Tag Archives: Break Even Point

Break Even Point / freepik

Break Even Point (BEP): Definisi, Manfaat, dan Cara Menghitungnya

Mengetahui Break Even Point (BEP) diperlukan untuk bisnis apa pun yang ingin tetap menguntungkan dan sehat secara finansial.

Tanpa mengetahui BEP, bisnis mungkin tidak dapat menentukan harga produk atau layanannya secara akurat, atau mungkin tidak dapat memperkirakan kinerja keuangannya secara akurat.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai Break Even Point!

Definisi Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah istilah keuangan yang mengacu pada titik di mana bisnis atau proyek menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi semua biaya tetap dan variabelnya, menghasilkan laba bersih nol atau titik di mana pendapatan total sama dengan biaya total.

Mengetahui BEP penting bagi bisnis karena membantu mereka membuat keputusan yang tepat tentang penetapan harga, pemasaran, dan produksi.

Dengan memahami jumlah minimum penjualan atau pendapatan yang diperlukan untuk menutupi biaya dan mencapai profitabilitas, bisnis dapat menetapkan tujuan yang realistis dan menyesuaikan operasinya sesuai kebutuhan.

BEP juga merupakan pertimbangan penting bagi investor dan pemberi pinjaman yang mungkin mengevaluasi kelayakan finansial suatu bisnis atau proyek.

Manfaat Break Even Point (BEP)

Ada beberapa manfaat menghitung dan memahami BEP, terutama untuk bisnis. Beberapa manfaat tersebut antara lain:

Keputusan Penetapan Harga

Menghitung BEP membantu bisnis untuk menentukan harga minimum yang harus mereka tetapkan untuk produk atau layanan mereka guna menutup semua biaya dan mencapai profitabilitas.

Hal ini membantu bisnis untuk menghindari harga produk atau layanan mereka yang terlalu rendah dan membantu mereka menetapkan harga yang kompetitif dan menguntungkan.

Memperkirakan Kinerja Keuangan

Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat meramalkan kinerja keuangan mereka dan merencanakan masa depan.

Mereka dapat menggunakan BEP untuk menentukan tingkat penjualan yang harus mereka capai untuk mencapai titik impas dan menetapkan target penjualan yang akan menghasilkan profitabilitas.

Pengendalian Biaya

BEP membantu bisnis untuk mengidentifikasi biaya tetap dan variabel mereka, dan untuk menentukan biaya mana yang dapat dikurangi atau dihilangkan untuk meningkatkan profitabilitas.

Dengan menganalisis struktur biaya mereka, bisnis dapat mengidentifikasi inefisiensi dan membuat perubahan pada operasi mereka yang akan mengurangi biaya dan meningkatkan profitabilitas.

Pengambilan Keputusan

BEP memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja keuangan bisnis mereka dan membantu mereka membuat keputusan yang tepat tentang operasi mereka.

Misalnya, bisnis dapat menggunakan BEP untuk menentukan apakah mereka harus berinvestasi pada peralatan baru, memperluas lini produk, atau memasuki pasar baru.

Mengamankan Pembiayaan

Pemberi pinjaman dan investor sering melihat BEP bisnis saat mengevaluasi kelayakan keuangannya.

Dengan mengetahui BEP mereka, bisnis dapat memberi calon pemberi pinjaman dan investor gambaran yang jelas tentang kinerja keuangan mereka dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pembiayaan.

Cara Menghitung Break Even Point (BEP)

Berikut ini adalah contoh soal dan jawaban untuk menghitung BEP dengan mudah:

Pertanyaan:

Sebuah perusahaan yang memproduksi jaket memiliki biaya tetap sebesar 50 juta rupiah dan biaya variabel sebesar 5 ribu rupiah per unit. Harga jual per unit adalah 12 ribu rupiah. Berapa banyak unit yang harus dijual agar perusahaan mencapai Break Even Point?

