Aplikasi messenger WhatsApp, mengumumkan kehadiran Calvin Kizana sebagai Head of WhatsApp di Indonesia. Calvin memulai peran barunya hari ini di kantor Jakarta. Penunjukkan ini memperkuat pentingnya Indonesia bagi WhatsApp.
Calvin adalah veteran di industri startup Indonesia. Sebelum bergabung bersama WhatsApp yang diakuisisi Facebook (sekarang Meta) pada tahun 2014, Calvin sempat membangun dua startup yaitu Playday, sebuah platform live streaming, dan PicMix, sebuah platform media sosial. Calvin sebelumnya adalah COO GoPlay, perusahaan platform live streaming di bawah naungan GoTo.
Di posisi barunya ini, Calvin akan fokus memperkuat kemitraan lokal WhatsApp di Indonesia dan memperluas penggunaan WhatsApp Business Platform untuk membantu orang menemukan, mengirim pesan, dan berinteraksi dengan bisnis di dalam aplikasi.
“WhatsApp menghubungkan banyak orang di sini — teman, keluarga, dan komunitas, dan kami ingin menghubungkan bisnis dengan mudah. Ini adalah kesempatan luar biasa bagi saya untuk mengerjakan produk yang menyentuh kehidupan banyak orang di seluruh Indonesia, dan saya tidak sabar untuk memulainya,” kata Head of WhatsApp Indonesia Calvin Kizana.
Selama beberapa tahun terakhir, WhatsApp mengklaim telah melakukan investasi yang signifikan di Indonesia, termasuk di bidang kesehatan, literasi digital, pelatihan usaha kecil, dan pembangunan komunitas. Kemitraan literasi digital dengan Kominfo telah menjangkau lebih dari 2,4 juta orang di 34 provinsi.
“Sebagai pengusaha sukses, Calvin tahu apa yang diperlukan untuk membangun kemitraan yang berarti yang memberikan nilai nyata bagi masyarakat. Kami sangat senang Calvin bergabung,” kata Vice President of Global Affairs & Strategic Markets WhatsApp Victoria Grand.
Masifnya pengguna WhatsApp di Indonesia
Menurut laporan yang dirilis Business of Apps, Indonesia adalah negara terbesar ketiga di dunia untuk jumlah pengguna WhatsApp di dunia, setelah India dan Brazil. Diperkirakan pada tahun 2021 adalah 112 juta pengguna WhatsApp di Indonesia, atau hampir separuh populasi.
Secra total, per tahun 2021, aplikasi WhatsApp telah diunduh oleh 5 miliar orang dan terdapat lebih dari dua miliar pengguna aktif. Aplikasi ini adalah aplikasi messenger paling populer di lebih dari 100 negara. Selain mengirimkan pesan, tersedia juga fitur WhatsApp Voice dan Video Call.
Pesan bisnis adalah bidang investasi utama untuk WhatsApp, dengan 7 dari 10 orang Indonesia mengatakan bahwa mereka lebih suka mengirim pesan ke suatu bisnis daripada melalui telepon atau email.
WhatsApp didirikan tahun 2009 lalu oleh Brian Acton dan Jan Koum. Besarnya jumlah pengguna platform ini menarik perhatian Mark Zuckerberg untuk mengakuisisinya senilai total $19 miliar dalam bentuk tunai dan saham.
Banyak alasan ketika para pendiri startup akhirnya memutuskan bergabung dengan startup atau perusahaan teknologi yang sudah memiliki nama besar. Mulai dari proses merger dan akuisisi atau kesempatan berbeda yang bisa dieksplorasi.
Kami ingin memahami lebih lanjut bagaimana proses mereka beradaptasi kembali ke situasi yang berbeda. DailySocial mewawancarai Calvin Kizana (Pendiri Picmix dan kini menjadi COO dan Head of Platform GoPlay), Kevin Mintaraga (Pendiri Bridestory dan kini menjabat VP Tokopedia pasca akuisisi), dan Johnny Widodo (CEO BeliMobilGue dan kini menjadi CEO OLX Autos pasca akuisisi).
Proses adaptasi
Kevin Mintaraga memiliki track record bagus ketika menjadi pendiri perusahaan. Setidaknya dia sudah merasakan dua kali perusahaannya diakuisisi oleh entitas yang lebih besar.
