Tag Archives: Cam Walker

Indonesia’s Battle of Video Streaming Platforms

There are many video streaming service platforms running the business in Indonesia, whether it’s local, regional, or global-sized. Although it’s considered niche, particularly targeting the young generation, their position is getting steady in the market.

The pioneer in this service, Netflix, might be the most premium player among the others, starts acquiring local content creators to lead the Indonesian market. What happened with Netflix, can be the blueprint for similar services.

Streaming platform in Indonesia

The regional players with a long history in Indonesia are Hooq and Iflix. Both have local affiliations to help coverage to this growing market share.

Since the beginning, Hooq that is focused on providing content from Hollywood, Asia, and Indonesia, has done some transformations, including the additional linear channel [cable TV], local listing, and Indonesian original content. A similar strategy is applied by Iflix. Although with a similar business model, both platforms are claimed to have a significant distinction.

“Since its debut to this day, Iflix has been through some transformations. Starts from the exclusive content to the Indonesian old movies. We’re now focused on providing Indonesian original content as well from other countries in Asia. It’s no longer focused on Hollywood products, this concept is expected to acquire a broader segment from the middle to lower class,” Iflix’ Executive Director, Cam Walker.

Related to the free linear channel and local listing in the platform, Cam thought the strategy is effective to create an alternative entertainment for users. The free streaming option is said to be a certain charm for the target market.

“By providing free streaming, they can directly increase the number of new users who are eventually willing to pay. This concept is quite effective.”

video streamign platform

Hooq on the other side, that is used to have the most Indonesian movies and series, starts adding up categories from their linear channels. They also provided some channels of cable TV to be available in Indonesia. Those channels are deliberately provided on Hooq based on demand and partnerships.

Hooq Indonesia’s Country Head, Guntur Siboro said that Hooq is still aiming to provide Indonesia’s original content and stay open for partnerships with related parties to expand and acquire users.

Similar to Hooq and Iflix, Vidio, a streaming platform under Emtek Group, starts showing Indonesia’s original content. The main distinction is in the premium sports content as users demand.

However, the fact that it’s occasional, Vidio wouldn’t be focused on sports alone.

“We also have more benefits under the Emtek Group ecosystem, which also includes two of Indonesia’s biggest TV stations [SCTV and Indosiar]. Thus, we can show what’s dear to the Indonesian population into the platform. Not only TV series but also variety shows and the music programs,” Vidio’s Chief of Content, Tina Arwin said.

Trend and the future

Indonesian market that has yet to mature makes it difficult to determine the leading platform in Indonesia. Not only Hooq and Iflix but also Vidio has to compete with many platforms that offer competitive prices or affordable subscriptions.

In the future, Tina Arwin sought there will be more Indonesia’s original content to be shown on various platforms. While the Hollywood content is still a monopoly game for US-based platforms, such as Netflix and Amazon Prime Video.

A similar answer said by Cam Walker. As he observed from Iflix point of view that is focused on providing Indonesia’s original content, this is such an effective way to gain more users who are mostly in the middle to the low economy. While for the premium segment, still go with Netflix subscriptions or Cable TV.

Another highlight that is predicted to happen in the next few years is the M&A of some platforms. Recently, Iflix has secured investment from MNC Group, while in August MNC Group also launched its own streaming platform. When the competition gets ugly, the M&A potential will be very wide open.

Eventually, all depend on the marketing strategy, partnerships, and high-quality original content to acquire more users. Even though this segment is still open for fresh ideas, the complex industry constellation makes it hard for the new local player to compete.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Persaingan Platform “Video Streaming” di Indonesia

Ada banyak platform video streaming service yang beroperasi di Indonesia, baik yang beroperasi secara lokal, regional, maupun global. Meskipun kehadiran mereka masih tergolong niche, khususnya menyasar kalangan muda, positioning mereka cukup kuat di target pasar tersebut.

Pelopor layanan ini, Netflix, meski terbilang paling premium di antara semua layanan, mulai merangkul kreator konten lokal demi menjangkau pasar Indonesia. Apa yang dilakukan Netflix bisa dibilang menjadi blue print bagi layanan serupa untuk merangkul pasar ini.

Platform streaming di Indonesia

Platform regional yang sudah lama beredar di Indonesia adalah Hooq dan Iflix. Keduanya memiliki afiliasi lokal untuk membantu merebut pangsa pasar yang mulai tumbuh ini.

Sejak awal berdiri, Hooq yang fokus menghadirkan konten asal Hollywood, Asia hingga Indonesia, telah melakukan berbagai transformasi, termasuk di dalamnya tambahan linear channel [televisi kabel], local listing, hingga konten original Indonesia. Cara serupa juga diterapkan Iflix. Meskipun memiliki kesamaan dari sisi model bisnis, kedua platform tersebut mengklaim memiliki perbedaan yang signifikan.