Jawaban:

Untuk menghitung Break Even Point dalam unit, kamu dapat menggunakan rumus berikut:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)

Dalam kasus ini, kamu telah diberikan nilai Total Biaya Tetap (Fixed Costs) dan Biaya Variabel per Unit (Variable Costs), yaitu 50 juta rupiah dan 5 ribu rupiah per unit. Harga Jual per Unit adalah 12 ribu rupiah.

Kamu dapat memasukkan nilai-nilai ini ke dalam rumus:

BEP (unit) = 50.000.000 / (12.000 – 5.000)

BEP (unit) = 50.000.000 / 7.000

BEP (unit) = 7.142,86 unit

Jadi, perusahaan harus menjual kurang lebih 7-8 unit jaket agar mencapai Break Even Point. Itu berarti bahwa pada titik ini, perusahaan akan mencapai titik impas dan tidak akan mengalami kerugian maupun keuntungan.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai Break Even Point, semoga bermanfaat.

5 Strategi Penetapan Harga dan Manfaatnya untuk Bisnis

Menetapkan harga jual ternyata tidak bisa dilakukan secara asal. Terdapat beberapa strategi penetapan harga yang bisa diterapkan untuk menghasilkan harga jual dengan keuntungan besar. Tapi, sayangnya, masih banyak bisnis yang belum mengetahui hal ini sehingga tidak menerapkannya.

Untuk Anda yang baru saja akan menetapkan harga jual, jangan sampai hal tersebut terjadi pada Anda. Pahami beberapa strategi penetapan harga berikut ini dan terapkan yang paling sesuai dengan bisnis Anda.

Strategi Penetapan Harga

Strategi penetapan harga atau pricing strategy adalah metode penentuan harga yang digunakan oleh sebuah bisnis atau perusahaan.

Terdapat lima metode yang salah satunya dapat Anda gunakan untuk menentukan harga, antara lain mark up, menetapkan biaya harga plus, berdasarkan pesaing, penetapan BEP, dan berdasarkan permintaan pasar.

Mark Up

Mark up merupakan salah satu metode penetapan harga yang cukup sederhana dengan menggunakan harga pokok produk di awal pembelian sebagai pedomannya.

Dengan begitu, bisnis yang menerapkan metode ini akan selalu melihat kepada harga awal produk untuk kemudian dinaikkan beberapa persen sebagai keuntungan.

Menetapkan Biaya Harga Plus

Metode penetapan harga kedua yang bisa diterapkan untuk bisnis dengan skala kecil hingga besar adalah dengan menetapkan biaya harga plus.

Berbeda dengan mark up, metode ini berpedoman pada keseluruhan biaya yang digunakan untuk membuat suatu produk. Kemudian, untuk menutupi laba, keseluruhan laba tersebut ditambah dengan satuan jumlah tertentu.

Menetapkan Harga Berdasarkan Pesaing

Pillihan strategi penetapan harga lainnya adalah menetapkan harga dengan melihat bisnis kompetitor. Anda dapat melakukan riset mengenai harga jual yang ditetapkan oleh pesaing.

Dengan menerapkan metode ini, Anda dapat menganalisis harga jual yang sekiranya dapat menarik lebih banyak customer dan tetap menguntungkan.

Menetapkan Break Even Point (BEP)

Menentukan harga jual dengan menghitung nilai BEP (break even point) juga bisa menjadi salah satu cara yang bisa Anda gunakan pada bisnis Anda. Untuk pembahasan cara menghitung break even point, Anda bisa melihat selengkapnya di sini.

Berdasarkan Permintaan Pasar

Selain meriset kompetitor, Anda juga bisa menentukan harga dengan meriset langsung pada permintaan pasar. Anda bisa melakukan riset dari feedback yang diberikan konsumen, permintaan harga konsumen, dan bentuk saran lainnya.