Tentang bagaimana proses adaptasi setelah meninggalkan posisi sebagai CEO, Kevin menyebutkan penyesuaian yang paling penting dilakukan adalah mengubah perspektif mengikuti budaya perusahaan baru. Ia percaya visi dan misi perusahaan akan menjadi kompas tersendiri dalam berkarya.
“Selain itu, dibutuhkan kecepatan dalam mengadopsi teknologi, kemampuan membaca kebutuhan pasar dan perubahannya yang sangat dinamis di era digital saat ini, dan pikiran untuk terus maju dan terbuka terhadap ide-ide baru demi menciptakan inovasi terbaik — yang bisa mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia,” kata Kevin.
Proses adaptasi yang seamless dan selaras juga dilakukan Calvin Kizana saat resmi bergabung dengan Gojek Group. Ketika bergabung di perusahaan baru, ia merasa ada visi dan misi yang sama dan semangat untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Kontribusinya diharapkan dapat mendorong percepatan inovasi teknologi untuk menjawab kebutuhan pasar dan berkolaborasi secara optimal untuk mengembangkan produk bersama tim yang lebih besar.
“Salah satu nilai penting yang saya pelajari selama di Gojek adalah visi perusahaan yang mengutamakan ‘it’s not about you’ yang menjadi prinsip dasar dalam melakukan kolaborasi serta adaptasi ke dalam lingkungan baru. Pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepihak dan juga harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang melibatkan berbagai stakeholders,” kata Calvin.
Kunci utama saat melakukan penyesuaian di tempat kerja dan posisi baru, menurut Calvin, adalah cepat mempelajari struktur yang ada, belajar menyeimbangkan ego, dan memahami bagaimana berkolaborasi optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
“Leadership sebagai startup founder juga sangat berperan dalam mendelegasikan pekerjaan dan mendorong kinerja tim lebih maksimal demi mencapai tujuan perusahaan,” kata Calvin.
Menurut Johnny Widodo, pendiri startup biasanya adalah seseorang yang penuh dengan drive dan passion. Ketika mulai menjadi bagian dari keluarga besar dari perusahaan yang baru, banyak hal yang mulai harus diperhatikan.
“Jadi para pendiri startup ini harus bisa beradaptasi dengan managing stakeholders vs shareholders. Lebih bisa bersabar untuk menunggu proses yang mungkin lebih birokratis dan juga belajar untuk memiliki bos/manajer,” kata Johnny.
Secara etika, pada umumnya semua kekayaan intelektual (IP) dan teknologi yang dikembangkan di startup sebelumnya tidak boleh dibawa ke startup yang baru, terutama apabila kedua startup bergerak di dalam vertikal yang sama dan jika startup tempat si pegawai bekerja sebelumnya masih sepenuhnya beroperasi. Hal ini dapat menimbulkan conflict of interest.
Biasanya para pegawai startup harus bersama-sama menyepakati NDA. Jika telah memiliki investor, hal serupa juga berlaku bagi startup founder dengan investor di startup tersebut.
“Apabila startup yang didirikan ternyata mengalami gagal dan founder startup kemudian bekerja di startup/perusahaan lainnya, kita harus perhatikan arrangement yang telah disepakati antara founder dengan investor yang tertuang dalam shareholders agreement. Intinya, pada saat pindah startup, baik pegawai maupun startup founder harus menghargai kekayaan intelektual (IP) dan pengetahuan yang diperoleh dari startup sebelumnya — dengan mengacu kepada kesepakatan yang tertuang dalam agreement antara si pegawai/founder dengan startup sebelumnya,” kata Calvin.
Hal senada diungkapkan Johnny. Banyak hal yang bersifat rahasia yang diketahui pendiri startup tersebut. Eetika bisnis yang tinggi harus diterapkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
“Setiap perusahaan pasti memiliki NDA tersendiri untuk menjamin profesionalitas para pekerjanya, tidak terkecuali Tokopedia. Hal ini tentu harus dipatuhi setiap Nakama demi menjaga kelangsungan bisnis yang sehat,” kata Kevin.
Fenomena perpindahan pegawai
Saat ini perpindahan pegawai startup, dari satu tempat ke tempat lainnya sudah menjadi fenomena yang sering ditemui. Setiap individu memiliki tujuan masing-masing, termasuk dalam berkarier.
