Perusahaan omnichannel commerce enabler SIRCLO Group mengumumkan kebijakan langkah efisiensi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 8% dari total karyawan. Keputusan ini mulai berlaku per hari ini (22/11).
Dalam data terakhir, perusahaan memiliki lebih dari 2 ribu karyawan. Artinya, sekitar 160 karyawan terkena imbas. Perusahaan menyebut kebijakan ini diambil karena kebutuhan untuk beradaptasi di tengah kondisi ekonomi makro saat ini.
“Sebagai perusahaan teknologi yang berkembang pesat, SIRCLO Group berupaya untuk terus adaptif dalam melakukan penyesuaian bisnis agar mencapai pertumbuhan jangka panjang. Dalam situasi makro ekonomi yang menantang, SIRCLO Group telah melalui serangkaian evaluasi internal dan akan melakukan perubahan yang signifikan, terutama dalam aspek fokus bisnis, untuk memastikan sustainability perusahaan,” terang Founder & CEO SIRCLO Group Brian Marshal dalam keterangan resmi.
Ia melanjutkan, keputusan yang diambil ini tidak memengaruhi komitmen perusahaan dalam mengembangkan solusi terbaik bagi seluruh penerima layanan SIRCLO. Untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, kini seluruh aspek bisnis SIRCLO Group berada dalam tahap optimalisasi, salah satunya dengan menitikberatkan pengembangan lini bisnis e-commerce enabler yang melayani klien korporasi.
Sejumlah unit bisnis SIRCLO Group yang menargetkan segmen UMKM akan berfokus pada aspek operasional yang bersifat esensial, dengan tujuan menunjang pertumbuhan seluruh segmen penerima layanan di dalam ekosistemnya. Adapun serangkaian tujuan tersebut berdampak pada penyesuaian skala organisasi perusahaan.
“Sejak awal berdiri, SIRCLO Group memiliki misi mendukung pelaku bisnis maupun individu untuk berjualan dengan nilai layanan yang tinggi. Perkembangan ekosistem kami dari tahun ke tahun tidak lepas dari kontribusi setiap karyawan di dalamnya, sehingga menjadi prioritas bagi SIRCLO untuk memastikan setiap karyawan yang terdampak akan menerima paket kompensasi sesuai dengan hak dan peraturan yang berlaku, serta pendampingan yang komprehensif untuk mendukung masa transisi mereka,” tutup Brian.
Dalam perjalanannya sejak 2013, SIRCLO pernah melakukan efisiensi pada tahun ketiga bahkan hampir tutup. Mengutip dari Katadata, Brian menjelaskan pada 2015 perusahaan gagal mendapatkan pendanaan, runway semakin menipis dan sempat berpikir untuk berhenti.
Akhirnya, langkah efisiensi pun ditempuh dengan PHK 40% karyawan. Ketika itu jumlah karyawan sekitar 30 orang. “Kami memutuskan untuk tidak tutup, harus lanjut, tetapi dengan mengurangi 40% tim. Setahun berikutnya, try to stand on our feet,” kata dia.
Langkah tersebut berhasil membuat SIRCLO lolos dari kebangkrutan, bahkan pada akhir 2015 mulai breakeven alias tidak merugi. Salah satu faktornya, selain tim yang solid, juga mencapai product-market fit.
Sejak awal tahun ini, pasca menuntaskan akuisisi terhadap Warung Pintar, SIRCLO kini menangani tiga pilar solusi, yakni Enterprise, Entrepreneur, dan New Retail.
Pendanaan terakhir yang diperoleh perusahaan diumumkan pada September 2021 sebesar $36 juta yang dipimpin oleh East Ventures dan Saratoga, diikuti oleh Traveloka. Dana tersebut dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan teknologi, serta mengakselerasi digitalisasi ritel bagi berbagai usaha di Indonesia.