karakter-karakter yang akan ditemui dan gambaran mengenai para protagonisnya. Meneruskan tradisi pendahulunya, trailer turut diiringi alunan musik. Gearbox memilih lagu Can’t Hold Me Down dari GRiZ.
Untuk sekarang, segala detail mengenai Borderlands 3 hanya ada di trailer itu. Bahkan jika Anda mengunjungi situs resminya, hanya ada sebuah kalimat deskripsi game: ‘mayhem is coming‘. Satu hal yang dapat dipastikan ialah, Borderlands 3 kembali mengusung arahan visual cel-shaded ala komik. Namun jangan kecewa, karena ada banyak informasi yang bisa kita ekstrak dari video berdurasi 3 menit 40 detik tersebut.
Borderlands 3 tampaknya akan menjadi satu ajang reuni besar. Mereka yang mengikuti seri ini dari awal akan segera menjumpai wajah-wajah familier: Lilith, Maya, Brick, Mordecai, Zer0, Ellie, Sir Hammerlock, Rhys dari spin-off Tales from the Borderlands, lalu kita bisa melihat bagaimana Tiny Tina tak lagi kecil. Tentu saja robot narsis cerewet Claptrap juga akan kembali hadir, meski kemungkinan besar kita tidak dapat bermain sebagai dirinya seperti di Borderlands: The Pre-Sequel.
Berdasarkan rumor sebelumnya, Borderlands 3 akan memperkenalkan empat pahlawan baru, yaitu Moze (prajurit), Amara (siren), Zane (assassin) dan Flak (hunter). Jika laporan ini akurat, maka formasi tokoh protagonisnya tak terlalu berbeda dari game terdahulu. Saya pribadi berharap agar gamer juga diberikan pilihan buat bermain sebagai karakter-karakter lawas.
Ada dugaan kuat Borderlands 3 kembali mengambil latar belakang planet Pandora. Bedanya, permainan akan menyajikan lokasi lebih bervariasi. Pandora memang didominasi oleh padang pasir dan pemukiman kumuh, tetapi trailer juga menunjukkan tempat-tempat dengan pohon raksasa serta kota megah futuristis berisi gedung-gedung pencakar langit. Pertanyaannya adalah, apakah kota metropolis tersebut berada di Pandora atau bagian dari planet lain?
Segala detail mengenai Borderlands 3 rencananya akan diungkap pada tanggal 3 April 2019, termasuk waktu rilis dan platform tempat permainan tersedia. Tebakan saya, game dijadwalkan untuk meluncur di tahun ini juga karena tidak ada alasan kuat bagi Gearbox dan 2K Games buat menundanya lagi.
Sebagai sekuel dari permainan pertama yang dirilis di tahun 2009, Borderlands 2 memperoleh pujian dari para gamer dan sukses secara komersial (terjual lebih dari 13 juta kopi), mendorong Gearbox untuk mem-porting permainan shooter open-world itu dan segala DLC-nya ke console current-gen. Kini, para penggemarnya menanti dengan gemas permainan selanjutnya di seri tersebut.
Namun terdengar kabar menarik minggu lalu, tepatnya saat panel Inside Gearbox Software dilangsungkan di acara PAX West. Di sana, CEO Randy Pitchford mengungkapkan bahwa 90 persen staf studio ini sedang menggarap sebuah proyek baru yang ‘sangat ditunggu oleh fans’. Dan melihat daftar franchise milik Gearbox, Borderlands tentu saja berada di urutan kepopularitasan tertinggi, di atas Brothers in Arms dan Battleborn.
Menurut Pitchford, para penonton datang ke acara tersebut karena mereka berharap ada pengumuman atau informasi lebih lanjut mengenai Borderlands 3. Tanpa mengonfirmasi permainan yang sedang dikembangkan timnya, katanya proyek itu dikerjakan oleh 300 developer di markas Gearbox Software di Texas, dibantu oleh 70 staf studio baru di Kanada. Selain itu, terdapat pula dukungan eksternal berjumlah 50 sampai 100 orang.
Petunjuk lain mengenai game anyar Gearbox sempat tersingkap di bulan April tahun lalu (waktu itu dalam PAX East). Scott Kester diketahui telah terpilih lagi menjadi art director setelah sebelumnya menangani Battleborn, kemudian Mikey Neumann juga ditugaskan kembali sebagai penulis di permainan baru itu.
Meski informasi tersebut cukup spesifik, sang CEO tetap mengingatkan bahwa yang ia sampaikan ini bukanlah pemberitahuan resmi mengenai eksistensi dari Borderlands 3. Pitchford menjelaskan, “Sebuah produk pada dasarnya tidak ada hingga nanti saat ia diumumkan secara resmi.”
Jika game Borderlands selanjutnya memang sedang digodok, belum diketahui apakah Gearbox Software akan sekedar menambahkan angka tiga di belakang judulnya, atau malah memberinya nama baru. Setelah Borderlands 2 dilepas, setidaknya ada dua game bertajuk Borderlands turut dirilis: Tales from the Borderlands kreasi Telltale Games (di bawah lisensi Gearbox) serta Borderlands: The Pre-Sequel yang mengisi celah cerita antara Borderlands pertama dan kedua.
Randy Pitchford mengingatkan bahwa kini Gearbox turut beroperasi sebagai publisher. Sejauh ini, permainan Borderlands selalu dipublikasi oleh 2K Games (Kecuali Tales from the Borderlands), tapi sepertinya franchise ini dimiliki penuh oleh Gearbox Software – yang merupakan perusahaan video game privat.