Tag Archives: Budi Gandasoebrata

Ada peningkatan awareness dan penggunaan platform investasi digital. Emas digital menjadi penggerak awal, diikuti reksa dana dan saham

Katalisator Tren Investasi di Platform Digital

Berdasarkan hasil survei nasional tentang literasi keuangan yang dilakukan OJK pada tahun 2019, indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan semakin meningkat dibanding survei serupa tiga tahun yang lalu.

Diakui OJK, peningkatan tersebut disokong banyak faktor, termasuk hadirnya platform digital yang memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan.

Salah satu yang menarik perhatian adalah peningkatan awareness layanan investasi, sesuatu yang kurang membumi jika dibandingkan dengan layanan pembayaran dan pembiayaan. Di konsep ini, masyarakat harus menyisihkan sebagian pendapatan untuk tujuan-tujuan finansial di kemudian hari.

Emas digital sebagai katalisator

Platform investasi digital sendiri sebenarnya sudah ada sejak awal dekade. Layanan komunitas dan jual beli saham Stockbit, misalnya, sudah hadir sejak tahun 2013. Meski demikian, konsep investasi saham masih cukup asing dibanding konsep investasi tradisional yang lebih dikenal masyarakat, seperti properti dan emas batangan.

Memasuki tahun 2017, beberapa startup menghadirkan aplikasi investasi emas yang dihadirkan secara digital. Konsumen tidak harus memiliki emas secara fisik dan memungkinkan investasi dengan nominal yang sangat kecil, dari 0,0001 gram. Situs jual-beli perhiasan Orori memperkenalkan aplikasi e-mas pada September 2017. Enam bulan kemudian, Tokopedia mengintegrasikan layanan investasi emas di platformnya.

Hadir di lokapasar populer sontak meningkatkan traksi penjualan emas digital. Beberapa layanan lain pun bondong-bondong adopsi model serupa sampai saat ini. Misalnya Bukalapak dan Koinworks menggandeng Indogold, Gojek dan Dana menggandeng Pluang, Grab menggandeng Tamasia, dan Tokopedia yang kini memilih bermitra dengan Pegadaian. Di luar layanan tersebut ada juga aplikasi seperti Treasury, Tanamduit,  Sehatigold, dan Lakuemas.

Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange/JFX) kemudian meresmikan komite khusus pemain emas digital.

Para founder melihat adanya potensi pasar yang menjanjikan, termasuk dalam kondisi pandemi saat ini. CEO Dana Vincent Iswara mengatakan, “Kami melihat masyarakat mulai mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan memilih untuk berinvestasi jangka panjang dengan membeli emas. Melalui fitur DANA eMAS, pengguna dapat memulai investasi emas secara online dengan praktis [..]  Kehadiran fitur ini juga merupakan upaya berkelanjutan untuk ikut mengedukasi masyarakat mengenai investasi dan mempercepat inklusi keuangan.”

Platform Minimal Investasi
e-mas Rp100
Indogold Rp500
Lakuemas Rp50.000
Pegadaian Rp5.000
Pluang Rp10.000
Sehatigold Rp20.000
Tamasia Rp10.000
Tanamduit Rp10.000
Treasury Rp5.000

Potensi pangsa pasar

Menurut data proyeksi yang dihimpun Statista, tahun ini setidaknya akan ada 191,6 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia. Jelas itu menjadi target penting para pengembang platform investasi emas digital.

Sepanjang tahun 2019, menurut data yang dihimpun Treasury.id dan China Gold Association, permintaan emas mencapai 54 ton, yang berarti 0,2 gram permintaan per kapita dengan nilai $3,5 miliar. Masih jauh jika dibandingkan India dan Tiongkok. Namun berdasarkan tren yang ada, pasar cukup optimis terjadi peningkatan hingga 0,72 gram per kapita di tahun mendatang dengan potensi nilai $12,6 miliar.

Terkait potensi pasar ke depan, Co-Founder Pluang Claudia Kolonas saat meresmikan kerja sama strategisnya dengan Gojek berujar, “Kami melihat bahwa ada kesadaran dan minat masyarakat untuk mulai berinvestasi demi masa depan; dan emas dengan profil risiko yang minim dan menguntungkan masih menjadi pilihan favorit investasi masyarakat. Melalui GoInvestasi kami memberikan solusi finansial untuk semua masyarakat Indonesia. Kemitraan dengan GoPay membuka peluang semua orang kini dapat berinvestasi.”

