Tag Archives: BRI Ventures

DayaTani

DayaTani Peroleh Pendanaan Awal Rp36 Miliar Dipimpin Ascent Venture Group

Startup agritech DayaTani memperoleh pendanaan awal dalam bentuk financing sebesar $2,3 miliar (sekitar Rp35,7 miliar) yang dipimpin oleh Ascent Venture Group, serta partisipasi dari Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.

DayaTani didirikan September 2023 oleh Ankit Gupta (eks pendiri FarmGuide) dan Deryl Lu (eks Sayurbox) yang mengembangkan layanan end-to-end ke ekosistem pertanian skala kecil untuk meningkatkan hasil panennya.

“Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi DayaTani. Kami berkomitmen untuk meningkatkan petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan,” ucap Deryl Lu dalam keterangan resminya.

Diketahui, sektor pertanian merupakan salah satu sektor besar dengan kontribusi 13% terhadap PDB nasional dan menyerap sebanyak 29% tenaga kerja. Sektor ini juga tengah mengalami perkembangan signifikan mengingat pertanian adalah sektor yang sulit didigitalisasi.

Northstar bersemangat untuk berkontribusi pada upaya mereka, berperan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas yang paling rentan di wilayah tersebut,” tulis Northstar dalam laman resmi LinkedIn.

Solusi DayaTani

DayaTani tengah mengoperasikan beberapa situs penelitian dan pertanian di pulau Jawa untuk tanaman hortikultura dan tanaman pangan, seperti padi, cabai, kentang, dan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pengaruh hasil panen termasuk membangun praktik SOP di wilayah tersebut.

DayaTani sedang membangun agen agronom semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan untuk mengatasi masalah di pertanian,” tutur Ankit Gupta.

Beberapa solusi yang dikembangkan adalah chatbot LLM. Fitur ini sudah aktif di aplikasi agen lapangan dan WhatsApp para petani. Bot ini disebut mampu memahami pertanyaan dalam bahasa daerah, baik melalui teks atau ucapan. Selain itu, bot ini disebut mampu mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi kustom.

Dikutip dari situs resminya, DayaTani mencatat telah mampu mengelola situs penelitian dan pertanian seluas 50 ribu meter persegi dengan kenaikan yield 30% pada 350 mitra petani dalam waktu singkat sejak pertama beroperasi.

Rencananya, pihaknya berencana memasang lebih dari 100 perangkat IoT seluruh Jawa dan menciptakan jaringan stasiun cuaca dalam kurun waktu satu tahun. Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi para petani.

Sektor agrikultur masih diminati VC di Indonesia untuk terlibat dalam transformasi melalui digitalisasi. Transformasi ini menjadi langkah dalam mengatasi tantangan di lapangan, seperti modal, akses ke pasar, dan kinerja hasil panen. Di sepanjang 2023, tercatat beberapa startup agritech Indonesia yang memperoleh pendanaan di antaranya Semaai, Kora, dan Rize. 

PrimaKu Raih Pendanaan Pra-Seri A Dipimpin Northstar dan AppWorks

Platform digital yang fokus menyediakan solusi parenting untuk tumbuh kembang anak, PrimaKu, hari ini (24/8) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A yang tidak disebutkan jumlahnya. Putaran ini dipimpin oleh Northstar Group dan AppWorks, dengan partisipasi BRI Ventures dan BIG Ventures.

Didirikan pada Juli 2017, PrimaKu merupakan sebuah ekosistem parenting berbasis komunitas yang ingin membantu mengatasi tantangan orang tua dalam mengasuh anak. Platform ini menghubungkan orang tua dengan dokter anak, serta fasilitas kesehatan yang komprehensif.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Founder & CEO PrimaKu Muhammad Aditriya Indraputra atau akrab disapa Didit, mengungkapkan dua alasan utamanya mengembangkan layanan ini. Pertama, kekhawatiran terkait isu kesehatan pada anak-anak Indonesia. Kedua, pengalaman pribadi dalam menghadapi tantangan sebagai orang tua pertama kali.

Menurut Didit, Indonesia masih tertinggal jauh dalam metrik terkait pertumbuhan anak. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa fakta yang ditemukan berikut ini. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, Lebih dari 46% anak kurang dari 5 tahun menderita kekurangan gizi atau stunting. 

Mengacu pada Profil Kesehatan Ibu dan Anak, terdapat lebih dari 37% anak kurang mendapat vaksinasi, sehingga rentan terhadap penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Fakta lainnya yang ditemukan dalam buku Early childhood development coming of age: Science through the life course, lebih dari 43% anak tidak bisa mencapai pertumbuhan optimalnya.

Selain itu, hal ini juga dapat terjadi karena kurangnya kesadaran mengenai praktik pengasuhan anak yang tepat untuk mengoptimalkan kesehatan, tumbuh kembang anak selama 1.000 hari pertama mereka dan maraknya misinformasi terkait parenting yang beredar di media sosial.

“Ketika saya mempelajari metrik terkait kesehatan anak-anak Indonesia, saya melihat terdapat kesenjangan besar dalam hal kesehatan, gizi, dan kesejahteraan anak secara keseluruhan. Hasilnya, banyak anak mengalami keterbelakangan karena kurangnya akses terhadap informasi dan sumber daya yang tepat,” jelasnya.

Maka dari itu, ia mencoba membangun sebuah platform yang dapat menjembatani kesenjangan dan memberdayakan orang tua dengan pengetahuan dan alat yang dibutuhkan untuk membekali anak-anak mereka sejak dini. Sebuah platform yang tidak hanya memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan namun juga menciptakan dukungan dan rasa kebersamaan.

PrimaKu menawarkan tiga fitur unggulan untuk membantu orang tua mengatasi stunting dalam tumbuh kembang anak, di antaranya pemantauan tumbuh kembang anak, panduan nutrisi, serta layanan vaksinasi dan imunisasi.

