Tag Archives: buka investasi bersama

Strategi Bisnis Bukalapak

Bukalapak Ubah Alokasi Dana IPO, Dorong Akselerasi Pertumbuhan Bisnis

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) mengumumkan perubahan alokasi dana yang diperoleh sebesar Rp21,9 triliun dari aksi melantai di Bursa Efek Indonesia. Bukalapak mengubah porsi modal kerja dan mengalokasikan sebesar 33% untuk pengembangan perusahaan dan anak usaha, misalnya melalui pembelian atau penyertaan saham dan/atau aset.

Dalam keterangan resminya, perubahan alokasi dana IPO ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bukalapak yang digelar pada Rabu, 23 Desember 2021.

Direktur Utama Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk fokus mencapai pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan. Perusahaan akan terus mengelola biaya-biaya yang timbul secara efisien serta mengkaji potensi dan kesempatan untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.

Rinciannya, sebesar 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja perusahaan. Kemudian, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha. Dalam pernyataannya, pengembangan usaha ini tidak terbatas pada pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk perjanjian patungan (joint venture), metode transaksi lain yang sesuai, serta pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

ALOKASI SEBELUM SESUDAH
Modal kerja 66% 34%
Buka Mitra  15% 15%
Buka Usaha  15% 15%
Buka Investasi Bersama 1% 1%
Buka Pengadaan 1% 1%
Bukalapak Pte. Ltd 1% 1%
Five Jack (itemku) 1% 1%
Pengembangan usaha lewat model; (1) pembelian saham dan/atau aset, (2) penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, (3) pelunasan fasilitas pinjaman untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha saat ini dan akan datang  33%

Selain perubahan penggunaan dana IPO, RUPSLB juga mengumumkan pengunduran diri Lau Eng Boom dari jajaran Dewan Komisaris. RUPSLB ini dipimpin oleh Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Lau Eng Boom telah memulai masa pensiunnya di Government of Singapore Investment Corporation Pte Ltd (GIC). Dengan kondisi ini, berakhir pula masa tugas Lau Eng Boon sebagai Komisaris Bukalapak.

“Agenda RUPSLB ini merefleksikan dinamika positif dan komitmen Bukalapak sebagai perusahaan publik untuk terus tumbuh melalui berbagai pengembangan. Kami optimistis pengembangan ini dapat terus mendukung tujuan Bukalapak menuju pertumbuhan berkelanjutan serta profitabilitas,” ujar Komisaris Utama dan Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebagaimana diketahui, Bukalapak resmi mencatatkan diri sebagai perusahaan publik pada Agustus 2021 dengan meraup dana sebesar $1,5 miliar atau sebesar Rp21,9 triliun (kurs saat itu). Bukalapak tercatat sebagai startup unicorn pertama yang go public di Asia Tenggara.

Mendukung bisnis existing

Jika mengacu pada pencapaian kinerja dan fokus strategi, alokasi dana baru ini bisa saja dimanfaatkan untuk mendongkrak bisnis existing Bukalapak, terutama pada lini bisnis yang tumbuh signifikan, melalui strategi anorganik.

Sebagai ujung tombak bisnis perusahaan, Mitra Bukalapak punya PR besar untuk mendigitalisasi segmen warung dan UMKM. Unit bisnis ini juga mengincar ruang pertumbuhan baru dengan rencana ekspansi ke kota tier 2 dan 3. Strategi anorganik ini dapat membantu Bukalapak mengakselerasi pertumbuhan Mitra Bukalapak.

Berdasarkan laporan keuangan di kuartal III 2021, marketplace memang masih menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan Rp780,4 miliar, tetapi hanya tumbuh 5,1% secara tahunan. Sementara, pertumbuhan Mitra Bukalapak meroket hingga 322% menjadi Rp496,7 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu.

Bukalapak saat ini tengah mengecap momentum dari pertumbuhan Mitra Bukalapak serta klaim posisinya yang mendominasi segmen warung dan UMKM. Bukalapak kini punya 7 mitra dalam lima tahun sejak diluncurkan.

