Tag Archives: Business Management

Kiat Bagi Founder dalam Mengoptimalkan Program Akselerasi Startup

Setiap perusahaan rintisan atau startup dunia memulai bisnis dari nol sampai menyandang unicorn atau IPO. Dalam perkembangannya, program inkubator dan akselerator memberikan banyak dampak, tak terkecuali untuk lanskap startup di Indonesia..

Umumnya sebelum masuk ke program akselerator, startup tahap awal akan mengikuti rangkaian kegiatan inkubasi. Saat produk dan proses bisnis telah mapan, maka akan beranjak ke proses akselerasi. Umumnya program akselerasi berjalan lebih cepat. Waktu yang relatif lebih singkat dari program akselerator ini karena potensi startup tinggal dimatangkan dan memaksimalkan strategi.

Ketika startup ada dalam program akselerasi, founder akan berperan cukup sentral. Sehingga perlu memiliki berbagai persiapan agar program dapat berjalan dengan maksimal. Berikut tips yang dapat diikuti founder agar kegiatan akselerasinya dapat menuai hasil lebih baik.

Memperhitungkan persiapan

Sebagai pemimpin startup, ketika bisnisnya ada dalam program akselerasi, dapat menjadi momentum untuk secara intensif memperhitungkan fase perkembangan startupnya. Hal tersebut dikarenakan dalam proses akselerasi beragam proses bisnis ataupun produk akan divalidasi ulang, untuk mampu merangkul pangsa pasar yang lebih luas.

Memiliki pemahaman tentang program akselerator yang diikuti menjadi kunci penting, agar dapat mengikuti setiap prosesnya, dan bahkan mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk mematangkan validasi.

Penyesuaian startup

Jangan gegabah dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program akselerator. Ketika startup diterima akselerator, setiap visi yang dimiliki juga akan diuji ulang. Founder harus membawa sebuah keyakinan bahwa visi tersebut terukur dan bisa direalisasikan dengan beragam strategi yang dilansir.

Agar diterima dalam program akselerator, startup juga perlu menunjukkan ide awal yang telah mampu dikembangkan dengan baik. Utarakan juga apa yang sebenarnya menjadi tujuan utama bisnis tersebut. Dengan begitu mentor dapat membantu membimbing startup untuk berjalan.

Memosisikan produk

Setelah mengikuti akselerator, startup kemungkinan akan mengalami proses pemasaran yang lebih gencar, mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk perluasan pangsa pasar. Manfaatkan program ini untuk mendapatkan masukan tentang bagaimana masuk ke area pasar baru tersebut, keahlian para mentor atau rekanan pada program akselerasi akan banyak membimbing.

Jaringan bisnis juga akan dapat berkembang baik manakala founder mampu memosisikan diri dengan baik di program tersebut. Menjalin hubungan yang menguntungkan bagi bisnis.

Beberapa Tipe Investor yang Perlu Dihindari Startup dalam Mengembangkan Bisnis

Tujuan utama investasi, selain untuk mendorong akselerasi startup, juga membangun hubungan antara investor dengan pebisnis sebagai bentuk kerja sama yang menguntungkan. Hal yang berkaitan ini menjadi kunci keberhasilan dunia bisnis. Pengusaha membutuhkan investor untuk meningkatkan pendanaan di sektor infrastruktur, dengan investor yang mengapresiasi dengan bentuk dukungan finansial dan bimbingan terhadap perusahaan rintisan tersebut.

Sebagai pendiri perusahaan sejatinya harus lebih mengenal jenis investor yang akan menaungi bisnisnya, agar tidak terjadi hal buruk pada bisnisnya kelak. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan merangkul investor terpercaya menjalin hubungan yang harmonis.

Namun, di era globalisasi yang sudah maju ini, ternyata masih menyisakan pilu terhadap ekspektasi perusahaan menghasilkan hubungan yang baik dengan investor dengan kendala yang tidak sesuai harapan. Adapun karakter investor yang segera dihindari pebisnis, antara lain:

Berniat memegang kendali bisnis sepenuhnya

Sebelum melakukan investasi para investor harus mengetahui dampak/risiko yang ditanggung dalam melakukan penanaman modal pada perusahaan. Namun, saat ini perusahaan masih dihadirkan oleh investasi yang mencari kesempatan saat bisnis mengalami kesulitan.

Awalnya investor ini berperilaku baik sebagai teman dekat Anda. Namun, begitu bisnis mengalami penurunan kualitas, mereka malah membuat klausa perjanjian sebagai pemegang kendali bisnis Anda.

Padahal, investor seharusnya menjadi roda perkembangan bisnis yang membantu mencapai kemajuan bisnis. Bukan dengan karakter investor seperti ini, mengambil alih bisnis melalui perjanjian yang menjebak.

Investor “predator”

Dari namanya sudah isyaratkan kurang baik, untuk  investor yang memberikan dampak buruk pada perkembangan bisnis Anda. Padahal sebelum menjalin kerja sama ada pembahasan yang saling menguntungkan bagi keduanya, ternyata berbalik merugikan perusahaan dengan menanggung kerugian investor.

Faktor ini harus segera di meminimalkan atau pun dijauhi oleh para pebisnis selaku penyedia wadah investor. Sehingga kejadian seperti ini yang terkait dengan dana, menjadi peringatan sendiri bagi investor predator dalam menanggung kerugiannya.

