Tag Archives: Cakap

Beda Nasib Startup Edtech Usai Pandemi

Penggunaan edtech pada sistem pendidikan nasional, secara umum, merupakan bentuk adaptasi terhadap disrupsi dan bentuk dorongan supaya sistem pendidikan menjadi lebih resilien.

“Kita perlu mengambil pelajaran dari pembelajaran jarak jauh dan menerapkannya ke sistem pendidikan formal. Pandemi sudah menunjukkan sistem pendidikan kita begitu rentan dan perlu ada bentuk adaptasi,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Latasha Safira mengutip dari situs CIPS.

Dari hasil survei yang dilakukan CIPS pada 2021 menunjukkan bahwa guru menggunakan berbagai produk dan layanan edtech seperti Sistem Manajemen Pembelajaran (misalnya EdModo dan Canvas) dan platform interaktif (misalnya Kahoot dan Menimeter) untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh selama 18 bulan terakhir.

Para investor merespons tingginya adopsi edtech selama pandemi melalui suntikan pendanaan untuk startup di Indonesia. Berikut data yang dikutip dari Tech in Asia:

  1. 2019 menjadi tahun dengan total nilai pendanaan terbesar senilai $166,42 juta untuk enam kesepakatan investasi selama delapan tahun terakhir;
  2. 2020 terjadi kenaikan kesepakatan tertinggi dengan total 18 kesepakatan, tapi secara nominal turun menjadi $77,05 juta;
  3. 2021 terjadi penurunan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 11 kesepakatan yang bernilai $11,35 juta;
  4. 2022 terdapat kenaikan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 14 kesepakatan yang bernilai $18 juta.

Bagaimana dengan tahun ini? Menurut data yang dikompilasi DailySocial.id, tercatat hanya empat startup edtech yang mengumumkan pendanaan sepanjang 2023.

Startup Pendanaan Waktu
Cakap Seri C1 (undisclosed) April 2023
Rakamin Tahap awal (undisclosed) Mei 2023
Lister Tahap awal (undisclosed) Juni 2023
SoLeLands Tahap awal (undisclosed) Juli 2023

Tren penurunan investasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, ambil contoh di India yang sama-sama memiliki populasi yang besar. Berdasarkan data dari Trackr, pendanaan di sektor edtech menurun menjadi $2,43 miliar pada 2022, dengan hanya 159 kesepakatan dibandingkan dengan 319 kesepakatan pada 2021 yang bernilai $4,7 miliar dan 222 kesepakatan pada 2020.

Menurut statistik yang diperoleh CNBC-TV18.com, sebanyak 7.000-9.000 karyawan terkena imbas PHK di perusahaan edtech India sepanjang tahun lalu. Byju, Unacademy, Vedantu adalah beberapa startup edtech yang mengambil langkah tersebut. Ketiganya merupakan startup edtech yang bermain di segmen K-12.

Apa yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia. Dua pemain besar di segmen K-12 harus merelakan ribuan karyawannya di PHK sejak tahun lalu. Ruangguru memangkas ratusan karyawan, sementara Zenius memangkas sekitar 800 orang.

Edu SEA 50 Market Map 2023 / HolonIQ

Bagaimana edtech K-12 bertahan

Baik Ruangguru maupun Zenius tidak merespons bagaimana strategi mereka pasca efisiensi besar-besaran. Tidak banyak pula informasi terbaru yang diumumkan belakangan ini. Berikut rangkumannya:

  1. Pada Juli 2023, Ruangguru mengumumkan kelanjutan ekspansi lokasi bimbingan belajar offline Brain Academy. Sejak diperkenalkan di 2019, diklaim ada lebih dari 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kondisi keuangan perusahaan juga membaik, setelah melakukan banyak efisiensi di berbagai sisi. Dipaparkan pada 2021, Ruangguru telah mengantongi laba sebesar Rp55 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat rugi Rp18,6 miliar.
  1. Pada Juni 2023, Zenius mengumumkan audit menyeluruh terhadap 264 cabang Primagama demi memastikan setiap cabang punya standar dan kualitas yang sama mencakup semua aspek bisnis. Dari hasil dari audit, sebagian kecil cabang tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan. Cabang-cabang ini diberikan waktu untuk melakukan perbaikan, namun beberapa di antaranya tidak dapat memenuhi perbaikan yang diminta dalam batas waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, Zenius memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan cabang-cabang tersebut. Di sisi lain, sebagian besar cabang juga memutuskan untuk mengakhiri kerja sama secara sukarela karena perbedaan visi dengan Zenius. Perusahaan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berinvestasi di dunia pendidikan dengan menjadi pemegang lisensi New Primagama melalui sistem waralaba.

Di sini terlihat bahwa keduanya punya kesamaan strategi, yakni memperkuat bimbel offline-nya sebagai area fokus setelah kondisi berangsur-angsur normal dan menerapkan konsep blended learning. Lalu apakah bimbel online masih memiliki prospek positif?

Hanya fokus di bimbel online

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial.id menghubungi dua co-founder CoLearn, yakni Abhay Saboo (CEO) dan Marc Irawan (COO). Startup ini baru berdiri pada Agustus 2020 dengan fitur awal yang memungkinkan siswa untuk menanyakan lebih dari 5 juta pertanyaan terkait matematika, fisika, dan kimia per bulannya.

Semua pertanyaan mereka terjawab oleh Tanya, sebuah teknologi artificial intelligence (AI) buatan CoLearn. Dalam sebuah survei, 80% murid melihat peningkatan nilai setelah menggunakan CoLearn. Dengan cepat, CoLearn menjangkau 3,5 juta murid menggunakan fitur tersebut.

Fitur Tanya sekarang jadi pelengkap layanan di CoLearn. Perusahaan hanya mengoptimasi ranking kata pencarian di mesin pencari Google dan YouTube agar muncul di laman teratas. Langkah ini diambil dalam rangka menyesuaikan pola kebiasaan orang Indonesia yang mencari segala informasi lewat mesin pencari Google.