Mengingat membangun karier cenderung menghabiskan sebagian besar waktu seseorang, hal yang menjadi sangat penting adalah mencari perusahaan yang memang sejalan dengan tujuan hidup. Seiring berjalannya waktu, tujuan bisa saja berubah. Hal ini, menurut Kevin, dapat menjadi salah satu faktor kenapa seseorang berpindah perusahaan.
“Tujuan hidup saya saat ini sejalan dengan Tokopedia yang konsisten mendorong pemerataan ekonomi Indonesia melalui pemanfaatan teknologi bahkan di tengah pandemi. Maka saya bersama tim terus menghadirkan berbagai inisiatif yang dapat mengakselerasi terwujudnya misi besar tersebut,” kata Kevin.
Sementara, menurut Calvin, peran serta perusahaan dalam menghasilkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat juga menjadi aspek pertimbangan karyawan untuk berkarya di perusahaan tersebut.
“Umumnya karyawan akan terus bertahan di sebuah perusahaan yang memberinya tantangan, kesempatan untuk belajar, dan semangat untuk terus berkembang. Di samping itu, talenta-talenta profesional saat ini sudah tidak hanya berorientasi pada benefit, namun juga pada bagaimana karyawan dapat berperan dan berkontribusi secara signifikan untuk kemajuan perusahaan dan masyarakat,” kata Calvin.
Dinamika dunia startup diwarnai kisah-kisah yang kerap membawa pendiri startup menjadi rising star dan entrepeneur sukses. Ada juga kisah yang kurang menyenangkan ketika startup harus tutup karena berbagai alasan. Beberapa pemain industri kini sudah memiliki karier baru, meski kebanyakan masih berkutat di ekosistem ini.
Di edisi kedua Where Are They Now, DailySocial mencoba mencari tahu kesibukan lima penggiat startup berikut ini.
Guntur Siboro
Sosok yang satu ini sudah cukup lama berkiprah di dunia telekomunikasi dan bisnis over-the-top (OTT) di Indonesia, Sejak meninggalkan posisinya di HOOQ sebagai Country Head, kini Guntur Siboro mengisi kesibukan sebagai pengajar di Universitas Pelita Harapan.
Kepada DailySocial, Guntur mengungkapkan, meskipun masih harus menyelesaikan penutupan kantor perwakilan HOOQ di Indonesia, saat ini Guntur juga tengah membantu mempersiapkan kehadiran platform OTT baru asal Amerika Serikat yang rencananya meluncur awal tahun 2021 mendatang.
Guntur enggan menyebutkan nama platform tersebut untuk saat ini, namun ia menyatakan, berdasarkan pengalaman profesionalnya selama ini, enggan beralih ke sektor lain dan masih setia di bisnis OTT Indonesia.
Calvin Kizana
Dikenal sebagai pendiri dan CEO PicMix dan PlayDay, kini Calvin Kizana menyandang posisi baru. Sejak bulan April 2020 lalu, Calvin resmi menjabat sebagai COO & Head of Platform GoPlay. Masuknya Calvin ke ekosistem Gojek memanfaatkan pengalamannya berkecimpung di industri kreatif.
GoPlay adalah anak perusahaan Gojek yang fokus ke layanan video on-demand dan mulai merambah ke konten live interaktif. GoPlay tahun ini memperoleh pendanaan dari investor eksternal untuk meningkatkan kualitas teknologi dan konten yang dimilikinya.
Benny Tjia
Nama Benny Tjia masuk ke industri startup Indonesia sejak tahun 2014 lalu. Pendiri startup Bornevia ini sejak kuliah telah bercita-cita untuk terjun dalam dunia startup.
Tahun 2013 Bornevia didirikan oleh Benny Tjia dan Tjiu Suryanto. Melalui produk berbasis SaaS, Bornevia digadang-gadang sebagai startup lokal yang akan mungkin memberikan pengaruh besar di lanskap produk teknologi korporasi. Namun pada tahun 2017, Bornevia mengumumkan penutupan operasional bisnisnya,
Kini Benny disibukkan pekerjaan barunya sebagai Principal di perusahaan modal ventura Indogen Capital. Berangkat dari pengalamannya sebagai mantan pendiri startup, insight dan pengalaman Benny memberikan warna bagi proses kurasi startup yang dilakukan perusahaan.