Memberi harapan tanpa kepastian

Hadirnya investor dalam usaha bisnis, sesungguhnya memiliki maksud dan tujuan yang jelas mengapa mereka investasi. Namun, sangat berbeda dengan investor yang cenderung muncul dengan banyak alasan pertanyaan yang kurang jelas arahnya. Mereka datang sekedar mengetahui prospek bisnis Anda, namun tidak satu pun arah kesepakatan dalam pembicaraan tersebut.

Perantara investor

Saat ini sangat banyak orang atau investor jadi-jadian di sekitar para pengusaha bisnis atau startup. Mereka akan sangat pintar menjadi pengacara maupun seorang akuntan, yang pada akhirnya membuat Anda mempercayai sebuah perjanjian pembayaran untuk ditandatangani sebelum bertemu investor sesungguhnya.

Perantara ini memang sering berguna untuk mengantarkan Anda pada investor besar yang menjanjikan. Akan tetapi, sebagai pengusaha baru tetap waspada mengantisipasi datangnya investor sejati atau hanya pura-pura.

Empat Cara Menanamkan Mindset Membangun Bisnis

Saat ini semua orang ingin menjadi the next Mark Zuckerberg, Brian Chesky, Steve Jobs dan entrepreneur sukses lainnya. Dari sekian banyak startup yang hadir, hanya sedikit jumlahnya yang mendapatkan profit dan bertahan hingga kini.

Ketika semua ide mengedepankan inovasi yang baru, nilai valuasi yang tinggi hingga sukses dengan IPO dan menjadi unicorn, idealnya agar startup bisa bertahan dan sukses fokuskan ide lebih kepada bisnis yang sehat. Hindari rencana awal dengan memanfaatkan uang dari investor dalam jumlah besar, namun bangunlah bisnis sejak awal yang mampu mendatangkan profit dari pelanggan.

Artikel berikut ini akan membahas mindset berbeda yang wajib dicermati oleh calon pemilik startup yaitu jangan bangun sebuah startup namun bangunlah bisnis yang menguntungkan.

Bangun bisnis yang sehat

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk membangun bisnis yang sukses adalah sejak awal bangunlah bisnis dalam skala yang kecil namun tetap fokus kepada pertumbuhan. Gunakan uang pribadi untuk memulai usaha atau yang dikenal dengan bootstrap, atau gunakan uang yang didapatkan dari pelanggan untuk menjalankan bisnis. Jangan terlalu bergantung dengan investor atau venture capital.

Jika Anda masih kesulitan untuk memperkerjakan orang, lakukan kegiatan bisnis sambil Anda bekerja sebagai karyawan di perusahaan saat ini. Ketika Anda sudah berhasil mengumpulkan uang dari pendapatan yang ada, serta tabungan dari gaji setiap bulan, Anda pun siap untuk berhenti dari pekerjaan dan fokus dengan bisnis baru.

Temukan ide bisnis yang tepat

Semua entrepreneur sepertinya memiliki impian untuk menjadikan dunia lebih baik lagi. Apa pun ide serta inovasi yang nantinya Anda temukan, pastikan ide tersebut tepat dan tentunya dibutuhkan oleh orang. Salah satu cara untuk menemukan ide yang tepat adalah dengan mencari informasi secara online. Cobalah untuk bergabung dan mencermati secara detil situs seperti Quora atau Reddit, platform ini memungkinkan Anda bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat serupa. Gali lebih mendalam kesulitan dan kebutuhan yang mereka inginkan. Ketika ide yang tepat sudah Anda temukan, ciptakan produk dan layanan yang berfungsi dengan baik dan tentunya disukai oleh pengguna.

Luncurkan produk dan segera berjualan

Setelah produk atau layanan telah siap untuk diluncurkan, langkah selanjutnya adalah mempromosikan diri. Salah satu cara mudah yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan produk atau layanan tersebut dalam blog, tuliskan konten yang menarik dan cobalah untuk melakukan interaksi langsung dengan target pasar Anda. Produk atau layanan yang dimiliki akan berakhir sukses, jika sejak awal Anda telah mendapatkan feedback dari pengguna.

Tujuan akhir adalah profit

Pada akhirnya tujuan akhir dan realisasi yang utama adalah profit atau pendapatan yang pasti. Hindari kebiasaan untuk memberikan promosi, penawaran harga yang rendah serta kegiatan burning money lainnya. Fokuskan kepada pendapatan dan pastikan bisnis yang Anda jalankan, disukai oleh pengguna dan mereka bersedia untuk mengeluarkan uang untuk menikmati produk atau layanan yang Anda tawarkan.

Empat Tanda Startup Perlu Memperbarui Kultur Kerja Tim

Sebuah organisasi biasanya berkembang dan dikembangkan berdasarkan visi yang dianut pendirinya. Begitu juga bisnis. Visi menjadi sebuah arah yang coba diupayakan oleh semua orang dalam tim. Di dalam perjalanan mencapai visi inilah kultur atau budaya di dalam perlu disesuaikan dan dibangun secara positif. Dalam perjalanannya membentuk kultur perlu serangkaian tahapan. Berikut beberapa tanda bahwa kultur dalam tim perlu di-upgrade atau diperbarui untuk hasil yang lebih positif.

