Tag Archives: Brata Rafly

Razi Thalib, Daniel Tumiwa, Alex Rusli, Dayu Dara Permata, dan Brata Rafly sempat mewarnai industri startup teknologi di Indonesia

[Where Are They Now] Apa Kabar Lima Penggiat Startup Ini

Dalam waktu lima tahun terakhir banyak perubahan yang terjadi di dunia startup Indonesia. Merger dan akuisisi, pivot bisnis, pergantian posisi pimpinan, dan tutupnya startup mewarnai dinamika ini.

Beberapa orang yang menjadi pimpinan di suatu tempat kemudian memutuskan untuk mundur dan mendirikan startup baru. Berikut ini rangkuman informasi terkini beberapa penggiat startup yang tetap aktif di ekosistem ini.

Razi Thalib

Berada di bawah bendera PT Cinta Sukses Makmur, Setipe didirikan oleh Razi Thalib akhir tahun 2013. Di tahun 2017 Setipe mengumumkan pihaknya telah bergabung dengan Lunch Actually Group Singapura. Setipe menjadi unit bisnis di bawah kelolaan Lunch Actually Group dan Razi memimpin operasional Lunch Actually Group di Indonesia.

Setelah beberapa waktu mengelola Lunch Actually, Razi kemudian bergabung mendirikan RevoU. RevoU adalah platform pendidikan online yang mendorong individu mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk meluncurkan karier yang sukses di bidang teknologi.

I have always been passionate about education. Dulu pernah terlibat bantu kembangkan Indonesia Mengajar. Setelah exit dari Setipe/Lunch Actually di awal tahun lalu, saat melakukan consulting sekaligus mencari next thing I wanted to focus on, kebetulan diajak ketemuan sama Matteo [rekan eks Zalora] dan ngobrol-ngobrol tentang ide RevoU. The rest is history,” kata Razi kepada DailySocial.

Razi menambahkan, saat bekerja di Zalora dulu dirinya melihat kesulitan untuk menemukan talenta di bidang teknologi. Khususnya di bidang yang dikuasai Razi secara personal, yaitu Product dan Marketing, startup kebanyakan harus merekrut anak muda yang cerdas untuk kemudian diberikan pelatihan.

“Setelah saya cek perkembangan mereka yang dulu gabung di tim saya, senang banget melihat mereka sudah menjadi some of the leading digital marketing professionals in the region. That experience inspires how we teach at RevoU and also our expectations of graduates when they get into the workforce,” kata Razi.

Daniel Tumiwa

Sosok yang satu ini sudah lama malah melintang di industri startup. Selain di startup e-commerce, Daniel Tumiwa juga aktif di Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) sebagai Chairman pertamanya. Tahun 2017 Daniel mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO OLX Indonesia.

Setelah meninggalkan OLX, Daniel disibukkan dengan startup adtech yang bernama Adsvokat. Daniel mendapatkan inspirasi mengembangkan memberdayakan medium tradisional dengan memanfaatkan teknologi. Setelah berjalan selama 11 bulan, startup ini tak lagi dilanjutkan.

Saat ini Daniel mengurusi platform e-learning Udemy for Government. Marketplace edtech asal Amerika Serikat Udemy meresmikan kehadirannya di Indonesia awal tahun 2019 lalu. Udemy berisi konten edukasi yang mengarah ke pengembangan karier profesional dan pengayaan pribadi.

Alex Rusli

Nama Alex Rusli dikenal saat dirinya menjabat sebagai Direktur Utama dan CEO Indosat Ooredoo. Banyak inovasi teknologi yang dilahirkan saat dirinya memimpin Indosat, namun akhirnya kebanyakan layanan ini ditutup dan Indosat kembali fokus sebagai operator.

Tahun 2017 Alex mundur dari jabatannya. Dirinya kemudian disibukkan dengan kegiatan baru, termasuk Chairman iflix Indonesia dan Co-founder dan Direktur Digiasia Bios, sebuah holding startup yang didirikannya. Alex juga terlibat sebagai komisaris di tiga perusahaan (Hermina, Linknet, Unilever) dan menjadi angel investor di beberapa perusahaan.

Dayu Dara Permata

Dayu Dara Permata kita kenal ketika menggawangi kelahiran GoLife. Layanan ini sempat mewarnai diversifikasi produk Gojek, namun sayangnya harus ditutup tahun ini seiring dengan meredupnya efektivitas bisnis sejak akhir tahun lalu.

Lepas dari Gojek, Dayu mengembangkan startup baru yang menyasar sektor properti (proptech). Bersama Ahmed Aljunied, Pinhome didirikan untuk memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi. Kepada DailySocial Dayu mengklaim Pinhome bukanlah sebuah property house atau marketplace.

