Tag Archives: brodo

Brodo Bags Series A Funding from Sembrani Nusantara Venture Fund and GDP Venture

BRI Ventures, through its latest managing fund, Sembrani Nusantara, announced its participation in the Series A round of local shoe startup brand, Brodo. Gdp Venture is also joined as an investor in this round. The value remains undisclosed.

Previously, Brodo has received seed funding from 500 Startups, Cento Ventures, Chris Angkasa, and Inovasi Partners. Was founded in 2010 by Yukka Harlanda and Putera Dwi Karunia, Brodo has achieved product-market fit through hundreds of products launched. Sales are supported online and offline, utilizing digital channels for various promotional activities.

This additional funding will be used to expand its business. In addition, it’s to increase the digital marketing platform, called Boleh Dicoba Digital (BDD). This platform currently becomes a “cloud marketing” service that has been used by some local brands such as Eiger, CottonInk, Kick Avenue, Rata.id, etc.

“Looking for a partner with aligning vision and mission is not easy […] we hope this (investment) can become a momentum for the revival of the local SME brands, especially in this quite challenging moment, because we always believe that there will be an opportunity behind any crisis,” Brodo’s Co-Founder & CEO, Yukka said.

He also said that in addition to strengthen its marketing tools, Brodo will invest in product innovation and supply chains in the shoe industry which is supported by SMEs.

Meanwhile, BVI’s CEO Nicko Widjaja said, “Brodo’s understanding of the segments they serve and their ambition to support other SMEs in advancing together through the utilization of the BDD digital platform is something that we really appreciate […] I myself see it as the most important component in Brodo’s future business, such as AWS, which has become a cloud computing platform for startups who are also part of Amazon.”

Investment to the new economy

The Sembrani Nusantara Venture Fund has previously anchored a local beverage brand Haus!. Through the series A round, the startup received an investment of 30 billion Rupiah. Indeed, this is quite good news for non-digital startups in Indonesia; because venture capitalists began to allocate special funds to invest in this segment.

We define the new economy as a startup with non-technology or non-digital products. They are potential businesses for millions of SMEs throughout Indonesia. By strengthening resources, they are projected to achieve exponential growth, along with the help of a technological approach – for example for the operational, marketing, and expansion.

For BVI, one of its missions is to strengthen the BRI’s SME ecosystem as the largest microfinance institution in the world (established and assisted the most SMEs). Their hypothesis is well-known as the EARTH (Education, Agriculture, Retail, Transportation, Healthcare). Haus! and Brodo are included in the retail category.

On DailySocial’s observation, other local venture capitalists have also started allocating funds for non-digital startups. Some of them are East Ventures, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, Taja Ventures, Salt Ventures, etc.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Disclosure: DailySocial.id juga merupakan portfolio GDP Venture

Pendanaan Brodo BRi Ventures dan GDP Venture

Brodo Dapatkan Pendanaan Seri A dari Dana Ventura Sembrani Nusantara dan GDP Venture

BRI Ventures (BVI) melalui dana kelolaan terbarunya Sembrani Nusantara mengumumkan telah terlibat dalam pendanaan seri A kepada startup pengembang produk sepatu lokal Brodo. Dalam putaran ini, GDP Venture turut terlibat menjadi investor. Tidak disebutkan besaran nilai yang diberikan.

Sebelumnya di tahap awal, Brodo mendapatkan investasi dari  500 Startups, Cento Ventures, Chris Angkasa, dan Inovasi Partners. Sejak didirikan tahun 2010 oleh Yukka Harlanda dan Putera Dwi Karunia, merek Brodo telah mendapatkan product-market fit melalui ratusan produk yang diluncurkan. Penjualannya pun ditopang secara online dan offline, memanfaatkan kanal digital untuk berbagai kegiatan promosi.

Modal tambahan ini akan dimanfaatkan Brodo untuk melakukan perluasan bisnis. Salah satunya meningkatkan platform pemasaran digital yang telah dikembangkan, bernama Boleh Dicoba Digital (BDD). Seperti diketahui, platform tersebut kini telah menjadi layanan “cloud marketing” yang sudah dimanfaatkan beberapa brand lokal seperti Eiger, CottonInk, Kick Avenue, Rata.id, dll.