Memperbarui kebiasaan

Kultur kerja dalam tim biasanya sangat erat kaitannya dengan pola kerja dan produktivitas tim. Jika mulai merasakan tanda-tanda berkurangnya produktivitas mungkin salah satu permasalahannya ada pada kebutuhan untuk memperbarui kultur. Mulai atur kembali kebiasaan, pola, dan ritme kerja agar semuanya kembali seperti yang diharapkan. Kembali ke dalam jalur, dan ritme yang cocok untuk mencapai visi yang diharapkan.

Kurangnya kolaborasi

Salah satu yang penting dalam meningkatkan kontribusi dan produktivitas tim secara keseluruhan selain komunikasi adalah kolaborasi. Saling pendukung peran satu sama lain dalam tim. Jika kolaborasi dirasa mulai menurun dan tidak efektif dalam segi produktivitasnya ini perlu menjadi sorotan. Mungkin tim perlu mendefinisikan kembali bagaimana kolaborasi yang baik senada dengan kultur produktif yang sedang di bangun.

Keselarasan kultur dengan visi

Kultur dibangun untuk memudahkan perjalanan mencapai sebuah visi. Jika visi tak kunjung tercapai dan progres tidak menunjukkan grafik yang membaik mungkin perlu adanya perubahan kultur. Mulai bicarakan lagi dengan co-founder, atau orang-orang terpercaya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian dibicarakan bersama-sama untuk kembali mendefinisikan kultur yang baik. Demi kebaikan bersama.

Tidak konsisten tentang apa yang dibicarakan dengan apa yang sebenarnya terjadi

Sebenarnya setiap orang dalam tim tak hanya pemimpin harus memiliki sikap konsisten. Apa yang mereka katakan harus sesuai dengan apa yang terjadi atau yang mereka lakukan. Jika sudah mulai banyak yang melupakan hal tersebut itu artinya ada sesuatu yang salah dengan kultur dalam tim Anda. Mulailah mencari jalan keluar untuk memperbaiki kultur dalam bisnis Anda.

Cara Membuat Startup Kedua Anda Sesukses yang Pertama

Setelah pebisnis sukses meluncurkan perusahaan perdananya, banyak hal yang dipelajari baik saat pra maupun pasca peluncuran. Bagaimana kita diajarkan untuk berdedikasi, bersemangat, berkorban, dan berimajinasi untuk menciptakan sesuatu.

Tak hanya itu, kita juga akan diajarkan perlunya menanamkan banyak benih dalam membangun sesuatu yang berumur panjang dan memberi dampak, serta bagaimana menjaga dan mengembangkannya.

Mengutip dari ucapan salah seorang founder dari program startup akselerator Y Combinator Paul Graham mengatakan, “Startup adalah perusahaan yang dirancang untuk tumbuh cepat. Satu-satunya hal yang penting adalah pertumbuhan. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan startup berangkat dari pertumbuhan.”

Ucapan dari Graham menunjukkan bahwa membangun perusahaan itu dapat datang dari berbagai bentuk: ide baru, cabang, layanan atau lainnya. Apa yang tidak tumbuh itu berarti sudah mati. Analogi ini bila disederhanakan: kembangkan bisnis atau mati.

Setelah Anda berhasil meluncurkan startup perdana, langkah Anda sebagai seorang pebisnis tidak bisa berhenti di situ saja. Masih banyak solusi dari bidang lainnya yang bisa Anda bantu selesaikan untuk masyarakat. Namun apabila Anda masih ragu, artikel ini akan membantu langkah apa saja yang perlu dilakukan sebelum meluncurkan startup kedua Anda.

1. Lakukan uji tuntas

Meluncurkan perusahaan butuh persiapan mulai dari legal, logistik, dan operasional. Sebaiknya Anda jangan ambil jalan pintas, tetap siapkan dokumen yang benar agar strategi Anda tetap sejalan. Jangan terburu-buru dan persiapkan setiap keputusan bisnis berdasarkan analisis yang lebih tajam dibandingkan saat Anda hendak meluncurkan startup perdana Anda. Sebab detail terkecil dapat memberi pengaruh yang terbesar dalam jangka panjang.

2. Startup kedua menjadi pelengkap startup pertama

Ketika suatu startup mencapai hal tertentu, misalnya mendapat pendanaan seri A dengan pertumbuhan yang signifikan, ada momentum yang bisa Anda manfaatkan seperti membuat startup dengan bisnis yang saling melengkapi.

Contohnya, saat founder dari Philadepha goBeer, meluncurkan goPuff, sebuah startup dengan bisnis yang komplementer dengan goBeer. goBeer memungkinkan sistem pengiriman dapat bekerja sama dengan goPuff, sehingga prosesnya pun jadi lebih halus.

3. Buat proyeksi bisnis

Anda perlu membuat proyeksi bisnis agar dapat tumbuh dalam kota yang berbeda. Maka dari itu perlu ukur risiko, trek pertumbuhan dengan strategi yang berbeda-beda, jangkau berbagai segmen konsumen untuk memastikan pengalamannya sama. Hal ini berguna untuk memastikan apakah startup Anda benar-benar dapat diukur bisnisnya dan dapat melompat.