“Pinhome sangat berbeda. Kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Brata Rafly

Brata Rafly sudah cukup lama berkecimpung di dunia teknologi Indonesia, termasuk bekerja di Microsoft, Yahoo dan Intel. Tahun 2015 Brata resmi menjabat sebagai CEO Dimo. Dimo bergerak di layanan sistem pembayaran berbasis kode QR dengan jargonnya Pay by QR.

Lepas dari Dimo, Brata kemudian menjabat sebagai CEO Finfleet. Finfleet adalah bentuk pivot dari Etobee, sebuah startup marketplace logistik.

Finfleet menempatkan diri sebagai startup yang bergerak di logistik dengan layanan khusus jasa keuangan, dengan model bisnis B2B2C. Jenis layanannya mulai dari verifikasi konsumen, pengiriman produk keuangan seperti kartu debit dan kredit, pembayaran dan pick up (dokumen, COD, mobile ATM) dan akuisisi konsumen (jual produk keuangan).

Finfleet

Etobee Pivot Jadi Finfleet, Sediakan “Platform Logistik” Khusus Layanan Finansial

Di Indonesia, tingkat ketimpangan antara masyarakat underbanked dan underserved dengan mereka yang sudah terfasilitasi dengan layanan finansial masih tinggi. Isu ini belum tentu bisa diselesaikan dengan kehadiran internet. Bagi masyarakat tingkat bawah, yang masih awam dengan produk keuangan, butuh agen untuk menjelaskan semua.

Di sisi lain, perusahaan jasa keuangan punya tantangan saat ekspansi di berbagai pelosok. Bagaimana proses onboarding konsumen yang efisien, namun tetap sesuai ketentuan. Peluang ini akhirnya menginspirasi Finfleet untuk hadir.

“Finfleet adalah gabungan dari startup logistik dengan layanan branchless banking. Selama ini masing-masing jual produk keuangan mereka, padahal menjualnya ini tidak mudah. Misi kami adalah edukasi konsumen, sekaligus meningkatkan taraf hidup agen,” terang Co-Founder & CEO Finfleet Brata Rafly dalam Fintech Media Clinic by Aftech, pekan lalu.

Sebenarnya, Finfleet adalah pivot dari Etobee, startup marketplace logistik untuk pengiriman last mile. Startup ini sudah berdiri sejak 2015, pivot dan rebrand dilakukan Februari 2018. Struktur manajemen sepenuhnya berubah. Selain Brata, Donny Swandono turut bergabung sebagai Co-Founder & Presiden Direktur. Keduanya pernah berkarier bersama di Dimo.

“Untuk bersaing di logistik ini harus berani bakar duit, sementara kita ingin buat profit. Akhirnya tes market dengan buat model bisnis last mile untuk financial services, resmi mulainya di Februari 2018.”

Brata menyebut, Finfleet telah mengantongi pendanaan seri A pada awal tahun ini dari Kejora Ventures, XL Axiata, Gobi Ventures, Skystar Ventures, dan Asian Trust Capital. Investasi yang didapat mencapai $3,5 juta (hampir Rp50 miliar).

Model bisnis Finfleet

Bahasa termudah untuk memahami Finfleet adalah agen mobile untuk Laku Pandai. Program dari OJK yang diarahkan untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain (agen bank), dan didukung dengan penggunaan teknologi.

Finfleet menempatkan diri startup hybrid yang bergerak di logistik dengan layanan khusus jasa keuangan, dengan model bisnis B2B2C. Jenis layanannya, mulai dari verifikasi konsumen, pengiriman produk keuangan seperti kartu debit dan kredit, pembayaran dan pick up (dokumen, COD, mobile ATM) dan akuisisi konsumen (jual produk keuangan).

Agar terhubung dengan perusahaan jasa keuangan, Finfleet membangun infrastruktur layanannya yang terdiri atas platform aplikasi, API, agen, dan perangkat keras. Perusahaan memiliki agen sendiri yang sudah dilatih sebelum terjun ke lapangan.

Brata menjelaskan keagenan di Finfleet sifatnya bukan pekerja lepas, melainkan tetap. Ada gaji bulanan yang pasti mereka dapat dan tambahan komisi dari setiap pekerjaan yang berhasil diselesaikan.

“Sistem kami adalah hub, jadinya setiap agen harus datang ke kantor tiap pagi untuk melihat apa saja tugas mereka pada hari itu. Ini sifatnya mengikat, beda dengan mitra pengemudi di Gojek atau Grab.”