Tidak hanya bantu murid mengerjakan PR dengan cepat, CoLearn meluncurkan bimbel online yang terfokus pada tiga mata pelajaran dari kelas 5 sampai 12. Setiap kelasnya berlangsung selama satu jam melalui situs atau aplikasi.

Sumber: CoLearn

“Fokus CoLearn bukan di fitur Tanya, tapi bimbel online. Buat kami karena relatif pemain baru, kami beda karena mulainya saat Covid-19. Jadi tidak terlalu terlihat ekspektasinya dari sebelum dan saat Covid-19,” kata Abhay.

Walau tidak dirinci spesifik dengan angka, Abhay mengaku penerimaan bimbel online di CoLearn diterima dengan baik dan mendapat respons positif, terutama pasca CoLearn membuat kebijakan baru pada Juli 2023. Di antaranya, menawarkan harga baru sebesar Rp95 ribu yang dapat dibayarkan per bulan dan jaminan uang kembali 100%.

“Sebelumnya bayar per semester, sekarang jadi per bulan. Garansi uang kembali ini di bulan pertama setelah anak enggak cocok, [karena] ada beberapa orang tua yang persepsi negatif atau positif [sama layanan baru] jadi bisa coba dulu. Kita tawarkan harga merakyat, tidak harus jutaan karena kita pede (percaya diri) dengan produk [bimbel online] kami,” tambah Marc.

Pengguna terbesar dari bimbel online ini adalah pelajar kelas 5-9, lalu sisanya diisi oleh pelajar SMA. Sedari awal, CoLearn tidak didesain untuk mempersiapkan ujian akhir, melainkan membangun fundamental lewat pengajaran tentang konsep dasar suatu permasalahan.

Langkah ini sejalan dengan misi besar perusahaan yang ingin membantu Indonesia meningkatkan peringkat di PISA (Programme for International Student Assessment), sebuah tolok ukur kualitas pendidikan di suatu negara. Dalam survei di 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Nilai matematika berada di peringkat ke-72 dari 78 negara. Sedangkan nilai sains berada di peringkat ke-70. Angka ini cenderung stagnan sejak 15 tahun terakhir.

Abhay menuturkan pihaknya optimistis dengan prospek bimbel online tetap hijau ke depannya, bahkan menargetkan dapat segera cetak profit pada akhir 2024 mendatang. Ambisi tersebut akan dijalankan dengan strategi yang tepat, hanya berfokus pada penyempurnaan bimbel online agar semakin diminati.

“Perusahaan yang enggak fokus melakukan banyak hal akan makan biaya untuk coba-coba. Sementara untuk dapat laba, perlu pelanggan yang kembali. Untuk itu harus melakukan sesuatu dengan sangat-sangat baik dan dibutuhkan fokus untuk terus memperbaikinya. Kita mau fokus untuk menjadi sangat bagus dalam satu hal saja [bimbel online],” ujar dia.

Marc menambahkan, masuk ke area bimbel offline itu sendiri diharuskan punya kemampuan yang kuat di bidangnya karena tantangannya berbeda jauh dengan bimbel offline. Ada standarisasi kontrol yang ketat, untuk perawatan gedung, keamanan, struktur kelas, sikap staff, waktu kedatangan guru, dan banyak hal kecil lainnya yang penting untuk selalu dijaga.

“Kami fokus di [bimbel] online karena ingin meningkatkan kualitas guru. Kalau offline, guru di sini terbatas karena masalah geografi, tapi dengan online kita bisa memutuskan itu. Kami percaya sebuah service edukasi itu bertumpu pada kualitas guru, kalau tidak ada batasan akan jauh lebih baik.”

Non-K-12

Cakap dan PINTAR adalah dua pemain edtech non-K-12 yang tumbuh subur hingga sekarang. Keduanya sama-sama bermain di segmen pengembangan kursus keterampilan dengan target individu dan korporasi berbasis online.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sumber: Cakap

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

“Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Selama pandemi, Cakap lebih mengedepankan kemudahan akses pendidikan dan kenyamanan belajar secara online lewat Cakap Upskill. Setelah pandemi, perusahaan beradaptasi untuk menerapkan metode blended learning. Hal inilah yang melatarbelakangi kehadiran Cakap Kids Academy untuk siswa usia 4-12 tahun pada tahun ini.

Di samping itu, perusahaan mengembangkan solusi pendidikan yang hyperlocal dan relevan dari segi kebutuhan industri di tiap wilayah, didukung pula dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka mendukung penyerapan tenaga kerja, Cakap lebih tanggap dengan situasi di industri. Misalnya, kembali menggeliatnya industri pariwisata, Cakap memberikan kelas bahasa asing untuk menunjangnya.

“Selain menyediakan sertifikat untuk semua kursus, Cakap juga mengembangkan bisnis unit berupa career hub, yang bisa menjadi solusi pencari kerja dan perusahaan dalam menemukan talenta yang tepat.”

Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan, dari sebelum dan sesudah pandemi, PINTAR melakukan sejumlah penyesuaian bisnis. Sebelum pandemi, PINTAR fokus menawarkan layanan OPM (Online Program Management) untuk perguruan tinggi swasta dengan semangat membuka akses kuliah secara terjangkau. Hingga awal 2020, sebanyak 15 kampus telah bekerja sama dan menyelenggarakan lebih dari 20 program perkuliahan online dan blended learning.

“Memasuki tahun 2020, ketika pandemi terjadi, dunia kerja mengalami perubahan drastis. [..] Kami merespons perubahan ini dengan menyajikan solusi berupa penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan berbasis online [..] untuk reskilling. Pada periode pandemi, lebih dari 1 juta orang telah menerima manfaat pelatihan keterampilan melalui PINTAR,” ujar Ray.

Dia melanjutkan, “Saat ini, PINTAR berkembang sebagai platform pengembangan tenaga kerja (workforce development platform), [..] kerja sama dengan perusahaan untuk mengadakan pelatihan dan rekrutmen untuk pekerja, pemasok, dan komunitas lokal –termasuk kelompok yang rentan dan kurang terwakili.”