Porsi pendapatan Bukalapak didasarkan pada unit bisnisnya / DailySocial.id

Menurut survei Nielsen terhadap 1.800 warung dan 1.200 kios pulsa, Mitra Bukalapak tercatat sebagai pemimpin di pasar O2O dengan penetrasi sebesar 42% dibandingkan pemain O2O yang memiliki pengguna 2,5 kali lipat lebih banyak di survei ini.

Dihubungi secara terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal belum dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait rencana dari alokasi baru tersebut. Ia menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap peluang di sektor yang dapat menciptakan hasil yang bermanfaat dengan sumber daya yang dimiliki.

“Dengan disetujuinya perubahan penggunaan dana IPO ini, kami dapat menggunakan dana untuk mengimplementasikan rencana akuisisi. Namun, sampai sekarang belum ada ada yang bisa kami laporkan,” ungkapnya.

Application Information Will Show Up Here
BMoney Reksa Dana Bukalapak

Anak Usaha Bukalapak Resmikan BMoney, Aplikasi Investasi Reksa Dana

Bukalapak dan PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (“Ashmore”) melalui PT Buka Investasi Bersama (“BIB”) hari ini (25/6) secara resmi meluncurkan aplikasi BMoney untuk investasi reksa dana.

Seperti diketahui sebelumnya, Asmore mengakuisisi 20% saham BIB yang merupakan anak perusahaan Bukalapak pada akhir tahun 2020 lalu. Melalui aksi korporasi tersebut, keduanya sepakat untuk menghadirkan layanan investasi untuk kalangan “underserved” atau mereka yang sebelumnya kurang terlayani produk investasi — mencerminkan sebagian besar pengguna Bukalapak, termasuk pelaku UMKM.

Ada beberapa kelebihan yang coba dihadirkan aplikasi BMoney, seperti bisa berinvestasi mulai dari Rp1.000, proses registrasi yang mudah kurang dari 5 menit, tidak ada biaya transaksi, serta pengguna dapat mengakses BMoney 24/7 di mana saja dan kapan saja untuk mengatur portofolio.

CEO Buka Investasi Bersama sekaligus President Bukalapak Teddy Oetomo menyatakan, “Kolaborasi Bukalapak dan Ashmore melalui BIB dalam aplikasi BMoney ini merupakan realisasi dari kerja sama strategis kita, yang merupakan penggabungan dari infrastruktur teknologi, yang merupakan salah satu kekuatan kunci Bukalapak, serta kemampuan dan pengalaman Ashmore sebagai salah manajer investasi terbesar di Indonesia.”

Lebih lanjut, Teddy kembali menekankan bahwa Buka Investasi Bersama telah memiliki izin APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. BMoney menargetkan untuk mengajak 500.000 pengguna di tahun pertama.

Sementara itu Direktur Utama Ashmore Ronaldus Gandahusada mengatakan,“Ashmore percaya bahwa pertumbuhan di industri aset manajemen dapat diakselerasi melalui strategi digital yang terdefinisikan dengan baik. Aksesibilitas dan kepercayaan terhadap platform investasi merupakan dua hal penting yang harus dimiliki oleh agen penjual untuk dapat terus bersaing di era digitalisasi yang masih terus berkembang.”

Hadirnya BMoney menambah panjang daftar aplikasi digital yang menyediakan layanan investasi reksa dana. Akhir Mei 2021 lalu, Pluang juga baru membuka layanan yang sama. Pendekatannya di balik layarnya sedikit beda dengan BIB yang sepenuhnya [transaksi] dikelola perusahaan, karena Pluang menggunakan Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) yang saat ini sudah terdaftar di OJK dan KSEI, untuk menghubungkan investor ritel dengan perusahaan Asset Management.

Pendekatan BIB justru mirip dengan Ajaib yang mengoperasikan produk reksa dana lewat Ajaib Reksadana (PT Takjub Teknologi Indonesia). Belum lama ini mereka membukukan pendanaan seri A dengan total nilai $90 juta dan membuat perusahaan cukup percaya diri bisa melakukan penetrasi pasar secara lebih agresif. Selain reksa dana, mereka juga memiliki Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk investasi saham.

Selain itu aplikasi digital lain yang juga mengakomodasi kebutuhan investasi reksa dana lainnya, seperti disebutkan dalam Fintech Report 2020, adalah Bibit, Bareksa, Raiz Invest, Invisee, IndoPremier, dan Tanamduit.