Sebagai raksasa digital di Indonesia, decacorn Gojek bersemangat turut memperebutkan kue pasar emas digital. September lalu, melalui unit venturanya Go-Ventures, Gojek memimpin pendanaan Seri A Pluang senilai 42 miliar Rupiah. Selain integrasi yang diperdalam, pendanaan tersebut diharapkan dapat melahirkan instrumen investasi lain lewat platform Pluang.

Terlepas dari aspek kultural, emas dipilih karena dipandang sebagai instrumen yang memiliki stabilitas dan relatif lebih kecil risikonya. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata dalam meluncurkan GoInvestasi. Data internal perusahaan juga menunjukkan tren potensial di sektor ini.

“Berdasarkan data GoPay, investasi adalah salah satu tren penggunaan yang meningkat saat ini. Oleh karena itu, kami yakin fitur investasi yang transparan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja akan memenuhi kebutuhan pengguna.”

Tampilan fitur GoInvestasi yang dirilis Gopay dan Pluang / Pluang
Tampilan fitur GoInvestasi yang dirilis Gopay dan Pluang / Pluang

Mendorong investasi lainnya

Literasi finansial yang terus meningkat mendorong minat investasi. Masyarakat pun makin antusias mengeksplorasi berbagai instrumen lain. Juli 2020 lalu, DailySocial dan Populix mengadakan sebuah survei dengan responden pengguna aplikasi investasi, sebagian besar kalangan muda (22-38 tahun). Hasilnya reksa dana (67%) menjadi instrumen yang saat ini paling diminati. Di bawahnya ada emas (62,7%) dan saham (44,5%). Sebanyak 43,5% responden mengalokasikan 1-10% pendapatannya untuk investasi dan 35,9% sebanyak 10-20%.

Tren di platform reksa dana juga bisa dikatakan mirip dengan emas. Banyak platform yang hadir secara standalone, seperti Ajaib, Bareksa, Bibit, Moduit, Tanamduit, dan Raiz Invest. Para unicorn juga menghadirkan layanan reksa dana di platformnya dengan menggandeng beberapa mitra. Awalnya Bukalapak menggunakan mekanisme yang sama, tapi awal Oktober 2020 ini mereka menunjukkan keseriusan dengan mendirikan PT Buka Investasi Bersama yang udah mengantongi lisensi APERD.

“BukaReksa merupakan platform awal kami untuk memahami pendekatan terbaik dalam menghadirkan solusi investasi mikro berbasis teknologi. Dalam perjalanannya, ada beberapa aspek penting yang menjadi prioritas kami untuk terus berinovasi dan memperluas akses, yaitu independensi, peningkatan dari segi operasional, keamanan dan pengawasan regulator yang menjadi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan investor,” jelas AVP Investment Solution and Financing Bukalapak Dhinda Arisyiya.

Reksa dana juga cenderung bisa dimulai siapa saja, karena minimal investasi yang lebih terjangkau. Hampir semua produk bisa diperoleh dengan investasi minimum Rp10.000. Proses pencairannya juga mudah, seperti menjual emas. Secara lebih teknis, reksa dana yang terdiri dari kumpulan banyak investor memungkinkan diversifikasi portofolio secara efektif, sehingga menghasilkan risiko yang cenderung lebih minim. Ini menjadi cara penjajakan bagi investor pemula untuk mengenal pasar modal.

Perbandingan reksa dana dengan instrumen investasi perbankan / Tanamduit
Perbandingan reksa dana dengan instrumen investasi perbankan / Tanamduit

Gelombang berikutnya

Rata-rata platform investasi yang bermunculan akhir-akhir ini memang menargetkan kalangan investor muda (pemula). Hal tersebut diakui Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli. Selain reksa dana, mereka baru saja mematangkan layanan investasi saham. “Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, kami sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial.”

Geliat investasi yang makin menguat di kalangan itu juga mendorong pemain lain menyuguhkan produk-produk baru. Pluang tergolong cukup berani dengan meluncurkan produk investasi berjangka Micro E-mini S&P 500 Index Futures untuk memperluas akses kaum milenial dalam menjangkau produk investasi di indeks saham perusahaan publik Amerika Serikat dengan terjangkau, praktis, dan aman.

