Tag Archives: bose

Bose SoundLink Flex Janjikan Suara Terbaik di Kelas Speaker Bluetooth Seukurannya

Usai meluncurkan QuietComfort 45 bulan lalu, Bose kini mengalihkan perhatiannya ke segmen speaker portabel. Karya terbarunya di kategori ini adalah SoundLink Flex, yang diklaim mampu menyajikan kinerja audio terbaik di kelas speaker seukurannya.

Bose percaya perpaduan custom transducer dan sepasang passive radiator yang mereka sematkan pada Flex mampu memaksimalkan clarity selagi menyuguhkan dentuman “bass yang dapat dirasakan di dada”. Sebagai referensi, suara yang dihasilkan Bose SoundLink Micro sudah sangat bagus untuk speaker seukurannya, dan Flex semestinya berada satu level di atasnya berkat volume fisik yang lebih besar.

Spesifiknya, Flex memiliki dimensi 200 x 91 x 53 mm, dengan bobot di kisaran 590 gram. Bodinya terbuat dari bahan silikon lembut, sementara grilnya terbentuk dari baja dengan cat powder coating. Bose bilang catnya ini tidak akan mengelupas, serta tahan terhadap korosi maupun sinar UV. Lebih lanjut, Flex tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67. Ia bahkan bisa mengapung di atas air.

Satu keunikan yang Bose yakini tidak bisa ditemui di speaker Bluetooth lain adalah kemampuan perangkat untuk mendeteksi orientasinya, lalu secara otomatis menyesuaikan suara yang dihasilkan. Jadi tidak peduli perangkat sedang berdiri, tidur, atau digantung, suara yang disuguhkan pasti akan selalu optimal.

Fitur positioning semacam ini bukanlah hal baru di industri audio dan sudah bisa kita dapatkan di sejumlah smart speaker. Flex di sisi lain murni mengandalkan koneksi Bluetooth, tidak seperti Sonos Roam yang juga dilengkapi Wi-Fi. Namun entah apa alasannya, Flex masih menggunakan Bluetooth versi lawas (4.2). Beruntung charging-nya sudah mengandalkan USB-C. Baterainya sendiri disebut bisa tahan sampai 12 jam pemakaian dalam sekali charge.

Flex punya sejumlah tombol fisik untuk memudahkan pengoperasian. Ia juga dibekali mikrofon terintegrasi, yang berarti pengguna bisa memakainya sebagai speakerphone ketika menelepon. Menariknya, Flex juga dapat ditandemkan bersama smart speaker atau soundbar besutan Bose. Jadi dengan satu perintah suara ke smart speaker, maka musik juga akan diputar di Flex sekaligus.

Di Amerika Serikat, Bose SoundLink Flex saat ini sudah dijual seharga $149, atau kurang lebih sekitar 2,1 jutaan rupiah. Harganya saat tiba di Indonesia semestinya bakal lebih mahal dari itu, sebab SoundLink Micro yang dibanderol $119 saja dihargai 2,8 jutaan di sini. Untuk pilihan warnanya, Flex tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.

Sumber: CNET dan Bose.

Bose QuietComfort 45 Disingkap, Kini dengan ANC yang Lebih Efektif Mengeliminasi Suara Obrolan

Bose punya headphone nirkabel baru. Namanya QuietComfort 45, dan ia merupakan penerus langsung dari salah satu headphone nirkabel terpopuler Bose, QuietComfort 35 II. Apa saja pembaruan yang dihadirkan? Kalau cuma melihat kulit luarnya, kita rupanya tidak akan menjumpai begitu banyak perubahan.

Secara keseluruhan, desain Bose QC45 tampak sangat mirip dengan pendahulunya. Konstruksinya masih mengandalkan bahan plastik, tapi itu berarti bobotnya tetap enteng di angka 238 gram. Juga tidak berubah adalah mekanisme lipat pada earcup-nya, sangat memudahkan untuk disimpan dan dibawa-bawa.

Masih soal desainnya, Bose bilang bahwa mereka telah menyingkirkan jahitan dan lipatan-lipatan kecil pada bagian yang terbuat dari material lembut, serta mengganti celah-celah di antara berbagai komponen dengan transisi yang lembut. Desain QC45 lebih refined, mungkin begitu maksud yang hendak disampaikan Bose.