Agen memiliki jam kerja pagi sampai sore dan menyelesaikan sejumlah tugas pada satu hari itu dari satu bank. Misalnya, bank A meminta verifikasi konsumen, maka pada mereka memasukkan tugas tersebut ke dalam sistem yang terhubung dengan aplikasi agen.

Saat sore, agen bisa mendapatkan komisi tambahan dengan menjual produk keuangan kepada calon nasabah. Namun ini baru bisa diberikan buat agen yang paham dengan produk keuangan itu sendiri.

Dia mengklaim dengan model bisnis ini, perusahaan memperoleh keuntungan bersih antara 15%-20%. Agen bisa mengantongi pendapatan naik antara dua sampai tiga kali lipat per bulannya. Revenue Finfleet dibandingkan tahun pertama beroperasi, naik 100%.

Disebutkan, Finfleet telah bermitra dengan 12 perusahaan jasa keuangan, di antaranya DBS, HSBC, BNI, KEB Hana Bank, OCBC NISP, Bank Sinarmas, UOB, Bank Danamon, BTPN, CIMB Niaga, Ovo, dan Bank Permata. Kebanyakan adalah perusahaan asing terbatas dalam persebaran kantor cabang, namun tetap ingin bersaing dengan bank lokal.

“Risiko masuk ke daerah baru itu besar, makanya mereka lebih baik tes pasar sebelum terjun besar-besaran karena kita ini tinggal plug and play saja.”

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah bantu DBS dalam verifikasi nasabah baru untuk produk Digibank. Sebanyak 500 ribu rekening baru berhasil dibuat dalam delapan bulan, tanpa DBS harus buka cabang sama sekali. Disebutkan untuk buka satu kantor cabang, bank harus berinvestasi sampai Rp1 miliar.

Mitra lainnya datang dari perusahaan multifinance dan sejenisnya (Adira Finance, Shopintar, Alodokter, dan Clipan Finance), p2p lending (CekAja, Modalku, Investree), telekomunikasi (XL Axiata), dan e-commerce (Blibli, Sephora, Mapemall, iLotte, Laku6, dan Tamasia).

Rencana perusahaan

Brata menyebut Finfleet memiliki 600 agen yang tersebar di sekitar Jawa dan Medan. Menariknya, 60% bisnis terbesarnya ada di Jabodetabek. Ini cukup ironis, melihat kondisi masih banyak masyarakat yang malas datang ke bank, meski penetrasi kehadiran bank sudah cukup kuat.

Tahun depan, dia menargetkan Finfleet bisa hadir di kota-kota besar di seluruh Indonesia. “Awalnya kita mau make sure dulu saat ekspansi harus sudah ada potensi bisnis di sana. Tapi ke depannya kita mau langsung buka, model bisnis kita ini hub bukan platform jadi harus ada investasi yang keluar.”

Untuk dukung rencana tersebut, Finfleet akan menggalang pendanaan seri B pada tahun depan. Di luar ekspansi, perusahaan akan mengembangkan pusat data dengan teknologi AI agar dapat lebih baik memberikan rekomendasi produk keuangan kepada calon nasabah.

Bicara tentang regulasi, Finfleet sedang memroses surat tanda terdaftar dari OJK sebagai supporting fintech, mengikuti aturan sebagai IKD. Di satu sisi, perusahaan sudah mengantongi lisensi pos untuk layanan kurir dan pengiriman barang dan sertifikat ISO 27001 untuk jamin keamanan sistem IT.

Brata Rafly Ditunjuk Jadi CEO Oto.com

Portal otomotif Oto.com resmi menunjuk Brata Rafly sebagai CEO untuk operasional bisnis di Indonesia. Sebelumnya Brata menjabat sebagai CEO Dimo dan mengundurkan diri pada awal bulan Juni lalu. Oto.com sendiri mengukuhkan operasionalnya di Indonesia sejak dua tahun yang lalu, bekerja sama dengan KMK Online (EMTEK). Diklaim, saat ini sudah ada sekitar 3,4 juta pengguna bulanan yang membeli dan menjual mobil/motor baru.

Sistem jual beli yang dilakukan menggunakan pendekatan konten dan advokasi netral. Salah satu tujuan Oto.com ialah membantu konsumen memilih kendaraan yang tepat, sekaligus menghubungkan konsumen dengan dealer atau jasa pembiayaan yang sesuai. Untuk portal jual beli mobil sendiri di Indonesia sudah ada beberapa, misalnya RajaMobil, Garasi.id dan lain sebagainya.