4. Jangan melupakan startup pertama Anda

Pertumbuhan itu penting, tapi akan jadi fatal bila terjadi ketidakstabilan. Saat proses peluncuran startup Anda yang kedua, jangan lupakan startup pertama Anda. Intinya adalah jika Anda mengembangkan usaha baru, selalu tekankan bahwa bisnis adalah evolusi konstan. Sama seperti hubungan antara Tesla dan SolarCity, ide besar berikutnya hanyalah pendukung dari ide terkuat dari bisnis pertama.

Memanfaatkan potensi pertumbuhan bisnis pertama dengan membuat kaki-kaki yang kuat, tidak meletakkan berat terlalu banyak pada mereka.

Konsep Akuntan Virtual Coba Dihadirkan dalam Layanan AkuntansiOnline.id

Bekerja sama dengan unit bisnis PT Zahir Internasional sebagai pengembang solusi digital di bidang akuntansi, baru-baru sebuah layanan baru di segmentasi bisnis yang sama dihadirkan. Bernama AkuntansiOnline.id, layanan berbasis SaaS (Software as a Services) ini menawarkan sistem akuntansi plus layanan konsultan untuk pendampingan.

Ada tiga bidang pekerjaan yang coba disuguhkan dalam AkuntansiOnline.id, pertama berkaitan dengan pembuatan SOP bisnis dan sistem akuntansi perkantoran, kedua berkaitan dengan konsultasi bisnis dan yang ketiga berkaitan dengan jasa pembuatan laporan keuangan.

Didukung penuh kapabilitas aplikasi akuntansi dari Zahir Accounting, layanan AkuntansiOnline.id didesain untuk UKM dan startup dalam penyederhanaan pengelolaan proyek.

Menurut Chief Technology Officer Akuntansionline.id Eko Cahyono, kesulitan membuat laporan keuangan membuat perusahaan mengambil langkah untuk merekrut karyawan dan menyerahkan semua proses pembuatan laporan keuangan kepada karyawan barunya, sayangnya keputusan ini menimbulkan banyak polemik.

“Mulai dari keraguan perusahaan terhadap keakuratan laporan keuangan hingga molornya waktu penyelesaian yang dihindari oleh para business owner,” ujar Eko.

Eko menambahkan, para business owner kadang harus memutar otak agar pembuatan laporan keuangan ini tidak mengganggu bisnisnya yang harus terus berjalan dan tetap taat pada aturan pajak.

Konsep akuntan virtual dinilai mampu sederhanakan proses

Atas permasalahan tersebut, konsep akuntan virtual coba dihadirkan untuk menjadi solusi para business owner dalam mendapatkan laporan keuangan dan pajak tepat waktu. Akuntansi virtual yang dikelola AkuntansiOnline.id memiliki layanan jasa akuntansi, keuangan dan pajak.

“Banyak pengusaha yang belum siap dalam mengelola laporan keuangan, sehingga kami siapkan akuntan virtual untuk membantu business owner tetap menjalankan bisnisnya,” papar Eko.

Dengan menggunakan akuntan virtual, harapannya business owner bisa tetap fokus kepada pengembangan bisnis, sementara laporan keuangan dan pajak berada di tangan yang tepat. Layanan ini memberikan banyak benefit yang sangat menguntungkan pihak business owner.

Akuntansionline.id merupakan perusahaan yang menaungi akuntan virtual bekerja sama dengan pengembang perusahaan software akuntansi Zahir Accounting dalam hal menyediakan solusi cloud computing. Laporan keuangan yang dikelola dalam software tersebut meliputi jurnal, transaksi bisnis, analisis keuangan, job costing, pembuatan invoice hingga rekonsiliasi bank.

Faktor Bisnis dan Manajerial, Isu Utama Startup Tahap Awal

Istilah startup kini tak asing lagi di kalangan millennials di Indonesia. Bekerja di startup atau membuat startup sendiri menjadi jalan karier dambaan banyak orang. Sejak tahun 2014, saya mencoba mengamati tentang dinamika startup di tahap awal atau sering disebut dengan istilah early-stage startup. Umumnya startup di fase ini masih dijalankan dengan bootstrapping alias modal sendiri, dengan keyakinan akan produk yang dikembangkan dan komposisi tim yang terikat kesamaan visi.

Banyak yang hadir menyajikan layanan baru, namun tak sedikit yang ambruk mengakhiri apa yang telah dimulainya, walaupun beberapa ada yang memilih untuk pivot dan mencoba pendekatan lain. Mulai dari startup yang mencoba menghadirkan kanal media sosial untuk kategori aktivitas tertentu, pengembang aplikasi akuntansi berbasis SaaS (Software as a Service), hingga penyedia layanan on-demand pernah menghiasi tag “ Startup News” di DailySocial.

Menyimpulkan beberapa tulisan tips dari para pakar yang pernah disadur oleh DailySocial, saya mencoba memetakan beberapa kendala yang mengakibatkan early-stage startup sulit untuk melanjutkan debutnya dalam atmosfer bisnis. Permasalahan tersebut terbagi menjadi dua faktor, yakni faktor bisnis dan faktor manajerial.

Faktor Bisnis

Permasalahan ini berkaitan langsung dengan apa yang mereka suguhkan, baik dalam strategi ataupun pengembangan produk.

(1) Salah sasaran

Ada beberapa penafsiran terkait dengan poin pertama ini. Sebuah startup bisa dibilang salah sasaran karena memang produk yang dikembangkan tidak cocok dengan pangsa pasar yang ditargetkan atau karena pangsa pasar yang ditargetkan masih jauh dari kata siap untuk penerapan solusi terkait.