Claudia menjelaskan, perusahaan melirik instrumen investasi ini karena ingin memberikan perluas kesempatan investor Indonesia untuk mendiversifikasi portofolio investasinya, mengingat alternatif ini masih awam buat sebagian besar orang Indonesia. ia dia mengaku belum memiliki gambaran secara industri berapa banyak investor yang berminat berinvestasi secara offshore (di luar negeri).

Produk indeks berjangka yang ditawarkan Pluang ini ditransaksikan di bursa derivatif terbesar di dunia, Chicago Mercantile Exchange. Perusahaan tertarik memilih Indeks S&P 500 karena indeks ini memiliki kinerja yang unggul dengan pertumbuhan 325,54% dalam 10 tahun terakhir per 31 Desember 2019.


Gambar Header: Depositphotos.com

GoPay dan Pluang Buat Fitur GoInvestasi, Mudahkan Investasi Emas Online

GoPay dan Pluang meresmikan fitur GoInvestasi untuk memudahkan para pengguna mulai berinvestasi emas online melalui platform Gojek. Sejatinya fitur ini sudah diperkenalkan sejak Maret 2020.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menjelaskan pihaknya melihat ada kesadaran dan minat masyarakat untuk mulai berinvestasi buat masa depannya. Emas tergolong punya profil risiko yang minim dan masih menjadi pilihan favorit investasi masyarakat.

“Melalui GoInvestasi, kami memberikan solusi finansial yang mudah, terpercaya, dan menguntungkan untuk semua masyarakat Indonesia [..] Kemitraan dengan GoPay membuka peluang semua orang dapat berinvestasi dan menabung,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (9/6).

Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menambahkan, dalam data perusahaan, investasi adalah salah satu tren penggunaan yang meningkat saat ini. “Oleh karena itu, kami yakin fitur investasi yang transparan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja akan memenuhi kebutuhan pengguna,” tutur dia.

Dijelaskan lebih jauh, pengguna dapat membeli emas di Pluang mulai dari 0,01 gram atau setara Rp8 ribu saat ini, tanpa biaya tambahan. Kapan pun dibutuhkan, pengguna dapat mencairkan emas dalam bentuk uang tunai ditransfer ke akun GoPay mereka. Emas dapat dicetak menjadi logam emas bersertifikat ANTAM 99,99%.

Selain fitur beli, GoInvestasi juga menyediakan fitur jual dengan selisih harga jual dan beli 3% jika transaksi dilakukan pada hari yang sama.

Dari segi keamanan, kedua perusahaan berkomitmen memastikan semua transaksi di GoInvestasi diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan emas yang ditabung dijamin oleh PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Pluang itu sendiri masuk sebagai salah satu portofolio dari GoVentures. Startup yang sebelumnya bernama EmasDigi ini disuntik dana Seri A senilai Rp42 miliar pada September 2019. Selain Gojek, Pluang juga bekerja sama dengan Bukalapak untuk fitur Cicil Emas.

Paling banyak pemain

Emas merupakan salah satu komoditas tertua di dunia dan investasi safe haven. Sejumlah kelebihan ini akhirnya membuat pamor investasi emas tergolong tinggi dan familiar di telinga orang Indonesia. Oleh karenanya, investasi emas sering kali menjadi gerbang awal untuk menjaring investor baru terjun ke instrument investasi lainnya.

Strategi ini akhirnya diimplementasikan oleh berbagai pemain di Tanah Air. Dalam rangkuman laporan DailySocialFintech Report 2019”, sejumlah pemain investasi online tersohor seperti Bareksa, Tanamduit, Tokopedia, Bukalapak, kini mendiversifikasi layanannya tidak hanya investasi reksa dana saja, dengan fitur jual beli emas di dalam aplikasinya.

Adapun, aplikasi yang sejauh ini hanya menyediakan investasi emas selain Pluang, ada Tamasia, E-mas, Lakuemas, IndoGold, Treasury, dan Pegadaian. Semua pemain ini menawarkan kemudahan membeli dan menjual emas secara digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Fokus Raih Profit dan Bisnis Berkelanjutan, GoPay Mulai Kurangi Kegiatan “Bakar Uang”

Konsisten dengan tujuan utama untuk meraih profit dan bisnis berkelanjutan, GoPay secara perlahan mulai mengurangi kegiatan “bakar uang” dengan jumlah promo semakin kecil. Padahal, menurut Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata, strategi bakar uang relatif lumrah dilakukan platform dompet digital saat ini.