Beralih ke kinerja audio, Bose sama sekali tidak menyinggung adanya perubahan, sehingga bisa kita asumsikan kualitas suara QC45 sama baiknya seperti QC35 II. Yang disempurnakan justru adalah kinerja fitur active noise cancelling-nya (ANC).

Bose memang tidak menjelaskan secara mendetail apa saja yang diubah dari sistem ANC-nya, tapi yang pasti QC45 mampu mengeliminasi suara di frekuensi menengah (mid-range) secara lebih efektif. Di frekuensi ini, suara yang paling umum adalah suara obrolan manusia. Artinya, QC45 lebih bisa diandalkan di tempat-tempat seperti kereta komuter, kantor, maupun kafe.

Tidak seperti Bose Noise Cancelling Headphones 700, intensitas ANC di QC45 tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Pengguna QC45 hanya bisa memilih antara mode Quiet dan Aware, yang cara kerjanya bertolak belakang: Quiet akan mengeliminasi suara di sekitar pengguna, sedangkan Aware justru membiarkan suara-suara dari luar masuk. Di headphone lain, mode Aware ini biasa dikenal dengan istilah transparency atau ambient mode.

Selain kinerja ANC, penyempurnaan lain yang QC45 bawa mencakup mic yang lebih andal, Bluetooth 5.1 dengan dukungan multipoint pairing (bisa dihubungkan ke dua perangkat secara bersamaan), dan port USB-C untuk charging.

Dalam sekali pengisian, QC45 diklaim mampu bertahan sampai 24 jam pemakaian. Cukup lumayan meski masih kalah dari Sony WH-1000XM4 (30 jam). Untuk mengisi baterainya sampai penuh, pengguna QC45 butuh meluangkan waktu sekitar dua jam. Namun seandainya terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Di Amerika Serikat, Bose QuietComfort 45 saat ini telah dipasarkan seharga $330. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan putih, semuanya dengan finish matte.

Sumber: CNET dan Bose.

Bose Umumkan Sport Open Earbuds, Kebalikan dari TWS Noise-cancelling

Mendengarkan musik saat berolahraga memberikan berbagai manfaat, efeknya bisa membuat suasana hati lebih baik, mengurasi stres, meningkatkan intensitas olahraga, dan banyak lagi. Saat ini juga sudah banyak tersedia earphone nirkabel alias True Wireless Stereo (TWS) yang dirancang khusus untuk menemani berolahraga, bahkan beberapa diantaranya telah dilengkapi fitur noise-cancelling.

TWS terbaru datang dari Bose, yang telah Sport Open Earbuds. Sepasang earbuds yang dipasang di telinga dan menyalurkan suara berkualitas tinggi ke saluran telinga tanpa memblokir suara lingkungan.

Bose_Sport_Open_Earbuds (2)

Ya, kebalikan dari fitur noise-cancellation, perangkat ini ditujukan bagi mereka yang lebih memilih untuk lebih waspada terhadap lingkungan sekitar terutama saat berolahraga di luar ruangan. Atau untuk mereka yang kurang nyaman menggunakan earphone yang masuk dalam lubang telinga.

Bose menyebut teknologi yang digunakan pada Sport Open Earbuds sebagai OpenAudio. Di mana dapat menyalurkan suara langsung ke telinga dengan kebocoran yang minimal dan juga memungkinkan telinga tetap terbuka total.

Bisa dibilang, konsepnya mirip Bose Frame namun dalam bentuk TWS. Bose Frame merupakan kacamata audio dengan fitur AR dan punya speaker yang dipasang pada bingkai yang mengarahkan suara ke telinga. Sementara, Sport Open Earbuds dipasang di bagian atas telinga dan masing-masing beratnya 14 gram, dimensi lebarnya 48mm dan tinggi 55mm.

Fitur lain, Bose menyediakan in-call noise reduction – untuk mengurangi kebisingan dari angin dan noise saat bertelepon. Serta, untuk mengisolasi suara penelepon agar tidak terdengar oleh penyadap. Juga terdapat satu tombol multi-fungsi untuk kontrol musik, menjawab panggilan, dan memanggil asisten virtual.

Harga Bose Sport Open Earbud dibanderol US$199 atau sekitar Rp2,7 jutaan. Kompatibel dengan smartphone Bluetooth 5.1 dan masa pakai baterainya 8 jam, tahan air dan keringat dengan sertifikasi IPX4.