“Saya senang bisa bergabung dengan Oto.com. Dengan dukungan teknologi dan pengalaman di bidang teknologi otomotif dari tim manajemen GirnarSoft, serta strategi pemasaran yang telah terbukti selama lebih dari 10 tahun di India, kami yakin dapat mereplikasi kesuksesan GirnarSoft di Indonesia untuk Oto.com menjadi portal otomotif yang terlengkap di Indonesia,” tutur Brata menanggapi penunjukannya.

Soal penunjukan Brata, Amit Jain selaku Co-Founder & CEO GirnarSoft (perusahaan pengusung Oto.com) mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara tujuan investasi strategis bagi perusahaannya.

“Penunjukan Brata Rafly merupakan bentuk komitmen kami dalam memberikan layanan terbaik untuk konsumen di Indonesia. Visi, kemampuan untuk menghadapi risiko, kegemaran terhadap produk internet serta optimisme yang tinggi dari Brata membuat dirinya sangat cocok untuk memimpin brand yang sedang berkembang pesat seperti Oto.com. Maka dari itu, Brata kami tunjuk menjadi CEO pertama untuk Oto.com di Indonesia,” sambut Jain.

Jain melanjutkan, “Di bawah kepemimpinannya, kami harap Oto.com akan berkembang dalam membangun ekosistem yang lengkap bagi konsumen dan produsen mobil, dealer, jasa pembiayaan dan bisnis-bisnis terkait, untuk menjadikan Oto.com sebagai portal otomotif terlengkap di Indonesia.”

Sebagai informasi, GirnarSoft selaku perusahaan induk Oto.com didukung oleh investor seperti Google Capital, Sequoia Capital, Hillhouse Capital dan Tybourne Capital. Perusahaan induk ini juga menjalankan portal otomotif lain di berbagai negara seperti CarDekho.com, ZigWheels.com dan Gaadi.com. Di Indonesia, porsi kepemilikan Oto.com 70% dimiliki oleh GirnarSoft dan 30% dimiliki oleh KMK Online.

Application Information Will Show Up Here

Brata Rafly Undur Diri dari Dimo

Setelah menahkodai Dimo Pay Indonesia sejak Desember 2015, hari ini Brata Rafly melalui laman Facebook pribadinya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO. Belum diinformasikan ke mana selanjutnya ia akan berkarier.

Sepak terjang Brata di dunia korporasi memang cukup “bervariasi”. Selepas menjadi Country Manager untuk Microsoft Advertising tahun 2009, beberapa perusahaan telah dicicipi, mulai dari Yahoo, Intel, Mandala, Brandtone, hingga yang terakhir Dimo.

Selama menjabat sebagai CEO, ia membawa platform PayByQR menjadi brand mobile payment yang cukup disegani di tengah industri fintech yang bergeliat bersaing keras.

[Baca juga: Rencana Bisnis Dimo di 2017 dan Keamanan Sistem Transaksi Online]

Perluasan kerja sama juga tampak menjadi strategi perluasan penggunaan platform Dimo. Beberapa perusahaan yang berhasil digaet mulai dari perbankan, layanan e-wallet, perusahaan logistik hingga e-commerce. Salah satu hasilnya menjelang akhir tahun 2016 lalu Dimo membukukan sekitar 80 ribu pengguna aktif bulanan.

Simak perbincangan kami dalam DScussion bersama Brata Rafly beberapa waktu yang lalu membahas teknologi Pay by QR dan tren industri pembayaran mobile di Indonesia.

Rencana Bisnis Dimo di 2017 dan Keamanan Sistem Transaksi Online

PT Dimo Pay Indonesia (Dimo), perusahaan penyedia solusi pembayaran berbasis mobile, mengungkapkan rencana agresifnya sepanjang tahun ini dengan memperbanyak jumlah perusahaan issuer (source of fund) dan mengembangkan teknologi terbarunya agar semakin sejalan dengan perkembangan teknologi.

Rencananya dalam kuartal I 2017 ini, Dimo akan menambah tiga pihak issuer baru yakni Finnet, Bank DKI, dan Paytren. Tak hanya itu, meski belum diumumkan secara resmi, Dimo juga tengah melakukan diskusi intensif dengan Visa untuk penanaman teknologi Pay By QR milik Dimo dalam platform mVisa.

Visa meluncurkan aplikasi mobile mVisa pada 2015 di India. Pada prinsipnya, model bisnis mVisa sama seperti Dimo. Pembayaran dapat dilakukan lewat aplikasi e-wallet untuk berbelanja online/offline.

Saat ini Dimo sudah bekerja sama dengan 18 issuer di antaranya T-Money, Simobi, Uangku, Doku, Dompetku, UnikQu, dan BRI Mobile.