Kami pernah meliput tentang startup yang mencoba menyajikan solusi berbasis big data untuk sektor pendidikan dan kesehatan pada awal tahun 2015. Akselerasinya tidak begitu terlihat sampai sekarang, bahkan bisa dibilang stagnan. Terbukti dengan website yang saat ini tidak dikembangkan, bahkan salah satu portofolionya tidak jalan lagi.

Di sektor pendidikan dan kesehatan, proses masih sangat terpaku dengan model konvensional –sebuah fakta yang tidak bisa dielakkan. Kalaupun komputerisasi digunakan, masih sebatas operasional dasar. Kalangan digital immigrant masih sangat mendominasi di sektor tersebut. Konsep seperti big data, artificial intelligence dan banyak terobosan teknologi lain sifatnya masih berupa riset (untuk dua sektor tersebut).

Terlalu dini menyiapkan produk dengan teknologi canggih seperti bertaruh: adaptasi cepat atau tidak tersentuh sama sekali.

(2) Produk yang bermasalah

Beberapa pakar pemasaran selalu mengutarakan bahwa memperkenalkan produk ke calon konsumen harus dilakukan secara cepat. Salah satunya sering dilakukan dengan meluncurkan versi beta dari aplikasi. Namun ini akan menjadi buruk jika kualitas produk belum benar-benar siap. Apalagi untuk varian produk yang memiliki banyak pilihan. Konsumen digital unik, kadang mereka langsung memberikan cap buruk (underestimate) kepada sebuah apps jika first impression yang mereka dapat buruk –menemui bugs di aplikasi.

Tidak hanya masalah pada aplikasi saja, namun termasuk pelayanan. Hilangnya layanan on-demand pesaing Go-Jek menjadi salah satu contohnya. Pernah tahu ke mana Blue-Jek, LadyJek, dan produk sejenis lain yang pernah berusaha mencoba meramaikan persaingan di ibukota? Transportasi dibutuhkan pengguna kapan saja ketika mereka butuh, maka layanan harus menyesuaikan. Jika tidak, maka tetap sama saja, akan dianggap bermasalah dari sisi pelayanan.

Masalah produk atau layanan bisa berkaitan langsung dengan produk yang dikembangkan dan juga unsur lain yang mendukung kegiatan bisnis tersebut.

(3) Bisnis model yang tidak matang

Dijalankan anak-anak muda, semangat menggebu-gebu sering diperlihatkan ketika sebuah startup dimulai. Kadang ada yang terlewatkan jika sebuah model bisnis harus tervalidasi dengan baik sebelum dieksekusi. Untuk model bisnis baru, perlu dipikirkan secara jeli dampak seperti apa yang ingin dihadirkan pada konsumen.

Pun demikian dengan model bisnis yang disalin dari luar. Mencoba peruntungan dengan membawa model bisnis startup Silicon Valley menjadi aplikasi taste lokal. Tak hanya validasi, riset mendalam perlu dilakukan.

Eksekusi adalah kunci, namun perlu memastikan apakah kunci yang digunakan untuk membuka (peluang) itu membawa ke pintu yang benar atau tidak.

Faktor Manajerial

Permasalahan ini menghinggap dalam unsur internal bisnis, sering menyengat dan menghadirkan isu pada komponen penggerak bisnis di ruang operasional.

(1) Manajemen yang tidak jelas

Salah satu yang menyatukan visi sekelompok orang hingga akhirnya membentuk startup salah satunya karena pertemanan, baik karena di kampus yang sama, bertemu di komunitas atau lain sebagainya. Kadang tidak adanya gap karena faktor pertemanan ini yang membuat disiplin manajemen kurang diterapkan. Terdapat banyak aspek dalam manajemen, mulai dari pengelolaan tanggung jawab, pembagian tugas, hingga kepemilikan.

Konflik yang mungkin muncul karena pengelolaan manajemen yang buruk bisa menimpa antar co-founder ataupun karyawan dalam bisnis. Pada akhirnya tidak akan membuat nyaman orang di dalamnya dalam bekerja, dan akselerasi bisnis pun terganggu. Contoh paling sederhana dan sering terjadi: pembagian tugas yang tidak jelas, pembagian kepemilikan yang tidak jelas, hingga mekanisme upah yang tidak transparan.

Sama seperti filosofi pohon, semakin tinggi semakin kencang tiupan angin. Pastikan akarnya kuat agar tidak roboh. Peraturan dan kebijakan yang clear menjadi akar dalam hal ini.

(2) Tidak punya seni pemecahan masalah

Jika diumpamakan, mengelola startup tidak jauh berbeda dengan membina rumah tangga. Masalah kecil hingga masalah besar bisa saja menimpa kapan saja. Mulai dari permasalahan internal antar pegawai, masalah legal, perpajakan, hingga masalah dengan konsumen. Yang diperlukan adalah sebuah seni pemecahan masalah.

Sayangnya tidak ada rumusan baku untuk hal ini, karena yang akan membawa kepada keputusan paling solutif adalah intuisi dan pengalaman. Tak heran jika beberapa startup kini menunjuk mentor untuk mendampinginya bertumbuh. Pengalaman mereka kadang dibutuhkan untuk memberikan insight sebelum memutuskan sesuatu.