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak Investasi Ashmore

Kerja Sama Strategis Bukalapak dan Asmore akan Hadirkan Produk Investasi di Segmen “Underserved”

Buka Investasi Bersama (BIB), unit usaha dari Bukalapak, akan tancap gas pada tahun depan pasca mengantongi pendanaan eksternal perdana senilai Rp50 miliar dari perusahaan manajer investasi Asmore Asset Management Indonesia untuk 20% kepemilikan saham. Kedua perusahaan akan bermitra untuk mengombinasikan aspek terkuat yang dimiliki, yakni pengetahuan pasar modal dan teknologi.

Dalam keterangan resmi yang disebarkan pada Selasa (8/12), Presiden Direktur Ashmore Ronaldus Gandahusada mengatakan, Ashmore ingin meningkatkan kemampuan digitalnya melalui investasi di BIB. Pasalnya, era digitalisasi untuk industri aset manajemen merupakan hal yang tidak dapat terhindari, sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah secara langsung lewat kanal digital.

“Kami melihat ada potensi yang cukup besar di Bukareksa, gerai reksa dana Bukalapak, dalam menargetkan populasi yang secara tradisional belum menerima pelayanan keuangan dan mencari kemudahan investasi menggunakan teknologi,” ujarnya.

Presiden Bukalapak dan Presiden Direktur BIB Teddy Oetomo menambahkan kehadiran Ashmore dapat mempercepat misi perusahaan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi semua orang terhadap produk dan layanan investasi, terutama underserved segment.

“Kemitraan strategis ini termasuk kesepakatan distribusi yang memberikan akses kepada pelanggan BukaReksa pada berbagai produk reksa dana Ashmore. Asmore akan mendapatkan akses terhadap pengguna Bukalapak yang masih tumbuh pesat, dengan lebih dari 100 juta pengguna di seluruh Indonesia.”

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Teddy menuturkan BIB akan terus melakukan peningkatan terhadap layanan dari infrastruktur teknologi dan proses operasional yang lebih tertata, agar BIB menjadi APERD yang reliable untuk bertransaksi reksa dana dengan pengembangan produk, layanan, serta ketersediaan produk investasi lainnya yang beragam.

DailySocial juga turut menanyakan bagaimana perkembangan BIB dan tren investasi sejauh ini. Teddy hanya menuturkan BIB baru mendapat lisensi sebagai APERD pada Oktober 2020, sehingga baru efektif beroperasi pada November 2020. Saat ini prioritas bisnis berpusat pada standarisasi operasional, uji kelayakan dari manajer investasi yang akan bermitra dengan BIB, serta pengembangan produk.

“Dengan pengalaman kami yang panjang di bidang ini, kami percaya sudah berada di jalur yang tepat dan optimis dapat mencapai fokus dan target yang telah kami tetapkan.”

Ketertarikan terhadap platform reksa dana online

Ketertarikan Ashmore terhadap BIB sebenarnya akibat masih besarnya ruang pertumbuhan untuk investasi online yang secara rasio dari populasi penduduk masih kalah jauh. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah SID investor mencapai 3,28 juta pada akhir September 2020. Sementara 2,58 juta di antaranya datang dari investor reksa dana.

Angka tersebut tumbuh 45,76% dibandingkan 2019. Meski demikian, pertumbuhan ini kalah dibandingkan antara 2018 ke 2019 yang tembus 78,25%, sedikit terkoreksi akibat pandemi. Di sisi lain, ada sisi positif yang berhasil ditunjukkan. Pada 2017, jumlah investor belum tembus angka 1 juta investor, namun pada 2019 berhasil tembus 1,5 juta.

Sebelumnya, beberapa aksi korporasi antara perusahaan keuangan dengan fintech kerap terjadi. Misalnya, Ajaib Group yang mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (kini rebranding Ajaib Sekuritas), FUNDtastic mengakuisisi Invisee senilai $6,5 juta demi memiliki izin tambahan sebagai APERD dan mitra distribusi surat hutang negara, Stockbit yang mengakuisisi Bibit, dan OVO berinvestasi di Bareksa.

