Tag Archives: camera

Dell UltraSharp Adalah Webcam 4K HDR dengan Fitur AI Auto Framing

Kebutuhan akan webcam berkualitas meningkat pesat sejak diterapkannya kebijakan work from home (WFH) di masa pandemi Covid-19. Faktanya meski sebagian besar laptop saat ini telah dibekali webcam bawaan, namun rata-rata kualitasnya tidak cukup baik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dell telah meluncurkan webcam 4K High Dynamic Range (HDR) bernama Dell UltraSharp Webcam. Dell pun menjualnya dengan harga yang cukup tinggi yakni US$199,99 atau sekitar Rp2,9 jutaan.

Webcam pintar ini dirancang untuk monitor bezel-less, dengan desain silindris yang dapat menempel secara magnetis ke mount. Pemasangan mount di atas monitor pun sangat mudah dilakukan dan webcam tidak akan menghalangi layar.

Jantung dari Dell UltraSharp adalah sensor CMOS Sony STARVIS beresolusi 8,3MP yang mampu merekam video atau streaming hingga resolusi 4K pada 24fps atau 30fps. Sementara di resolusi 1080p dan 720p mendukung frame rate 24fps, 30fps, hingga 60fps.

Selain itu, pengguna juga dapat mengubah bidang pandang (FOV) antara 65 derajat, 78 derajat, atau 90 derajat. Lalu ada fitur auto-light correction guna memastikan pengguna tampil apik di depan webcam terlepas dari kondisi pencahayaan di sekitar Anda.

Dell UltraSharp juga mendukung hingga 5x digital zoom dan memiliki fitur autofocus. Webcam ini dapat bekerja tanpa driver di komputer Windows 10 atau macOS, tetapi banyak fitur yang hanya dapat diakses lewat software Dell Peripheral Manager.

Salah satu fitur yang menjadi sorotan dan sekaligus membedakan webcam Dell dari yang lain ialah advanced AI auto framing. Di mana memungkinkan webcam mengikuti gerakan Anda dan memastikan Anda tetap berada di tengah bingkai.

Fitur penting lainnya termasuk sensor inframerah yang dapat dimanfaatkan untuk masuk ke PC menggunakan facial recognition Windows Hello. Webcam ini juga memiliki sensor proximity untuk fitur Express Sign-In yang memungkinkan masuk ke PC saat Anda duduk dan keluar secara otomatis saat meninggalkan tempat duduk.

Satu catatan penting yang mungkin menjadi kekurangan Dell UltraSharp ialah tidak memiliki mikrofon internal. Dell mengatakan bahwa model ini memang berfokus pada kualitas optik, jadi untuk mendapakan kualitas audio yang bagus masih perlu menggunakan mikrofon USB, XLR, atau headset.

Sumber: TheVerge

Blackmagic Design Mengumumkan Pocket Cinema Camera 6K Pro

Blackmagic Design telah mengumumkan kamera terbaru lini Pocket Cinema Camera, bernama Pocket Cinema Camera 6K Pro (BMPCC6KP). Kamera cinema ini mengusung sensor Super 35mm dengan dudukan lensa Canon EF mount.

Salah satu peningkatan besar dibanding generasi sebelumnya ialah layar sentuh LCD 5 inci beresolusi 1920×1080 pikselnya kini memiliki mekanisme tilting dan mendukung tingkat kecerahan 1.500 nit. Ukuran layar yang cukup besar dan cerah, serta bisa dimiringkan tentu sangat membatu videografer untuk mendapatkan bidikan rendah maupun tinggi tanpa harus bergantung pada monitor eksternal.

Blackmagic 3

Bila layar masih kurang, Blackmagic juga merilis aksesori viewfinder eksternal baru yang dapat terhubung lewat hotshoe dan Pro Grip yang dapat menampung dua baterai. Aksesori EVF tersebut menggunakan panel OLED 3,68 juta titik, dapat dimiringkan 70 derajat secara vertikal, dan dilengkapi dengan empat bentuk eyepiece yang dapat dicopot pasang.

Peningkatan lainnya, Pocket Cinema Camera 6K Pro memiliki ND filter IR bawaan 2, 4, dan 6 stop yang digerakkan oleh motor. Untuk meningkatkan masa pakai baterai, Blackmagic beralih dari baterai Canon LP-E6 menggunakan Sony NP-F570 yang juga banyak digunakan pada aksesori di industri video.