Berdasarkan kontribusi bisnis, PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Sumber: PINTAR

Ray menyampaikan tantangan utama yang dialami oleh pemain seperti PINTAR adalah bagaimana menstimulasi motivasi intrinsik individu untuk belajar dan berkembang. Rendahnya motivasi ini disebabkan oleh dua hal: 1) kurangnya pemahaman di kalangan peserta mengenai keuntungan yang bakal diperoleh setelah ikut pelatihan, 2) hal yang telah dipelajari dalam pelatihan belum tentu bisa diterapkan secara optimal dalam dunia kerja.

“Ketidaksesuaian ini semakin mengurangi persepsi masyarakat tentang pentingnya pelatihan keterampilan,” tambahnya.

Tommy menambahkan, walau tantangan besar, pangsa pasar dunia pendidikan di negara ini amatlah besar. Peluangnya banyak, ada vertikal-vertikal baru yang dapat dikembangkan. Hal tersebut akan dilakukan oleh Cakap sesuai dengan expertise-nya.

“Setiap ekspansi yang kami lakukan wajib memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, sehingga dapat dipertahankan dan dan bahkan bisa dengan cepat menghentikan usaha-usaha yang kurang efisien sedini mungkin.”

Kedua perusahaan ini tergabung sebagai mitra pemerintah untuk Program Kartu Prakerja. Tommy menuturkan sudah empat tahun perusahaan bergabung jadi mitra pemerintah, dampak yang terasa adalah pengguna memperoleh keterampilan baru yang dapat diaplikasikan ke pekerjaan existing, atau menciptakan pekerjaan baru. Tidak disebutkan kontribusi bisnis ini terhadap total bisnis Cakap.

Sementara itu, Ray menyampaikan, kontribusi Program Prakerja untuk total bisnis PINTAR sekitar di bawah 10%. Walau tidak dominan, peran program ini tetap esensial karena mendukung upaya pemerintah dalam reskilling angkatan kerja secara masif. “Efek positifnya, terlihat pada segmen masyarakat yang marginal dan kurang terwakili. Dalam laporan tahunan, 44% penerima manfaat berasal dari 40% rumah tangga termiskin di Indonesia,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Walaupun di masa depan program ini mungkin akan mengalami perubahan karena roda inovasi akan terus berputar, tetapi fungsi utamanya diperkirakan akan tetap sama, yaitu sebagai katalis pemberdayaan dan pengembangan keterampilan angkatan kerja di Indonesia.”

Utilisasi Data dalam Personalisasi Layanan

Tiga startup Indonesia, yakni Blibli, Cakap, dan Super, duduk bersama dan berbagi wawasan tentang pemanfaatan AI dalam penciptaan produk/layanan yang sangat personal (hyper-personalization) bagi bisnis mereka.

Berbeda dari acara tahun lalu, kali ini panel diskusi The Big Leap yang dihelat oleh e27 bersama CleverTap mengulas topik “Engagement Playbook Indonesia: Harnessing Automation and AI for Hyper Personalization”.

Sebagai pengantar, hyper-personalization umumnya dikenal sebagai teknik pemasaran yang sangat ditarget dan dipersonalisasi kepada pelanggan dengan memanfaatkan data secara real-time.

Strategi ini banyak digunakan untuk membangun hubungan dengan pelanggan lewat produk/layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Lewat strategi ini pemilik usaha dapat mendorong tingkat penjualan dan retensi pengguna.

Ketiga narasumber, yaitu VP of CLM Marketing Blibli Fanky Mulia, Chief Growth Officer Cakap Margarita Tan, dan Co-Founder & CEO Super Steven Wongsoredjo bicara tentang pemanfaatan data hingga pengembangan produk dalam lingkup bisnisnya yang berbeda-beda di sektor e-commerce, edtech, dan social commerce.

Simplifikasi dan utilisasi

Ada beberapa catatan penting yang diperoleh dari paparan panelis terkait automasi dan personalisasi, serta relevansinya dalam bisnis mereka masing-masing.

CEO Super Steven Wongsoredjo menyoroti pentingnya simplifikasi pada personalisasi layanan yang mereka kembangkan. Hal ini dikarenakan target pasarnya berada di area rural yang mana memiliki perilaku konsumen berbeda dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan.

Simplifikasi ini tercermin dari cara Super melakukan strategi akuisisi pengguna maupun upayanya mendorong penggunaan layanannya. Strategi ini dapat dieksekusi melalui data yang mereka kumpulkan, misalnya transaksi pembelian terakhir, produk yang dibeli, atau biaya yang dihabiskan untuk belanja.

“Salah satu tantangan kami adalah membangun strategi scalable yang applicable untuk mereka. Pengguna di area rural tidak menggunakan perangkat mobile yang mahal, paket data yang dibeli juga tidak besar. Ketika kami buat fitur, ini akan menyedot data mereka dengan cepat. They will drop, they will churn. Maka itu, simplifikasi sangat sulit, tetapi penting bagi kami. Once you make things simpler, kita dapat memahami mereka,” jelasnya.

Sementara, VP of CLM Marketing Blibli Fanky Mulia mengamati aspek personalisasi dari aspek teknologi. Automasi memang dapat membantu scale up, tetapi ia melihat teknologi hanya sebuah tool. Justru penting untuk fokus mengutilisasi data menjadi sebuah insight bernilai.

“Kalau insight yang dihasilkan salah, ini bakal mendorong keputusan yang salah. Terlalu filosofis dalam memanfaatkan AI juga tidak akan membawamu menuju target yang ingin dicapai. Personalisasi itu tentang mengutilisasi data yang sudah ada. Apabila data yang diutilisasi tidak mencapai ROI, misalnya, mungkin bakal jadi keputusan tepat untuk menutupnya. Personalization is not a magic potion,” papar Fanky.

Prioritas

Meningkatnya perilaku digital ikut memicu terjadinya ledakan data dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku bisnis dituntut untuk memahami pelanggan lebih baik dengan memanfaatkan data yang mereka miliki. Namun, di tengah ledakan data ini, apakah relevan menyebut istilah “terlalu banyak data”?

