Tag Archives: bytedance

Aplikasi Musik TikTok

Induk Usaha TikTok Dikabarkan Buat Aplikasi Streaming Musik, Bakal Rilis Perdana di Indonesia

ByteDance, induk usaha aplikasi video pendek TikTok, dikabarkan akan segera merilis aplikasi streaming musik. Menurut laporan dari Financial Times, aplikasi tersebut dikabarkan akan dirilis pada bulan depan. Indonesia, India, dan Brazil menjadi tiga negara pertama yang bakal menjajalnya.

Pada saat yang bersamaan, pihak ByteDance disebutkan sedang dalam pembicaraan dengan label musik besar seperti Universal Music, Sony Music, dan Warner Music; untuk kesepakatan lisensi global memasukkan lagu-lagu mereka pada aplikasi yang bakal dirilis tersebut.

Menurut Techradar, tidak hanya sekadar berfungsi sebagai aplikasi streaming musik, ByteDance akan menambah unsur video yang terdiri dari klip video pendek, mungkin bersumber dari TikTok. Pengguna dapat menyinkronkan ke lagu ke klip tersebut saat mendengarkan lagu.

Fitur ini bisa menjadi indikasi bahwa ada unsur TikTok yang bakal dibawa ke dalam aplikasi teranyar tersebut. TikTok juga memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk merekam video lip-sync.

Aplikasi ini belum memiliki nama. Namun dipastikan harga berlangganan yang ditawarkan bakal di bawah $10 (sekitar Rp140 ribu) per bulan, lebih murah dari harga Spotify dan Apple Music di Amerika Serikat.

TikTok bukan nama asing buat pengguna internet milenial Indonesia. Platform ini dapat diakses di 150 negara, didukung oleh 75 bahasa dan kantor cabangnya tersebar di 50 lokasi di seluruh dunia.

Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 1 miliar kali di seluruh dunia. Rekor unduhannya berhasil mengalahkan PUBG Mobile, WhatsApp, hingga Instagram. Diklaim pengguna terbesar TikTok ada di India, mencapai lebih dari 180 juta pengguna.

Makanya, wajar bila India termasuk ke dalam urutan pertama yang bakal menjajal lebih dulu. Sementara, Indonesia juga termasuk pasar potensial karena memiliki penduduk terpadat keempat di dunia dan pengguna internet tercepat di Asia Tenggara.

Baru-baru ini, YouTube Music meresmikan kehadirannya di Indonesia, setelah tersedia di lebih dari 50 negara sedunia. Sebenarnya aplikasi ini bisa diakses secara gratis, namun disediakan versi berlangganan dengan berbagai fitur tambahan.

Biayanya mulai dari Rp49 ribu per bulan. YouTube menyebut ada lebih dari 1 miliar pencinta musik yang mengakses platformnya tiap bulan. Ada lebih dari 2 juta artis di dunia yang memasarkan karyanya lewat YouTube.

Kehadiran YouTube Musik, lalu ByteDance, tentunya akan membuat persaingan aplikasi streaming musik di Indonesia makin ketat ke depannya. Tahun lalu, DailySocial pernah membuat riset terkait hal ini. Disebutkan aplikasi berbayar yang paling populer dipakai adalah Joox, disusul Spotify, LangitMusik, SoundCloud, dan Apple Music.

Application Information Will Show Up Here

Inilah Smartphone Pertama dari Pembuat TikTok, Smartisan Jianguo Pro 3

Smartphone TikTok bukan lagi sebatas wacana. Bulan Juli kemarin, ByteDance selaku pembuat TikTok sempat mengumumkan rencananya untuk meluncurkan smartphone, dan sekarang ponsel tersebut sudah resmi diperkenalkan dengan nama Smartisan Jianguo Pro 3.

Ya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ponsel ini merupakan hasil kolaborasi antara ByteDance dan pabrikan asal Tiongkok bernama Smartisan. Menariknya, Jianguo Pro 3 mengemas spesifikasi kelas flagship terlepas dari gelarnya sebagai “smartphone TikTok”.