“Dengan Visa, sudah ada kesepakatan teknologi bahwa akan ada satu teknologi single QR yang tersedia di aplikasi mVisa. Saat ini kesepakatannya tinggal business case-nya saja, masih mencari pihak bank mana saja yang jadi issuer dan acquirer,” terang Director Research & Development Dimo Fitra Marga, Selasa (31/1).

Rencana bisnis lainnya, Dimo sedang menggodok produk baru yang nantinya akan dikhususkan menyasar pelaku usaha di social commerce. Menurut Fitra, ada permintaan yang besar untuk pelaku di segmen ini, mengingat selama ini untuk verifikasi pembayaran dilakukan secara manual.

Dimo juga akan meluncurkan berbagai teknologi terbaru agar semakin sesuai dengan perkembangan zaman. Yang terbaru, Dimo mengeluarkan produk Pay in App. Pengguna dapat membayar secara online tanpa harus keluar dari aplikasi mobile.

Ketika pengguna berbelanja online di layanan e-commerce, mereka dapat memilik tipe pembayaran Pay in App dari Dimo. Setelah diklik, secara otomatis pengguna akan dibawa ke aplikasi mobile yang sudah menjadi issuer dengan Dimo.

Pengguna cukup memindai kode QR dengan smartphone dan barang akan siap diantar. Salah satu pemain e-commerce yang sudah menyediakan layanan ini adalah Lazada.

Dimo juga akan menambah portofolio produk lainnya dengan meluncurkan e-wallet offline. Rencananya, Dimo akan segera menemui Bank Indonesia terkait izin lisensinya. E-wallet offline ini dapat mengakomodir pembayaran tertentu saja. Dana akan terpotong secara otomatis apabila barang yang dibeli sesuai dengan ketentuan.

“Nanti kami akan buat e-wallet yang pure offline dalam aplikasi mobile. Nanti kami mau diskusi ke BI [untuk lisensinya]. Modelnya, dana akan terpotong secara otomatis untuk pembayaran tertentu, di luar itu perlu online.”

Seiring dengan rencana agresif ini, Dimo juga akan terus melakukan edukasi ke berbagai pihak, dari issuer, konsumen, maupun merchant untuk melakukan transaksi secara cashless.

Dimo jamin keamanan transaksi online

Fitra melanjutkan, setiap transaksi pembayaran yang sudah memakai teknologi dari Dimo sudah dijamin sesuai dengan regulasi dari Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran.

Setiap transaksi pasti memerlukan PIN atau OTP (one-time password) yang bakal dikirimkan ke pengguna. Untuk mengidentifikasi pengguna, Dimo akan memeriksa lewat ID dari device mereka, lalu perlu proses otentifikasi dengan memasukkan PIN. Selain PIN, pihaknya juga menanamkan session, di mana untuk jangka waktu tertentu pengguna tidak harus memasukkan PIN/OTP.

“Intinya kami ingin menyeimbangkan antara kenyamanan user dengan memakai standar keamanan dari Bank Indonesia.”

Untuk meyakinkan keamanan sistem Dimo, perusahaan secara resmi sudah diaudit oleh BI per Desember 2016 lalu.

Application Information Will Show Up Here

Kerja Sama BNI dan DIMO Hadirkan Aplikasi E-Wallet UnikQu

PT Bank Negara Indonesia (BNI) dan PT Dimo Pay Indonesia (DIMO) belum lama ini melakukan soft-launching produk digital terbarunya BNI UnikQu. Produk tersebut merupakan sebuah aplikasi e-wallet berbasis server yang dapat diakses melalui platform mobile. Konsepnya mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Sakuku. Sistem ini didesain menggunakan teknologi Pay by QR untuk proses transaksi pembayaran, baik secara online maupun offline.

Meliat geliat tersebut, menjadi semakin jelas inovasi di bidang fintech akan terus mendapatkan peminat yang besar seiring variasi layanan dan penerimaan dari sisi penyedia jasa/produk. Faktor lain dari sisi pengguna turut mendorong penerapannya, mulai dari gaya hidup non tunai yang mulai menjadi tren kalangan millennial, jaminan keamanan, dan sebaran aplikasi terpadu sebagai penerima transaksi digital. Perbankan perlu meramu strategi lebih dini, untuk bersinergi dengan para disruptor di sektor fintech.

“Pengguna UnikQu akan dimudahkan karena tidak perlu menjadi nasabah bank. Aplikasi UnikQu dapat digunakan oleh siapa saja yang memiliki smartphone, dengan proses pendaftaran yang mudah. Transaksi juga lebih cepat karena pembayaran cukup dilakukan dengan cara memindai QR Code yang tertera di kasir,” ujar Senior Executive Vice President Teknologi Informasi BNI Dadang Setiabudi.