Chief Growth Officer Cakap Margarita Tan menilai belajar adalah proses jangka panjang yang tidak akan berhenti. Selama proses itu masih berjalan, data akan tetap diperlukan untuk mengenal customer dan memberikan layanan yang sesuai kebutuhannya.

There’s no such thing as too much data selama ini tidak perlu mengeluarkan biaya. Ini masalah prioritas saja kapan data ini akan diutilisasi. Data ini dapat dimanfaatkan kembali untuk peluang lainnya. Setiap marketer dapat memilih mana yang dapat dikejar dan mana yang dapat kembali ditindaklanjuti,” ujarnya.

Sementara, Fanky justru memberikan sudut pandang berbeda dari sisi teknis. Menurutnya, semakin banyak data yang dimiliki tentu akan memengaruhi aspek biaya. Pasalnya, data memerlukan tempat penyimpanan (storage) yang besar. Di sini lah penting untuk dapat memilih data yang dapat bernilai.

Startup edtech Cakap mengumumkan pendanaan segar dalam putaran Seri C1 dari MDI Ventures dan Heritas Capital

Cakap Umumkan Pendanaan Seri C, Klaim Telah Berstatus Centaur

Startup edtech Cakap mengumumkan telah merampungkan pendanaan segar dalam putaran seri C1 dari MDI Ventures dan Heritas Capital. Meski tidak disebutkan nominal dananya, disebutkan Cakap telah memiliki valuasi lebih dari tiga digit dan masuk ke jajaran startup dengan status centaur (valuasi antara $100 juta-$1 miliar, satu tahap di bawah unicorn).

Kedua VC ini investor existing Cakap, sebelumnya mereka memimpin putaran seri B yang telah rampung pada 2021 senilai $10 juta.

Dana yang diraih ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis menuju blended learning (offline dan online). Perusahaan akan memperkuat performa unit bisnisnya di tiga pilar, yakni bahasa, upskill, maupun bisnis.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (12/4), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus menyampaikan perilaku dan cara belajar masyarakat yang dinamis, memicu pihaknya untuk adaptif memberikan solusi pembelajaran yang lebih relevan di masa pasca-pandemi dan ke depannya.

“Cakap berharap dapat menjembatani permintaan pasar dengan sistem pembelajaran bauran/blended learning. Dengan lebih banyak opsi seperti blended learning, masyarakat akan dimudahkan dalam memilih cara belajar yang disesuaikan dengan minat serta kebutuhan masing-masing,” jelas Tomy.

CEO MDI Ventures Donald Wiharja turut memberikan tanggapannya. Dia mengharapkan, pendanaan terbaru ini dapat semakin memperkuat sinergi antara Telkom Group secara keseluruhan dan MDI secara khusus, dengan Cakap yang selama ini sudah terjalin baik. Dicontohkan, pada kuartal awal tahun ini, Cakap bersama dengan provider komunikasi Telkomcel dari Timor Leste, telah memperluas pembelajaran ke wilayah negara tersebut.

“Sehingga kami berharap, pendanaan terbaru tidak hanya memperkuat Cakap secara bisnis, namun juga menghasilkan impact sosial yang positif terhadap pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, CEO & Direktur Eksekutif Heritas Capital Chik Wai Chiew menyampaikan, “Sebagai platform upskilling, Cakap telah menunjukkan catatan yang baik dari sisi operasional dan keuangan yang menonjol di Indonesia. Kami menantikan implementasi yang kuat dari Cakap dalam memperluas solusi edtech-nya dan mempercepat akses terhadap pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas serta terjangkau, bagi bangsa Indonesia maupun lebih luas lagi.”

Tomy melanjutkan, seiring peningkatan status menjadi centaur, perusahaan melakukan restrukturisasi internal organisasi. Menunjuk Jonathan Dharmasoeka sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Cecilia Ong sebagai Chief Operating Officer (COO). Sebelumnya, Jonathan menjabat sebagai Chief of Business Officer, sementara Cecilia sebagai VP of CEO Office.

Meski Tomy tidak merinci pencapaian Cakap terkini, diklaim telah meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing. Total pengguna Cakap disebutkan telah mencapai tiga juta orang.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022;
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia;
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis;
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa;
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.
Application Information Will Show Up Here
Startup edtech Cakap memaparkan kinerja positif sepanjang tahun lalu sehingga tidak harus menempuh langkah pemutusan hubungan kerja (PHK)

Startup Edtech Cakap Paparkan Kinerja Positif, Miliki Tiga Juta Pengguna

Startup edtech Cakap memaparkan kinerja positif sepanjang tahun lalu. Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (21/2), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus mengapresiasi konsistensi seluruh timnya dengan mencatat kinerja keuangan yang baik.

“Fokus perusahaan terletak pada fundamental dan performa unit ekonomi yang positif. Ekspansi ke pendidikan vokasi (TVET) dan layanan pembelajaran bauran (blended learning) sebagai bagian dari komitmen kami membangun bangsa juga merupakan kunci keberhasilan di tahun 2022,” ujar Tomy.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.

Chief of Business Cakap Jonathan Dharmasoeka merinci, dari segmen Bahasa, tercatat kursus Bahasa Inggris masih menjadi primadona bagi para penggunanya. Kemudian, disusul Mandarin, Korea, Jepang, dan Bahasa Indonesia. Ditambah, saat pembelajarannya kini sudah dikembangkan dari daring menuju bauran (blended learning) sehingga makin menarik minat para pengguna. Sementara itu, untuk kursus di luar bahasa, materi di bidang pertanian, pemasaran, dan yang terkait dengan pariwisata masih menjadi top three courses.

“Cakap yang telah terdaftar sebagai Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kemendikbud serta Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kemenaker ini, memiliki rating stabil di 4,9 pada Google Play Store dan telah memberikan impact satu juta kegiatan pembelajaran melalui 487 materi yang terbagi ke dalam 17.000 modul pelatihan bahasa hingga vokasi,” kata Jonathan.