Smartisan Jianguo Pro 3

Kita mulai dari layarnya, yang menggunakan panel AMOLED 6,39 inci dengan resolusi 2340 x 1080 pixel. Status flagship-nya sendiri datang dari penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 855+. Untuk RAM dan storage, varian termahalnya hadir mengusung kapasitas masing-masing 12 GB LPDDR4x dan 256 GB UFS3.0.

Sebagai ponsel yang diciptakan untuk kalangan Gen Z, Jianguo Pro 3 jelas tampil memikat di sektor kamera. Total ada empat kamera di belakangnya: kamera utama 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.75, kamera wide-angle 13 megapixel, kamera telephoto (2x optical zoom) 8 megapixel, dan kamera macro 5 megapixel. Kamera depannya pun juga menarik, 20 megapixel dengan dukungan fitur pixel binning.

Smartisan Jianguo Pro 3

Lalu apa yang membuat ponsel ini unik untuk platform TikTok? Integrasi penuh jawabannya. Cukup dengan satu swipe ke atas dari lock screen, pengguna langsung bisa membuka aplikasi TikTok. Lebih lanjut, pengguna juga dapat menyematkan filter maupun efek lainnya ke video dengan durasi berapapun.

Selebihnya, Jianguo Pro 3 tidak jauh berbeda dari ponsel flagship Tiongkok lain yang berharga terjangkau. Namun buat para pengguna loyal TikTok, dua kelebihan di atas tentu bisa sangat menarik perhatian, dan ini turut didukung oleh baterai Jianguo Pro 3 yang berkapasitas cukup oke di angka 4.000 mAh, lengkap beserta dukungan fast charging 18 W.

Smartisan Jianguo Pro 3

Di Tiongkok, Smartisan Jianguo Pro 3 bakal dipasarkan dalam tiga varian dengan kapasitas RAM dan storage yang berbeda. Rincian dan harganya adalah sebagai berikut:

  • RAM 8 GB dan storage 128 GB seharga 2.899 yuan (± Rp 5,8 juta)
  • RAM 8 GB dan storage 256 GB seharga 3.199 yuan (± Rp 6,4 juta)
  • RAM 12 GB dan storage 256 GB seharga 3.599 yuan (± Rp 7,2 juta)

Sumber: BGR dan Engadget.

 

Ekspansi Bisnis, Developer TikTok Turut Garap Smartphone

Populer berkat minat tinggi Gen Z terhadap video singkat, tim developer TikTok paham betul bagaimana perangkat bergerak sangat sulit dilepaskan dari keseharian mereka. Di konferensi Creators & Content Marketing beberapa minggu lalu, ByteDance mengungkapkan bahwa 98 persen kalangan generasi Z punya smartphone dan mereka tersambung ke internet selama 10 jam dalam sehari.

Boleh jadi, kondisi ini memberikan ByteDance sebuah ide: bagaimana jika mereka turut menyediakan ponsel pintar dengan milik sendiri demi memenuhi permintaan generasi Z? Tak lagi sekadar keinginan, langkah itu betul-betul ByteDance eksekusi. Di hari Senin kemarin, ByteDance mengumumkan kolaborasinya bersama Smartisan Technology untuk menggarap smartphone sebagai langkah mengekspansi bisnis ke luar ranah app dan video.

Buat sekarang, penampakan, spesifikasi serta harga ‘smartphone TikTok’ masih belum diketahui. Kita hanya dapat berasumsi bahwa produk ini ditujukan bagi konsumen berusia muda dan mungkin dibanderol di harga yang terjangkau. Meski demikian, ada sejumlah informasi yang bisa kita ekstrak dari penyingkapan ini, salah satunya: pengembangan smartphone tidak dilakukan ByteDance dari nol.

Dikonfirmasi oleh juru bicara ByteDance, penggarapan smartphone telah lebih dulu dimulai oleh Smartisan sebelum adanya perjanjian antar kedua perusahaan. Mereka setuju untuk bermitra demi melanjutkan agenda Smartisan dalam rangka memuaskan konsumen setianya. Di awal tahun ini, ByteDance sempat mengambil alih sejumlah paten milih Smartisan, bahkan beberapa staf mereka juga ditransfer ke tim TikTok.