Orang tua akan mendapat buku harian kesehatan visual untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, layanan ini juga mencakup panduan dan tips bagi orang tua untuk membantu anak-anak mereka mencapai tonggak penting—seperti nutrisi, pertumbuhan, bicara, keterampilan motorik, dan bidang perkembangan penting lainnya.

Platform ini juga memungkinkan orang tua memesan vaksinasi, memesan kunjungan klinis di 31 provinsi di seluruh Indonesia bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan ternama. Untuk dokter anak, PrimaKu juga menawarkan alat dan panduan digital untuk membantu klinik mendukung perkembangan anak, memfasilitasi layanan telemedis, membuat rujukan dokter, dan menawarkan komunitas untuk terhubung dengan rekan-rekan industri.

Sebagai pionir layanan kesehatan anak digital di Indonesia, PrimaKu telah dipercaya oleh institusi kesehatan, orang tua, dan organisasi kesehatan masyarakat. Selain itu perusahaan juga menjalin kemitraan resmi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IPS) sebagai ahli otoritatif di bidang kesehatan dan perkembangan anak bersama dengan Kemenkes.

Tantangan bisnis

Untuk menciptakan ekosistem yang holistik, diperlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cermat sejak awal. Salah satunya tantangan besar adalah menghadirkan infrastruktur teknologi yang mengakomodasi kebutuhan berbagai pemangku kepentingan.

Kompleksitasnya terletak pada memastikan bahwa platform tersebut ramah pengguna, aman, dan mampu menangani beragam layanan kesehatan dengan lancar. Selain itu, menciptakan teknologi ini memerlukan investasi, sumber daya, dan keahlian yang besar, sehingga menambah lapisan kompleksitas.

Meyakinkan pemangku kepentingan untuk menggunakan teknologi baru juga merupakan tantangan yang tidak kalah besar. Orang tua, dokter anak, dan klinik sering kali memiliki rutinitas dan praktik yang sudah mapan. Dalam hal ini, selain memberi manfaat, penyedia platform harus bisa menjamin keamanan, pemahaman, dan integrasi ke dalam alur kerja yang ada.

“Membangun kepercayaan sangatlah penting, dan kami melakukan upaya yang signifikan untuk menunjukkan bagaimana platform kami dapat meningkatkan pengalaman dan hasil mereka,” ungkap Didit.

Dalam usaha memperluas jaringan, ada banyak hal yang harus dilalui, seperti perbedaan wilayah, regulasi layanan kesehatan yang berbeda-beda, juga kultur budaya yang menuntut adaptasi dan penyesuaian. Kolaborasi dengan otoritas dan profesional layanan kesehatan setempat untuk menyelaraskan dengan beragam kebutuhan ini menjadi sangat penting.

Target ke depan

Dana segar yang didapat, rencananya akan digunakan untuk memperkuat ekosistem digital PrimaKu agar lebih komprehensif dalam mendukung orang tua, dokter anak, serta fasilitas kesehatan dalam misinya untuk menyukseskan tumbuh kembang anak.

Di samping itu, PrimaKu juga akan segera memperluas jangkauannya melalui kanal distribusi yang lebih beragam untuk mengakomodir kebutuhan produk dan layanan untuk mendukung kebutuhan parenting. Perusahaan juga akan memperluas jangkauan rumah sakit dan klinik di Indonesia untuk meningkatkan aksesibilitas vaksinasi.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menawarkan solusi parenting, di antaranya, Tentang Anak, Parentalk, The Asian Parents, dan lainnya. Yang membedakan PrimaKu, menurut Didit, adalah komitmen dalam memantau kesehatan anak dan memperlancar perjalanan orang tua dalam membina tumbuh kembang anak secara optimal.

Sebagai mitra resmi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (Ikatan Dokter Anak Indonesia), PrimaKu tidak hanya memastikan keselarasan antara inisiatif pendidikan platform dan masalah kesehatan anak yang mendesak di Indonesia, tetapi juga bercita-cita untuk memberikan kontribusi besar terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan global.

“Aspirasi kami adalah menjadi mercusuar tepercaya di bidang ini, yang mendorong masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak di seluruh dunia,” ungkap Didit.

Berawal dari visi mengatasi permasalahan stunting pada anak di Indonesia, PrimaKu terbukti memberikan dampak positif bagi orang tua dan anak. Berdasarkan Laporan Kesehatan Anak PrimaKu tahun 2022, 97% anak (di bawah dua tahun) yang mendapat perawatan PrimaKu mampu meningkatkan perkembangannya dan terhindar dari gizi buruk.

“Temuan-temuan ini menggarisbawahi keampuhan PrimaKu dalam meningkatkan layanan kesehatan anak, menyoroti kemampuan kami dalam membawa transformasi positif dalam kehidupan jutaan anak di seluruh Indonesia,” ungkap Didit.

Saat ini, perusahaan berada pada fase di mana tantangannya beralih dari membangun fundamental menjadi menjaga pertumbuhan. “Kami berdedikasi untuk meningkatkan fitur dan fungsi platform kami, menyederhanakan proses, dan membina hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan untuk memastikan platform ini tetap relevan. Misi kami adalah untuk membentuk kembali kesejahteraan anak-anak di Indonesia,” tutup Didit.

Application Information Will Show Up Here
Acara peluncuran Kiqani Labs di Evolv8 Transformation Hub Jakarta Barat / BRI Ventures

BRI Ventures Jaring Bisnis D2C Melalui Program Akselerator Kiqani Labs

BRI Ventures melalui dana kelolaannya Sembrani Kiqani, meluncurkan Kiqani Labs, sebuah program akselerator yang fokus menjaring bisnis D2C (direct to consumer). Program ini diharapkan bisa menjaring merek bisnis dari berbagai segmen, seperti fashion, produk kecantikan, dan F&B di Indonesia.