Tomy pun menutup, “Agar bisnis ini terus memberikan manfaat, Cakap senantiasa menjalankan prinsip berkesinambungan dengan menerapkan tiga prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama untuk poin 4 (Pendidikan berkualitas), 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), dan 10 (Berkurangnya kesenjangan). Kami yakin ini juga menjadi kunci bagi Cakap untuk menjadi terus berinovasi dan menjadi solusi pengembangan diri bagi anak bangsa.”

Lanskap bisnis edutech

Di Indonesia, vertikal bisnis seperti Cakap juga dijalankan oleh Ruangguru yang menyediakan English Academy, dan pemain konvensional seperti English First dan Wall Street English. Sementara untuk kursus peningkatan skill juga diramaikan oleh sejumlah pemain, seperti RevoU, Coursera, Kuncie, Udemy, Binar Academy, dan masih banyak lagi.

DSResearch pernah mengulas industri edtech di Indonesia bertajuk “Edtech Report 2020: Transforming Education”. Mengutip dari hasil riset Holon IQ, mereka memetakan layanan edtech ke dalam beberapa kategori: pembelajaran bahasa, steam dan coding, pembiayaan pendidikan, keterampilan dan pekerjaan, pendidikan tinggi, verifikasi, manajemen dan lingkungan belajar, pendidikan tinggi, dan dukungan pembelajar. Mereka juga memetakan 50 pemain edtech yang signifikan di setiap kategori.

Sumber: DSResearch

Dari laporan ini, dari survei terhadap 500 responden, terungkap bahwa jenis layanan edtech populer yang pernah dan paling banyak digunakan orang adalah Online Tutor. Sedangkan kurang dari 20% orang yang pernah menggunakan MOOC (Massive Open Online Course). Berdasarkan jenis kelamin, 71,3% laki-laki pernah menggunakan tutor online, sedangkan 74,1% perempuan pernah menggunakan e-learning.

Setengah responden di bawah usia 20 tahun kebanyakan menggunakan tutor online, sementara kelompok usia lain pernah menggunakan e-learning. Sekitar 50% orang sebagian besar setuju bahwa layanan edtech yang pernah digunakan mudah diakses, materi disampaikan dengan baik, sesuai dengan kebutuhan & anggaran mereka, dan kontennya relevan.

Sumber: DSResearch
Sumber: DSResearch
Application Information Will Show Up Here

Cakap Gandeng Telkomcel untuk Tingkatkan Mutu SDM di Timor Leste

Platform edtech Cakap menjalin kerja sama dengan PT Telkom Indonesia Internasional (Telin) melalui Telkomcel untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Telkomcel merupakan operator telekomunikasi yang beroperasi di Timor Leste.

Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan, “kerja sama ini merupakan langkah ekspansi luar negeri pertama di 2023. Cakap berusaha akan menghadirkan konten yang relevan sesuai kebutuhan pasar di Timor-Leste.”

Saat ini, program yang akan dilayani para guru/ahli dari Cakap mencakup kemampuan bahasa asing dan skill teknis. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ada scope lain seiring program ini berjalan. Beberapa program yang ditawarkan antara lain Bahasa asing Portugis, literasi keuangan, strategi pemasaran digital, hingga layanan pelanggan.

CEO Telkomcel Benedictus Ardiyanto Priyo mengungkap kerja sama ini bertujuan untuk menjawab tantangan pasar saat ini terhadap SDM berkualitas. Pihaknya merasa perlu ambil bagian untuk meningkatkan literasi bahasa, baik untuk internal, mitra bisnis, serta masyarakat Timor-Leste secara keseluruhan.

Selama sepuluh tahun terakhir, Telkomcel berupaya untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa melalui capacity building melalui program beasiswa untuk talenta lokal, sertifikasi, hingga pelatihan dalam dan luar negeri. “Kami tidak bisa sendiri untuk menjawab tantangan yang ada, terutama dalam peningkatan kemampuan, pemecahan persoalan bisnis, hingga konsumen,” ujarnya.

Bicara penyerapan tenaga kerja, ini juga merupakan salah satu isu fundamental di Indonesia. Dari sisi supply, jumlah tenaga kerja mencapai ribuan sampai jutaan lulusan yang dihasilkan sekolah kejuruan atau perguruan tinggi setiap tahunnya. Demand dari industri juga cukup besar. Namun, banyak pelaku industri yang kesulitan untuk menemukan talenta yang berkualifikasi.

Studi J.P. Morgan dan Singapore Management University menemukan bahwa salah satu penyebab rendahnya jumlah tenaga kerja berkualitas di Indonesia dikarenakan kesenjangan antara dunia akademik dan industri. Situasi tersebut diperparah oleh pandemi yang akibatnya dirasakan oleh lebih dari 29 juta pekerja di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Perkembangan Cakap

Didirikan pada tahun 2014, Cakap telah berkembang menjadi salah satu platform edtech terbesar di Indonesia yang mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Di akhir 2021, Cakap meluncurkan Teacher Academy yang merupakan program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Cakap mengklaim telah memimpin kursus bahasa online untuk segmen dewasa dan anak-anak di Indonesia. Cakap juga telah memberdayakan lebih dari 1.000 guru di seluruh daerah.

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill juga diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

Jajaran manajemen Cakap dan Mandiri Capital Indonesia / Cakap

“Indonesia Impact Fund” Debut, Beri Pendanaan ke Cakap

Setelah menerima pendanaan tahapan seri B tahun 2021 lalu senilai $10 juta (lebih dari Rp140 miliar Rupiah), platform edutech Cakap kembali mengantongi pendanaan tahapan lanjutan dari Indonesia Impact Fund (IIF). IIF resmi mengumumkan penutupan pertama untuk dana kelolaannya yang telah berlangsung di awal kuartal keempat 2021.

Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima oleh Cakap kali ini. Dana segar ini selanjutnya akan dimanfaatkan oleh Cakap untuk memperkuat tujuan ekspansi perusahaan dalam upaya meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi di tanah air secara menyeluruh, terutama wilayah di luar kota-kota besar.