Manfaat dari Strategi Penetapan Harga

Mengapa Anda perlu menggunakan strategi dalam menetapkan harga jual? Berikut manfaat yang bisa Anda dapatkan:

  • Bisnis dapat menembus pasar dengan mudah.
  • Meningkatkan nilai dan image brand.
  • Bisnis terbantu untuk mengembangkan produk yang lebih berkualitas.
  • Meningkatkan fokus pada layanan pelanggan.
  • Bisnis dapat memerintahkan poin harga yang tinggi.
  • Mempromosikan loyalitas pelanggan.
  • Membuktikan data kesediaan konsumen membayar yang real.

Itu dia 5 strategi penetapan harga dan manfaat yang bisa didapatkan oleh bisnis Anda. Setelah memahami kelima metode tersebut, pilih satu metode untuk diterapkan pada bisnis Anda dan dapatkan banyak keuntungan.

Header by Pixabay.

Cara menghitung Break even point

3 Cara Menghitung Break Even Point Bisnis Anda

Setelah mengetahui apa itu Break Even Point dan manfaatnya dalam dunia bisnis, selanjutnya Anda perlu mempelajari cara menghitung Break Even Point pada bisnis Anda. Terdapat tiga cara untuk menghitung nilai BEP, yakni menghitung BEP per unit, per penjualan, dan per biaya.

Tapi, sebelum masuk ke rumus menghitug BEP, simak terlebih dahulu elemen-elemen yang ada pada Break Even Point.

Elemen-Elemen dalam Cara Menghitung Break Even Point (BEP)

Dalam menghitung break even point, ada beberapa elemen yang perlu Anda ketahui. Berikut ini adalah elemen-elemen dalam BEP:

  • Biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap merupakan biaya yang secara rutin dikeluarkan oleh perusahaan atau bisnis meskipun sedang tidak ada kegiatan produksi. Contoh biaya tetap atau fixed cost adalah biaya sewa gedung dan biaya maintenance peralatan atau kendaraan.
  • Biaya variabel (variable cost). Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang keluar mengikuti kegiatan produksi yang dilakukan. Dengan kata lain, biaya variabel merupakan biaya produksi. Di antaranya seperti biaya bahan baku, upah pekerja harian, dan bahan bakar.
  • Biaya campuran (mixed cost). Seperti namanya, biaya ini merupakan campuran dari biaya tetap dan biaya variabel. Dalam kata lain, biaya ini merupakan biaya yang rutin dibayarkan meskipun tidak ada produksi. Namun, ketika sedang ada produksi, biaya yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi. Contoh dari biaya campuran antara lain biaya internet, biaya listrik, dan biaya air.
  • Harga pokok penjualan (HPP). Harga ini adalah harga murni dimana laba berada pada angka 0, sama halnya seperti BEP.
  • Pendapatan (revenue). Revenue atau pendapatan adalah total uang yang didapatkan dari hasil penjualan.
  • Laba (profit). Laba bisa Anda ketahui dengan mengurangi total penghasilan dengan fixed cost dan variable cost.
  • Margin Laba. Margin laba adalah nominal yang bisa Anda tambahkan pada harga produk ketika Anda telah mengetahui nilai BEP untuk memperoleh laba itu sendiri.

Cara Menghitung Break Even Point

Seperti yang telah disampaikan di atas, terdapat tiga cara dalam menghitung nilai BEP. Di antaranya adalah menghitung nilai BEP per unit, per penjualan, dan per biaya. Ketiga cara tersebut memiliki rumus dan tujuan yang berbeda. Simak informasi selengkapnya di bawah ini.

BEP per Unit

Menghitung BEP per unit cocok untuk Anda yang ingin tahu kontribusi produk per unit dalam mencapai laba. Berikut ini adalah rumus BEP per unit:

 

Cara menghitung Break even point

 

BEP per Penjualan / BEP Nominal

Break Even Point (BEP) penjualan adalah nilai BEP yang dihasilkan dari pembagian biaya tetap dengan selisih harga jual dan perbandingan biaya variabel dengan harga, atau seperti dalam rumus di bawah ini.