Blackmagic mengatakan kamera ini sudah mengadopsi color science generasi ke-5 yang pertama kali hadir pada kamera Blackmagic Design URSA Mini Pro 12K. Dalam beberapa bulan, pengguna Pocket Cinema Camera 4K dan 6K juga akan mendapatkannya lewat pembaruan firmware. Kemampuan perekam videonya sebagai berikut:

  • 6144 x 3456 (6K) up to 50 fps
  • 6144 x 2560 (6K 2.4:1) up to 60 fps
  • 5744 x 3024 (5.7K 17:9) up to 60 fps
  • 4096 x 2160 (4K DCI) up to 60 fps
  • 3840 x 2160 (Ultra HD) up to 60 fps
  • 3728 x 3104 (3.7K 6:5 anamorphic) up to 60 fps
  • 2868 x 1512 (2.8K 17:9) up to 120 fps
  • 1920 x 1080 (HD) up to 120 fps

Fitur lainnya termasuk dual slot SD UHS-II dan CFast 2.0, USB-C media disk recording, dan sepasang mini XLR audio input. Harga Blackmagic Design Pocket Cinema Camera 6K Pro dibanderol US$2.495 (sekitar Rp35 jutaan), aksesori EVF eksternal US$495 (Rp6,9 jutaan), dan Pro Grip berharga US$145 (Rp2 jutaan).

Sumber: DPreview

OmniVision Perkenalkan Sensor Kamera 64 MP 1.0µm Pertama di Dunia

Selama ini kita selalu melihat sensor dari smartphone yang diluncurkan akan terpampang nama Sony atau Samsung. Jika tidak ada merek kedua vendor tersebut, biasanya yang terpasang adalah OmniVision. OmniVision sendiri merupakan produsen sensor kamera untuk mobile terbesar ke tiga setelah Sony dan Samsung. Dan saat ini, OmniVision kembali membuat sebuah gebrakan lagi pada pasar sensor kamera mobile.

OmniVision mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan sensor OmniVision OV64A. Sensor ini merupakan format optik besar pertama 1.0 µm 64 megapiksel pertama di dunia. Sebagai pembanding, sensor 64 MP saat ini masih memiliki ukuran piksel sebesar 0.8 mikron saja.

OV64A menawarkan resolusi 64 MP terbesar di kelasnya dengan 1.0 mikron dan 1/1,34 inci. Hal ini akan memberikan kinerja pada rendah cahaya yang lebih baik untuk sebuah kamera smartphone. Selain itu, terdapat pula feature triple exposure, 4 in 1 HDR, on-chip combo tone mapping, dan frame rate tinggi.

Omnivision OV64A

OV64A juga akan membawa chip PureCel Plus-S dari OmniVision, filter warna terintegrasi 4-in-1, dan algoritma pengurangan piksel untuk Bayer pada 64 megapiksel atau video 8K. Hal ini akan menghasilkan performa yang lebih baik pada kondisi rendah cahaya karena akan menghasilkan gambar 16 megapiksel yang hasil gambarnya setara dengan yang berukuran piksel 2 mikron. Hal ini tentu saja mengingatkan kita pada teknologi quad bayer dari Sony atau TetraCell pada Samsung Isocell.

OmniVision OV64 juga mampu mengambil gambar 64 megapiksel sebanyak 15 frame per detik, 60 frame per detik untuk 16 MP, dan video 4K serta 2K dengan 120 fps. Sensor ini juga mendukung video 8K 30 fps, 1080p 240 fps, serta 720p 480 fps. Fitur lainnya termasuk antarmuka CPHY dan DPHY, serta deteksi fase berpelindung empat-dalam-setengah untuk autofokus cepat.

Format keluaran OV64A termasuk 64 megapiksel (15 bingkai per detik), 16 megapiksel (60 bingkai per detik dengan penggabungan 4-in-1 piksel), dan video 4K / 2K (120 bingkai per detik dengan piksel tambahan yang diperlukan untuk stabilisasi gambar elektronik ). Sensor tersebut juga mendukung video 8K pada 30 fps, video 1080p pada 240 fps, dan video 720p pada 480 fps. Fitur lainnya termasuk antarmuka CPHY dan DPHY, serta 4C half-shield phase detection untuk autofokus yang lebih cepat.