“Kami bangga menyambut investasi dan kerja sama baru dengan Indonesia Impact Fund bersama Mandiri Capital Indonesia dan UNDP,” kata Co-founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Dana kelolaan berbasis nilai ESG

Dikelola oleh Mandiri Capital Indonesia, IIF merupakan dana kelolaan social impact swasta pertama di Indonesia yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) dengan tujuan menciptakan kerja sama antar sektor publik dan swasta di dalam industri modal ventura. Dana kelolaan ini diikuti oleh sejumlah family offices, institusi swasta, serta bekerja sama dengan UNDP (United Nations Development Programme) dalam implementasi dan pengukuran dampak yang tepat dengan portofolio perusahaan.

“Kami percaya dengan inisiatif baru ini, IIF akan berperan sebagai katalisator di industri modal ventura dan pengelola pendanaan di Indonesia terhadap dampak sosial dan investasi berkelanjutan. IIF tidak hanya akan membawa keuntungan finansial namun juga menciptakan dampak pada masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” ungkap CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro.

Mandiri Capital telah menunjuk Joshua Agusta, Direktur Pendanaan Ventura, untuk menjadi Fund Manager dan Partner di IIF. Pendanaan pertamanya dijalankan bersama Cakap, salah satu platform edukasi teknologi nonformal terbesar di Indonesia.

“Edukasi nonformal merupakan pasar dengan potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap di Indonesia. Kami percaya dengan berinvestasi kepada perusahaan seperti Cakap, pendanaan kami akan berkontribusi menjembatani kesenjangan masyarakat Indonesia dalam kemampuan berbahasa asing dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara jangka panjang,” kata Joshua.

Menambah layanan dan fitur

Cakap mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Akhir tahun 2021 lalu Cakap telah meluncurkan Teacher Academy. Layanan tersebut berisi program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Solusi pembelajaran yang disediakan oleh Cakap memungkinkan personalisasi.

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill juga diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

“Kami masih akan fokus untuk memberikan dampak sosial bagi masyarakat di Indonesia lewat solusi-solusi yang sudah luncurkan sebelumnya, mulai dari pembelajaran bahasa lewat Cakap Language, peningkatan kemampuan di bidang vokasi lewat Cakap UpSkill, maupun program pemberdayaan pengajar lewat Cakap Teacher Academy,” kata Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Language Learning Platform Secures Series B Funding, Advancing the “Artificial Intelligence” Tech Features

After securing the series A+ funding of $3 million or equivalent to IDR42.6 billion in late 2020, Cakap recently received Series B funding worth $10 million (more than IDR140 billion IDR). This funding round was led by the KB-MDI Centauri Fund and Heritas Capital. Participating also the KB Investment and other undisclosed investors.

The company plans to use the fresh money to expand the certified-course offerings, as well as to drive market expansion in providing better access to high-quality education in Indonesia. Cakap aims to improve its learning technology by exploring the machine learning and artificial intelligence application, which allows more personal learning progress for each student through adaptive learning.

“We are proud and excited to be part of the educational transformation in Indonesia, where we combine high-quality learning content, state-of-the-art technology, and professional teachers in our ecosystem to provide the best learning experience for our students,” Cakap’s Co-Founder & CEO, Cakap Tomy. Yunus said.

Cakap has been a profitable company in the last two years, managed to build credibility and gain growth by acquiring 1.5 million students with 500% YoY growth and downloads of more than 1 million applications. The Series B funding round settles the company’s achievements this year, with good growth through profitability and a role in supporting distance learning as a solution to minimize the impact of the pandemic.

Empowering students and teachers

Cakap is one of the largest edtech platforms in Indonesia that develops online learning applications with two-way interaction between students and teachers through video calls and texts. This concept enables two-way learning interactions for life skills learning across Asia Pacific.​

To date, Cakap claims to have led online language courses for the Adult and Children segment in Indonesia. As a technology platform, it is possible for Cakap to offer its subscription services at affordable prices compared to the concept of offline tutoring services. Cakap has empowered more than 1,000 teachers in all regions. Furthermore, the company plans to expand to the new markets and technological advances.

“Therefore, to support our mission of elevating people’s lives, we are consistently studying the unique behavior of students and improving our solutions by developing our machines around AI and machine learning, to deliver localized and personalized learning to accelerate student learning progress.” Tommy said.

Application Information Will Show Up Here
Putaran pendanaan Cakap kali ini dipimpin KB-MDI Centauri Fund dan Heritas Capital

Platform Pembelajaran Bahasa Cakap Kantongi Pendanaan Seri B, Fokus Kembangkan Fitur Berteknologi “Artificial Intelligence”

Setelah mengantongi pendanaan seri A+ senilai $3 juta atau setara Rp42,6 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, bulan Desember ini Cakap kembali memperoleh pendanaan Seri B senilai $10 juta (lebih dari Rp140 miliar Rupiah). Putaran pendanaan ini dipimpin oleh KB-MDI Centauri Fund dan Heritas Capital. Turut berpartisipasi KB Investment dan invstor lainnya yang tidak diungkapkan lebih lanjut.

Dana segar tersebut nantinya akan digunakan perusahaan untuk memperluas penawaran kursus bersertifikat, serta untuk mendorong ekspansi pasar dalam menyediakan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas tinggi di Indonesia. Cakap juga ingin meningkatkan teknologi pembelajaran mereka dengan mengeksplorasi penerapan machine learning dan artificial intelligence, yang memungkinkan kemajuan belajar menjadi lebih personal bagi setiap siswa melalui pembelajaran adaptif.

“Kami bangga dan bersemangat untuk menjadi bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia, di mana kami menggabungkan konten pembelajaran berkualitas tinggi, canggih teknologi, dan guru profesional di ekosistem kami untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi kami siswa,” kata Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Tercatat dalam waktu dua tahun terakhir Cakap telah mendapatkan profit, telah berhasil membangun kredibilitas dan memperoleh pertumbuhan dengan mengakuisisi 1,5 Juta siswa, dengan pertumbuhan 500% YoY pada siswa aktif dan unduhan lebih dari 1 juta aplikasi. Putaran pendanaan Seri B ini sekaligus menutup pencapaian perusahaan tahun ini, dengan pertumbuhan yang baik melalui profitabilitas dan peran dalam mendukung pembelajaran jarak jauh sebagai solusi untuk meminimalisir dampak pandemi.