Tidak ada teori baku, setiap permasalahan itu unik, pun demikian penyelesaiannya. Pengalaman sangat berperan di sini.

(3) Merekrut orang yang salah

Terdapat banyak justifikasi yang digunakan ketika merekrut seseorang untuk masuk dalam bisnis. Mulai dari kriteria yang sesuai, kenal secara pribadi hingga disarankan oleh orang lain. Merekrut seseorang masuk ke bisnis, artinya menyerahkan satu sandaran bisnis kepada orang tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: pastikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, pastikan ditempatkan dalam role yang tepat, dan pastikan orang yang tepat.

Kehadiran seseorang dalam sebuah lingkungan sedikit atau besar akan memberikan pengaruh. Kultur bisnis yang sudah kuat terbangun bisa saja berubah dengan hadirnya orang baru, terlebih jika ditempatkan dalam posisi strategis. Mengapa sebegitunya? Sederhana, startup di tahap awal timnya masih sedikit, hadirnya satu orang pun akan memberikan dampak signifikan. Ini yang perlu disiasati dan diamati sejak awal.

Jika kejernihan air bisa ternoda akibat setetes tinta, sebuah tim startup bisa hilang kompaknya akibat hadirnya satu orang. Tapi jika tinta tersebut sudah berbaur pun tetap bisa dihilangkan dengan proses penyulingan yang ketat.

(4) Terlalu boros

Mengapa teknologi komputasi awan sering diunggulkan untuk startup? Karena skalabilitas dan elastisitas yang ditawarkan. Saat pengguna memulai dengan spesifikasi yang kecil, jika di tengah jalan memerlukan sumber daya yang lebih besar maka bisa ditambah kapan saja. Konsep ini sebenarnya juga berlaku untuk kebutuhan lain, termasuk pembiayaan dalam operasional. Sama halnya ketika harus menyewa tempat bekerja, memberikan penggajian dan sebagainya, semua harus pas pada porsinya. Terlebih jika bisnis masih harus “membakar uang” dan belum menghasilkan profit.

Cara Merintis Kembali Bisnis yang Terlanjur Runtuh

Bisnis itu tidak selalu mulus, selalu ada pasang surutnya. Beberapa perusahaan terkenal seperti Marvel, Apple, Lego dan Volkswagen adalah contoh brand yang pernah mengalami masa sekarat sebelum menemukan masa jayanya hingga kini. Bahkan ada juga perusahaan yang sempat gulung tikar seperti Brim, Nuprin, Salon Selectives, Elang Snacks dan Underalls yang kembali hidup setelah dibeli oleh pihak lain.

Bagaimana sebuah bisnis bisa hidup kembali? Artikel ini akan membahas lebih detil apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan ketika Anda ingin kembali merintis bisnis yang sempat runtuh. Berikut petikannya:

Perhatikan tanda peringatan

Ketika perusahaan mulai kembali dirintis, Anda harus selalu waspada setiap permasalahan yang bakal terjadi. Dengan cara ini, Anda akan memiliki kesempatan untuk pivot dengan cepat sebelum terlambat. Contoh nyatanya dapat Anda lihat lewat strategi yang dilakukan Blockbuster dan Netflix. Netflix tidak mengikuti strategi Blockbuster yang terus membangun toko offline baru daripada mengubah model bisnis.

Netflix lebih memilih untuk mengantarkan film kepada pelanggan mengingat terjadinya perubahan tren dalam masyarakat. Mereka juga memberikan layanan streaming video secara berlangganan kepada konsumennya.

Jika Anda ingin mencegah bisnis dari kematian, cobalah perhatikan faktor penyusutan yang terjadi dalam basis pelanggan dan pendapatan Anda. Jika bisnis stagnan dan belum berkembang, coba sesuaikan dengan perubahan pasar dan perhatikan strategi dari kompetitor. Dengan hal ini, Anda dapat mencegah kegagalan bisnis di tahap awal.

Pilih strategi nostalgia

Penelitian menyebut bahwa nostalgia dapat melawan rasa kesepian, kebosanan dan kecemasan. Nostalgia juga membuat kita jadi lebih toleran, murah hati dan menciptakan perasaan keterhubungan sosial. Taktik ini dilakukan oleh merek sepatu Keds, Cinnamon Toast Crunch, dan Polaroid ketika mereka bergabung dalam kampanye hashtag di Twitter #InThe90sThought.

Dengan memanfaatkan kenangan pelanggan, Anda juga dapat membuat sentimen yang mengingatkan kepada mereka betapa disukainya produk atau layanan Anda. Anda juga disarankan untuk tetap memakai logo, tagline dan jingle yang catchy sembari mencari tampilan bernuansa vintage.

Reboot merek

Kadang-kadang, merek Anda membutuhkan perombakan total, terutama bila baru-baru ini perusahaan mengalami pengalaman negatif. Menurut Fast Company, ketika Anda mereboot merek perlu perhatikan desain yang menandakan perubahan nyata dan mencerminkan strategi dan pengalaman. Ketika melakukan strategi ini, sebaiknya Anda menjauhi sesuatu yang bersifat trendi dan fokus pada sesuatu yang sederhana dan dapat menggambarkan tujuan jangka panjang Anda.