“Sejak awal berdiri hingga saat ini, Iflix telah mengalami beberapa transformasi. Mulai dari tayangan eksklusif hingga konten film bioskop lawas Indonesia. Kini fokus kami adalah menghadirkan konten original Indonesia dan negara lainnya di Asia. Tidak lagi fokus kepada produk Hollywood, dengan konsep ini diharapkan bisa merangkul lebih banyak segmentasi menengah ke bawah untuk menggunakan Iflix,” kata Executive Director Iflix Cam Walker.

Terkait linear channel dan local listing yang gratis dalam platform, menurut Cam strategi tersebut cukup efektif untuk menghadirkan alternatif hiburan untuk pengguna. Pilihan menonton secara gratis disebutkan masih menjadi daya tarik tersendiri bagi target pengguna.

“Dengan menghadirkan tayangan secara gratis, secara langsung bisa menambah jumlah pengguna baru yang pada akhirnya bersedia membayar. Konsep seperti ini cukup efektif kami terapkan.

Sementara itu Hooq, yang sebelumnya memiliki konten film dan serial televisi Indonesia paling banyak, mulai menambah pilihan baru dari linear channel mereka. Salah satunya adalah memindahkan beberapa channel yang tersedia di layanan TV kabel yang sudah tersedia di Indonesia. Channel pilihan tersebut sengaja dihadirkan Hooq berdasarkan demand dan jalinan kemitraan.

Menurut Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro, saat ini Hooq masih terus berupaya untuk menghadirkan konten original Indonesia dan membuka berbagai kemitraan dengan pihak terkait untuk memperluas dan menambah jumlah pengguna Hooq.

Serupa dengan Hooq dan Iflix, Vidio, platform streaming yang dikembangkan Emtek Group, mulai banyak menampilkan konten original Indonesia. Perbedaan signifikan Vidio berada pada konten olahraga premium yang diminati pengguna.

Namun karena sifatnya yang musiman, Vidio tidak mau terpaku ke konten olahraga saja.

“Kami juga memiliki keuntungan lebih karena masuk dalam ekosistem Emtek Group yang di dalamnya terdapat dua stasiun televisi besar di Indonesia [SCTV dan Indosiar]. Dengan demikian kami bisa menampilkan program televisi yang menjadi favorit masyarakat Indonesia ke dalam platform. Bukan hanya serial televisi dan sinetron, melainkan juga variety show hingga program musik lainnya,” kata Chief Content Vidio Tina Arwin.

Tren dan masa depan

Masih belum mature-nya pasar Indonesia menyulitkan untuk bisa mengetahui siapa platform unggulan di Indonesia. Baik Hooq, Iflix, maupun Vidio harus bersaing dengan berbagai platform yang menawarkan harga berlangganan cukup miring dan terbilang terjangkau.

Ke depannya Tina Arwin melihat akan lebih banyak lagi konten original Indonesia yang bakal dihadirkan oleh berbagai platform. Sementara konten Hollywood masih menjadi monopoli platform asal Amerika Serikat, seperti Netflix dan Amazon Prime Video.

Pernyataan serupa disebutkan Cam Walker. Dilihat dari kacamata Iflix yang cukup fokus menghadirkan konten original Indonesia, cara-cara seperti ini diklaim cukup ampuh menarik lebih banyak pengguna baru yang kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sementara segmen premium cenderung masih memilih untuk berlangganan Netflix atau televisi berlangganan.

Hal menarik lainnya yang diprediksi bakal terjadi beberapa tahun ke depan adalah terjadinya aksi M&A beberapa platform. Baru-baru ini Iflix mendapatkan suntikan dana dari MNC Group, sedangkan bulan Agustus lalu MNC Group juga meluncurkan platform streaming sendiri. Jika persaingan makin sengit, potensi M&A makin terbuka.

Pada akhirnya semua akan kembali ke strategi pemasaran, dukungan kemitraan, dan konten original berkualitas untuk menarik lebih banyak pengguna. Meski tidak menutup peluang hadirnya ide-ide segar di segmen ini, konstelasi industri yang kompleks cukup menyulitkan pemain lokal baru untuk bersaing.

Matthew Collier Kini Pimpin iflix Indonesia

iflix, salah satu layanan video on demand yang tengah berusaha merajai pasar di Indonesia, mengenalkan eksekutif baru. Matthew Collier menjadi Head of iflix Indonesia menggantikan Cam Walker. Matthew, yang dalam portofolionya dikenal baik di dunia komunikasi dan periklanan, akan bekerja di bawah pimpinan Head of Asia yang baru, Jonas Engwall.