 

Cara menghitung Break even point

 

BEP per Biaya

Cara menghitung nilai BEP selanjutnya adalah dengan perhitungan berdasarkan biaya pokok atau harga jual. Perhitungan nilai BEP satu ini merupakan yang paling mudah dan sering digunakan. Berikut ini rumus BEP per biaya:

 

Cara menghitung Break even point

 

Adapun cara menghitung total biaya variabel (total variable cost) adalah sebagai berikut:

 

Cara menghitung Break even point

 

Demikian informasi mengenai elemen dalam BEP hingga tiga rumus cara menghitung Break Even Point bisnis Anda. Anda bisa memilih salah satu rumus menghitung BEP yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda.

break even point adalah

Pengertian Break Even Point, Istilah yang Paling Sering Disebut dalam Bisnis

Dalam berbisnis, terdapat banyak sekali istilah yang harus Anda pelajari. Break Even Point atau yang sering disingkat dengan BEP adalah salah satu istilah penting dalam dunia bisnis yang harus Anda ketahui selaku business owner.

Istilah BEP ini berhubungan dengan manajemen keuangan dalam sebuah bisnis. Hal ini karena BEP dipakai untuk menganalisa apakah sebuah bisnis masih merugi atau tidak. Untuk lebih memahami istilah ini dengan baik, simak informasi selengkapnya pada artikel ini.

Pengertian Break Even Point (BEP)

BEP atau Break Even Point adalah titik dimana sebuah bisnis telah terbebas dari kerugian atau titik di mana sebuah bisnis bisa menutupi biaya produksi dari hasil penjualan.

Istilah BEP ini juga umum dikenal sebagai titik impas atau balik modal. Seperti nama lainnya, yakni titik impas, sebuah bisnis dikatakan telah mencapai BEP ketika total hasil penjualan bisnis Anda dapat menutupi semua jenis pengeluaran, tidak kurang dan tidak lebih.

 

Break even point adalah

 

Menghitung BEP bisnis Anda memiliki banyak sekali manfaat atau keuntungan. Berikut ini adalah manfaat dari menghitung BEP:

  • Mengetahui biaya produksi dan pengeluaran lainnya. Ketika hendak menghitung nilai BEP bisnis Anda, secara otomatis Anda tentu perlu menghitung biaya pengeluaran. Dengan begitu, Anda tahu berapa biaya yang Anda habiskan untuk produksi, operasional, dan kegiatan lainnya dalam bisnis Anda.
  • Mengetahui banyaknya investasi yang dibutuhkan. Dengan menghitung BEP, Anda juga bisa mengetahui banyaknya modal tambahan atau investasi yang bisnis Anda butuhkan. Modal tambahan ini nantinya akan membantu Anda agar sampai pada titik BEP hingga titik laba.
  • Mengetahui estimasi waktu balik modal. Ketika sebuah bisnis baru berjalan, tentu bisnis tidak akan langsung mencapai titik balik modal. Namun, Anda bisa mengetahui estimasi waktu balik modal Anda dengan menghitung BEP.
  • Menjadi batas agar tidak mengalami kerugian. Sebuah bisnis tentu tidak ingin mengalami kerugian. Nilai BEP bisa menjadi batasan atau margin agar Anda dapat mencegah kerugian dengan memastikan profit bisnis tidak kurang dari nilai BEP.
  • Membantu menyusun strategi untuk meningkatkan profit. BEP, biaya produk, dan keuntungan merupakan variabel dalam bisnis yang saling berhubungan satu sama lain. Ketika Anda berusaha untuk mencapai titik laba, maka Anda perlu mengetahui terlebih dahulu BEP bisnis Anda untuk kemudian menyusun strategi yang tepat guna meningkatkan profit.

Ternyata, BEP bukan hanya sekedar istilah namun juga tolak ukur yang perlu diketahui untuk menilai apakah bisnis Anda merugi dan membantu menyusun strategi untuk bisa mencapai titik laba.