Secara umum pemberian promo memang sangat efektif untuk mengakuisisi pengguna baru, tapi jika terus dibiarkan bisa menjadi masalah yang akan berpengaruh kepada bisnis perusahaan. Tidak dimungkiri kegiatan promo sulit untuk langsung dihentikan, namun dengan cara yang tepat didukung dengan produk yang relevan, paling tidak bisa membantu kegiatan ini lebih kecil volumenya.

“Kalau misalnya kita lihat saat ini, justru dari semua platform dompet digital yang ada, yang promonya paling kecil adalah GoPay. Tapi pengguna kita justru month-to-month jumlahnya tetap naik, hal tersebut menjadi validasi terhadap strategi yang kita terapkan bahwa promo memang tidak bisa ditinggalkan, tapi pada akhirnya produk yang menentukan,” kata Budi.

Disinggung apakah kegiatan ini mempengaruhi jumlah pengguna yang loyal dan retention, menurut Budi sejauh ini tidak terlalu berpengaruh. Selama kegiatan tersebut dilancarkan, masih banyak pengguna yang kemudian menggunakan kembali semua fitur yang ada dalam ekosistem Gojek, meskipun promo mulai berkurang jumlahnya.

“Kuncinya adalah inovasi dan juga program yang kami lakukan, yaitu promo yang lebih efisien dan targeted. Karena jika kita lihat industri perbankan misalnya seperti kartu kredit, mereka juga masih memberikan promo, tapi lebih targeted sifatnya,” kata Budi.

Persaingan positif platform dompet digital

Hasil survei tentang awareness layanan digital wallet di Indonesia dalam Fintech Report 2019
Hasil survei tentang awareness layanan digital wallet di Indonesia dalam Fintech Report 2019

Salah satu alasan mengapa kegiatan bakar uang makin sering dilakukan adalah persaingan dan pilihan yang makin banyak dari pemain serupa untuk menjangkau lebih banyak pengguna. Menurut Budi, persaingan justru disambut baik. Dengan demikian masing-masing platform berlomba-lomba untuk memberikan produk yang bisa lebih baik lagi.

Di Gojek sendiri fokus utama adalah bagaimana fitur yang ada bisa terus membantu semua pengguna memanfaatkan GoPay untuk bertransaksi di dalam ekosistem hingga di luar ekosistem.

Meskipun saat ini GoPay masih banyak digunakan untuk transaksi dengan nominal kecil dan kebanyakan bersifat mikro, tidak berarti platform ini tidak memiliki peluang mendapatkan pendapatan tambahan. Memanfaatkan kolaborasi dengan bank, merchant dan ekosistem unggulan di Gojek yaitu GoFood, GoPay mengklaim bisa memperoleh pendapatan tambahan yang lebih stabil.

Mulai banyak diterapkannya QR Code dan peluncuran QRIS dari Bank Indonesia juga dilihat oleh GoPay sebagai peluang yang makin menguntungkan untuk perusahaan, dengan demikian kesempatan untuk menjalin kemitraan dengan enterprise makin besar peluangnya yang akan memberikan dampak lebih baik kepada pemasukan bisnis.

GoFood dan GoPay kini dikenal sebagai dua bisnis utama Gojek yang paling cepat pertumbuhannya ketimbang layanan lain. Tahun lalu disebutkan GoFood mencetak revenue $2 miliar, 50 juta transaksi per bulan, dan pertumbuhan naik 2,5 kali lipat. Sementara GoPay berkontribusi $6,3 miliar, meski pertumbuhannya tidak disebutkan.

“Kami juga bersyukur memiliki investor yang banyak dari kalangan blue chip company yang sejak awal mendorong kita untuk fokus kepada profit. Apa yang sudah kami lakukan sejauh ini telah dihargai oleh mereka, karena memang dari awal fokus kita tidak pernah berubah yaitu profit dan sustainability,” kata Budi.

Application Information Will Show Up Here
Go-Pay Komersialkan Pembayaran via QR Code, Dimulai dari Sedekah Non-Tunai / DailySocial

Go-Pay Komersialkan Pembayaran via QR Code

Go-Pay makin ekspansif dengan mengomersialkan pembayaran via QR Code pasca memperolah izin dari Bank Indonesia. Secara publik, Go-Pay memulainya lewat sedekah dengan menggandeng Baznas sambil menyambut bulan Ramadhan tiba.