Untuk mengikuti program ini, calon partisipan diharapkan sudah memiliki bisnis yang telah tervalidasi di pasarDalam program yang akan diadakan selama 2 bulan ini, BRI Ventures menawarkan insights yang lebih luas terkait industri ini, juga kunjungan ke lokasi partner strategis perusahaan, serta jaringan luas dan mentor yang dapat diandalkan.

Pihaknya menegaskan bahwa BRI Ventures tidak menjanjikan investasi secara langsung, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kolaborasi ke depannya. Saat ini, Kiqani Labs juga masih membuka kesempatan bagi pebisnis yang ingin mendaftarkan mereknya di program akselerator ini.

Pertama kali diumumkan ke publik pada akhir tahun 2021, dana kelolaan Sembrani Kiqani memang memiliki fokus untuk consumer brands menyasar sektor direct-to-consumer (D2C). Ketika itu, Nicko Widjaja, CEO BRI Ventures meyakini bahwa sektor ini mampi menjadi penggerak industri terutama di tengah pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Sebelumnya, BRI Ventures juga sempat menggandeng Tokocrypto dalam menjalankan program Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Inisiatif ini berupaya menyediakan modul ekstensif khusus dirancang demi membawa proyek dan startup blockchain untuk muncul ke panggung dunia.

Pasar D2C di Indonesia

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Ken Research, Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan persaingan di pasar D2C di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari kebangkitan industri 4.0. Tumbuhnya industrialisasi di Indonesia membantu mendorong industri D2C ke tingkat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Laporan yang sama menyebutkan bahwa ukuran pasar D2C di Indonesia saat ini tidak lebih dari 1% total pasar e-commerce. Namun, angka ini dipercaya akan bertumbuh secara signifikan, didorong oleh target pasar yang besar, meningkatnya pembelian daring, pendapatan per kapita yang tinggi, dan dukungan modal ventura terhadap startup D2C di tanah air.

Sumber: Ken Research

Berdasarkan infografis yang dibuat oleh Ken Research di atas, dapat dilihat bahwa GMV e-commerce di Indonesia memiliki potensi pasar hingga USD$120 miliar. Fashion dan Apparel menjadi segmen utama yang juga menyumbang pendapatan terbesar pada pasar D2C di Indonesia.

Dari sisi persaingan, industri ini masuh terbilang sangat terfragmentasi. Semakin banyak merek yang mengadopsi strategi distribusi omnichan nel pasca-COVID untuk mendapatkan pijakan di pasar karena pelanggan ragu untuk mengunjungi toko offline. Salah satunya adalah Hypefast, yang belum lama ini memaparkan survey terkait tren merek lokal di Indonesia.

Banyak investor yang sudah mulai melirik pasar ini. Beberapa program akselerator juga sudah dilancarkan untuk bisa mendorong pertumbuhan pasar D2C di Indonesia. Selain Kiqani Labs, ada Gojek Xcelerate yang lebih dulu hadir untuk menjaring UMKM ritel. Teranyar, ada program akselerator D2C dari Kino Indonesia yang baru saja menyelesaikan program bootcamp intensif Maret lalu.

BRI Ventures Akan Bagi Dividen ke Investor Sembrani Nusantara

BRI Ventures (BVI) mengumumkan akan membagikan dividen kepada para investor Dana Ventura Sembrani Nusantara menyusul kinerja laba bersih yang diperoleh beberapa portofolio investasinya. Dividen akan dibagikan dengan yield berkisar 12%-14%.

Co-Founder dan CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan bahwa portofolio Sembrani Nusantara menunjukkan kinerja positif terlepas dari situasi pasar yang tidak menentu pada beberapa tahun terakhir. Industri startup sempat mengalami kenaikan valuasi fantastis di 2021, tetapi sejak tahun lalu investor mulai fokus terhadap profitabilitas.

“Memang challenging, tetapi message kami jelas bahwa kami ingin membangun industri ventura di Indonesia. Kita tidak mungkin fundraising untuk menghidupi perusahaan, melainkan memberikan funding untuk ekspansi perusahaan. Kami ingin mengembalikan kepercayaan di industri startup sehingga [portofolio] harus profit,” ujar Nicko saat Media Luncheon BVI, Rabu (24/5),

Sembrani Nusantara merupakan dana kelolaan yang menghimpun dana dari investor di luar BRI Group. Target investasinya adalah startup tahap awal di sektor non-fintech, termasuk consumer (new retail).

Diketahui, Sembrani Nusantara baru berjalan efektif pada 2021. Putaran dana pertamanya ditutup dengan nilai sebesar Rp150 miliar pada akhir 2020. Beberapa portofolionya adalah Haus! dan Broom.

Fokus di new retail

Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman menambahkan, Dana Ventura Sembrani Nusantara terus mengeksplorasi peluang investasi di sektor consumer (new retail) karena telah membuktikan profitabilitas dan keberlanjutan pada model bisnisnya.

Saat ini, ada tiga sub sektor yang menjadi fokus utama Sembrani Nusantara di industri new retail, yakni F&B, beauty, dan fashion. Pelaku startup di sektor ini memanfaatkan model D2C untuk menjangkau pasar. “Beberapa tahun terakhir, penerimaan pasar terhadap brand-brand lokal di Indonesia semakin membaik,” tambah Markus.

Mengacu laporan White Paper BRI Ventures bertajuk “The Birth of New Retail”, sektor D2C di Indonesia berkembang pesat. Pertumbuhannya digerakkan oleh kenaikan penetrasi smartphone dan luasnya penggunaan media sosial, memungkinkan masyarakat untuk belanja online produk milik startup D2C.

Selain itu, keberadaan platform e-commerce juga turut membawa dampak terhadap berkembangnya komunitas pengguna. Maka itu, pelaku D2C di Indonesia diprediksi akan meningkatkan skalabilitas dengan cepat dalam beberapa tahun ke depan.