Pemilihan Collier didasari pengalaman regionalnya yang luas dalam memimpin bakat lokal dan mengambangkan bisnis baru di pasar berkembang di seluruh Asia, termasuk membangun model bisnis periklanan di Timur Tengah dan Australia. Sebelumnya Collier menempati posisi CEO Y&R Group Indonesia selama tiga tahun.

Co-founder sekaligus Group CEO iflix Mark Britt menyatakan bahwa dirinya yakin Collier dan segenap pengalamannya bisa mengembangkan iflix di seluruh Indonesia.

Matthew Collier, Head of iflix Indonesia yang baru
Matthew Collier, Head of iflix Indonesia yang baru

“Matt [Collier] adalah pemimpin yang luar biasa, dengan rekam jejak yang terbukti mendorong strategi dan pertumbuhan bisnis. Ia akan berperan penting dalam kesuksesan iflix di Indonesia, salah satu wilayah terpenting bagi kami. Saya yakin keahliannya akan sangat berharga seiring kami terus mengembangkan layanan iflix dengan fokus tunggal dalam memberikan pengalaman hiburan terbaik bagi pengguna di seluruh Indonesia,” terang Mark.

Menanggapi posisi barunya Collier menyampaikan kegembiraannya dapat memegang kemudi iflix Indonesia dan memimpin salah satu pasar terbesar dan paling dinamis bagi iflix. Ia optimis iflix berpeluang mendefinisikan ulang pengalaman pengguna bagi jutaan orang Indonesia, terutama dalam pengalaman hiburan dan media di era digital.

“Saya sangat senang dapat bergabung dengan tim iflix yang sangat berbakat dan berdedikasi seiring kami terus membawa bisnis ini menjadi lebih baik lagi,” terang Collier.

Sejauh ini, menurut data internal iflix, layanannya sudah berhasil mendapatkan 1 miliar pengguna untuk 22 negara di seluruh Asia, Timur Tengah dan Afrika. Angka tersebut juga diklaim menjadikan iflix sebagai pemimpin layanan video streaming di pasar berkembang.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Video On-Demand Iflix Resmi Hadir di Indonesia

Layanan video on-demand kembali hadir di Indonesia. Dengan konsep yang serupa dengan pemain yang telah hadir lebih awal seperti Netflix dan HOOQ, kini penggemar layanan televisi internet di tanah air bisa menikmati Iflix. Indonesia merupakan negara keempat yang disambangi Iflix, setelah sebelumnya hadir di Malaysia, Thailand dan Filipina.

Iflix hadir secara independen dan bisa diakses oleh semua operator dan layanan internet di Indonesia. Hal ini menegaskan Iflix tidak eksklusif untuk pengguna Telkom, meskipun pengguna Indihome memiliki keunggulan berlangganan gratis Iflix dengan paket bundle.

“Sejak awal Iflix ingin menjadi sebuah layanan non-partnership dan telcodriven, artinya kemitraan eksklusif bukanlah bagian dari visi dan misi dari Iflix,” kata CEO Iflix Indonesia Cam Walker kepada media saat acara peluncuran Iflix.

Saat ini Iflix sudah bisa diunduh di aplikasi mobile platform Android dan iOS. Dengan proses registrasi yang mudah, pengguna bisa menikmati layanan film dan serial televisi lokal dan mancanegara di Iflix dengan pilihan 12 ribu jam lebih konten. Sebagai bagian dari promosi, pengguna yang baru mendaftar diberi kesempatan menikmati layanan gratis selama 1 bulan.

“Strategi awal kami adalah menyebarkan awareness kepada masyarakat di Indonesia. [Secara jangka panjang] kami ingin mendefinisikan ulang siaran televisi untuk 1 miliar pemirsa di negara-negara berkembang di seluruh dunia,” ujar Walker.

Perusahaan yang berbasis di Malaysia ini didirikan oleh CEO Catcha Group Patrick Grove, Mark Britt, dan Evolution Media Capital (EMC). Selain suntikan dana dari Catcha Group dan EMC, Iflix juga telah mendapatkan pendanaan eksternal dari Emtek Indonesia, Sky Inggris, PLDT Filipina, dan MGM. Secara keseluruhan total nilai investasi yang diperoleh berjumlah $50 juta (lebih dari 650 miliar Rupiah).

Fitur-fitur andalan

Sekilas fitur dan tampilan dari Iflix nampak serupa dengan kompetitor lainnya seperti Netflix dan HOOQ. Iflix bisa digunakan di 5 perangkat yang berbeda dan bisa digunakan 2 perangkat secara bersamaan, bisa mengunduh 10 film dan serial  televisi, dan bisa dinikmati secara offline. Iflix juga dilengkapi dengan 500 konten lokal yang sengaja dihadirkan khusus untuk masyarakat Indonesia.