Gambar header: Depositphotos.com

Reksa Dana Bukalapak

Lewat Unit Bisnis Tersendiri, Bukalapak Semakin Lincah Berjualan Reksa Dana

Kemarin (5/9), Bukalapak membuktikan keseriusannya bermain di reksa dana dengan mendirikan unit bisnis terpisah PT Buka Investasi Bersama (BIB) dan sudah mengantongi lisensi sebagai APERD. Ini adalah unit bisnis kedua yang didirikan Bukalapak setelah PT Buka Pengadaan Indonesia.

Dalam keterangan resminya, BIB didirikan atas hasil kolaborasi para petinggi Bukalapak yang memiliki latar belakang di dunia finansial. Mereka ialah Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), Teddy Oetomo (President Bukalapak), dan Dhinda Arisyiya (AVP of Investment Solution and Financing Bukalapak).

CEO BIB Teddy Oetomo mengatakan, dalam perjalanan perusahaan menghadirkan layanan investasi pada 2016 yang lalu melalui BukaReksa, ada benang merah yang dapat ditarik bahwa investasi dan layanan keuangan sangat berperan penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi setiap individu.

“Untuk itu, berbekal latar belakang dan dukungan kuat dari para talenta yang sudah berpengalaman di bidang investasi dan manajemen keuangan, kami meluncurkan BIB tahun ini. Harapan kami, ini semakin memberikan solusi investasi yang dapat diakses semua kalangan, sehingga akan mengubah stigma yang beranggapan bahwa investasi hanya diperuntukkan bagi sebagian kalangan masyarakat tertentu saja,” kata Teddy.

BukaReksa telah melakukan beragam transformasi untuk menyasar target penggunanya, yakni dari luar kota besar dan berlatar belakang sosial ekonomi status (SES) C dan D yang bisa disebut dengan segmen underserved. Tidak disebutkan berapa banyak dana kelolaan dan jumlah investor di BukaReksa. Hanya disebutkan ada lebih ratusan ribu investor pemula yang dapat memulai investasi dengan nominal yang terjangkau.

Dhinda sebagai COO BIB menambahkan, BukaReksa adalah platform awal BIB untuk memahami pendekatan terbaik dalam menghadirkan solusi investasi mikro berbasis teknologi. Dalam perjalanannya, ada beberapa aspek penting yang menjadi prioritas, yakni independensi, peningkatan dari segi operasional, keamanan dan pengawasan regulator yang menjadi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen.

“Dengan memiliki APERD yang terdaftar dan diawasi OJK, artinya pemenuhan kepatuhan juga telah dilakukan dengan sangat baik dengan operasional yang diawasi penuh oleh OJK,” tandasnya.

Secara terpisah kepada DailySocial, Teddy melanjutkan, sebagai marketplace pertama yang memiliki APERD, BIB berkomitmen untuk mengambil peran besar dalam membantu pemerintah melakukan inklusi keuangan dengan berfokus pada pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan akses untuk berinvestasi.

“Terutama bagi investor potensial yang belum memiliki eksposur tinggi terhadap produk finansial disertai penyediaan skema produk investasi dari nominal yang semakin terjangkau.”

Memiliki lisensi APERD, BIB akan lebih leluasa dalam mengembangkan produk reksa dana menyesuaikan target konsumennya dan meracik produk bersama dengan Manajer Investasi (MI) untuk menyediakan produk reksa dana pasar uang (RDPU), pendapatan tetap (RDPT), dan beberapa produk reksa dana lainnya di bawah bendar BIB.

“Selain itu, kami juga senantiasa melakukan pengembangan fitur investasi mikro berbasis teknologi yang sesuai dengan target pasar kami.”

Ambisi BIB cukup tinggi, perusahaan ini memasang target dapat mengakuisisi investor baru dari pengguna Bukalapak sebanyak 500 ribu orang pada 2021 mendatang. Sebelumnya BukaReksa menggandeng Bareksa dan tanamduit sebagai mitra APERD yang menjual produk-produk reksa dana melalui BukaReksa. Teddy memastikan bahwa kemitraan tersebut akan tetap berjalan.

”BIB adalah pelengkap APERD yang sudah tersedia pada aplikasi Bukalapak, terutama dalam hal pemilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here