Namanya memang kurang familier di Indonesia, tapi menurut keterangan Reuters, Smartisan ialah produsen produk yang tergolong niche di Tiongkok. Perusahaan didirikan oleh pesohor internet Luo Yonghao di tahun 2012, dan seperti brand lain asal negara itu, Smartisan turut mengembangkan OS-nya sendiri yang merupakan modifikasi dari Android. Melengkapi platform mereka, perusahaan juga menyediakan layanan online semisal Smiling Cloud, Store dan App Store.

TikTok sendiri bukanlah nama asing di telinga pengguna smartphone tanah air. Platform khusus video singkat tersebut kini bisa diakses di 150 negara, didukung oleh 75 bahasa dan kantor cabangnya tersebar di 50 lokasi di dunia. Rekor unduhnya berhasil mengalahkan PUBG Mobile, WhatsApp hingga Instagram. Kepopuleran TikTok mendongkrak nama ByteDance sebagai pemain atas di ranah teknologi, pelan-pelan menyusul Baidu serta Tencent.

Beberapa pertanyaan terakhir saya terkait smartphone TikTok: Seperti apa optimalisasi yang diterapkan ByteDance? Apakah perangkat dibekali OS berbasis Android? Lalu apakah implementasinya mirip konsep HTC First dengan Facebook Home-nya?

Sumber: Reuters.

Menggali Strategi dan Teknologi yang Diusung TikTok Dalam Upaya Menggaet Gen Z

Einstein pernah bilang bahwa takaran dari kecerdasan seseorang ialah kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap perubahan. Di ranah teknologi serta internet, perubahan berjalan begitu cepat sembari membawa hal baik dan buruk. Mungkin Anda masih ingat kontroversi yang ditimbulkan oleh TikTok. Pemerintah Indonesia sempat memblokir app ini karena berseliwearannya konten-konten negatif.

Berita gembiranya, TikTok sudah banyak berubah sejak ia meluncur kurang lebih dua tahun silam. Setelah dihantam kritisi terkait masalah privasi, ketergantungan, dan keselamatan (terutama bagi user berusia muda), developer ByteDance pelan-pelan mengimplementasikan sejumlah fitur keamanan. Contohnya: kita bisa membuat batasan akses ke app (dari mulai 40 sampai 120 menit per hari). Jika tenggat waktunya tercapai, kita perlu memasukkan password sebelum bisa kembali membuka app.

TikTok 2

Tentu saja TikTok turut dibekali fungsi pelaporan, pemblokiran, serta ‘mode terbatas’ buat menyaring video-video tertentu. Sebagai bentuk realisasi ByteDance dalam menanggulangi konten-konten negatif – dan supaya TikTok dapat dizinkan lagi beroperasi di Indonesia – mereka menugaskan tim berisi 20 orang untuk melakukan moderasi terhadap segala video yang beredar. Berkat desakan tersebut, developer turut menerapkan sistem pembatasan umur.

TikTok kini tersedia di 150 negara/wilayah, didukung 75 bahasa, dan punya 50 kantor cabang tersebar di dunia. Versi iOS-nya telah diunduh sebanyak lebih dari 104 juta kali di periode paruh pertama tahun 2018. Jumlah ini melampaui rekor yang sempat dipegang oleh PUBG Mobile, YouTube, Facebook, WhatsApp dan Instagram.

Dan di acara 2019 TikTok SEA Creators & Content Marketing Conference, ByteDance berbicara banyak soal tren video singkat dan teknologi yang mereka usung di app populer tersebut.

TikTok 9

 

Karakteristik Gen Z

Saat ini masih ada banyak orang menyiapkan atau mendesain produk mereka untuk kalangan millennial. Sejujurnya, era keemasan Gen Y sudah berakhir dan sekarang adalah waktunya generasi Z buat bersinar. Di presentasinya, Surayot Aimlaor selaku head of marketing TikTok Thailand menyampaikan bahwa rata-rata penduduk Asia Tenggara menghabiskan waktu 3,6 jam sehari untuk bermain smartphone (Indonesia mencapai 3,9 jam), dan persentasenya didominasi oleh pengguna berusia 15 sampai 24 tahun.