Sejumlah warung kelontong, misalnya di Bulungan, Blok M, juga sudah memanfaatkan pembayaran dengan QR Code. Sebelum kerja sama ini dilakukan, pembayaran via QR Code baru bisa dilakukan di lingkungan Go-Jek, seperti di gelaran Go-Food Festival.

“Kami akan lebih ekspansif menyebar kode QR di berbagai lokasi,” ujar Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata, Rabu (16/5).

Go-Pay kini juga hadir di situs e-commerce dengan menyediakan pembayaran via QR Code. Salah satu yang DailySocial temukan adalah di Cottonink. Di dalam situs tersebut tersedia opsi pembayaran dengan Go-Pay, konsumen akan diarahkan ke laman Midtrans Snap untuk menyelesaikan pembayarannya.

Setelah membuka aplikasi Go-Jek, konsumen diharuskan memilih opsi Scan QR dan mengarahkan kamera ke kode QR yang terlihat di layar komputer.

Kemitraan dengan Baznas

Dengan Baznas, untuk langkah awalnya kode QR akan disebar di berbagai lokasi di Jabodetabek. Misalnya dalam baliho, stasiun kereta, dan 36 gerai Baznas yang ada di 12 mal, 20 gedung perkantoran, dan fasilitas publik. Secara bertahap Baznas akan menyebarnya ke seluruh Indonesia.

“Kami melihat metode ini tidak hanya memudahkan masyarakat tetapi juga sedekah akan tercatat dalam sistem kami, sehingga menjadi lebih transparan. Ini termasuk upaya kami dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,” ucap Deputi Baznas Arifin Purwakananta.

Sedekah online menjadi cara Baznas meningkatkan jumlah donasi yang terus mengalami kenaikan sekitar 40%. Kanal digital diklaim memberikan kontribusi sekitar 30% dari total donasi.

Tahun ini Baznas menargetkan dapat mengumpulkan Rp8 triliun donasi, dengan kontribusi di bulan Ramadhan saja mencapai Rp3 triliun. Setidaknya Rp2 miliar di antaranya diharapkan berasal dari Go-Pay.

Menunggu Realisasi National Payment Gateway

Industri digital saat ini tengah tumbuh dengan baik di Indonesia dengan e-commerce yang mencuat sebagai primadona dan memiliki perputaran uang paling besar dibanding yang lain. Hal tersebut memunculkan banyak inisiasi baru dari para pemangku kepentingan. Salah satu yang cukup ditunggu kehadirannya adalah National Payment Gateway (NPG). Meski sudah diangkat ke permukaan sejak beberapa tahun silam, hingga kini NPG masih belum kelihatan bentuknya.

I heard a lot about it, I heard nothing about it,” ujar Direktur Veritrans Budi Gandasoebrata dalam workshop Harbolnas hari kedua beberapa waktu silam. Kalimat tersebut diucapkannya ketika disinggung mengenai NPG. Harus diakui, apa yang diucapkan oleh Budi, secara gamblang telah menggambarkan kondisi perkembangan dari realisasi NPG di tanah air.

Wacana yang masih mencari “bentuk”

National Payment Gateway / Shutterstock

Sebenarnya, inisiasi NPG sendiri telah diangkat kepermukaan sejak empat tahun silam dan direncanakan untuk dapat direalisasikan pada tahun 2013. Namun, itu semua kini hanya menjadi wacana karena hingga menjelang akhir tahun 2015 NPG masih belum kelihatan bentuk batang hidungnya meski sudah jauh lebih banyak dibicarakan. Entah apa yang menjadi alasan di belakang sana, karena secara infrastruktur teknologi Indonesia harusnya sudah jauh lebih siap sekarang.

Budi mengatakan “Banyak yang bicara NPG, tapi arti dari NPG itu kami sendiri belum tahu. […] Intention-nya itu apa? Apakah domestic switch […] seperti NETS di Singapura, National Card Principle seperti di China, atau lainnya? […]. Kalau yang saya tangkap dari banyak diskusi adalah bagimana caranya bisa merekam seluruh transaksi e-commerce sehingga semuanya tercatat dalam satu pool.”

Sementara itu VP Enterprise Product Doku Imam Akbar Hadikusumo mengatakan, “Yang pasti, kalau ada NPG, yang diharapkan pemerintah adalah bisa memonitor dan melihat transaksinya [e-commerce]. Jadi, objective-nya mereka adalah bagaimana caranya transaksi e-commerce ini ada datanya.”

