Tag Archives: bpd

Blockchain Zoo Invites Regional Banks to Implement Blockchain in Indonesia

Blockchain Zoo, a blockchain-based IT consultant, invites a number of Regional Banks (BPD) to apply blockchain in company’s internal environment. Hopefully, the implementation can start this year.

Pandu Sastrowardoyo, Blockchain Zoo’s Chairwoman, said the company has held a training program for regional banking in two cities, Jakarta and Makassar. There are 26 regional banks join the program, due to Blockchain Zoo partnership with Indonesia BlockChain Network (IBN) and Regional Banks Association (Asbanda).

“There are 13 regional banks from the east and 13 from the west we’ve trained for blockchain,” she explained, Thu (2/2).

Blockchain is decentralized in its implementation, there is no need for banking to use server from third party. Data will be safely kept due to multiple encryptions.

Unlike using traditional IT system, there is always a central server placed in one bank. It tightens the competition among banks over the spot as central server holder. Moreover, there are rules forbidding each bank to share substantial files.

“Even without central server, private data will be accessible using blockchain and others will not have access.”

As Pandu exemplified, all regional banks will be connected to each other using blockchain, without access to open or even change each others’ database.

For example, bank A has detected a customer data fraud. When the customer applying for Bank B, the system will show recorded data fraud from Bank A. Bank cannot change customer’s data. Any changes will be recorded, the old database likewise.

“Data will be combined using blockchain, without making one higher than the other and looking at each other’s data.”

Blockchain can help transparency and efficiency, with data verification is claimed to be much faster. Not only finance, but industries such as academic, hospital, logistics, supply chain and many others can use blockchain.

Lack of talents

Besides pushing blockchain implementation, Blockchain Zoo with IBN community is now actively held training program for local developers expecting to join blockchain. Time estimated for mastering blockchain is three to six months until it’s perfectly fit for implementation.

According to Sastrowardoyo, the company’s training needs three to six months of study. It becomes Blockchain Zoo’s main concern in developing local talents for using momentum, given blockchain is still a new technology in Indonesia, not lots of companies are using it.

“Local developer has potential, but no skill. This is a momentum to be used immediately due to the rise of blockchain’s popularity among big companies. If not now, our market will be taken over by foreigners,” she said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Undang Bank Daerah, Blockchain Zoo Bersiap Implementasi Blockchain di Indonesia

Blockchain Zoo, perusahaan konsultan IT berbasis blockchain, mengundang sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk menerapkan teknologi blockchain dalam internal perusahaan. Diharapkan dalam tahun ini implementasi blockchain sudah mulai dilakukan di Indonesia.

Chairwoman Blockchain Zoo Pandu Sastrowardoyo mengatakan perusahaan telah melaksanakan program pelatihan untuk internal perbankan daerah di dua kota, Jakarta dan Makassar. Sebanyak 26 BPD ikut bergabung dalam program pelatihan ini, berkat kerja sama antara Blockchain Zoo dibantu Indonesia Blockchain Network (IBN) dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda).

“Ada 13 BPD dari wilayah timur dan 13 BPD dari wilayah barat telah kami adakan event pelatihan untuk blockchain,” terang Pandu, Kamis (2/2).

Dalam pemanfaatan teknologi ini, perbankan tidak perlu lagi menggunakan layanan server dari pihak ketiga karena blockchain bersifat desentralisasi. Data akan tersimpan dengan aman karena sudah dienkripsi secara berlapis.

Beda halnya bila menggunakan sistem IT tradisional, selalu dibutuhkan server sentral yang ditaruh di satu bank. Kondisi tersebut membuat antar bank saling bersaing satu sama lain untuk memperebutkan posisi teratas sebagai pemegang server sentral. Belum lagi, dalam internal bank selalu ada aturan yang melarang bank untuk saling berbagi data penting ke bank lainnya.

“Kalau pakai blockchain tetap bisa lihat data sendiri, tapi orang lain tidak bisa lihat meski tidak memakai server sentral.”

Pandu mencontohkan, apabila BPD sudah terhubung dengan blockchain mereka akan terhubung satu sama lain, tanpa bisa mengakses data dari perusahaan lain, apalagi mengubahnya.

Misalkan ada data nasabah fraud yang telah dideteksi oleh bank A. Ketika nasabah tersebut mengajukan ke bank B, akan terlihat rekam jejaknya yang sebelumnya sudah terdeteksi oleh bank A. Data nasabah juga tidak bisa diedit oleh bank. Misalkan bisa diubah, akan terlihat catatan perubahannya, tidak hilang sama sekali dari data lama.

“Jadi dengan blockchain ada penggabungan data, tanpa satu lebih tinggi dari yang lain dan tanpa mengintip data antara satu dengan yang lainnya.”

Blockchain dapat membantu transparansi dan efisiensi, verifikasi data akan jauh lebih cepat. Tidak hanya jasa keuangan saja yang bisa memanfaatkan blockchain, industri lainnya seperti pendidikan, rumah sakit, logistik, supply chain, dan masih banyak lagi.

Minim talenta

Selain mendorong implementasi teknologi blockchain di Indonesia, Blockchain Zoo dan komunitas IBN mulai gerak aktif mengadakan program pelatihan untuk para developer lokal yang ingin terjun di dunia blockchain. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menguasai ilmu ini sekitar tiga sampai enam bulan sampai benar-benar diyakini bisa implementasi di proyek nyata.

Menurut Pandu, pelatihan yang diadakan perusahaan tersebut biasanya dibutuhkan waktu sekitar tiga sampai enam bulan untuk benar-benar menguasai ilmunya. Pelatihan ini menjadi perhatian utama Blockchain Zoo dalam mengembangkan talenta lokal agar dapat memanfaatkan momentum, mengingat blockchain masih jadi sesuatu yang baru di Indonesia sehingga belum banyak perusahaan yang memanfaatkannya.

Developer lokal punya potensi, tapi belum punya skill-nya. Ini jadi momentum yang harus segera dimanfaatkan karena sekarang perusahaan besar mulai melirik blockchain. Kalau enggak segera belajar, bisa-bisa pasar kita dikuasai orang asing,” tutup Pandu.