Brightkite, pemain ‘veteran’ layanan berbasis lokasi meluncurkan fitur baru, Photo-tips.
Upload foto tentang lokasi tertentu, di layanan berbasis lokasi ini memang bukan barang baru, pengguna telah bisa melakukan upload foto lokasi sambil chek-in dengan Brightkite. Tapi kini, Brightkite memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memberikan tips pada pengguna lain, pengguna yang melakukan upload foto bisa mengklasifikasikan foto mereka sebagai tips atau saran atas lokasi tertentu.
Sebuah fenomena baru yang belakangan saya perhatikan mulai bermunculan di timeline Twitter saya. Mulai banyak teman-teman yang beralih menggunakan 4square sebagai layanan location-based pilihan. Dari beberapa event yang diadakan beberapa minggu belakangan, terlihat bahwa jumlah pengguna 4square – terutama di kalangan influencer – semakin banyak.
Lalu bagaimana dengan layanan lokal kita, Koprol? Masihkah punya kesempatan?
Ah, benar juga prediksi gue. Mengamati persaingan layanan berbasis lokasi, gue pernah mikir bentar lagi pasti ada yang bikin semacam aggregatornya, seperti Ping.fm atau Post.ly untuk blog/Twitter/Facebook, tapi untuk fitur lokasi. Masa sih kita harus check in ke berbagai layanan satu-per satu tiap kali kita dateng ke tempat baru?
Ternyata ngga perlu nunggu lama, ada yang saat ini lagi dibangun: Check.In. Sesuai dengan namanya yang pas banget, Check.In mau nyediain fasilitas untuk sekali check in ke berbagai layanan berbasis geolokasi.
Brightkite, situs jejaring sosial berbasis lokasi yang cukup populer kemarin (7 April 09) mengumumkan diakuisisi oleh Limbo. Limbo adalah layanan social networking mobile yang memang selama ini menghantui Brightkite karena memiliki konsep yang kurang lebih serupa. Baik Limbo dan Brightkite sama-sama mengadopsi jejaring sosial dimana pengguna bisa berbagi lokasi dimana dia berada dan bisa berinteraksi dengan sesama pengguna di lokasi yang sama atau berdekatan.
Limbo membeli Brightkite menggunakan saham (all stock) dan Limbo akan mengubah nama brandnya menjadi Brightkite, agak terbalik dengan yang biasanya terjadi. Limbo juga memboyong semua karyawan Brightkite, dan founder dari Brightkite, Martin May dan Brady Becker diposisikan menjadi Product Managemen dan design. Limbo sendiri baru saja mendapat kucuran dana segar dari Nexit Ventures, Azure Capital, Draper Fisher, dan New Enterprise Associates.
Ini adalah sebuah exit strategy yang menguntungkan untuk Brightkite dan juga Limbo dimana sekarang Brightkite mendapat manajemen yang lebih bagus dan Limbo juga bisa menyingkirkan kompetitornya sekaligus mendapatkan banyak teknologi baru yang diadopsi dari Brightkite. Lagipula re-branding Limbo menjadi Brightkite membuktikan bahwa Brightkite memang memiliki basis masa yang cukup besar meskipun mobile usernya belum terlalu banyak. Hasilnya? Sebuah mobile social network berbasis lokasi dengan basis massa mobile dan web user yang besar dan teknologi geo-location yang canggih.
Kata siapa Indonesia tidak punya produk jejaring sosial berbasis lokasi? Ya, memang kemarin-kemarin belum ada namun Satya Witoelar mengubah semua itu. Koprol, demikian nama yang dipilih oleh Satya dan Fajar untuk aplikasi Location-based social networking lokal (microblogging) yang masih dalam versi beta ini. Meskipun masih dalam versi beta, rupanya tidak mencegahnya untuk memberikan buzz dengan skala nasional. Tidak tanggung-tanggung, Koprol langsung diliput oleh MetroTV dalam sesi Hot Topics mengenai jejaring sosial di Indonesia.
Beberapa hari yang lalu Satya mengundang saya ke markasnya di bilangan Fatmawati untuk berdiskusi mengenai social networking yang juga ternyata diliput oleh MetroTV sebagai bagian dari acara mereka. Dalam diskusi ini pun Satya dan Fajar memperkenalkan saya ke Koprol dan juga memberi saya invitation untuk menggunakannya. Saya pun sempat mencobanya dan langsung kagum dengan konsep yang memang selama ini sudah saya nantikan. Saya pribadi agak iri melihat Dopplr, ataupun Brightkite yang belum mampu mendukung tempat-tempat di Indonesia namun sekarang Koprol sudah menutupi kekurangan tersebut.
Koprol adalah sebuah situs jejaring sosial yang bisa dibilang gabungan antara Twitter, Plurk, dan Brightkite. Lifestream model seperti Twitter, Sistem komentar seperti Plurk, dan berbasis lokasi seperti Brightkite. Dalam perbincangan dengan Satya dan Fajar ( Founder Koprol ), target audience yang diincar memang tidak terlalu besar yaitu kalangan muda yang mobile dan tak lepas dari internet yang mobile pula. Para pengguna smartphone atau mobile internet device lainnya juga diincar untuk menggunakan Koprol dan Koprol ingin lebih dari sekedar trend blogger/plurker melainkan untuk menarik para pengguna situs jejaring sosial asing seperti Facebook dan Friendster.