Sektor F&B terbilang menjadi sektor D2C paling produktif di Tanah Air. Sejumlah pemain F&B tak sedikit yang mengamankan investasi dari pemodal ventura, dari Kopi Kenangan (unicorn F&B pertama di Indonesia), Lemonilo, hingga Fore Coffee.

D2C Indonesia

Skalabilitas Jadi Kunci Pertumbuhan Startup D2C

Ada sejumlah alasan venture capital (VC) banyak berinvestasi di bisnis direct-to-consumer (D2C) Indonesia. Dua faktor di antaranya adalah dukungan ekosistem digital dan efisiensi biaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan memangkas sekian lapis rantai pasok.

D2C memungkinkan penjualan produk tanpa perantara dibandingkan rantai proses tradisional yang memakai jaringan reseller, minimarket, dan supermarket. Model bisnis D2C menjangkau konsumen dan memasarkan produknya lewat kanal digital, seperti media sosial, marketplace, dan website.

Beberapa merek lokal besar yang telah mengantongi investasi dari VC adalah Kopi Kenangan dengan perolehan $109 juta pada 2020, dan Hypefast yang mendapat kucuran $14 juta di 2021.

Tercatat ada lebih dari 40 merek D2C Indonesia dengan mayoritas dari segmen F&B, fashion, dan beauty. Beberapa di antaranya sudah memiliki basis komunitas pembeli yang kuat dan bahkan sudah masuk ke ranah mass retail.

Tesis VC

Menurut VP of Investment East Ventures Stacy Oentoro, startup D2C lebih adaptif dalam mempercepat masuk ke pasar dan membangun hubungan dengan konsumen dibandingkan merek besar yang harus melalui rantai proses berlapis. Untuk mendorong keberlanjutan, startup D2C juga perlu mengenal konsumen dan perjalanan pembeliannya sehingga memahami apa yang mereka cari.

“Semakin melekatnya penggunaan digital akan berdampak signifikan pada nilai brand dari barang tersebut. Populasi Indonesia cenderung muda sehingga segmen digital native juga lebih mudah menerima layanan online, inovasi, dan potensi-potensi D2C,” tuturnya.

Rata-rata pemain D2C memanfaatkan online presence untuk memperkenalkan dan mempromosikan produknya ke khalayak. Selain dapat berinteraksi langsung dengan komunitas pembeli, startup D2C dapat memotong komponen biaya dengan memasarkan produk di kanal digital, seperti di Tokopedia dan Shopee yang merupakan marketplace dengan ekosistem pembayaran dan logistik lengkap.

Meski bermain di sektor retail, pelaku D2C tetap dapat memanfaatkan teknologi yang memungkinkan mereka memahami perilaku konsumen dan mengembangkan produk berdasarkan preferensi konsumen yang lebih terpersonalisasi.

Startup D2C Indonesia / Sumber: Startup Report 2021 & Q1’22 oleh DSInnovate

Kejayaan D2C di Indonesia tak lepas dari tren perilaku konsumen Gen Z dan milenial. Riset Capgemini menyebut, Gen Z (68%) dan milenial (58%) suka memesan produk langsung dari si pemilik merek dalam enam bulan terakhir. Sementara, hampir dua pertiganya (60%) lebih memilih membeli langsung daripada beli di gerai ritel tradisional.

Diperkuat lagi, banyak orang Indonesia senang berbelanja online. Di sepanjang 2022, sebanyak 178,9 juta orang Indonesia tercatat bertransaksi online. Mengacu riset We Are Social, total nilai belanja online Indonesia di 2022 diestimasi menembus Rp851 triliun.

Skalabilitas, kunci sekaligus tantangan

Sementara, Creative Gorilla Capital (CGC) yang berfokus pada consumer juga menilai sektor e-commerce Indonesia sudah memasuki fase matang sehingga rantai pasok menjadi lebih efisien. Kendati begitu, sektor D2C tetap membutuhkan pendekatan berbasis omnichannel agar tidak terlalu mengandalkan pemasaran lewat e-commerce dan mengombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Tampaknya, hal ini sudah dilakukan oleh sejumlah startup D2C di sejumlah wilayah operasionalnya. Saturdays, misalnya, bahkan sejak awal memperkuat konsep omnichannel untuk memberikan seamless experience dengan membangun gerai berkonsep lifestyle. Lainnya sudah merambah ke jaringan ritel besar. Kopi Kenangan memasarkan produk kopi botolan di gerai Alfamart dan Indomaret, sedangkan Somethinc masuk lewat in-store di sejumlah pusat perbelanjaan.

Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman menambahkan, investasi di D2C tak sekadar hanya mengacu pada aspek pertumbuhan pendapatan. Seiring berjalannya waktu, investor perlu memahami aspek lain, seperti perubahan perilaku pasar dan skalabilitas.

Sumber: Diolah oleh DailySocial

Ketika sudah mengantongi product-market fit, di titik mana startup D2C harus meningkatkan skalanya? Apakah ekspansi vertikal atau masuk ke supply chain? Ia menilai ada risiko operasional yang lebih tinggi yang perlu dipahami startup D2C dibandingkan startup yang operasionalnya dikelola penuh oleh pihak ketiga.

“Tantangan D2C ini hari ini adalah scalability karena scaling D2C and scaling platform are two different things. Di D2C, misalnya scaling di kebutuhan inventori, artinya harus memikirkan biaya logistik. Nah, jika sudah masuk supply chain, seperti supermarket dan general trade, apa yang perlu disiapkan?Ini sesuatu yang mungkin tidak dipikirkan tech startup.  Kunci scalability D2C adalah bagaimana bisa masuk ke mass retail. Kalau tidak, bagaimana bisa coba potensi spend yang lebih besar?” jelasnya.

Ia menambahkan, investor juga perlu memahami bahwa mematok valuasi startup teknologi dan D2C akan berbeda. Metrik startup D2C dilihat dari EBITDA atau net profit margin, bukan dengan GMV. Startup D2C atau retail yang dapat menghasilkan real revenue bisa mendapatkan investasi yang lebih baik di masa sekarang.