Memberdayakan siswa dan guru

Cakap adalah salah satu platform edtech terbesar di Indonesia yang mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Selama ini Cakap mengklaim telah memimpin kursus bahasa online untuk segmen Dewasa dan Anak-anak di Indonesia. Sebagai platform teknologi memungkinkan Cakap untuk menawarkan layanan berlangganan mereka dengan harga terjangkau dibandingkan dengan konsep layanan bimbingan belajar offline. Cakap juga telah memberdayakan lebih dari 1.000 guru di seluruh daerah. Ke depannya Cakap memiki rencana untuk perluasan pasar baru dan kemajuan teknologi.

“Oleh karena itu, untuk mendukung misi kami dalam mengangkat kehidupan masyarakat, kami secara konsisten mempelajari perilaku unik siswa dan meningkatkan solusi kami dengan mengembangkan mesin kami di sekitar AI dan machine learning, untuk memberikan pembelajaran yang terlokalisasi dan terpersonalisasi dalam mempercepat kemajuan belajar siswa,” kata Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Terus Perluas Varian Layanan, Rangkul Lebih dari 1,5 Juta Pelajar Aktif di Platform

Awal Agustus 2021 ini, platform edtech pembelajaran bahasa “Cakap” meluncurkan Teacher Academy. Layanan teranyar tersebut berisi program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Program ini gratis, namun ada mekanisme ujian yang harus dilewati terlebih dulu. Nantinya pengajar yang tersertifikasi dapat bergabung ke platform Cakap dan mendapatkan penghasilan mengajar di sana.

“Komitmen Cakap untuk meningkatkan kompetensi murid dan pengajar juga dapat dilihat dari hasil pencapaian Cakap yang telah memberdayakan sekitar 1,5 juta murid dan lebih dari 1000 pengajar global dan lokal dari berbagai topik pembelajaran. Para pengajar berasal dari Indonesia, Filipina, Taiwan, China, Jepang, Korea, Afrika Selatan, dan lainnya yang nantinya akan menjadi instruktur untuk peserta Cakap Teacher Academy,” ujar Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Cakap juga melihat ini sebagai kesempatan dalam meningkatkan skor Indonesia di Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2024, yang akan menilai efektivitas pengajaran dan pembelajaran bahasa di seluruh dunia. Selain meningkatkan kompetensi guru, program ini juga akan memberikan dampak yang lebih luas, seperti akses pelatihan untuk mendapatkan peluang pekerjaan. Peserta pada program ini akan diberikan sertifikasi yang diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Perkembangan bisnis

Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus / Cakap
Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus / Cakap

Dalam wawancara eksklusif bersama DailySocial.id, Tomy mengatakan hingga Q2 2021 ini jumlah murid aktif di platformnya meningkat 500% di periode yang sama tahun lalu. Dari 1,5 juta murid yang dirangkul, demografinya 52% perempuan dan 48% laki-laki; didominasi kalangan mahasiswa, profesional, dan juga wirausahawan muda (60% berusia 20-29 tahun).

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill yang diluncurkan tahun lalu diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

“Saat ini, para murid Cakap sudah dapat menikmati sistem interactive self-paced learning, waktu pembelajaran dapat dengan sangat fleksibel ditentukan oleh murid antara belajar lewat materi video interaktif, live webinar, online assignment, hingga final examination untuk mendapatkan sertifikasi yang dapat dilakukan dari mana pun,” imbuh Tomy.

Proposisi nilai

Di bisnis pembelajaran bahasa berbasis aplikasi, Cakap tidak sendiri. Ada beberapa pemain lokal dan global yang bermain di area ini. Sebut saja English Academy dari Ruangguru, secara khusus menyajikan layanan kursus bahasa Inggris secara online dengan instruktur profesional. Selain melalui video on-demand, layanan juga disuguhkan melalui pengajaran live interaktif. Ada juga ELSA Speak yang fokus pada kemampuan berbicara bahasa Inggris dan LingoAce yang fokus ke pembelajaran bahasa Mandarin.

Melihat dari proyeksi nilai kapitalisasi yang dihasilkan dari layanan pembelajaran bahasa online memang menggiurkan. Diproyeksikan pada tahun 2024 mencapai $21,57 miliar dengan pertumbuhan tertinggi disumbangkan dari pasar Asia Pasifik. Industri yang masih terfragmentasi menjadi kesempatan tersendiri bagi pemain edtech untuk membenahi keadaan, pun mengenai strategi pembelajaran di era normal baru.

Untuk tetap relevan dengan kebutuhan pasar, menurut Tomy ada empat strategi yang ditekankan Cakap. Pertama, membentuk ekosistem belajar yang terintegrasi. Aplikasi menyediakan beberapa fitur yang saling terhubung, mulai dari pembelajaran privat, belajar dengan teman secara berkelompok, webinar, tes kemampuan bahasa, materi belajar multimedia, dan direktori laporan belajar.

Kedua, pengajar profesional yang direkrut dari lembaga pendidikan terpercaya dan dibuktikan kemampuannya melalui sertifikat profesi. Ketiga, materi belajar kursus bersertifikat. Cakap menawarkan materi belajar yang dikembangkan bersama dengan lembaga pendidikan terpercaya dan murid dapat mendapatkan sertifikat yang diakui oleh BNSP.

Dan terakhir terkait materi belajar interaktif. “Platform teknologi Cakap tidak menggantikan guru dalam proses pembelajarannya. Teknologi Cakap memberdayakan guru, meningkatkan adopsi teknologi pada kalangan pengajar dan memudahkan proses pembelajaran untuk dilakukan di mana pun dan kapan pun tanpa batas,” ujar Tomy.