Sumber: GSMArena

Bose Luncurkan Sleepbuds II, Mirip TWS tapi Khusus untuk Menjadi Teman Tidur

Sekitar tiga tahun lalu, Bose memperkenalkan sebuah perangkat unik bernama Sleepbuds. Wujudnya sangat mirip seperti TWS, akan tetapi Sleepbuds tidak bisa memutar musik sama sekali. Fungsinya cuma sebatas memutar suara-suara yang menenangkan supaya penggunanya bisa tidur lebih nyenyak.

Sayangnya pada bulan Oktober 2019, Bose memutuskan untuk menyetop produksi dan penjualan Sleepbuds dikarenakan kendala teknis pada baterainya. Banyak konsumen mengeluhkan daya tahan baterai yang tidak konsisten atau perangkat yang bisa tiba-tiba mati sendiri. Beberapa bahkan melaporkan perangkatnya tidak bisa di-charge hingga penuh.

Namun Bose rupanya belum mau menyerah dengan kategori produk ini. Belum lama ini, mereka memperkenalkan Sleepbuds II yang membawa sejumlah pembaruan, terutama di sektor baterai. Modul yang digunakan kini merupakan baterai jenis NiMH, yang diperkirakan bisa bertahan sampai 10 jam pemakaian. Charging case-nya sendiri mengemas daya yang cukup untuk mengisi ulang Sleepbuds II sampai tiga kali (30 jam).

Selain memperbaiki baterainya, Bose juga sudah merevisi desainnya. Dengan bobot cuma 2,3 gram, Sleepbuds II bahkan lebih enteng lagi dari pendahulunya. Bose tidak lupa menyematkan eartip berdesain baru, dan tebal masing-masing unit tercatat cuma 12,7 mm; kombinasi ini membuatnya sangat nyaman dipakai dalam jangka waktu yang lama, serta tidak akan terasa sakit jika dipakai selagi tidur miring.

Detail-detail kecil seperti lapisan “anti-friction” juga menjadi fitur unggulan Sleepbuds II supaya perangkat tidak menimbulkan suara saat tergesek-gesek sarung bantal. Secara keseluruhan, perangkat tahan air dengan sertifikasi IPX4. Antena yang tertanam juga sudah diperbarui agar koneksinya ke smartphone bisa lebih stabil.

Seperti sebelumnya, Sleepbuds II bekerja dengan mengganti suara di sekitar yang mengganggu dengan suara yang menenangkan pada frekuensi yang sama – noise masking, bukan noise cancelling. Total ada 35 track yang bisa diputar, dari yang tergolong white noise generik, sampai musik instrumental yang menenteramkan hati.

Semua track ini tersimpan di dalam Sleepbuds II itu sendiri, dan pengguna dapat memilihnya secara manual melalui aplikasi pendampingnya di smartphone. Satu hal yang perlu dicatat, meski Sleepbuds II mengemas konektivitas Bluetooth 5.0, ia tetap tidak bisa dipakai untuk memutar musik dari Spotify dan lainnya.

Itulah mengapa banderol $250 yang dipatok bakal terkesan terlalu mahal untuk sebagian besar konsumen. Namun buat mereka yang memang sering sulit tidur, mungkin perangkat yang sudah teruji secara klinis seperti Bose Sleepbuds II ini bisa membantu.

Sumber: Gizmodo dan The Verge.

Bose Luncurkan Dua TWS Baru dan Tiga Kacamata Audio

Active noise cancellation (ANC) belakangan ini selalu menjadi topik pembahasan utama saat membicarakan tentang true wireless earphone yang duduk di kelas premium. Produk-produk seperti Apple AirPods Pro, Sony WF-1000XM3, maupun Sennheiser Momentum True Wireless 2 semuanya menawarkan fitur ini.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan, di mana penawaran serupa dari Bose, yang notabene dikenal sebagai pionir teknologi noise cancelling? Well, jawabannya baru datang sekarang dalam wujud Bose QuietComfort Earbuds. Seperti yang sudah bisa diduga dari namanya, TWS ini datang membawa teknologi ANC yang sangat canggih.

Nama “QuietComfort” bisa dibilang melegenda berkat popularitas headphone Bose QuietComfort 35, dan sekarang nampaknya Bose ingin mengulangi kesuksesannya di kategori TWS. Teknologi ANC yang ditawarkan oleh produk ini bukan sembarangan, melainkan yang bisa diatur intensitasnya dengan 11 tingkatan yang berbeda.