Tak Selamanya Biaya Operasional Startup Terus-Menerus Berasal dari Pendanaan Eksternal

Pada dasarnya misi sebuah bisnis ialah untuk mengkonversi modal menjadi profit dan menggunakan profit tersebut untuk terus mengembangkan bisnisnya. Begitu pun seharusnya startup digital sebagai sebuah bisnis. Kendati demikian di atmosfer startup lokal masih sangat kental “kepercayaan” bahwa sebuah startup keren akan lebih memfokuskan pada peningkatan investasi dan valuasi sehingga dapat menarik minat pasar terhadap produk/layanan yang dikembangkan .

Anggapan untuk memfokuskan pertumbuhan (growth) menjadi bagian terpenting pada penumbuhan bisnis bukan sebuah kekeliruan. Beberapa startup mampu beroperasi kencang dengan terus mengoptimalkan investasi masuk dan terus memanjakan produk dengan sistem subsidi atau diskon besar. Dari situ banyak startup yang masih (bahkan terus) merugi dari sisi capaian profit bisnis, namun secara finansial masih kuat ditopang hasil investasi yang besar.

Mencoba berbeda

Beberapa startup menunjukkan “gaya hidup” berbeda. Tetap mengawali kiprah dari investasi, namun menyeimbangkan untuk menjadi startup mandiri, terutama dari sisi finansial. Ambil contoh dua startup yang sudah meraih BEP, bahkan profit hingga saat ini, yakni Tiket dan Dinomarket. Keduanya terpantau menjadi startup yang cukup ketat dalam menjaga kontrol terhadap arus keuangan (investasi).

Dinomarket mendapatkan investasi Seri A dari Tiger Global Management dan Michael Van Swaaij dari Silicon Valley sebesar $6 juta pada tahun 2011. Beberapa waktu lalu pihaknya menginformasikan bahwa sudah mencapai Break Even Point (BEP), empat tahun pasca perolehan investasi. Model bisnis yang berfokus pada profit dan finansial yang sehat turut dicerminkan dari manajemen Tiket.com. Bahkan startup ini tercatat sudah mendapatkan profit sejak tahun 2013.

Untuk layanan e-commerce dan marketplace, selama ini memang ada stigma dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan profit, atau minimal impas. Startup di bawah naungan Rocket Internet sendiri (Zalora dan Lazada) ditargetkan mencapai BEP setelah 6-9 tahun beroperasi. Ternyata, dengan strategi bisnis dan proposisi investasi yang pas, Tiket dan Dinomarket mampu berdikari, meskipun secara valuasi dan market share tidak sebesar pemimpin pasar.

Mengamati kedua startup tersebut, ada sebuah kesamaan yang bisa disimpulkan, yakni tentang bagaimana mereka memanfaatkan investasi awal dengan baik dan memaksimalkan pengalamannya melakukan bootstrapping. Seperti yang pernah diceritakan salah satu Co-Founder Tiket, di awal mereka menggunakan jurus zero marketing untuk memaksimalkan pemasaran tanpa harus membuang biaya yang besar. Proses tersebut ternyata membawa startup pada posisi terbaik ketika harus meningkatkan skala bisnis secara mandiri.

Berfokus pada profit dan melakukan efisiensi pada investasi  membuat pola pikir punggawa startup untuk jeli dalam menentukan kapan harus “membakar” uang untuk melakukan percepatan bisnis (growth) tanpa menghilangkan keseimbangan pada strategi sustainability bisnis jangka panjang. Tak selamanya operasional startup terpaku pada asupan investasi pendanaan. Pola pikir tersebut, tergantung situasi perlu diubah, dengan mengedepankan strategi bisnis untuk mendapatkan minat pasar yang tinggi.

Tiket dan Dinomarket yang mampu berjalan dan berkembang tanpa investasi baru sejak Seri A-nya memberi contoh bahwa startup ternyata memungkinkan untuk fokus pada pengembangan produk dan profit tanpa membuang banyak uang. Bagaimana dengan startup Anda?