Saat ini sekurangnya telah ada 2000 jaringan merchant yang menerima pembayaran melalui sistem DIMO. Untuk memberikan keamanan yang lebih baik, pengguna UnikQu diharuskan melakukan otentikasi dengan PIN 6 digit sebelum melakukan pemindaian untuk transaksi. Kerja sama dengan BNI turut menghadirkan sistem pengisian saldo melalui sistem perbankan BNI, di antaranya melalui SMS Banking.

“Kami sangat antusias menyambut langkah BNI untuk menjadi semakin relevan dengan perkembangan teknologi. Kerja sama UnikQu adalah wujud dari salah satu misi bersama antara BNI dengan DIMO dalam menciptakan ekosistem pembayaran non tunai yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat dan juga bentuk dukungan kami ke pemerintah dalam mewujudkan cashless society di Indonesia,” sambut CEO PT Dimo Pay Indonesia Brata Rafly.

Sebelumnya bank lain, yakni Mandiri, juga sedang serius menggencarkan layanan serupa melalui Mandiri e-Cash. Untuk membuatnya lebih bersahabat, belum lama ini pihaknya menjalin kemitraan dengan LINE, menghadirkan LINE Pay e-Cash, sebuah sistem e-money yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara online di mitra penjual.

Sebagai langkah ke depan, BNI akan terus bekerja sama dengan jaringan merchant dan berkolaborasi dengan perusahaan pengembang fintech untuk memperluas alternatif pengisian saldo dan transaksi UnikQu.

Application Information Will Show Up Here

Dimo Kini Miliki 80 Ribu Pengguna Aktif Bulanan

Berkat tren perkembangan teknologi digital tahun ini adalah fintech, turut mendongkrak pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan bagi PT Dimo Pay Indonesia (Dimo). Dari Januari 2016 hingga November 2016, persentase pertumbuhan jumlah pengguna, volume transaksi, hingga nilai transaksi diklaim mencapai ribuan persen.

Kenaikan ini dipicu karena pihak issuer yang sudah menjalin kemitraan dengan Dimo jumlah kini mencapai 15 issuer, dibandingkan dengan tahun lalu baru sebesar tiga issuer. Jumlah merchant yang bergabung kini sudah lebih dari 2.500 merchant, sementara di tahun lalu masih di bawah 200 merchant.

Kabar terbaru, issuer yang baru bergabung dengan Dimo di bulan ini ada tiga perusahaan, yakni BNI untuk produk e-wallet UnikQu, BRI untuk BRI Mobile, BRI Internet Banking, dan BRI Credit Access. Juga bergabung Finnet untuk kebutuhan pembayaran tagihan siaran TV kabel.

“Kenaikan drastis ini didapat dari pengguna aplikasi PayByQR pada issuerissuer Dimo dari sisi e-wallet, mobile banking hingga credit card loyalty. Kami akan terus mengembangkan teknologi yang ada untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan rekanan kami,” ungkap CEO Dimo Brata Rafly, Kamis (15/12).

Dari segi pertumbuhan pengguna, persentase pertumbuhannya mencapai 7.062% dengan kisaran 80 ribu pengguna aktif per bulannya. Sementara, dari segi volume transaksi tumbuh 7.150% dengan pertumbuhan nilai traksaksi sebesar 16.885%. Brata enggan membeberkan lebih lanjut soal angka dan nominalnya,

Bergabungnya BNI, BRI, dan Finnet diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan bisnisnya bisa lebih signifikan lagi. Pasalnya, ketiga perusahaan tersebut masing-masing memiliki pangsa pasar yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia.

Jumlah nasabah aktif BRI mencapai 22 juta orang, sementara BNI mencapai 16 juta yang bisa digaet untuk menggunakan PayByQR.

“Nanti teknologi PayByQR di Finnet akan digunakan untuk pembayaran TV kabel. Sudah ada tiga juta TV yang terhubung di bawah jaringan Finnet. Saat ini masih proses integrasi, perkiraannya Februari sudah bisa di-launch dengan Finnet.”

Rencana Dimo tahun 2017

Menurut Brata, fintech ke depannya akan terus menggempur industri petahana, sehingga mau tak mau mereka “dipaksa” untuk berkolaborasi daripada hancur karena enggan untuk berubah. Keyakinan inilah yang memacu pihaknya untuk terus mengejar kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari perbankan, layanan e-commerce, hingga industri transportasi, sembari menambah jumlah merchant.

Layanan PayByQR disebut didesain secara agnostic, tidak bersifat eksklusif dan bisa diterapkan untuk semua issuer, juga memudahkan konsumen saat bertransaksi.