TikTok 10

98 persen dari kelompok generasi Z punya smartphone-nya sendiri. Mereka ini tersambung ke internet selama 10 jam sehari dan 1/3 di antaranya menonton video hingga satu jam sehari, serta mengonsumsi rata-rata 68 dalam periode 24 jam. Tapi ada efek samping dari ketersediaan serta kemudahan akses konten bagi kalangan tersebut: umumnya, mereka cuma bisa menghabiskan waktu delapan detik buat memerhatikan satu topik (attention span). Selanjutnya, Gen Z akan mengalihkan fokusnya ke hal lain.

Karakteristik inilah yang dimanfaatkan oleh TikTok. ByteDance menyebut layanan ini sebagai platform short-video nomor satu di dunia – terutama di kawasan Asia dan Amerika. Pengguna dipersilakan untuk membuat video berdurasi 3 sampai 15 detik atau maksimal satu menit. Dari pengakuan sejumlah kreator, salah satunya dancer asal Surabaya Kelly Courtney, video 15 detik ternyata merupakan jenis konten yang lebih disukai dan merangsang lebih banyak komentar.

TikTok 8

Dalam diskusi panel, CEO Kantar China Rana Deepender membahas lebih jauh mengenai karakteristik Gen Z. Banyak orang menyangka, dibanding millennial, kalangan ini mempunyai loyalitas brand yang lebih rendah. Ternyata hal ini keliru. Pengguna generasi Z sangat sadar terhadap merek dan mereka cenderung setia pada nama-nama yang konsisten dalam memegang prinsip atau nilai tertentu.

TikTok 7

Menjawab pertanyaan saya, senior director global marketing Lionel Sim menjelaskan bahwa mereka tidak khawatir jika kepopuleran tren short-video akan menurun di masa depan, atau saat era Gen Z telah berlalu. Perhatian utama mereka bukan sekadar terpusat pada video singkat, tapi bagaimana memudahkan semua orang berkreasi.

TikTok 6

 

Teknologi di balik layanan TikTok

Memang mudah mengesampingkan teknologi dan upaya penggarapannya ketika sebuah layanan menawarkan kesederhanaan pemakaian. TikTok menjadi app favorit kalangan pengguna berusia muda karena kombinasi kayanya fitur serta UI yang intuitif. Di tampilan utama saja, Anda disuguhkan akses ke beragam pilihan musik, filter, serta fungsi untuk men-switch kamera atau mengubah kecepatan video. Tombol upload juga ditempatkan di layer yang sama.

TikTok 4

Namun sisi teknologi TikTok jauh lebih dalam dari itu semua. Beberapa contoh kecil misalnya filter yang bisa mengubah warna rambut, lalu saya juga sempat melihat pemanfaatan sistem augmented reality untuk menempatkan (dinosaurus) Velociraptor virtual dengan latar belakang dunia sesungguhnya. Lalu ada pula fitur stiker ala ‘3D emoji‘ yang dapat menggantikan muka sembari mengikuti raut wajah Anda.

Satu fitur lagi yang berhasil memukau saya ialah stiker dan lensa bertema hujan. Cukup berbekal lambaian tangan, pengguna dapat menghentikan tetesan air sembari mengaktifkan fungsi zoomin/out. Skenario ini sedikit mengingatkan saya adegan di film The Matrix, ketika Neo menyetop peluru. Agar bisa menyajikan hal tersebut, ByteDance menggarap sebuah sistem yang mampu melacak 21 titik di telapak tangan sehingga mampu mendeteksi tak kurang dari 19 tipe gesture dengan keakuratan 99 persen.

TikTok 3

Machine learning (dan kecerdasan buatan, jika saya tak salah dengar) juga dimanfaatkan agar penerapan filter dan stiker lebih akurat. Selain itu, algoritma pintar juga digunakan agar konten bisa sampai pada pengguna yang tepat, dalam rangka mengoptimalkan sistem rekomendasi.

Satu kesimpulan menarik yang saya tangkap dari presentasi panjang ByteDance serta wawancara bersama developer adalah, mereka mau bersusah payah mengembangkan bermacam-macam teknologi yang kompleks, kemudian mengemasnya dalam interface sederhana demi memudahkan semua orang buat jadi kreator.