Startup insurtech lokal Bang Jamin memperoleh pendanaan segar dari Northstar dan BRI Ventures dengan nilai $2 juta-$3 juta

Startup Insurtech Bang Jamin Peroleh Investasi dari Northstar Group dan BRI Ventures

Startup insurtech lokal Bang Jamin memperoleh pendanaan segar dari Northstar dan BRI Ventures. Belum ada pengumuman resmi dari seluruh pihak, namun dalam laman LinkedIn Northstar terdapat unggahan yang mengonfirmasi atas kabar tersebut.

Kabar ini pertama kali diwartakan oleh DealStreetAsia pada hari ini (17/3). Sumber menyebutkan Bang Jamin memperoleh sekitar $2 juta-$3 juta (lebih dari Rp30 miliar-Rp46 miliar) dari kedua investor tersebut.

Bergabungnya Bang Jamin dengan kata lain menambah portofolio di BRI Ventures, sebelumnya terdapat Qoala, startup sejenisnya

Bang Jamin merupakan insurtech lokal yang berdiri pada tahun lalu, digawangi oleh Indra Baruna (CEO), Maruly Octavianus Sinaga (COO), Morgan Andre Barry (CPO), dan Serano Tannason (CTO), serta Jens Reisch (Advisor).

Nama-nama tersebut beberapa di antaranya adalah veteran di dunia asuransi. Indra Baruna misalnya, adalah eks petinggi Adira Insurance (kini bernama Zurich Asuransi Indonesia) dan Tugu Insurance. Sementara Jens Reisch sebelumnya adalah Presiden Direktur Prudential Indonesia.

Dalam situsnya, Bang Jamin bekerja sama dengan perusahaan asuransi menyediakan produk dan layanan secara all-in-one, mulai dari pembelian hingga klaim asuransi yang didukung dengan teknologi AI. Produk asuransinya mencakup beragam asuransi kendaraan, mulai dari mobil listrik, sepeda, motor besar, dan sepeda motor, hingga asuransi syariah. Mitra perusahaan asuransinya, terdapat Mega Insurance, Tugu Insurance, Asuransi Aswata, Simas Insurtech, Sompo Insurancce, dan Etiqa.

Sebagai catatan, mengutip dari riset e-Conomy 2022, disampaikan bahwa asuransi digital di Asia Tenggara merupakan salah satu sektor yang tumbuh cepat dalam layanan keuangan digital, dengan pertumbuhan sebesar 64% secara year-on-year. Secara nilai diprediksi mencapai $400 juta pada 2022 dan tumbuh hingga $1 miliar pada 2025 mendatang.

Kehadiran insurtech dinilai dapat secara positif meningkatkan penetrasi, inklusi, dan literasi digital, khususnya dalam industri asuransi di Indonesia. Data ini juga menunjukkan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang potensial untuk industri insurtech.

Untuk mempelajari tentang lanskap insurtech lokal, unduh laporan Insurtech Ecosystem in Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Broom menawarkan fasilitas pembiayaan bagi pemilik showroom UMKM / Broom

Broom Peroleh Dana Segar Pra-Seri A Senilai 154 Miliar Rupiah [UPDATED]

*update 10 Maret 2023: kami memperbarui informasi dengan menyesuaikan nilai dan seri pendanaan

Platform digital untuk ekosistem mobil bekas Broom dikabarkan mendapat pendanaan pra-seri A senilai $10 juta atau sekitar 154 miliar Rupiah yang dipimpin Openspace Ventures. Berita ini pertama kali dikabarkan oleh DealStreetAsia.

Berdasarkan data yang dilaporkan ke regulator, AC Ventures dan Quona Capital (keduanya adalah investor terdahulu), serta MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures turut berpartisipasi pada putaran ini. 

Sebelumnya, Broom mengantongi pendanaan pra-awal senilai $3 juta (Rp43 miliar) yang dipimpin oleh AC Ventures, serta partisipasi dari Quona Capital dan beberapa angel investor, termasuk pendiri Kopi Kenangan dan Lummo.

DailySocial.id telah menghubungi manajemen Broom untuk mengonfirmasi berita ini, namun belum ada respons hingga berita ini diturunkan. 

Broom dirintis oleh Pandu Adi Laras (CEO), Pungky Wibawa (CBO), dan Andreas Sutanto (CFO) di 2021. Awalnya mereka mengembangkan solusi bagi pelaku UKM di bidang otomotif untuk memudahkan digitalisasi proses bisnis showroom dan memberikan fasilitas pembiayaan produktif. Kini Broom lebih fokus sebagai platform marketplace di sektor ini.

Digitalisasi proses kerja diler

Proses kerja diler kendaraan dinilai masih tradisional. Stok barang dicatat secara manual. Ketika mencoba go online, pemilik diler mengaku kesulitan menemukan pembeli yang tepat di lokasi mereka. Maka itu, solusi ini diharapkan dapat mengatasi masalah deadstock (stok yang belum terjual lebih dari satu bulan).

Dalam wawancara dengan DailySocial saat itu, Co-Founder dan CEO Broom Pandu Adi Laras mengatakan bahwa platform Broom memungkinkan pemilik diler untuk mengelola inventaris, pembukuan keuangan, hingga mengelola berbagai instrumen penjualan mereka.

“Startup ini bertujuan untuk menjadi pusat bagi digitalisasi jaringan diler di Indonesia,” tuturnya. Per Maret 2022, Broom memiliki lebih dari 2.000 diler mobil bekas di wilayah Jabodetabek.

Upaya digitalisasi di sektor otomotif terus berkembang. Awalnya, sektor ini banyak diisi oleh pemain car marketplace, seperti Carro, Carsome, dan LX Autos. Bahkan Moladin yang awalnya bermain di pembelian motor, sudah pivot ke jual-beli mobil bekas. 