Giring kembali pelanggan loyal

Meski Anda memerlukan pelanggan setia untuk mempertahankan bisnis agar tetap sehat, akan tetapi bisnis yang hampir gulung tikar itu bukan menunjukkan bahwa Anda sudah kalah dalam berkompetisi. Serta, bukan berarti Anda kehilangan pelanggan setia.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengumpulkan mereka kembali. Misalnya mengumpulkan masukan mengapa mereka meninggalkan Anda, menawarkan insentif dengan mengirimkan notifikasi ke ponsel mereka, menciptakan rasa urgensi lewat penawaran kupon, diskon belanja untuk waktu terbatas dan cara lain sebagainya.

Tarik pelanggan baru

Selain menggiring kembali pelanggan loyal, Anda juga harus berupaya menarik pelanggan baru. Untuk cara ini, sebaiknya Anda lakukan strategi yang sma ketika Anda pertama kali merintis bisnis. Pastikan utnuk berinteraksi dengan mereka baik secara online maupun offline.

Gunakan berbagai saluran

Omni-channel adalah strategi yang cukup ampuh dilakukan dalam rangka menjangkau pelanggan dan prospek lewat berbagai perangkat. Google menyarankan agar Anda memulainya lewat mencari tahu siapa pelanggan Anda berdasarkan jenis kelamin, demografi, lokasi, kebiasaan browsing situs, kebiasaan pencarian dan di mana mereka berbelanja.

Memulihkan bisnis

Dari beberapa strategi di atas, bisnis Anda tidak akan pulih secara instan. Ada periode pemulihan yang perlu Anda pantau sebelum menerapkan strategi baru. Pada tahap ini, Anda harus selalu memerhatikan tanda-tanda peringatan dini sehingga Anda tidak perlu memberikan bantuan napas lagi ke perusahaan. Merintis kembali bisnis yang runtuh adalah hal yang memungkinkan, tapi butuh sumber daya yang signifikan demi memastikan keberlangsungan bisnis di masa mendatang.

Lima Tips Membangun Startup untuk Pekerja Senior

Startup identik dikaitkan dengan anak-anak muda yang inovatif dan bertekad untuk menciptakan perubahan yang lebih baik untuk lingkungannya. Tingkatan umurnya pun umumnya kisaran 20-30 tahun. Seumur yang masih muda itu sudah memberani membangun perusahaan sendiri dan menggaji orang, wajar membuat banyak media yang mewartakan tentang pencapaian-pencapaian mereka.

Akan tetapi, sesungguhnya menjadi entrepreneur bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk kalangan senior yang sudah berumur di atas 50 tahun yang sudah menjadi veteran di korporasi tertentu. Golongan itu sebenarnya mampu untuk banting setir dengan beralih profesi dari karyawan gajian menjadi pemimpin di startup. Pengetahuan, pengalaman, hingga etos kerja yang biasanya dilakukan bisa diterapkan dalam startup. Artikel ini akan membahas apa saja tips yang perlu diterapkan oleh senior entrepreneur dalam membangun startup. Berikut rangkumannya:

Ubah passion menjadi laba

Sebenarnya tidak ada ide inovatif yang bisa dibisniskan untuk menjadi laba. Namun, membangun usaha berdasarkan passion biasanya lebih efektif karena Anda rela mendorong diri sendiri untuk menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran akan sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan bisnis.

Ikut kelas pelatihan

Menjadi seorang pelajar lagi yang duduk di bangku sekolah sebenarnya cukup menyita waktu, terkesan sedikit memaksa. Namun, ada kalanya Anda butuh ilmu baru untuk menajamkan bisnis Anda. Syukurnya, di era digital ini Anda tidak perlu harus jauh-jauh datang ke kelas pelatihan, sebab sudah banyak program pelatihan yang tersebar di internet. Mulai dari podcast, webinar, tele-seminar, e-book, YouTube video dan slideshow.

Hadirkan internet dalam bisnis

Meski sebagian besar konsumen Anda adalah referral, tapi Anda tetap harus mendorong bisnis lewat bantuan dari situs atau blog. Hal ini dikarenakan 97% konsumen saat ini banyak yang menggunakan internet dalam mencari produk dan jasa lokal.

Smartphone Anda sekarang jadi kantor mini

Smartphone Anda sekarang bisa memberi kemampuan menerima pesanan, menghubungi konsumen, sekaligus menerima pembayaran. Kegiatan ini mengubah paradigma bagaimana bentuk promosi yang biasanya Anda lakukan di perusahaan sebelumnya. Banyak aplikasi yang bisa Anda unduh untuk memasarkan produk, hingga membantu manajemen keuangan.

Manfaatkan media sosial sebagai pemasaran mulut ke mulut

Pilih segmentasi yang tepat untuk konsumen Anda dan kelolalah dengan baik. Lalu gunakan kalimat yang pas sesuai target konsumen. Dengan fokus pada satu hal, akan membantu Anda jadi lebih terkonsentrasi dan tidak mudah buyar memikirkan hal lainnya.

Ada banyak pelatihan memanfaatkan potensi media sosial yang rutin diadakan oleh pusat pengembangan usaha kecil di kota Anda, cobalah ikuti itu. Atau Anda bisa ikut pelatihan media sosial secara online di kanal pembelajaran populer.