TikTok 5

Sentimen negatif terhadap TikTok, terutama di Indonesia, memang masih belum sepenuhnya hilang. Tapi saya rasa upaya-upaya ByteDance dalam memoles berbagai aspek di platform short-video itu serta melihat kepatuhan developer mengikuti kebijakan pemerintah tetap mesti diapresiasi.

Perlu Anda ketahui bahwa sejumlah lembaga pemerintah seperti Kominfo dan Kemenpar turut menggunakan TikTok demi menyebarkan informasi serta menjangkau dan berinteraksi dengan masyarakat.

Aplikasi Studio Mobile Musical.ly dan Tik Tok Segera Melebur Jadi Aplikasi Baru

Musical.ly, aplikasi studio mobile asal Amerika Serikat, akan melebur dengan aplikasi sejenis asal Tiongkok, Tik Tok, pasca diakusisi penuh oleh ByteDance, induk usaha Tik Tok, pada akhir tahun lalu. Peleburan diharapkan akan mendongkrak lebih banyak pengguna utama dari kalangan generasi Z menjadi kreator, terutama dari Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara.

Generasi Z adalah golongan usia dimulai dari tahun kelahiran 1996-2010. Diperkirakan jumlahnya di Indonesia mencapai 68 juta atau sekitar 29 persen dari total populasi. Sedangkan di global mencapai 2,5 miliar atau 34 persen dari total populasi seluruh dunia.

“Nanti akan jadi aplikasi baru, sekarang sedang proses. Rencananya tahun ini akan diumumkan,” terang Country Manager Tik Tok dan Musical.ly Teguh Wicaksono, pekan lalu (10/2).

Lewat peleburan ini, ke depannya perusahaan akan lebih fokus mengembangkan fitur-fitur berteknologi kecerdasan buatan (AI) dengan mencampurkan unsur lokalisasi sesuai masing-masing negara.

ByteDance disebut memiliki spesialisasi di bidang tersebut sehingga diharapkan bisa menjadi unsur diferensiasi yang kuat dengan aplikasi sejenis. Penerapan teknologi AI juga bisa dilihat di aplikasi flagship ByteDance yang cukup populer di Tiongkok, yakni Toutiao.

Platform yang baru ini diharapkan lebih mudah digunakan dan efisien untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam menciptakan konten. Terlebih, sambung Teguh, fokus perusahaan pada saat ini adalah meningkatkan pengguna, belum terpaku dalam monetisasi.

Untuk menarik pengguna baru, pihaknya merangkul berbagai kerja sama bisnis dengan perusahaan lokal dan global, seperti Ismaya Live, RCTI, Warner Music Indonesia, Universal Indonesia, Sony Music Indonesia, Indosat Ooredoo, Apple Music, Disney, Billboard, dan lainnya.

Perkembangan Musical.ly dan Tik Tok

Musical.ly sendiri hadir pada 2015, sementara Tik Tok hadir tahun lalu. Teguh mengklaim, kedua aplikasi ini tumbuh pesat secara organik setiap tahunnya. Terlihat dari pengguna aktif dan komunitas yang terbentuk dengan sendirinya, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar di Asean bagi kedua aplikasi ini.

Musical.ly diungkapkan berhasil menciptakan talenta baru di bidang musik, komedi, dan fesyen. Sedangkan Tik Tok melengkapi kebutuhan kreator dengan teknologi interaktif dan efek khusus yang lebih maju, seperti fitur Gaga Dance, efek hair drying, stiker 3D, dan fitur digital lainnya.

“Kami melihat ke depannya akan ada banyak hal yang bisa dikerjakan bersama dengan ByteDance, makanya setuju [diakusisi]. Lagipula ini win win solution. Musical.ly sudah punya basis pengguna yang besar di pasar global, sementara Tik Tok punya pengguna besar di Tiongkok.”

Secara global, baik Musical.ly dan Tik Tok telah diunduh lebih dari 500 juta kali. Penonton video harian mencapai 10 miliar, serta 150 juta pengguna MAU di seluruh dunia dengan negara kontributor terbesar adalah Amerika Serikat dan Inggris. Tidak dijelaskan secara spesifik berapa kontribusi dari Indonesia secara global.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here