Fitur semacam ini memang cukup umum di ranah headphone, tapi masih tergolong langka di sektor TWS. 11 tingkatan itu meliputi yang paling kuat dan yang akan memblokir semua suara di sekitar, sampai yang membiarkan suara dari luar masuk, dan pengguna tinggal menyesuaikannya dengan kebutuhan.

Selain memblokir suara secara aktif, QuietComfort Earbuds juga diyakini menawarkan isolasi suara secara pasif yang efektif berkat eartip silikon berdesain baru. Lalu agar perangkat bisa benar-benar stabil di telinga, Bose turut menyematkan semacam sirip kecil yang lentur.

Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air dengan sertifikasi IPX4. Tanpa harus terkejut, perangkat juga dilengkapi kontrol sentuh di permukaan luarnya. Juga menarik meskipun sepintas terdengar sepele adalah, konten akan di-pause secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga, dan sebaliknya diputar kembali saat perangkat dikenakan.

QuietComfort Earbuds menggunakan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 12 jam daya ekstra (total 18 jam). Seperti halnya AirPods Pro, charging case milik QuietComfort Earbuds juga dapat di-charge secara wireless.

Satu hal yang mungkin agak membuat geleng-geleng kepala adalah harganya. Dengan banderol $280, harganya sudah melampaui AirPods Pro dan nyaris menyamai Momentum True Wireless 2. Kalau itu terkesan terlalu mahal, Bose sudah punya alternatifnya, yakni Bose Sport Earbuds.

Perangkat ini boleh dibilang merupakan penerus dari Bose SoundSport Free yang dirilis tiga tahun silam. Sport Earbuds dihargai $180, dan wujudnya juga sedikit lebih ringkas daripada QuietComfort Earbuds. Satu perbedaan yang paling signifikan adalah, Sport Earbuds tidak punya ANC.

Ya, selisih $100 itu berarti konsumen Sport Earbuds hanya bisa mengandalkan isolasi suara secara pasif saja. Beruntung ia masih mewarisi banyak keunggulan kakaknya, mulai dari desain eartip dan sirip fleksibelnya, sertifikasi ketahanan airnya, sampai kontrol sentuh maupun konektivitasnya.

Sayang baterainya tidak seawet QuietComfort Earbuds. Dalam satu kali charge, Sport Earbuds tahan sampai 5 jam pemakaian, dan charging case-nya cuma bisa mengisi 10 jam daya ekstra (total 15 jam). Well, setidaknya Bose menjanjikan kualitas suara yang lebih baik daripada sebelumnya berkat rancangan akustik baru.

Bose Frames

Dalam kesempatan yang sama, Bose turut memperkenalkan tiga model baru dari seri kacamata audio Bose Frames. Seri perangkat ini pertama kali diperkenalkan dua tahun lalu sebagai produk augmented reality (AR). Namun seperti yang kita tahu, Bose sudah resmi meninggalkan bisnis AR sejak Juni lalu.

Itulah mengapa Bose sama sekali tidak menyinggung soal AR saat mengumumkan trio Frames baru ini. Ketiganya murni disiapkan sebagai kacamata hitam yang kebetulan bisa memutar audio. Ya, tiga kacamata ini memang dilengkapi speaker pada masing-masing tangkai/gagangnya.

Kualitas suara yang terbaik bisa didapat melalui Bose Frames Tempo, model yang tangkainya kelihatan paling gendut. Tidak tanggung-tanggung, Bose menanamkan driver berdiameter 22 mm di tangkai sebelah kiri dan kanannya, sehingga Tempo sanggup memutar audio dalam volume yang cukup keras, bahkan ketika dipakai bersepeda dengan kecepatan 40 km/jam sekalipun.

Berhubung tidak ada bagian dari telinga yang tertutupi, pengguna tetap bisa mendengar semua suara yang ada di sekitarnya. Baterainya diestimasikan cukup untuk pemakaian selama 8 jam, dan pengisiannya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Dibandingkan kacamata hitam biasa, selisih bobotnya diklaim tidak lebih dari 50 gram.

Alternatifnya, ada Bose Frames Tenor dan Frames Soprano yang berdimensi lebih ringkas. Tenor untuk yang suka dengan bingkai mengotak, sedangkan Soprano untuk yang suka bentuk membulat. Keduanya mengemas sepasang driver yang berukuran lebih kecil di angka 16 mm, akan tetapi Bose bilang respon bass-nya malah lebih nendang daripada Tempo.