Brata mengungkapkan, Bank CIMB Niaga sudah mulai melirik kerja sama dengan Dimo. Rencananya baru akan direalisasikan kerja samanya di Januari 2017.

Tak hanya itu, Dimo juga akan mulai gencar mengajak kerja sama dengan penyedia layanan e-commerce. Sudah ada dua layanan e-commerce yang sudah menggunakan teknologi PayByQR, yaitu Lazada dan JD.id.

“Kalau tahun ini, kami baru mengejar kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di offline. Tahun depan kami akan kejar bisnis yang online, di antaranya layanan e-commerce.”

Dimo juga akan terus melakukan edukasi ke masyarakat secara hyperlocal, bergantung lokasi issuer. Adapun saat ini lokasi pengguna Dimo masih terpusat di Jakarta. Diharapkan tahun depan akan mulai merambah ke kota lainnya, mengikuti lokasi operasional di mana pihak issuer berada.

“Edukasi yang kami lakukan agak berbeda, kami edukasi sesuai dengan lokasi issuer, sehingga masih terpetak-petak. Kemudian, convert merchant yang ada di sekitar bank untuk jadi merchant Dimo,” pungkas Brata.

Application Information Will Show Up Here

Siap Berinovasi untuk Cashless Society

Baru sekitar dua minggu yang lalu, DailySocial merilis sebuah hasil survei tentang bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi tren pembayaran non-tunai di masa depan. Survei yang melibatkan 1028 responden ini menyajikan beberapa data menarik yang perlu dicatat. Misalnya, 82,39% responden telah secara aktif menggunakan sistem pembayaran non-tunai. Lalu, ada pula hasil yang menyebutkan bahwa 67,32% responden yakin bahwa alat bayar non-tunai dapat menggantikan alat bayar tunai. Dua poin ini cukup menggambarkan optimisme masyarakat akan terwujudnya cashless society di kemudian hari.

Mengacu pada kenyataan tersebut, maka industri financial technology (fintech) Indonesia mengemban tugas sentral dalam kehidupan cashless society kini dan nanti. Terkhusus, peran yang besar juga dipikul para pelaku startup di industri fintech.

Namun demikian, dengan digital payment yang kian digandrungi beragam lapisan masyarakat, tak hanya tantangan saja yang ada di depan mata. Fintech startup juga punya kesempatan yang lebar pengadopsian cashless system di masyarakat Indonesia dengan strategi-strategi tertentu yang perlu disiasati dengan cerdik. Itu semua akan lengkap dibahas dalam acara persembahan Mandiri Capital, MDI Ventures, dan DailySocial bernama Finnovate.

Bertajuk “Big Plan for Digital Cashless Payment in Indonesia”, Finnovate adalah sebuah talkshow yang akan membahas seputar dunia fintech di masa mendatang. Di sana, Anda akan diajak untuk memahami lebih dalam seluk-beluk financial technology serta signifikansinya bagi kehidupan masyarakat. Tentunya, semua itu bisa menjadi insight yang bergizi bagi pola strategi startup yang tengah Anda rencanakan.

Lima orang nahkoda bisnis sekaligus pelaku industri fintech dan startup Indonesia akan berada di dalam satu panggung untuk berdiskusi bersama, yaitu Eddi Danusaputro (CEO Mandiri Capital Indonesia), Nicko Widjaja (CEO MDI Ventures), Brata Rafly (CEO Dimo Pay), Arie Nasution (CEO Bulp), serta Rama Mamuaya (CEO DailySocial) yang akan menjadi moderator dalam perbincangan tersebut.

Brata Rafly sebagai penggawa sebuah fintech startup akan berbagi ceritanya mengenai siasat yang perlu dilakukan para pemain di industri fintech dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Sementara, Arie Nasution, sebagai pemenang dari Wirausaha Muda Mandiri 2015, akan memaparkan bagaimana bisnisnya ikut berperan di industri ini.

Sebagai pimpinan dari venture capital firm, Eddy Danusaputro dan Nicko Widjaja rencananya akan berbicara seputar tren corporate venture capital Tanah Air, tantangan dan peluang yang dihadapinya.

Gelaran yang merupakan bagian dari sosialisasi kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2016 ini akan berlangsung di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis (RMIB), pada 26 Oktober 2016, pukul 18.00 – 20.00 WIB, dan dapat dihadiri secara gratis.