Bila NPG berhasil direalisasikan, industri digital yang akan merasakan dampaknya memang e-commerce. Menkominfo Rudiantara juga sempat menyebutkan bahwa NPG ini dapat bantu menyehatkan industri e-commerce itu sendiri.

Titik terang dari sebuah rumor

National Payment Gateway / Shutterstock

Bila harus melongok sejenak ke seberang, Indonesia memang masih tertinggal. Paling dekat, bisa dilihat Singapura dengan NETS [eNETS] dan di Belanda ada iDEAL. Ironis rasanya, apalagi bila mengingat pertumbuhan e-commerce Indonesia yang selalu diprediksi akan menjadi sebesar Tiongkok dalam beberapa tahun mendatang.

Pun begitu, ada secercah harapan yang terlihat. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Ronald Waas dalam pemberitaan Indotelko mengabarkan bahwa BI saat ini tengah menyiapkan blue print untuk merealisasikan NPG untuk tahun depan. Itu semua guna mengantisipasi naiknya transaksi non tunai yang akan meningkat beriringan dengan pertumbuhan e-commerce di Indonesia.

“Kami mengharapkan dengan adanya NPG ini, istilahnya, bisa mengadopsi kultur yang ada sekarang [di Indonesia] dan [transaksi e-commerce] termonitor dalam satu payment gateway yang otomatis terhubung dengan payment gateway yang sudah ada sekarang,” ujar Akbar.

Hingga saat ini terdapat 3 operator pembayaran yang dikenal luas, yaitu Artajasa yang mengelola ATM Bersama, Rintis Sejahtera yang mengelola Prima, dan Daya Network Lestari yang mengelola ALTO. Tapi, sayangnya hingga kini BI belum menunjuk operator mana yang akan bertindak sebagai pengelola tunggal NPG ini.

Merealisasikan NPG memang bukan hal yang mudah meski infrastruktur teknologi Indonesia saat ini pasti sudah mendukung. Ada banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan, mulai dari kultur Indonesia hingga regulasi di ranah keuangan yang sudah sangat mapan dan sulit untuk digoyang.

Saat ini harusnya sudah menjadi titik bagi para pemangku kepentingan untuk mulai duduk dan berdiskusi bersama untuk membentuk NPG dengan bentuk dan tujuan yang lebih jelas.

Workshop Hari Kedua “Road to Harbolnas 2015” Berbagi Wawasan Mengenai Payment Gateway, User Retention, dan Kesiapan Teknologi

Rangkaian dari workshop Road to Harbolnas 2015 di hari kedua telah selesai diselenggarakan kemarin (3/12). Masih dengan tema yang sama, “Eliminate Obstacle Through Collaboration”, titik berat workshop hari kedua adalah berbagi wawasan yang berkaitan dengan sisi teknis, mulai dari payment gateway, user retention, hingga kesiapan teknologi.

Hari Belanja Online yang memiliki konsep tak jauh berbeda dengan Black Friday dan akrab dikenal dengan Harbolnas saat ini sudah memasuki tahun keempatnya. Direalisasikan tanpa sengaja pada 2012 lalu dan diawali hanya dengan tujuh layanan e-commerce saja, kini antusiasmenya telah meledak berkali-kali lipat. Tidak hanya dapat dilihat dari sisi jumlah pelaku e-commerce yang berpartisipasi saja, tetapi juga dari lonjakan trafik yang berasal dari konsumen seperti yang disampaikan sebelumnya.

Melalui workshop Road to Harbolnas 2015 yang digelar selama dua hari di Agro Plaza, Jakarta Selatan, penyelenggara ingin setiap layanan e-commerce yang berpartisipasi dapat menyiapkan diri menerima lonjakan kunjungan maupun order selama Harbolnas 2015 nanti. Di hari keduanya, workshop Road to Harbolnas 2015 lebih menitikberatkan pembahasan yang berkaitan dengan dengan payment gateway, user retention, dan technology.