Satu hal yang mungkin agak menyulitkan adalah, Tenor dan Soprano mengandalkan charger khusus dengan sambungan pogo-pin. Dalam sekali charge, baterainya cukup untuk pemakaian selama 5,5 jam.

Ketiga kacamata audio ini Bose jual seharga $250. Selain untuk mendengarkan musik atau podcast, perangkat juga dapat digunakan untuk menelepon, dan Bose mengklaim mikrofonnya mampu menangkap suara yang jernih selagi mengeliminasi suara angin maupun suara-suara lain yang mengganggu di sekitar.

Sumber: Bose 1, 2 via Digital Trends.

Bose Tinggalkan Bisnis Augmented Reality

Bose telah meninggalkan bisnis augmented reality (AR), hanya dua tahun sesudah memperkenalkan inisiatifnya pertama kali di ajang SXSW 2018. Keputusan ini dibuat bukan akibat pandemi COVID-19, tapi karena komersialisasinya tidak berjalan sesuai rencana awal Bose.

Sekadar mengingatkan, teknologi AR yang Bose kembangkan ini hanya berfokus pada aspek audio saja. Kalau biasanya AR disajikan lewat gambar hologram yang tampil bersamaan dengan lingkungan sekitar, AR versi Bose sama sekali tidak melibatkan itu. Sebagai gantinya, konten audio akan diputar ketika pengguna berada dalam skenario tertentu, seperti misalnya saat melewati sebuah restoran, atau saat berdiri di depan patung tokoh ternama.

Bose bahkan sempat memasarkan kacamata AR bikinannya sendiri yang dinamai Bose Frames, meski pada akhirnya teknologi AR tersebut juga diintegrasikan ke sejumlah headphone-nya. Namun harus diakui, sulit melihat potensi pengaplikasian teknologi AR audio-only dalam rutinitas sehari-hari. Manfaatnya tentu ada, tapi mungkin hanya untuk beberapa keperluan spesifik saja.

Bahkan AR headset yang mengombinasikan elemen audio dan visual pun masih terkesan eksperimental, bukan sesuatu yang bisa dikategorikan esensial oleh konsumen secara umum. Magic Leap adalah bukti nyatanya. Startup yang dulunya digadang-gadang bakal merevolusi AR tersebut memutuskan untuk meninggalkan ranah consumer mengalihkan fokusnya ke segmen enterprise pada bulan April lalu.

Ketimbang integrasi teknologi AR, saya yakin sebagian besar konsumen headphone akan lebih memilih integrasi noise cancelling. Mengeliminasi suara luar yang mengganggu selagi berada di transportasi umum atau di kabin pesawat tentu lebih diprioritaskan daripada mendapat informasi tambahan selagi mengunjungi museum (salah satu kegunaan yang ditawarkan teknologi AR milik Bose).

Belum diketahui bagaimana nasib perangkat Bose Frames ke depannya, namun saya menebak Bose akan segera (atau malah sudah) berhenti memasarkannya. Platform AR yang mereka sediakan untuk developer aplikasi pihak ketiga juga akan ditutup pada pertengahan Juli mendatang. Cukup disayangkan mengingat Bose sempat mengucurkan pendanaan sebesar $50 juta untuk deretan startup yang tertarik mengembangkan aplikasi buat platform AR-nya.

Sumber: Protocol.

Bose Buka Store ke-9 di Mall Pasific Place Jakarta, Tawarkan Bose Experience

Perusahaan teknologi audio Bose baru saja membuka store terbaru mereka di Mall Pasific Place lantai 2, Jakarta pada Senin 17 Februari 2020. Kehadiran Bose di Pasific Place menandai peresmian gerai Bose yang ke-9 di Indonesia dan sekaligus merayakan genap 30 tahun kehadiran Bose di Indonesia sejak tahun 1990.

Saat ini store Bose sudah berada di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Selain di Pasific Place, di Jakarta sendiri store Bose bisa dijumpai di Plaza Senayan, Grand Indonesia, Central Park, PIK Evenue, dan Summarecon Serpong. Rencananya tahun 2020 ini, Bose akan melakukan ekspansi gerai di kota-kota besar lainnya di Indonesia, kemungkinan besar akan dibuka di luar Jakarta bahkan di luar pulau Jawa.

Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia
Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia

Penambahan gerai baru Bose ini merupakan wujud komitmen Bose dalam menyediakan perangkat audio berkualitas kepada masyarakat yang lebih luas dan mempermudah customer kami di wilayah Jakarta Pusat dan Selatan, khususnya di kawanan SCBD untuk mendapatkan Bose Experience,” ungkap Andre Gunawan, CEO/Director PT Prima Audio Indonesia selaku distributor tunggal Bose di Indonesia.

Secara demografis, Pasific Place sendiri merupakan mall kelas A yang sesuai dengan target customer Bose di Indonesia. Selain menyasar target konsumen kelas A dan A Plus, mereka juga mengatakan mulai menyasar generasi millennial. Bisa terlihat dari produknya yang berwarna-warni dan Bose juga turut membidik pasar dalam kategori olahraga.

Tentu saja, harga perangkat Dose yang tergolong cukup premium – sangat wajar bila masyarakat Indonesia cenderung menginginkan experience terlebih dahulu sebelum membeli teknologi berkualitas tinggi. Nah hal yang istimewa dari store Bose di Mall Pasific Place, selain menampilkan produk-produk unggulan Bose yang bisa langsung dicoba – juga terdapat “demo room“. Di mana calon pembeli dapat menikmati home theater bertajuk “Bose Experience“.

DSCF1804

Tidak ada perangkat yang benar-benar baru yang diluncurkan oleh Bose pada pembukaan store di Mall Pasific Place. Namun kalian bisa coba produk-produk Bose unggulan antara lain Bose Noise Cancelling Headphones 700, Bose Portable Home Speaker yang nantinya terintegrasi dengan Google Assistant, 650 Home Entertainment System, Bose Soundbar 700, hingga audio sunglasses.

Target konsumen Bose sendiri adalah para pecinta audio berkualitas tinggi. Sebagai informasi, Bose merupakan salah satu market leader dalam teknologi noise cancelling untuk headphone, memiliki smart speaker atau wireless speaker serta juga teknologi soundbar dan 5.1 speaker-nya diklaim merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Untuk di Indonesia, pasar offline akan mendominasi di Indonesia karena karateristik customer Bose biasanya mereka sebelum beli ingin diyakinkan dulu dengan produknya. Itu sebabnya Bose akan terus menghadirkan toko dan terus melakukan ekspansi membuka toko lainnya di Indonesia. Meski begitu, bagi yang ingin membelinya secara online – toko Bose official store juga tersedia disejumlah e-commerce.

 

Setelah Sonos, Spotify Free Kini Juga Dapat Diakses Langsung Melalui Speaker Bikinan Amazon dan Bose

Baru seminggu yang lalu, konsumen Sonos menerima hadiah dalam bentuk akses langsung ke layanan Spotify Free. Jadi tanpa harus berlangganan Spotify Premium, pemilik speaker Sonos sudah bisa mengakses layanan streaming musik terpopuler tersebut, tapi tentu saja dengan sejumlah batasan yang memang Spotify terapkan untuk paket gratisannya.

Kabar baiknya, dukungan terhadap Spotify Free ini sekarang ikut meluas hingga merambah sejumlah speaker bikinan Bose maupun Amazon. Semuanya cukup dengan mengunduh dan meng-install firmware update terbaru untuk masing-masing speaker.

Di lineup Amazon, yang kebagian jatah bukan cuma keluarga smart speaker Echo saja, melainkan juga perangkat Fire TV. Untuk Bose, opsinya mencakup seri smart speaker beserta soundbar, tidak ketinggalan juga Bose Portable Home Speaker yang dirilis beberapa bulan lalu.

Bose smart speakers and soundbars

Semua perangkat di atas ini mengemas integrasi asisten virtual Alexa, dan kebetulan Spotify juga sudah kompatibel dengan Alexa sejak tahun lalu. Jadi selain menggunakan aplikasi Spotify di ponsel sebagai remote, konsumen juga dapat meminta bantuan Alexa guna mengakses pilihan playlist macam Discover Weekly atau Today’s Top Hits.

Timing peluncurannya boleh dibilang cukup pas. Menjelang musim liburan, konsumen umumnya banyak membeli gadget baru, termasuk halnya smart speaker, dan mereka yang selama ini enggan membeli karena tidak berlangganan Spotify Premium jadi punya pertimbangan baru berkat kehadiran dukungan Spotify Free.