“Mencari partner yang satu visi dan misi tidaklah mudah […] kami berharap (investasi) ini bisa menjadi momentum kebangkitan untuk brand UMKM lokal, terutama di momen penuh tantangan seperti sekarang, karena kami selalu dan harus percaya bahwa di balik krisis akan ada kesempatan,” ujar Yukka selaku Co-Founder & CEO Brodo.

Ia turut mengatakan, selain mempertajam alat pemasaran yang dimiliki, Brodo akan berinvestasi pada inovasi produk dan rantai pasok di industri sepatu yang ditopang oleh para pelaku UKM.

Sementara itu CEO BVI Nicko Widjaja menyampaikan, “Pemahaman Brodo akan segmen yang mereka layani serta ambisi mereka untuk mendukung UMKM lainnya naik kelas bersama lewat utilisasi platform digital BDD menjadi sesuatu yang kami sangat apresiasi […] Saya sendiri melihatnya sebagai komponen yang terpenting dalam bisnis Brodo ke depannya, seperti AWS yang telah menjadi cloud computing platform untuk para startup yang juga merupakan bagian dari Amazon.”

Berinvestasi pada new economy

Dana Ventura Sembrani Nusantara sebelumnya telah berlabuh ke brand minuman lokal Haus!. Melalui putaran seri A, startup tersebut mendapat kucuran investasi senilai 30 miliar Rupiah. Tentu kabar ini menjadi angin segar bagi startup nondigital di Indonesia; pasalnya pemodal ventura mulai mengalokasikan dana khusus untuk berinvestasi di segmen tersebut.

New economy sendiri kami definisikan sebagai usaha rintisan dengan produk nonteknologi atau nondigital. Mereka adalah bisnis potensial dari jutaan pelaku UMKM yang tersebar di Indonesia. Dengan penguatan sumber daya, diyakini mereka bisa mencapai pertumbuhan eksponensial, tak terkecuali dengan dibantu pendekatan teknologi – misalnya dari sisi operasional, pemasaran, hingga ekspansi.

Bagi BVI, salah satu misinya adalah menguatkan ekosistem UMKM BRI selaku institusi keuangan mikro terbesar di dunia (paling banyak menjalin dan membantu kalangan UMKM). Hipotesis mereka disebut dengan EARTH (Education, Agriculture, Retail, Transportation, Healthcare). Adapun Haus! dan Brodo masuk ke dalam kategori ritel.

Dari pantauan DailySocial, modal ventura lokal lain juga mulai mengalokasikan dana untuk startup nondigital. Beberapa di antaranya East Ventures, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, Taja Ventures, Salt Ventures dll.

Disclosure: DailySocial.id juga merupakan portofolio GDP Venture

Strategi Digital Brodo

Mengulik Kisah Brodo, Produk Sepatu yang Dikenal Luas Melalui Kanal Digital

Di Indonesia sudah banyak merek sepatu lokal bermunculan. Dari semuanya, salah satu yang tampak konsisten dan terus menunjukkan pertumbuhan adalah Brodo. Produk sepatu ini dikembangkan oleh Yukka Harlanda dan rekannya Uta semasa kuliah di ITB. Satu dekade berdiri, mereka cukup konsisten mengoptimalkan kanal digital untuk pemasaran dan penjualannya.

Yukka kepada DailySocial bercerita, Brodo diawali dari keresahannya mencari sepatu merek lokal dengan ukuran 46, kemudian dipadukan dengan ambisi rekannya yang ingin menjadi seorang pebisnis. Singkat cerita mereka berkolaborasi, berusaha menghadirkan sepatu dengan desain menarik, murah, dan dijual melalui internet.

Di fase awalnya, Brodo dipasarkan melalui Forum Jual Beli Kaskus dan Facebook Pages. Informasi mengenai produk dan komunikasi dilakukan di sana. Jika sudah ada kata sepakat, konsumen akan dialihkan ke kanal Blackberry Messenger untuk melanjutkan transaksi pembelian.