Namun, pelaku startup mulai mengeksplorasi pain point lain di sektor otomotif yang dapat didukung dengan teknologi seiring tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Misalnya, solusi bengkel yang dikembangkan oleh Bengkel Mania, dan pembiayaan showroom Broom yang juga sama-sama membidik pelaku UMKM.

Adapun, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil retail di mencapai 89.651 unit per Oktober 2022.

Application Information Will Show Up Here

BRI Ventures Bidik Penggalangan Putaran Akhir “Sembrani Kiqani” Sebesar 784 Miliar Rupiah

BRI Ventures (BVI) membidik penggalangan putaran akhir dana kelolaan Sembrani Kiqani dengan target sebesar $50 juta atau sekitar 784 miliar Rupiah. Dilansir dari DealStreetAsia, BVI sebelumnya telah menutup putaran pertama Sembrani Kiqani pada Juni 2022.

Melalui unggahan di laman LinkedInFounding CEO BVI Nicko Widjaja bercerita perjalanan dana kelolaan Sembrani Nusantara yang dibentuk pada Juni 2020 di puncak ketidakpastian situasi global, dan dimulai dengan ekspektasi rendah. Sembrani Nusantara merupakan dana kelolaan ventura pertama di Indonesia yang berizin dan diawasi OJK. Dana kelolaan yang diperoleh melampaui target awal yang sebesar Rp300 miliar pada awal 2021. 

Kemudian, Kiqani juga dibentuk pada tahun berikutnya, serupa dengan situasi global saat ini. Namun, pihaknya mampu mengamankan dana putaran pertama dari berbagai LP dengan pencapaian lebih tinggi dari target.

“Mengelola dua dana kelolaan di Indonesia bukanlah hal yang mudah, terutama ketika dana kelolaan ini adalah pionir—dan diluncurkan pada situasi yang penuh ketidakpastian. Meski banyak rintangan, hambatan, (dan hal-hal negatif), Sembrani dan Kiqani dapat bertahan menghadapi segala rintangan,” tulis Nicko.

Fokus BVI

BVI dibentuk pada tahun 2019 dengan debut dana kelolaan senilai $250 juta atau setara dengan Rp3,5 triliun. Nicko Widjaja ditunjuk sebagai CEO BVI pada Juli 2019, meninggalkan posisinya sebagai CEO MDI Ventures yang telah dijalani selama lebih dari 4 tahun.

Dengan dana awal disokong oleh induk perusahaan, BVI telah menyalurkan investasi ke perusahaan-perusahaan yang fokus di industri fintech seperti Investree, Modalku, Payfazz, Tanihub, dan juga Nium.

Sembrani Nusantara diluncurkan sebagai medium perusahaan untuk mengecap pendanaan eksternal. Strukturnya sendiri terbilang baru karena berbentuk Kontrak Investasi Bersama (KIB), yang mengambil konsep mirip Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di reksa dana. Dana kelolaan ini menyalurkan investasi pada startup tahap awal di sektor seperti pendidikan, agro-maritim, retail, logistik, dan kesehatan.

Belum lama ini, Sembrani Nusantara juga disinyalir telah menyuntikkan investasi putaran seed pada pemain e-commerce B2B, Belanjaparts, dengan ticket size senilai $2 juta-$3 juta. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Nicko Widjaja seperti yang diberitakan oleh DealStreetAsia.

Masih dengan misi yang sama, Sembrani Kiqani menargetkan startup tahap awal, hanya saja difokuskan untuk consumer brands menyasar sektor direct-to-consumer (D2C) dan inisiatif di bidang web3. Melalui medium ini, perusahaan telah mengucurkan dana untuk perusahaan game berbasis blockchain Yield Guild Games SEA dan startup pengembang kemasan ramah lingkungan, Plepah.

Pada Maret 2022, CVC yang terlibat dalam Merah Putih Fund (MPF) ini juga telah menandatangani kesepakatan untuk membentuk dana kelolaan baru, yakni Fundnel Secondaries Fund yang menargetkan investasi sebesar $50 juta atau lebih dari Rp780 miliar di awal tahun 2023.

Pendanaan semester I 2022

DailySocial.id kembali merekap transaksi pendanaan startup digital sepanjang paruh pertama 2022. Terdapat beberapa tren menarik yang dapat dicermati, di tengah isu miring yang tengah menjadi sorotan di ekosistem—salah satunya tentang koreksi pasar akibat krisis ekonomi global—yang berdampak langsung dengan cara investor menilai sebuah startup.

Memasuki kuartal II 2022 sejumlah gejolak muncul, turut berdampak langsung pada iklim investasi startup. Di permukaan, kabar seperti startup melakukan layoff, pivot bisnis, sampai dengan penutupan usaha santer terdengar. Namun kondisi goncangan tersebut ternyata tidak menyurutkan kucuran pendanaan ke startup Indonesia.

Tren pendanaan sepanjang H1 2022

Dari grafik di atas, ada pertumbuhan nilai pada pendanaan lanjutan di sepanjang kuartal II 2022, khususnya seri B ke atas. Jumlah transaksi pendanaan awal dan pra-awal masih mendominasi. Hal ini menunjukkan kehadiran beberapa model bisnis baru yang mencuri perhatian investor.

Salah satu sektor yang juga cukup dilirik adalah D2C. Sektor ini dilihat sebagai peluang untuk menurunkan biaya dan memaksimalkan keuntungan dengan menghilangkan jalur rantai pasokan.

Menurut McKinsey, D2C mengacu pada praktik penjualan produk langsung ke konsumen melalui situs milik perusahaan sendiri, tanpa melalui pengecer atau grosir pihak ketiga. Konsep ini akan menghilangkan penghalang antara produsen dan konsumen, memberikan produsen lebih besar kendali atas merek, reputasi, pemasaran, dan taktik penjualannya.