Di Koprol ini, anda bisa check-in di lokasi tertentu (mis:Klender) lalu anda bisa melakukan posting status dan posting foto di lokasi anda tersebut. Yang menarik adalah melalui Koprol ini, anda dapat melihat siapa saja pengguna koprol yang juga sedang check-in di daerah yang sama dengan anda, sisanya ya terserah anda 🙂
Satu kelebihan yang ada di Koprol adalah anda bisa me-review lokasi-lokasi yang anda kunjungi. Tentunya tidak hanya terbatas hanya pada restoran, kafe, mal, dll melainkan juga kota, public places, dan lain-lain. Akan tetapi hal ini juga merupakan salah satu kelemahan yang masih ada di Koprol, dimana database tempat-tempat masih belum terlalu banyak namun demikian anda bisa membantu dengan men-submit tempat-tempat yang anda sering kunjungi melalui form feedback.
Hari minggu siang pun Koprol langsung melepas invite koprol ke para pengguna yang diberikan masing-masing 5 invite untuk dibagikan. Alhasil, teman-teman dari Plurk dan Twitter pun berdatangan ke Koprol dan langsung menggunakannya dan menguak beberapa bug yang tampak. Inilah gunanya ada label BETA version dan mendatangkan pengguna berdasarkan invitation, sehingga bug yang ada bisa langsung diperbaiki dan tidak terlalu mengecewakan pengguna (yang masih terbatas). Tak sampai disitu, gelombang pengunjung yang banyak secara tiba-tiba juga bahkan membuat server Koprol kewalahan dan sempat lambat untuk di-load. Namun beberapa saat kemudian akses sudah kembali normal dan pengguna sudah dapat ber-koprol dengan normal (??)
Salah satu kelemahan yang masih menjadi perdebatan mengenai location-based social networking yang juga menimpa Google Latitude, Brightkite, dan lain-lain adalah mengenai isu privasi. Google Latitude sampai sekarang tetap merupakan produk yang terbaik dalam mengkombinasikan fungsionalitas berbasis lokasi dan juga membentengin pengguna dengan setting privasi yang fleksibel dan mudah digunakan. Untuk Koprol sendiri, berhubung masih dalam tahap pengembangan maka fitur ini belum bisa digunakan namun akan segera di-rilis.
Dari sisi bisnis, saya pikir dengan konsep seperti ini Koprol sudah membuka banyak sekali peluang bisnis yang tentunya mendatangkan revenue untuk Koprol. Sepertinya Koprol tidak perlu bersusah-payah memikirkan strategi bisnis yang tepat karena jalan sudah terbuka sejak awal ketika ada interaksi antara pengguna, lokasi, dan juga review. Saya pribadi sangat optimis kalo Koprol bisa tetap berdiri kokoh dengan basis pengguna yang besar dan tetap sukses dari segi finansial.
Btw, saya masih punya 3 invite.. ada yang mau?
**UPDATE**
Masih ada 15 invite lagi, yang mau monggo komen 😉
Saya pikir memang Google sedang sangat produktif akhir-akhir ini, fitur demi fitur dirilis, dan launching beberapa produk baru pun disikat di awal 2009 ini. Setelah membawa Gmail ke versi Offline, Google Earth ke dalam lautan, kini Google Mobile Maps melakukan hat-trick dengan merilis satu lagi layanan informasi dan kali ini berbasis lokasi yang dinamakan Google Latitude. Latitude ini berfungsi untuk melacak keberadaan anda atau kerabat anda dan mendisplay informasi tersebut lewat peta interaktif. Lewat Latitude, pengguna diijinkan berbagi informasi lokasi tempat anda berada dengan rekan-rekan anda, dan anda diberikan 2 opsi untuk update : secara otomatis lewat telepon seluler anda, atau melalui input manual via web. Mungkin hampir mirip dengan Brightkite, namun lebih dilengkapi dengan peta interaktif.
Aplikasi berbasis lokasi seperti ini memang sedang booming di Amerika, pengguna layanan seperti Brightkite dan Dopplr juga meningkat tajam selama 6 bulan belakangan. Lalu bagaimana di Indonesia? Mungkinkah oh mungkinkah? Ya, memang sudah lama saya terobsesi dengan layanan web berbasis lokasi terutama pengaplikasiannya di Indonesia. Prospek sepertinya lumayan bagus, namun nampaknya belum ada pengembangan yang berarti. Ada yang berminat? 😀
Satu lagi sebuah implementasi facebook connect yang sukses dilaksanakan, dan benar-benar efektif digunakan oleh Brightkite. Buat yang belum pernah dengar, Brightkite adalah sebuah layanan jejaring sosial berbasis lokasi. Mirip dengan Twitter, namun pertanyaannya bukan “What Are You Doing?” melainkan “Where Are You?“.