“Indogen Capital saat ini telah memiliki 19 investasi, termasuk di dalamnya Wahyoo, Evos, dan Travelio. Tanggung jawab saya termasuk memimpin investment team untuk mencari peluang investasi, penggalangan dana, dan juga melakukan monitoring dan mendukung portofolio kami,” kata Benny kepada DailySocial.
Ongki Kurniawan
Nama Ongki Kurniawan sangat dikenal ketika dirinya menjabat sebagai Direktur dan Chief Digital Services Officer XL Axiata. Setelah 7 tahun bekerja di XL Axiata, pertengahan tahun 2016 Ongki menjabat sebagai Managing Director Line Indonesia. Lepas dari Line, Ongki bergabung dengan Grab dan menjabat sebagai Executive Director Grab Indonesia.
Pasca mundur dari Grab Indonesia, Ongki hijrah ke posisi barunya mengurusi Revenue & Growth APAC, Stripe. Layanan pembayaran global Stripe menawarkan sistem pembayaran yang dapat diintegrasikan ke berbagai platform digital melalui konektivitas API.
Sukan Makmuri
Nama Sukan Makmuri dikenal sejak tahun 2013 lalu saat dirinya bergabung dengan tim Kaskus Networks. Lepas dari Kaskus, Sukan kemudian bergabung dengan GDP Venture. Tahun 2016 Sukan bergabung dengan Kudo dan menjabat sebagai CTO selama 1 tahun. Lepas dari Kudo, Sukan mendirikan startup dan ikut terlibat dalam private equity (PE) MaksPro Enterprises selama 4 tahun.
Terakhir Sukan menjabat sebagai CTO di Uang Teman, namun tahun ini ia mempersiapkan peluncuran startup baru yang masih dirahasiakan nama dan bisnisnya.
After a year operation, the video streaming platform PlayDay Live has five interactive and one recorded programs. The company plans to add more program, a live auction in 2019.
PlayDay Live’s Founder and CEO, Calvin Kizana said, their team is still focusing on user growth. Therefore, a startup under PT Inovidea Magna Global presents various content to increase viewers and new users.
First established, PlayDay Live aired one program, a Trivia or known as interactive quiz. It was chosen as pilot because it’s simple and concise for Indonesians
In addition, there are four other interactive programs, Kompakan (polling), Wagelaseh (fun fact), ShopDay (home shopping), and Kongkow (talk show). Those five are live programs, with a presenter who interacts with concurrent users.
Moreover, PlayDay Live is currently released recorded and interactive films. In this program, the user has given options and decided on how it ends.
“This year we recreate the app because the old version only displayed Trivia quiz, while now we have two new content, interactive film and live auction to be released,” he said on an interview with DailySocial.
“Our business model is still focusing on new user acquisition. However, there are some ads. Target [new user] per program is as much as possible. It must be two to three times up from our average viewers,” he added.
In addition, PT Inovidea Magna Global is also the developer of PicMix photo sharing app. The app had its time with “Blackberry era”, it was then the company acquires dozens of users without any promotion.
Due to the struggle to monetize PicMix, they later developed PlayDay Live with concern to be its leading business in the future. PlayDay Live is available in the app version (Android and iOS) and to be followed in the mobile web version.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Setelah satu tahun mengudara, platform video streaming interaktif PlayDay Live telah memiliki lima program interaktif dan satu program recorded. Perusahaan juga berencana menambah satu program lagi, yakni live auction di tahun 2019.
Founder dan CEO PlayDay Live Calvin Kizana mengungkapkan, pihaknya masih fokus terhadap penambahan jumlah pengguna. Maka itu, startup yang bernaung di bawah PT Inovidea Magna Global ini menghadirkan konten lebih beragam untuk meningkatkan jumlah viewer dan pengguna baru.
Saat awal berdiri, PlayDay Live menayangkan satu program, yakni Trivia atau kuis interaktif. Program kuis tersebut dipilih sebagai pilot karena dinilai mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia.
Selain Trivia, kini PlayDay Live menayangkan empat program interaktif lain, yaitu Kompakan (jajak pendapat), Wagelaseh (tayangan fun fact), ShopDay (home shopping), dan Kongkow (talkshow). Kelima program ini ditayangkan live, dengan presenter yang berinteraksi dengan concurrent user.