Startup D2C di Indonesia / Sumber: Startup Report 2021 & Q1 2022 oleh DSInnovate

Konsep D2C juga disebut bisa membantu merek membangun hubungan mereka dengan pelanggan mereka, dengan memberi mereka pengalaman unik dan proposisi nilai sebagai pembeda.

Startup aquatech FishLog mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A sebesar $3,5 juta dari BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital

FishLog Raih Pendanaan Pra-Seri A 55 Miliar Rupiah

Startup aquatech FishLog mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A sebesar $3,5 juta (lebih dari 55 miliar Rupiah). Sejumlah investor ikut berpartisipasi dalam putaran tersebut, yakni BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital, dan Triputra Agri Group.

FishLog akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk memperkuat jaringan rantai dingin perikanan domestik Indonesia melalui ekosistem yang dibangun. Termasuk akses ke pembiayaan dan mitra ekosistem. Kemudian, memperkuat peran FishLog dalam rantai pasokan global sebagai penggerak ekosistem dan mengembangkan keberlanjutan tenaga kerja di industri melalui “FishLog Academy”.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (3/10), Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Rahardja menyampaikan, fokus FishLog yang menyeluruh dalam mendigitalkan rantai pasok perikanan menjadi solusi permasalahan cold storage dan menjaga distribusi logistik dari hulu hingga hilir.

Hal tersebut sejalan dengan tugas Badan Logistik Indonesia dalam menjaga stabilitas harga, stok, kualitas hasil perikanan, dan pemerataan distribusi, serta menerapkan sistem penamaan Unit Penyimpanan Stok Nasional dan Internasional (SKU) yang terstandardisasi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan FishLog dengan peran inovatif yang mereka mainkan di industri perikanan Indonesia dan mendukung mereka untuk terus fokus pada Rantai Pasokan Terintegrasi di Industri Makanan Laut dan memperluas digitalisasi ekosistem FishLog secara global,” jelas Markus.

Sejak 2020, FishLog telah mendorong peningkatan penyimpanan dingin, mengolah, dan mendistribusikan perikanan Indonesia agar mampu memenuhi penawaran dan permintaan global dengan lebih baik.

FishLog mengaktifkan wilayah pesisir perikanan dengan mendirikan FishLog Quality Centers, platform hybrid offline-online yang bekerja dengan mitra cold storage lokal untuk memberikan para pemangku kepentingan lokal termasuk nelayan, agregator, dan pedagang, akses yang lebih besar kepada pembeli dengan mendaftarkan inventaris mereka di pasar FishLog dan mendigitalkan mereka operasi.

FishLog juga memungkinkan bisnis perikanan untuk memaksimalkan operasi hulu hingga hilir melalui empat produknya, penanganan inventaris, pembiayaan, B2B marketplace, dan Digitalisasi Cold Storage.

Sejumlah startup di bidang aquatech tampak mendapatkan perhatian lebih dari investor. Tahun ini saja beberapa pemain telah mendapatkan pendanaan, termasuk eFishery (Rp1,2 triliun), Aruna (Rp431 miliar), hingga Delos (Rp115 miliar).

Pencapaian dan rencana berikutnya

Suasana di FishLog Quality Center / FishLog

CEO & Co-founder FishLog Bayu Anggara mengatakan, meskipun ada potensi bisnis global yang sangat besar untuk sektor perikanan Indonesia, namun hal itu telah lama diganggu oleh inefisiensi dan fragmentasi. Misinya di FishLog adalah membuka potensi penjualan dan memaksimalkan utilitas penyimpanan industri perikanan Indonesia yang terfragmentasi, membangun cara terbaik dan paling terjangkau untuk memastikan keberlanjutan produk dan tenaga kerja di industri.

“Melalui pendanaan ini, kami akan terus membangun cold chain ekosistem enabler dan sistem operasi untuk perikanan di Indonesia. Visi kami adalah agar semua pemangku kepentingan di sektor ini dapat berpartisipasi secara produktif dalam industri ini, bertransaksi dengan aman, dipercaya oleh, dan terintegrasi dengan mulus satu sama lain,” kata Bayu.

Dia melanjutkan untuk mencapai visinya untuk industri perikanan yang lebih kuat di Indonesia, diperlukan banyak talenta yang mumpuni. Untuk itu, FishLog telah meningkatkan perekrutan dan ekspansi timnya. Saat ini, perusahaan memiliki lebih dari 200 karyawan.

Di sisi lain, sebagai bentuk berkontribusi pada pengembangan bakat industri yang berkelanjutan, pihaknya membentuk FishLog Academy. Program ini dibangun untuk mengembangkan dan memiliki standar yang sama dalam industri perikanan ini.

FishLog Academy adalah program intensif untuk menghasilkan talenta terbaik dalam hal ini industri yang menawarkan pendidikan profesional, pengembangan pribadi, dan peluang karier yang terjamin. Fishlog Academy berkomitmen untuk memperkuat keterampilan dan kemampuan talenta masa depan di industri perikanan.

FishLog Academy berfokus pada dua program yang akan menghasilkan talenta muda yang kompeten di bidang Quality Control dan Cold Storage Operations. Mereka akan langsung mendapat teori dan praktek langsung di FishLog Quality Center di seluruh Indonesia.

Selain itu, program lain di FishLog Academy adalah mempersiapkan talenta yang siap bekerja secara profesional, dan yang berkompeten di industri perikanan. Mereka akan diberikan pelajaran tentang Operasi & Manajemen Bisnis.

Ke depannya, perusahaan akan tetap menjadikan Indonesia sebagai pasar utama. Namun tetap membuka potensi perikanan domestik Indonesia di mata panggung global. Saat ini, perusahaan sedang mempersiapkan produk marketplace enabler untuk semua pemangku kepentingan perikanan di Indonesia, merampingkan proses rantai pasokan mereka menjadi lebih efisien dan transparan dengan cara yang lebih berkelanjutan.

“Kami telah membangun model yang kuat dan dapat direplikasi di seluruh Indonesia, kami sekarang berinisiatif untuk berkembang di rantai pasokan global,” tutup Bayu.