Seperti yang diketahui, Bank Mandiri telah menyelenggarakan WMM secara rutin setiap tahunnya sejak 2007, dan tahun 2016 ini adalah tahun pertama kalinya WMM membuka kompetisi di cabang fintech. Merujuk pada aspek lomba WMM tersebut, Finnovate hadir untuk memberi cakupan perspektif baru bagi peserta talkshow dalam menyikapi perubahan pola pikir masyarakat dalam bertransaksi, terutama bagi para UMKM atau startup yang akan berinovasi untuk menciptakan cashless society.

Mengikuti event yang diisi para pakar tanpa dipungut biaya adalah kesempatan langka. Dan, untuk soal fintech, Anda bisa menemukannya di Finnovate. Jadi, daftarkan diri Anda sekarang juga secara gratis di sini!

Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial, MDI Ventures, dan Mandiri Capital untuk kegiatan Finnovate.

DOKU Resmikan Kemitraan dengan Dimo

Bertujuan agar bisa lebih fokus menciptakan inovasi dan fitur-fitur terkini, DOKU sebagai penyedia solusi pembayaran elektronik menggandeng Dimo untuk menghadirkan pilihan pembayaran non tunai menggunakan layanan Pay By QR.

Dalam acara peresmian kerja sama tersebut hari ini di Jakarta, Senior VP Consumer Product DOKU Ricky Richmond Aldien mengungkapkan proses kerja sama telah berlangsung selama 6 bulan, dari development sistem dan uji coba sebelum akhirnya diluncurkan hari ini kepada publik.

“Kami melihat partnership ini merupakan kemitraan strategis yang dilancarkan oleh DOKU dengan Dimo untuk memberikan pilihan pembayaran secara offline terbaru kepada pengguna. Dengan demikian kami bisa fokus menciptakan inovasi dengan fitur-fitur terkini ke depannya,” kata Ricky.

Salah satu kemudahan yang bakal dinikmati pengguna Doku dan Pay By QR dari Dimo adalah uang elektronik Doku (DOKU Wallet) kini dapat digunakan di ribuan merchant offline bertanda khusus Pay By QR. Pengguna uang elektronik Doku kini punya lebih banyak pilihan untuk melakukan transaksi di merchant offline setelah sebelumnya dapat digunakan untuk belanja di gerai Alfa Group seluruh Indonesia menggunakan metode online token.

“Kami ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah dimiliki oleh Dimo dengan Pay By QR dan diharapkan bisa memberikan alternatif baru kepada pengguna Doku untuk melakukan pembayaran transaksi offline melalui pemindaian kode QR,” kata Senior VP Public Relation & Marketing Yolanda Nainggolan.

Di sisi lain Dimo yang saat ini telah memiliki sekitar 2 ribu merchant bisa memberikan layanan lebih kepada pengguna Doku untuk berbelanja di merchant milik Dimo dan menggunakan transaksi pembayaran dengan kode QR.

“Bagi kami di Dimo menjadi kebanggaan tersendiri dengan kemitraan dengan Doku sebagai salah satu fintech pertama di Indonesia, bagi kami di Dimo diharapkan kerja sama ini bisa mempromosikan layanan PayByQR kepada semua pengguna Doku di seluruh Indonesia,” kata CEO Doku Brata Rafly.

Layanan Pay By QR yang ada di aplikasi Doku sudah bisa digunakan di merchant berlogo Pay By QR yang telah terdaftar.

Tampik informasi soal akuisisi DOKU oleh EMTEK

Disinggung tentang berita telah diakuisisinya Doku oleh EMTEK, Ricky menyebutkan masih belum menerima kabar terkait akuisisi tersebut.

“Selama ini kami memang kerap bertemu dengan pihak merchant, investor dan pihak terkait lainnya, namun belum ada rencana untuk diakuisisinya bisnis kami di Doku. Semua masih berjalan seperti biasa,” kata Ricky.

DOKU yang disebutkan telah memiliki 1 juta pengguna mengklaim telah berhasil mengumpulkan total transaksi sebanyak Rp 8,5 triliun hingga akhir tahun 2015 dan menargetkan pertumbuhan sebesar 30-40 persen setiap tahunnya. Selain itu DOKU telah memiliki 22 ribu merchant dan 15 mitra perbankan.

DStour #17: Menikmati Art Work Unik di Kantor Dimo

Terletak di kawasan bisnis Jakarta Pusat, kantor startup fintech Dimo sarat dengan nuansa warna putih, merah dan biru. Salah satu keunikan dan ciri khas dari kantor Dimo adalah art work yang menjadi focal point di kantor dua lantai ini.

Ingin tahu apa fungsi “hell room” dan “heaven room” di Dimo? Simak liputan lengkap DStour berikut ini yang dibantu langsung oleh CEO Dimo Brata Rafly.