Di samping itu, PlayDay Live juga baru merilis tayangan film dengan format recorded dan interaktif. Pada program ini pengguna diberikan pilihan dan dapat menentukan akhir dari film.
“Tahun ini kami rombak aplikasi karena versi lama hanya [ada] kuis Trivia, sedangkan saat ini kita ada dua konten baru, yakni film interaktif dan live auction yang akan segera dirilis,” tuturnya saat dihubungi DailySocial.
“Model bisnis kami masih sama, monetisasinya seperti televisi, yakni iklan dan sponsor. PlayDay Live juga punya In-App-Purchase untuk beli extra life, shout box, eraser, yang dapat digunakan untuk mengikuti program Trivia,” ungkapnya.
Sejak berdiri pada Juni 2018, kini PlayDay Live telah mengantongi 500 ribu pengguna dengan 700 lebih live show telah disiarkan. Total penonton concurrent saat ini berkisar 12.000-20.000an pada setiap show per program.
“Saat ini kami masih fokus untuk akuisisi pengguna baru. Jadi terkadang ada selipan iklan. Target [pengguna baru] per program mau sebanyak-banyaknya. Yang pasti dua hingga tiga kali lipat dari rata-rata viewer kita,” tambah Calvin.
Sekadar informasi, PT Inovidea Magna Global juga merupakan pengembang aplikasi jejaring berbagi foto PicMix. Aplikasi ini sempat berjaya di Indonesia “di era BlackBerry”, saat itu perusahaan dapat mengantongi ribuan pengguna tanpa mengeluarkan biaya untuk promosi.
Karena sulit memonetisasi PicMix, perusahaan akhirnya mengembangkan platform PlayDay Live yang diyakini dapat menjadi bisnis andalan di masa depan. Adapun PlayDay Live hadir dalam bentuk aplikasi (Android dan iOS) dan akan hadir dalam versi mobile web.
PicMix, aplikasi jejaring berbagi foto besutan PT Inovidea Magna Global, sempat berjaya di Indonesia. Perusahaan dapat mengantongi ribuan pengguna tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk promosi. Namun, PicMix sulit dimonetisasi karena retensi pelanggannya rendah.
Tak ingin berlama-lama dalam situasi ini, Inovedia menyiapkan platform baru bernama PlayDay Live yang diyakini menjadi bisnis andalan di masa depan. PlayDay Live merupakan platform live video dan interaktif dalam bentuk aplikasi (Android dan iOS) dan akan hadir dalam versi mobile web.
Sebagai pilot project, PlayDay Live akan menayangkan konten kuis trivia. Selain sedang booming, konten semacam ini dinilai mudah dipahami masyarakat Indonesia. Founder dan CEO PlayDay Live Calvin Kizana mengungkapkan pihaknya saat ini telah bekerja sama dengan Yamaha.
“Untuk konten trivia, kami akan kick off dengan Yamaha di mana menyasar komunitas rider yang kini ada 8 juta. Ini awal yang bagus bagi kami untuk mengakuisisi pengguna secara organik tanpa harus mengeluarkan budget [untuk promosi],” ujar Calvin dalam wawancaranya dengan DailySocial.
Menurut Calvin, PlayDay Live memiliki keunggulan dibanding layanan serupa karena platform ini menampilkan konten secara live dan bukan pre-recorded. Adapun tayangannya disiarkan dari studio milik Inovidea.
Sejak awal PlayDay Live dirancang sebagai stasiun TV mobile yang tayang 24 jam. Slotnya dapat diisi dengan berbagai macam konten sehingga PlayDay Live memiliki kontrol penuh terhadap program yang disiarkan.
Ke depannya, siapapun, baik perorangan maupun perusahaan, dapat menayangkan berbagai macam konten sesuai dengan segmen pasar. Misalnya, tayangan interaktif untuk kelas memasak, tutorial kecantikan, edukasi, hingga talent show.
“Karena ini tidak ada yang pre-recorded, kami set up studio dan ada prompter. Ada host-nya juga, tetapi kami casting terlebih dahulu. Semua ditayangkan di studio kami untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Monetisasi bisnis layanan ini disebut lebih mudah dan jelas dibandingkan PicMix. Tak heran jika pelan-pelan fokus perusahaan akan beralih dari PicMix ke PlayDay Live.