Rencana selanjutnya

Akhir tahun 2020 lalu, Cakap baru mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ senilai $3 juta yang dipimpin Heritas Venture Fund, diikuti oleh Strategic Year Holdings dan beberapa investor sebelumnya seperti Investidea Ventures dan Prasetia Dwidharma. Ketika ditanya mengenai rencana penggalangan dana lanjutan Tomy menjawab, “Saat ini kami masih dalam proses untuk mengevaluasi peluang-peluang kerja sama atau pendanaan.”

Percepatan adopsi digital selama pandemi juga dilihat oleh tim Cakap. Menurutnya orang Indonesia saat ini terkenal cukup tech savvy dan cepat beradaptasi dengan teknologi baru. “Saya melihat dalam waktu satu setengah tahun terakhir masyarakat Indonesia semakin terbiasa untuk melakukan pembelajaran daring, bukan sebagai alternatif tapi sebagai pengganti dari metode belajar konvensional. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah murid di platform Cakap yang cukup signifikan seperti yang disebutkan di atas,” terang Tomy.

Ia juga mengungkapkan, para murid juga makin nyaman dengan metode belajar interaktif karena tetap dapat mempertahankan interaksi dan aspek sosial di dalam kelas virtual. Learning Management System juga berperan penting dalam mengatur kegiatan pembelajaran mulai dari penjadwalan sampai pelaporan, sehingga membuat para murid dapat merasakan proses pembelajaran semakin efektif dan efisien dibandingkan metode belajar konvensional.

“Kami masih akan fokus untuk memberikan dampak sosial bagi masyarakat di Indonesia lewat solusi-solusi yang sudah luncurkan sebelumnya, mulai dari pembelajaran bahasa lewat Cakap Language, peningkatan kemampuan di bidang vokasi lewat Cakap UpSkill, maupun program pemberdayaan pengajar lewat Cakap Teacher Academy. Kami berharap dengan deretan solusi ini, dapat membantu mewujudkan pemerataan akses pendidikan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia ke depannya,” tutup Tomy.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Cakap Belajar Mandarin

Cakap Hadirkan Kursus Bahasa Mandarin untuk Anak, Dilengkapi Augmented Reality Besutan AR&Co

Startup edutech Cakap hari ini (10/2) memperkenalkan fitur terbarunya “Cakap Mandarin for Kids”. Hal unik yang turut disematkan dalam layanan pembelajaran bahasa Mandarin untuk anak tersebut, mereka turut menyuguhkan konten interaktif berbasis augmented reality (AR). Proses pembelajaran dilakukan menggunakan metode pengajaran langsung (live tutoring) yang menghubungkan anak dengan penutur bahasa Mandarin profesional.

Dalam menghadirkan konten AR tersebut, Cakap bekerja sama dengan AR&Co, sebuah startup teknologi yang fokus dalam pengembangan konten digital berbasis AR dan VR (virtual reality). Adapun platform yang diintegrasikan adalah ISeeAR, yang baru diluncurkan oleh AR&Co belum lama ini. Fitur yang ditawarkan aplikasi IseeAR memberikan solusi dengan menghadirkan aneka objek tiga dimensi yang bisa dilihat langsung secara detail dan imersif dalam video conferencing via Zoom, Google Meet, dan lainnya.

“Anak-anak membutuhkan objek nyata dalam belajar karena konsep abstraknya belum berkembang. Hal ini semakin penting dalam bahasa yang memiliki acuan piktograf seperti Mandarin. Penggunaan teknologi AR akan mampu menjembatani kebutuhan belajar anak akan realia sehingga pembelajaran semakin efektif,” ujar Course Manager Cakap Yoshua Yanottama.

“Kami percaya melalui kerja sama dengan Cakap dengan membawa teknologi digital reality dari ISeeAR akan memberi solusi dalam aneka tantangan dalam interaksi daring, bahkan menciptakan bentuk interaksi baru yang dalam dunia nyata belum ada sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar bahasa Mandarin bagi anak hingga orang tua untuk tetap melaksanakan kewajiban dalam menuntut ilmu,” kata General Manager AR&Co Juliwina.

Setelah bahasa Inggris, Mandarin memang menjadi berikutnya untuk bahasa asing yang banyak diminati. Menurut data Kementerian Pendidikan Tiongkok, saat ini kurang lebih ada 490 pelajar internasional yang menimba ilmu di sana. Selain itu, tidak dimungkiri banyak sekali perusahaan global yang memiliki basis utama di Tiongkok, termasuk raksasa teknologi seperti Alibaba atau Tencent.

Selain Cakap, sudah ada penyedia layanan lain yang juga menggarap layanan yang sama. Terbaru startup asal Singapura, LingoAce, resmikan kehadiran di Indonesia setelah membukukan pendanaan seri A+ yang dipimpin Sequoia India. LingoAce menyediakan platform belajar bahasa Mandarin virtual untuk anak usia 4-15 tahun dengan tutor yang telah tersertifikasi.

Pertengahan Juli 2020 lalu, Cakap memperluas cakupan pembelajaran mereka lewat layanan UpSkill. Fokusnya pada konten seperti kewirausahaan, pengembangan karier, dan pengembangan diri. Mereka menerapkan sistem modul base dan topic base, sehingga pengguna bisa memilih isu, topik, dan paket yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Akhir Desember 2020, Cakap juga mengumumkan pendanaan seri A+ senilai 42,5 miliar Rupiah, dipimpin oleh Heritas Venture Fund. Bagi Cakap, pandemi ini dipandang sebagai momentum baik untuk memperkenalkan model pendidikan online secara lebih mendalam.

Sepanjang tahun 2020, mereka mengklaim mengalami pertumbuhan hingga 10x lipat. Per tahun 2020, aplikasi Cakap di Google Play Store sudah diunduh ratusan ribu kali; sementara menurut data Similar Web, kunjungan ke situs Cakap.com terpantau terus mengalami pertumbuhan, dari 550 ribu kunjungan di bulan Juni 2020 menjadi 1,35 juta kunjungan di akhir November 2020 ini.

Application Information Will Show Up Here