Kiat Membangun Kultur Perusahaan di Startup

Salah satu tantangan perusahaan rintisan di fase awal ialah memiliki tim kompak yang mampu berkolaborasi dengan baik memutarkan roda bisnis. Dan untuk membentuk itu maka diperlukan sesuatu yang dapat memotivasi anggota dari tim tersebut.

Jika saat ini Anda merasa belum bisa menawarkan benefit seperti gaji yang besar, fasilitas yang lengkap dan lainnya, coba tawarkan kepada calon kandidat kultur perusahaan yang baik dan menyenangkan. Dengan demikian calon kandidat tersebut akhirnya bisa memilih suasana kerja yang menyenangkan, mendukung dan baik, ketimbang memilih perusahaan dengan penawaran gaji yang besar namun tidak mampu untuk mendorong peningkatan karier dan kenyamanan bekerja pegawainya.

Artikel berikut ini akan membahas 5 kiat membangun kultur perusahaan yang baiknya dibangun oleh startup untuk bisa mendapatkan talent yang tepat, loyal dan cerdas.

Bangun kultur perusahaan sedini mungkin

Dinamika startup yang tidak menentu dan mengalami perubahan yang cepat merupakan alasan utama mengapa startup wajib untuk membangun kultur perusahaan sejak awal. Perubahan inovasi, model bisnis hingga rencana untuk melakukan pivot, bisa membuat ketidakpastian masa depan perusahaan dan tentunya meresahkan pegawai. Sebagai Founder, Anda bertanggung jawab untuk bisa meyakinkan pegawai bahwa perusahaan akan bisa bertahan dan berjalan seperti biasa, meskipun sedang dilanda kesulitan.

Dengan membangun kultur perusahaan sejak awal, bisa menjadi dasar yang kuat kepada pegawai untuk tetap bisa bekerja, setia dengan perusahaan dan rela meluangkan waktu lebih untuk melewati kesulitan yang ada. Jika diperlukan cobalah tanyakan 4 pertanyaan berikut ini:

  • Seperti apa proses pengambilan keputusan berlangsung? Apakah masing-masing pegawai berhak untuk melakukan hal tersebut atau harus menunggu persetujuan terlebih dahulu?
  • Seperti apa prioritas startup Anda? Apakah lebih mengutamakan consumer-centric atau mengutamakan pertumbuhan perusahaan?
  • Bagaimana cara sesama pegawai melakukan komunikasi? Apakah dengan menggunakan Slack? Secara langsung? Melalui email? Apakah semua komunikasi harus bersifat transparan oleh semua pegawai?
  • Bagaimana kegiatan di luar kantor atau aktivitas yang menyenangkan dan melibatkan pegawai? Perhatikan juga pegawai yang bekerja secara remote.

Carilah pegawai yang dibutuhkan

Ketika waktunya untuk melakukan perekrutan pegawai, carilah pegawai yang dibutuhkan oleh perusahaan. Jangan memperkerjakan pegawai yang memiliki posisi yang sama sehingga menjadi redundant. Idealnya adalah ciptakan keharmonisan antara pegawai yang satu dan lainnya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang saling berbeda. Dengan demikian Anda bisa menciptakan anggota tim yang lengkap dan saling mengisi. Coba perhatikan 3 poin berikut:

  • Apakah dalam proses perekrutan Anda hanya menyebarkan informasi lowongan pekerjaan di beberapa channel saja dan bersifat tertutup?
  • Apakah Anda sudah memperkerjakan pegawai yang memiliki kemampuan lebih dan ahli dalam bidangnya?
  • Apakah Anda kurang memperhatikan beberapa posisi yang menurut Anda tidak terlalu penting dan kurang menarik? Apakah Anda sudah mencoba untuk mencari pegawai yang tepat untuk pekerjaan tersebut?

Terapkan kebiasaan kerja yang sesuai dengan kultur perusahaan

Dalam hal ini pimpinan memiliki peranan penting untuk menerapkan kebiasaan kerja yang sesuai dengan kultur perusahaan. Sebagai contoh upayakan pimpinan atau manajemen di perusahaan Anda disiplin untuk selalu hadir tepat waktu di kantor dan saat waktunya meeting tiba, ciptakan rutinitas ini secara konsisten dan tanamkan komitmen di kalangan pimpinan hingga pegawai. Nantinya secara alami pegawai Anda akan bisa menghormati peraturan dan kebiasaan yang ada di perusahaan, tanpa merasa terpaksa atau ditekan oleh peraturan hingga manajemen di perusahaan.

Ciptakan hubungan yang baik dengan pegawai

Untuk bisa mendapatkan pegawai yang baik, cerdas dan loyal upayakan untuk melakukan proses pencarian pegawai layaknya Anda mencari pasangan hidup. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana, seperti ajukan pertanyaan lanjutan usai wawancara dilakukan, perhatikan dengan baik respon serta tanggapan calon pegawai terhadap suasana kantor dan perusahaan Anda hingga mengundang mereka untuk mengikuti kegiatan di luar jam kerja.

Dengan menerapkan cara-cara tersebut Anda sebagai Founder secara langsung bisa menunjukkan seperti apa kultur perusahaan dan dinamika yang ada di perusahaan, dengan demikian pegawai bisa melihat secara langsung perkembangan dan suasana yang ada tanpa adanya kesan perusahaan berusaha untuk menutupi informasi atau fakta yang ada di dalam perusahaan.