“Lokalisasi tentunya merupakan hal utama yang ada di Iflix. Dengan demikian masyarakat Indonesia bisa mendapatkan pilihan konten lokal hingga mancanegara,” kata Cam Walker.

Fitur lain yang disediakan Iflix di antaranya adalah kode PIN parent control  untuk mengontrol konten yang layak ditonton untuk anak-anak dan subtitel bahasa Indonesia, Malaysia dan Thailand. Iflix juga mendukung perangkat Chromecast di situs dan aplikasi.

Jenis paket dan pembayaran

Biaya yang dibebankan oleh Iflix untuk berlangganan usai masa promosi berakhir adalah Rp 39 ribu / bulan. Ditawarkan pula biaya berlangganan tahunan yang dibanderol sebesar Rp 375 ribu / tahun. Sistem pembayaran yang tersedia di Iflix saat ini adalah kartu kredit.

“Saat ini kami belum menyediakan jenis pembayaran lain. Namun demikian untuk ke depan kami berencana menghadirkan pula pembayaran melalui carrier billing atau potong pulsa, bank transfer dan e-money,” kata Walker.

Bagi Anda pelanggan Telkom Indihome akan mendapatkan layanan Iflix dibundel dengan paket berlangganan yang sudah ada selama 12 bulan. Demikian juga dengan pelanggan GIG yang mendapatkan kesempatan gratis hingga 6 bulan.

Kualitas setara HD dan smooth streaming

Pengalaman pertama saya menikmati IFlix di desktop dan aplikasi mobile cukup memuaskan. Dengan pilihan film dan serial televisi yang terkini dan beragam, kualitas streaming yang disajikan setara Netflix dan lebih baik ketimbang HOOQ.

Saat ini Iflix belum menyediakan fitur Queue yang secara otomatis akan memutar episode selanjutnya untuk serial televisi seperti yang tersedia di Netflix, namun demikian saat Anda sedang menikmati tayangan di desktop dan aplikasi mobile akan tersedia tombol pilihan berupa daftar episode selanjutnya yang langsung bisa dipilih tanpa harus kembali ke beranda atau Home.

“Kami menyadari saat ini masih banyak fitur-fitur yang belum kami hadirkan di Iflix di antaranya adalah fitur Queue. Namun demikian dalam waktu dekat fitur tersebut akan kami hadirkan begitu juga dengan pembaruan lainnya,” kata Walker.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Telkom, iflix Gandeng Indosat Ooredoo

Salah satu layanan streaming TV dan video on demand yang akan memulai kiprahnya di Indonesia, iflix, baru saja mengumumkan kemitraan strategis dengan Indosat Ooredoo. Dengan kerja sama ini pengguna Indosat Ooredoo, dengan ketentuan tertentu, akan bisa mendapatkan akses ke ribuan acara TV, film, dan konten yang ada iflix.

Selain pengguna premium Indosat Ooredoo, pengguna broadband Indosat GIG juga akan mendapatkan keuntungan siaran iflix dalam paket berlangganan mereka. Untuk mendapatkan akses ke layanan iflix, pelanggan cukup mendaftar di iflix atau mengunduh aplikasi iflix di perangkat mobile mereka. Meskipun demikian, saat kami akses hari ini, situs iflix masih menunjukkan informasi “Coming Soon”.

Chief Marketing Officer Indosat Ooredoo Andreas Gregori berkomentar bahwa kerja sama dengan iflix adalah milestone penting dalam perjalanan perusahaan menjadi perusahaan telekomunikasi dan digital terdepan di Indonesia. Sebelumnya, Indosat Ooredoo juga merupakan mitra saat peluncuran layanan streaming musik Spotify di Indonesia.

Pengumuman kerja sama ini bukan yang pertama untuk iflix di Indonesia. Saat acara peluncurannya, iflix menggandeng Telkom untuk membawa layanan iflix ke dalam Useetv. Strategi menggandeng mitra lokal yang diterapkan iflix dinilai ssebagai salah satu “cara aman” dari ancaman regulasi dan pemblokiran, seperti yang sebelumnya menimpa Netflix.

Selain pengumuman kemitraan dengan Indosat Ooredoo, iflix juga mengumumkan penunjukkan David Goldstein, yang sebelumnya menjadi Penasihat iflix, sebagai Head of Asia. Goldstein sebelumnya pernah bekerja untuk EMTEK Group, sementara EMTEK sendiri kini adalah salah satu investor iflix.

Application Information Will Show Up Here