Sumber: Spotify.

Smart Speaker Sudah, Bose Kini Luncurkan Portable Smart Speaker

Bose sejauh ini sudah merilis dua smart speaker, yakni Home Speaker 500 dan Home Speaker 300. Keduanya sama-sama mengusung integrasi Alexa dan Google Assistant sekaligus, tapi tidak ada satu pun yang bersifat portable, alias dilengkapi unit baterainya sendiri dan dapat dioperasikan tanpa harus menancap ke sambungan listrik.

Celah tersebut akhirnya sudah diisi oleh Bose Portable Home Speaker, yang baru saja datang sembari membawa baterai berkapasitas 12 jam pemakaian. Sebagai produk yang portable, tentu saja ia memiliki gagang untuk dibawa-bawa, dan sekujur bodinya diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4.

Dalam tubuh seberat 0,9 kilogram-nya, tertanam sebuah driver aktif, tiga radiator pasif, dan sebuah deflector untuk mendongkrak respon bass-nya, mengingat speaker kecil umumnya dinilai kurang membahana. Bentuknya yang silindris mengindikasikan bahwa speaker ini siap mendistribusikan suara ke seluruh sisi alias 360 derajat.

Bose Portable Home Speaker

Seperti yang saya bilang, integrasi Alexa dan Google Assistant merupakan fitur unggulan dari speaker ini, yang berarti interaksi dengan kedua asisten virtual tersebut dapat dilangsungkan tanpa smartphone sebagai perantaranya. Tombol “mic-off” turut tersedia bagi konsumen yang sangat menjaga privasinya.

Terkait konektivitas, Wi-Fi dan Bluetooth sudah pasti tersedia, akan tetapi speaker berdimensi 19 x 10 cm juga dibekali kompatibilitas dengan AirPlay 2 maupun Spotify Connect. Baterai berdaya tahan 12 jam itu mengandalkan USB-C untuk charging.

Bose berencana memasarkan Portable Home Speaker mulai 19 September mendatang seharga $349. Pilihan warna yang tersedia cuma dua seperti pada gambar.

Sumber: Engadget dan Bose.

Bose Umumkan Smart Speaker Baru dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Bose memperkenalkan smart speaker sekaligus soundbar perdananya tahun lalu. Saat dirilis, tiga perangkat itu hanya mengemas integrasi Alexa, namun Bose berjanji untuk segera menambahkannya. Janji itu mereka tepati hari ini lewat update yang mendatangkan integrasi Google Assistant pada Bose Home Speaker 500, Bose Soundbar 700, dan Bose Soundbar 500.

Bersamaan dengan itu, Bose turut menyingkap anggota baru di keluarga smart speaker mereka, yaitu Bose Home Speaker 300. Melihat wujudnya, tampak jelas bahwa Home Speaker 300 dirancang sebagai adik kecil Home Speaker 500, dengan desain yang serupa namun dalam dimensi yang lebih ringkas.

Meski lebih kecil, Home Speaker 300 tak bisa dikategorikan sebagai speaker portable mengingat ia tidak dilengkapi unit baterai. Kendati demikian, ia masih bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa terlepas dari kelengkapan konektivitasnya yang mencakup AirPlay 2.

Bose Home Speaker 300

Ukuran bukan satu-satunya pembeda Home Speaker 300 dan 500. Adik kecilnya ini tidak dilengkapi layar berwarna yang berfungsi untuk menampilkan album art pada Home Speaker 500. Sebagai gantinya, sisi depan Home Speaker 300 cuma mengemas indikator LED kecil yang akan menyala ketika mikrofonnya aktif mendengarkan perintah suara yang dilontarkan pengguna.

Panel atasnya masih dihuni oleh sederet tombol pengoperasian. Namun tentu ini bukan satu-satunya metode pengoperasian yang tersedia, sebab seperti yang saya bilang, pengguna bebas meminta bantuan kepada Alexa maupun Google Assistant.

Bose berencana untuk melepas Home Speaker 300 ke pasaran mulai tanggal 20 Juni mendatang. Banderol harganya dipatok $260, tergolong premium jika dibandingkan dengan sebagian smart speaker lain di pasaran, tapi setidaknya jauh lebih terjangkau ketimbang Bose Home Speaker 500.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.