Saat ini, perusahaan mengandalkan iklan dan sponsor sebagai model bisnisnya. Sesuai posisinya sebagai stasiun TV mobile, PlayDay Live juga memiliki rate card sendiri.
“Pendapatan dari stream jelas dan feasible, makanya kami punya rate card standar. Meski pilihan channel dan view-nya tidak sampai jutaan, kami bisa kontrol konten. Memang, ada challenge untuk meyakinkan brand-brand [untuk pakai platform ini],” jelas Calvin.
Ke depannya, PlayDay Live akan bisa mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan konten, mulai dari home shopping, edukasi, hingga kecantikan untuk mendorong pertumbuhannya lebih luas. Dengan begitu, perusahaan lebih mudah untuk mendapar sponsor dan memonetisasinya.
“I’m not gonna pay them karena sudah saya kasih slot dan bandwith. Mereka tinggal mencari viewer-nya, nanti kan dapat sponsor, iklan. Konsepnya sama seperti TV, semakin banyak eyeballs, iklan akan masuk. Kita tinggal bagi hasil.”
Konten video terdesentralisasi
Inovidea juga akan memanfaatkan teknologi blockchain pada penyimpanan konten-konten video yang tayang di PlayDay Live. Rencanannya, perusahaan akan membuat sistem terdesentralisasi sehingga konten-kontennya tak hanya tersimpan di satu server saja.
“Saat ini semua video [tersimpan] di server kita semua, yang mana [memakan] biaya. Tim IT kami yang sudah masuk ke dunia blockchain, sudah mulai mempelajari [untuk buat sistem] terdesentralisasi pada konten karena itu akan mengurangi biaya,” papar Calvin.
Jika direstui para investor, Inovidea juga akan menggelar Initial Coin Offerings (ICO) di mana tokennya akan dimanfaatkan sebagai insentif bagi pihak yang terlibat pada distribusi konten.
“Kalau orang mau bantu host konten kami, mereka bisa dapat insentif dalam bentuk token. Sebetulnya storage, bandwith, dan machine itu diinsentif. Jadi seperti mining. Di situ lah nanti token economy akan mukai berkembang,” tambahnya.
Di ajang Google Playtime SEA 2017 (02/11), selain sesi keynote dari tim Google APAC, juga diadakan sesi panel diskusi dari rekanan pengembang terpilih. Salah satu sesi diskusi panel membahas ekosistem dan karakteristik pengembang di beberapa negara di Asia Tenggara. Ada empat pemateri yang dihadirkan, pertama Indonesia yang diwakili Touchten Games, Malaysia diwakili Kurechii, Vietnam diwakili Amanotes, Thailand diwakili Ookbee, dan Filipina diwakili MochiBits.
Masing-masing startup menceritakan tentang bagaimana produk mereka mampu beradaptasi dengan ekosistem pasar lokal dan regional dengan strategi dan pendekatan yang unik. Sebagai pemateri hadir Co-Founder & COO Touchten Rokimas (Roki) Soeharyo. Ia menceritakan tentang bagaimana startup yang didirikan bersama kakak kandung dan seorang saudaranya dapat berkembang hingga kini memiliki sekitar 50 pegawai.
Sebagai pengembang produk digital berbasis game, salah satu yang digarisbawahi Roki ialah pentingnya untuk memiliki keunikan dalam inovasi yang digulirkan. Touchten didirikan dari tahun 2009, sekurangnya sudah lebih dari 50 game yang berhasil diselesaikan.
Spesialis mobile game berkategori makanan
Ramen Chain, Warung Chain, Japan Food Chain, Desert Chain adalah beberapa judul produk unggulan dari Touchten. Roki menyebutnya sebagai Food Chain Series. Produk tersebut terbukti banyak diminati sejak seri pertama dikembangkan, lalu dilanjutkan dengan varian lain di kategori yang sama. Seri game tersebut kini sudah diunduh lebih dari 8 juta kali oleh pengguna. Namun untuk mencapai titik itu tidak dengan cara yang instan, terdapat riset mendalam dan berbagai perhitungan untuk mengatur strategi.