Application Information Will Show Up Here
Tim manajemen Beleaf / Beleaf

Startup Agritech “Beleaf” Raih Pendanaan Awal 30 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC Ventures

Berdasarkan data Startup Report 2021 dan Q1 2022 oleh DSInnovate, industri agritech masih mencatatkan pertumbuhan positif yang diperkirakan meningkat sampai tahun 2023. Hal ini juga ditunjukkan oleh kehadiran pemain baru dan pendanaan yang tidak surut untuk menopang industri ini.

Beleaf, solusi pintar untuk pertanian di Indonesia baru saja mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $2 juta atau lebih dari 30 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Dana kelolaan BRI Ventures ‘Sembrani Nusantara‘, dana kelolaan MDI-Finch Capital ‘Arise’, dan beberapa investor angel turut terlibat dalam pendanaan ini.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani, Beleaf mengawali bisnis sebagai merek hidroponik premium yang menawarkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pertumbuhan bisnis dan pengalaman mengelola pertanian mereka sendiri, perusahaan mulai mengembangkan produknya ke manajemen pertanian yang didukung teknologi.

Solusi Beleaf menawarkan layanan end-to-end ‘Farming as a Service’ yang menyeluruh, mulai dari operasional, distribusi, dan offtaking – menghubungkan pertanian, distributor, dan pengecer dalam satu ekosistem terintegrasi. Sistem  ini didukung oleh teknologi big data dan IoT untuk memungkinkan pertanian lokal yang presisi, Beleaf saat ini berfokus pada tiga fitur utama: kontrol, otomatisasi, dan manajemen.

Founder dan CEO Beleaf Amrit Lakhiani menjelaskan bahwa sistem yang dimaksud adalah Beleaf Operating System (OS), platform yang menghubungkan perangkat IoT, pengumpulan data, pemantauan, logistik, penjadwalan, dan peramalan. Sistem operasi ini bertujuan untuk meningkatkan performa operasional pertanian.

Platform ini bisa digunakan untuk memantau pembibitan, suhu, nutrisi, posisi, aliran udara, kelembaban, irigasi, dan pengemasan di dalam pertanian. Semua data yang dikumpulkan dari proses ini kemudian akan mendukung pembelajaran mesinnya untuk pertanian dan peningkatan berkelanjutan Beleaf serta penelitian dan pengembangan solusi di masa depan.

“Setelah lahan pertanian mitra kami menggunakan Beleaf OS, mereka akan melihat peningkatan dalam konsistensi, produktivitas, dan kualitas panen. Selain itu, mereka akan menggunakan lebih sedikit sumber daya, sehingga meningkatkan keuntungan dan kelestarian lingkungan,” tambah Amrit.

Partner di Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengungkapkan, “Tiga tahun terakhir ini, Beleaf telah membuktikan kinerjanya yang konsisten dan kuat, mulai dari kualitas panen, efisiensi operasi hingga keekonomian unit pertanian. Mereka sekarang berada dalam posisi unik untuk memperluas jejak teknologi mereka melalui OS Beleaf mereka dan menjadi pemain utama dalam kancah pertanian alternatif di Indonesia.”

Fokus layanan dan target ke depan

Setelah berhasil mendapatkan pendanaan, Beleaf disebut akan fokus untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi, memperkuat tim, dan menggandakan sumber daya. Dalam hal ini, perusahaan bermaksud membuka lebih banyak R&D dan membangun lebih banyak komunitas pertanian utamanya di Jawa Barat.

Hingga saat ini, Beleaf telah bekerja sama dengan 14 pertanian di Jawa Barat yang mencakup lebih dari 80 hektar dan memproduksi lebih dari 70 ton produk segar per bulan. Produk-produk dengan merek inhouse-nya dapat ditemui di 15 supermarket dengan 110 outlet, 8 platform e-commerce, dan 10+ outlet restoran. Beberapa supermarket ternama yang sudah bekerja sama termasuk The Food Hall, Grand Lucky, Hero, serta Ranch Market.

Saat ini, perusahaan hanya memasok produk sayur mayur dan buah-buahan. Amrit percaya dengan konsep memulai sesuatu dari yang paling dipahami. Dalam konteks ini, Beleaf telah membuktikan dengan mengembangkan hasil pertanian  sendiri, dan tahun ini berhasil menskalakan modelnya. Namun, pihaknya juga mengungkapkan kesiapan untuk memperluas jangkauan produk.

Selain Farming as a Service, Beleaf juga memperluas merek inhouse dengan menambahkan merek baru, Seikat, ke merek premium yang sudah ada (Beleaf), dan menambahkan lebih banyak variasi ke dalam daftarnya. “Kami siap untuk mempercepat pertumbuhan dan menguji coba ekspansi geografis. Kami telah memulai dengan sayuran dan buah-buahan, dan akan mengeksplorasi kelompok tanaman lain yang modelnya bisa direplikasi,” ungkap Amrit.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai pasar buah dan sayuran Indonesia saat ini mencapai $33 miliar, dan berpeluang tumbuh menjadi $56 miliar pada tahun 2026. Di sisi lain, biaya pertanian diperkirakan akan meningkat yang dipengaruhi oleh kenaikan biaya input, adopsi teknologi yang buruk, pengurangan tenaga kerja pertanian, dan logistik yang tidak efisien karena fragmentasi.

“Pada akhirnya, dengan pengalaman dan teknologi, kami berusaha untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Impian kami adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada buah dan sayuran impor dan membawa produk Indonesia mencapai standar global,” tambah Amrit.

Selain Beleaf, pemain lainnya yang juga mengusung konsep serupa adalah Askara. Konsep FaaS Askara Daulat Desa adalah dengan melakukan the whole cultivation program, dari perencanaan penanaman, pembukaan lahan, eksekusi penanaman, dan pengiriman langsung ke klien.