“Seiring berjalannya waktu, yang awalnya hanya hobi untuk menambah uang saku ada beberapa shift yang kita lihat nih, penting banget yang membuat kita merasa ada oppurtunity. Nomer satu adalah digitalisasi cunsumer, pangsa pasar yang ditargetkan adalah kalangan mahasiswa; mereka akan terus tumbuh dengan preferensi, yang pertama di brand lokal, produk berkualitas di dapat dari online, dan brand yang keren.”

Ia melanjutkan, “Yang kedua, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sepatu premier di dunia. Kita tidak sadar dengan hal itu karena kita terbiasa sebagai bangsa penjahit. Saya rasa di sini ada peluang untuk kita membuat produk berkualitas tinggi dan bisa bersaing dengan global dengan angle yang berbeda, yakni digital first, baik untuk pemasaran  atau transaksinya.”

Singkat cerita, Yukka dan partner mulai “full time” menjalankan Brodo. Per tahun 2019 kemarin, Brodo mengklaim sudah berhasil memproduksi ratusan ribu pasang sepatu. Untuk operasional sendiri Brodo sekarang memiliki 140 karyawan, 8 toko, dan 20 network vendor untuk raw material, kulit, maupun lainnya.

Founder Brodo, Yukka dan Uta / Brodo
Founder Brodo, Yukka dan Uta / Brodo

Konsisten pada kanal digital dan identitas merek

Saat ini Brodo hadir di berbagai macam kanal digital. Baik itu media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook; juga situs web pribadi yang menyediakan informasi lengkap seputar brand, termasuk juga fasilitas untuk transaksi. Brodo juga tersedia sebagai official merchant di beberapa e-commerce lokal.

Angle kita selalu brand first. Jadi yang namanya hardselling itu sangat coba kita kurangi, walaupun itu komponen yang tetap harus ada. Sampai sekarang media sosial itu harus menjadi fokus nomor satu. Sayangnya [di media sosial] ini ibaratnya kita dibatasi oleh ‘tuan rumah’ pemilik platform tersebut. Satu sisi kita benar-benar harus memanfaatkan, yang kedua kita harus aware bahwa media sosial bukan platform milik sendiri sehingga kita harus melakukan diversifikasi dari segi bagaimana kita menyampaikan pesan pemasaran kita,” jelas Yukka.

Yukka menambahkan, untuk bisa mengoptimalkan media sosial pemilik produk harus kreatif dalam menjalankan kampanye atau iklan. Termasuk mengurangi iklan berbayar, karena konsumen yang organik sudah terbukti bakal memberikan dampak jangka panjang pada bisnis secara umum.

Proses membangun merek juga dilakukan Brodo melalui kegiatan kolaborasi, menggandeng publik figur kenamaan seperti atlet atau artis. Mereka yang digandeng Brodo tentu bukan sembarangan, mereka harus mewakili semangat yang disusung Brodo, memiliki awareness yang tinggi, dan yang tidak kalah pending adalah mampu memberikan dampak persepsi pengguna terhadap brand Brodo.

Fokus Pada Pemasaran Digital Menjadi Kunci Sukses Bisnis Brodo Footwear

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memacu pertumbuhan bisnis bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), salah satunya dengan cara fokus dalam pemanfaatan pemasaran digital yang kian beragam saat ini. Berbicara mengenai hal itu, salah satu pelaku UKM yang menarik perhatian kami ialah Brodo Footwear. Melalui pemasaran digital, Brodo kini sukses menjalankan bisnis sepatu kulit yang bisa menarik perhatian para angel investor. Continue reading Fokus Pada Pemasaran Digital Menjadi Kunci Sukses Bisnis Brodo Footwear

Meski Didera Isu “Fake Likes”, Facebook Tetap Jadi Pilihan Utama Untuk Pemasaran Digital

Sebagai platform media sosial yang mendunia, Facebook tak lepas dari peranannya membantu pemasaran digital bagi banyak pelaku bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM). Walau tengah didera isu “fake likes” yang secara tak langsung menyerang kredibilitas platform pemasaran digital Facebook, nyatanya media sosial yang telah berumur satu dekade tersebut masih diakui oleh para pelaku bisnis sebagai platform yang paling ampuh dalam pemasaran digital. Continue reading Meski Didera Isu “Fake Likes”, Facebook Tetap Jadi Pilihan Utama Untuk Pemasaran Digital