“Biasanya dalam proses pengembangan dari founders sudah memiliki guidelines tentang tema game apa yang akan dikembangkan. Setelah dipresentasikan kepada tim, biasanya masing-masing anggota akan diminta untuk presentasi dalam pitching ide. Dari seluruh ide yang masuk akan diseleksi sesuai dengan riset pasar dan temuan lain untuk pertimbangan,” ujar Roki.
Ketika produk sudah jadi dan berhasil diluncurkan di Google Play, proses monitoring tetap akan terus dilakukan untuk mengetahui ketertarikan pengguna dan segmentasi yang tepat untuk pemasaran. Karena kadang produk aplikasi tertentu akan sangat ramai di negara A, namun kurang diminati di negara B.
“Produk yang kami kembangkan pada awalnya diluncurkan global, karena dari situ kami akan tahu pasar negara mana yang lebih suka. Seperti contohnya Food Chain Series, awalnya kami mengira pasar Amerika yang akan lebih banyak menggunakan, tapi ternyata asumsi tersebut salah, yang lebih banyak menggunakan ada di Asia. Sehingga dalam seri selanjutnya produk aplikasi pun disesuaikan dengan pasar tersebut. Fokus pada cakupan pasar menjadikan kita lebih mengerti secara kental apa yang dibutuhkan user,” lanjut Roki.
Memiliki game berseri ini juga tidak diputuskan begitu saja. Traksi game pertama yang sangat tinggi, dan mendapatkan antusias luar biasa menjadikan Touchten mengembangkan lebih banyak lagi game tentang makanan. Di lain sisi juga menjadi branding yang bagus untuk Touchten sebagai pengembang game spesialis kategori makanan.
Persepsinya semua benci iklan, pengembang dituntut kreatif
Dari tiga pilihan populer monetisasi produk apps atau games, yakni model iklan, in-app pruchase atau premium, Touchten lebih banyak mengusung model iklan, karena kebanyakan game yang diterbitkan dapat diunduh pengguna secara gratis. Roki juga menyadari tentang sebuah persepsi bahwa pada dasarnya pengguna mobile tidak suka dengan iklan. Cukup mengganggu pengalaman saat menggunakan aplikasi. Dari situ strategi kreatif dibutuhkan, agar proses bisnis tetap berjalan, namun kenyamanan pengguna tetap diutamakan.
Roki menjelaskan, “Kalau kita sedang asyik bermain, terus keluar pop-up iklan pasti akan sangat terganggu, kami menyadari itu. Apa yang kami lakukan menampilkan iklan itu secara halus, misalnya dalam sesi tertentu di permainan ada sebuah billboard yang menyatu dengan tampilan sebuah perkotaan, di sana iklan tersebut dipasangkan. Jadi lebih ke pendekatan native advertising. Prisipnya selama iklan itu tidak mengganggu pengguna, dapat dimaksimalkan developers untuk mencari uang.”
Belum lama ini Touchten juga mengeksplorasi “gaya baru”, menjalin kerja sama dengan Deddy Corbuzier untuk mengembangkan game berjudul “Fist of Rage”. Diceritakan Roki, ini adalah sebuah kolaborasi mutualisme. Deddy dianggap memiliki personality dan follower yang kuat, sedangkan Touchten memiliki kapabilitas untuk pengembangan produk digital interaktif.
“Kerja sama dengan Deddy Corbuzier adalah sebuah win-win collaboration. Dari sisi Deddy dengan adanya produk digital yang interaktif dia bisa lebih engage dengan followers dan komunitasnya, sedang dari sisi Touchten tentu terbantu dengan sebaran pengguna dari komunitas yang dimiliki Deddy. Selebriti sudah seharusnya open dengan yang seperti ini, sekarang konsumen semua ke mobile, dan game menjadi salah satu media paling interaktif untuk menjangkau pangsa pasar masa kini,” jelas Roki.
Penguatan ekosistem menjadi wujud komitmen yang sangat berarti
Selain bersama Roki, DailySocial juga sempat berbincang dengan Calvin Kizana selaku Founder & CEO Picmix dan Andi Taru Nugroho selaku Founder & CEO Educa Studio yang turut diundang secara khusus untuk menjadi peserta di acara ini. Secara singkat mereka mengungkapkan bahwa ekosistem mobile yang ada saat ini begitu berarti bagi para pengembang. Cakupan pasar yang sangat besar membuat inovasi menjadi lebih mudah didistribusikan kepada pangsa pasar.