Pembicara yang hadir di hari kedua ini adalah Imam Akbar Hadikusumo (Doku), Budi Gandasoebrata (Veritrans), Agus Supriyatna (Sodexo), Dyah Anamia (Sodexo), Aulia Amalia (WeGo), Fajar A. Budiprasetyo (HappyFresh), dan Natali Ardianto (Tiket).

abcd

Akbar mengatakan, “Pemerintah saat ini sudah melihat e-commerce sebagai industri yang menarik. UKM juga sudah melihat industri ini [e-commerce]. Harapan ke depan, e-commerce bisa lebih diterima mulai dari UKM hingga yang besar dan [pertumbuhannya] bisa dikawal.”

Budi menambahkan, “Tugas kita dari sisi pelaku industri adalah memastikan pemerintah bila membuat regulasi, itu adalah regulasi yang bisa [membantu] menumbuhkan industri. Jangan sampai regulasi itu mengekang kita.”

Semenjak menunjukkan pertumbuhan yang menggairahkan, pemerintah memang telah menunjukkan ketertarikan terhadap e-commerce. Bisa dilihat dari bagaimana rencana roadmap e-commerce akan dibuat. Belum lagi sebuah wacana untuk membuat sisitem national payment gateway (NPG) yang bertujuan untuk bantu menyehatkan e-commerce itu sendiri.

Namun, menurut Akbar dan Budi, hingga saat ini bentuk dan intention rencana inisiasi NPG itu sendiri hingga saat ini masih belum begitu jelas. Payment gateway sendiri pada dasarnya dapat bantu memudahkan transaksi merchant dalam aktivitas jual beli online.

Event seperti Harbolnas 2015 sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pelaku industri e-commerce untuk menarik sebanyak mungkin kunjungan ke situsnya. Namun, bila infrastruktur yang dimiliki tidak dipersiapkan dengan baik, hal tersebut bisa menjadi bumerang.

ab

Natali menyampaikan bahwa pengalaman pengguna tetaplah menjadi nomor satu yang harus diperhatikan. Menurutnya jangan sampai ketika ada pengguna yang baru beralih ke online merasakan dampak dari tingginya trafik yang bisa membuat layanan down karena hal tersebut dapat mempengaruhi citra layanan yang digunakan saat itu.

Fajar mengatakan, “Rencanakan dari sekarang [untuk menyambut Harbolnas]. Naikkan kebutuhan sistem menjadi 10 hingga 20 kali lipat atau sesuai yang kalian perkirakan.”

User experience adalah hal yang penting. Karena bila pengguna mendapatkan pengalaman yang buruk, belum tentu dia mau kembali lagi untuk menggunakan layanan yang sama. Jadi persiapkanlah segalanya dengan matang [untuk menyambut Harbolnas],” tandas Aulia.

Tingkat Kenaikan Gaji Para Profesional IT di Indonesia Melebihi Posisi Manajemen

Pesatnya pertumbuhan industri teknologi – ditandai dengan makin menjamurnya startup – telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan tenaga profesional di bidang IT, mulai dari perancang UX hingga para ahli SEO. Sayangnya, ketersediaan tenaga kerja dengan kualifikasi demikian saat ini masih sangat terbatas. Sebagaimana prinsip ekonomi, semakin terbatas penawaran berarti harga barang akan semakin tinggi. Dalam hal ini, prinsip tersebut berlaku pada standar gaji. Continue reading Tingkat Kenaikan Gaji Para Profesional IT di Indonesia Melebihi Posisi Manajemen

IT Professionals’ Salary Rise in Indonesia Outdoing Pure Management Positions

Money Illustration / Shutterstock

The rapid expansion of the tech industry – highlighted by the mushrooming of startups – has propelled the demand for IT professionals, from UX designers to SEO experts. However, the availability for manpower for these newish jobs is limited, and as the rules of economy go, the limited supply has prompted a quick rise in the prices, i.e. salaries, of those with the aforesaid skills.

Continue reading IT Professionals’ Salary Rise in Indonesia Outdoing Pure Management Positions

Veritrans Luncurkan Payment API 2.0 untuk Sederhanakan Transaksi Online

Penyedia layanan sistem pembayaran online Veritrans Indonesia mengumumkan kehadiran stack payment API 2.0 yang dikembangkan selama satu tahun dan dibuat khusus untuk pasar Indonesia. Payment API yang baru ini bakal menggantikan sistem sebelumnya yang diadaptasi dari Veritrans Jepang. Ini adalah milestone Veritrans berikutnya setelah di awal tahun 2014 memperbarui situs dan skema biaya layanan.

Continue reading Veritrans Luncurkan Payment API 2.0 untuk Sederhanakan Transaksi Online