“Google Playtime 2017 spesial bagi saya, karena yang mendapatkan undangan adalah developer terpilih. Di sini banyak insight yang saya dapat, termasuk salah satu yang paling menarik tadi berkaitan dengan pemaparan data saat ini sudah ada 2 miliar pengguna aktif bulanan di Google Play. Menjadi trigger kami untuk terus mengkreasikan produk,” ujar Andi.
Sedangkan Calvin mengungkapkan, “Acara tahunan Google Play ini sangat berguna bagi pelaku startup seperti saya. Banyak masukan menarik, informasi tentang tools dan tips pengembangan yang disampaikan dari para expert. Di lain sisi, acara ini sangat membantu kami sebagai ajang networking untuk mendekatkan diri dengan Google dan rekan startup lainnya.
Di edisi DScussion kali ini, CEO Picmix Calvin Kizana berbagi cerita tentang lolosnya Picmix sebagai salah satu peserta batch ketiga Google Launchpad Accelerator. Calvin bercerita soal latar belakang Picmix, yang sudah dibilang tidak dalam tahap early stage, mengikuti kegiatan ini.
Di akhir wawancara, Calvin meyampaikan target dan keinginan yang dicapai di tahun 2017 mendatang.
Pasca perolehan pendanaan seri A beberapa bulan yang lalu, Picmix melakukan transformasi dari platform penyuntingan foto menjadi sebuah media sosial yang berbasiskan komunitas, hobi, sampai mengakomodasi fitur social commerce. Di edisi DScussion kali ini, CEO Picmix Calvin Kizana bercerita tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan soal pendanaan, bagaimana merangkul penggunanya yang tinggal di negara lain, dan bagaimana melihat persaingan dengan media sosial global.
Aplikasi pengelola gambar berbasis media sosial yang dikembangkan oleh startup lokal PicMix hari ini mengumumkan kerja samanya dengan pengembang aplikasi pengolah foto populer asal Tiongkok bernama Camera360. Ketentuan kerja sama ini berujung pada integrasi SDK (Software Development Kit) yang dimiliki Camera360 ke dalam platform PicMix.
Integrasi tersebut memungkinkan pengguna PicMix mengelola foto melalui smartphone dengan kekayaan tools dan filters yang dimiliki Camera360. Kerja sama ini dijalin menyusul akselerasi pengembangan produk dan fitur PicMix yang kabarnya tidak lama lagi akan diperbarui. Selain itu minat yang tinggi pengguna smartphone di Indonesia dalam melakukan photo editing dinilai menjadi langkah strategis dalam memberikan kenyamanan pengguna PicMix.
Dalam sambutannya Founder sekaligus CEO PicMix Calvin Kizana menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan persatuan sempurna bagi PicMix. Setelah memperkaya dengan pengalaman photo editing, langkah berikutnya yang akan menjadi fokus ialah menggandeng komunitas PicMix untuk memaksimalkan pemanfaatan fitur tersebut, sembari memperluas penggunaannya.
Pun demikian diungkapkan oleh Founder dan CEO Camera360 Xu Hao, salah satu ketertarikan yang ia lihat dari PicMix adalah basis komunitas yang dimiliki. Ke depan pihaknya akan turut terlibat dengan komunitas PicMix untuk mendapatkan target pasar yang luas untuk produk, filter serta fitur fotografi untuk dalam pasar pengguna smartphone di Indonesia.
Sejak diluncurkan sejak tahun 2012 dengan bendera perusahaan Inovidea Magna Global dan mampu bertahan di tengah persaingan aplikasi yang ada saat ini, sepak terjang PicMix memang tidak bisa diragukan lagi. Terakhir PicMix mengatakan bahwa pihaknya secara serius terus meningkatkan kapabilitas social-commerce yang dimiliki, tak lain untuk kepentingan monetisasi. Selain itu pengembangan dan integrasi dengan layanan game turut menjadi fokus.
PicMix dan Camera360 merupakan dua startup yang sama-sama mendapatkan dukungan dari Gobi Partners. Pendanaan dari Gobi Partners terakhir didapat oleh PicMix pada bulan April tahun ini. Dari pendanaan seri A yang didapat sebesar $3 juta, Gobi Partners berpartisipasi sepertiga dari nilai total tersebut.