Spesifikasi dari OV64A seperti yang dikutip dari situs resminya adalah sebagai berikut

Spec OV64A40-GA5A-002A-Z
Package COB
RW
Technology PureCel®Plus-S
Interface MIPI
Shutter Type Rolling Shutter
Resolution 64MP
CFA (Chroma) Color
Analog / Digital Digital
Power Requirement Standby: <10 µW
Active: ~765 mV (64MP @ 15 fps)
Output Format 10-bit HDR RGB RAW
Operating Temperature -30°C to +85°C
Optical Format 1/1.32″
Frame Rate Full @ 15 fps
Pixel Size 1.008 µm
Image Area 9354.24 x 7031.808 μm

sumber: Omnivision, gambar feature: depositphotos

[Review] Realme X3 SuperZoom: Unggulkan Kamera Periskop, Masih dengan Snapdragon 855+

Realme sempat menggemparkan pasar smartphone dengan meluncurkan perangkat flagship pertamanya, yaitu X2 Pro. Namun, sepertinya keluarga flagship dari realme tidak berhenti sampai di situ saja, karena saat ini realme di Indonesia sudah memiliki sang penerus, yaitu Realme X3 SuperZoom. Kata SuperZoom menandakan bahwa kamera dari perangkat ini bisa melakukan zoom yang cukup jauh.

Realme X3 SuperZoom membawa teknologi periskop sehingga memiliki kamera dengan kemampuan zoom lensa 5x. Dengan bekal itu, realme membuat X3 SuperZoom untuk bisa melakukan zoom digital hingga 60x. Hal ini tentu saja membawa ruang berkreasi baru untuk para penggunanya.

Realme X3 SuperZoom -

Pada X3 SuperZoom, realme masih mengandalkan Snapdragon 855+. Hal tersebut berarti bahwa perangkat ini masih menggunakan jaringan 4G LTE. Hal ini pula yang membuatnya memiliki kinerja yang kurang lebih sama dengan sang pendahulunya, realme X2 Pro. Sayang memang, sementara vendor lain sudah menggunakan Snapdragon 865, realme X3 SuperZoom masih pada cip sebelumnya.

Hanya satu varian saja yang dikeluarkan oleh realme untuk X3 SuperZoom ini. Spesifikasinya dapat dilihat sebagai berikut:

Realme X3 SuperZoom
SoC Snapdragon 855+
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 + 3×2.42 GHz Kryo 485 + 4×1.78 GHz Kryo 485
RAM 12 GB
Internal 256 GB
Layar 6.6 inci 2400×1080 120 HZ
Dimensi 163.8 x 75.8 x 8.9 mm
Bobot 202 gram
Baterai 4200 mAh

Spesifikasi smartphone yang saya uji dideteksi oleh CPU-Z seperti di bawah ini:

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan realme X3 SuperZoom

Realme X3 SuperZoom - Unboxing

Desain

Jika dilihat secara keseluruhan, realme X3 SuperZoom memiliki kemiripan dengan realme 6 Pro. Hal itu dapat dilihat dengan dua kamera in-display untuk swafoto pada bagian depannya. Oleh karena itu, saat melihat dari sisi depannya, orang akan sulit menebak apakah perangkat ini realme X3 SuperZoom atau 6 Pro.

Bagian belakangnya pun juga cukup mirip. Yang membedakan adalah bentuk dari kamera Zoom Periscope yang memiliki dimensi kotak. Selain itu, pantulan cahaya dari desain belakangnya juga yang membedakan antara keduanya. Terakhir adalah letak logo realme, yang menurut saya lebih bagus pada X3 SuperZoom.

Realme X3 SuperZoom - Bawah

Layar yang digunakan pada X3 SuperZoom adalah jenis IPS. Walaupun begitu, layar ini sudah mendukung refresh rate hingga 120 HZ. Dan oleh karena menggunakan layar IPS, realme memindahkan pemindai sidik jari ke bagian samping kanannya bersamaan dengan tombol power. Layarnya ini sendiri masih menggunakan Gorilla Glass 5 sebagai pelindung dan sudah tertempel lapisan anti gores langsung dari pabriknya.

Sebelum realme X3 SuperZoom hadir, saya juga beberapa kali memakai perangkat dengan side fingerprint. Sayangnya dalam jangka waktu pemakaian yang lama, sensornya kerap tidak sensitif sehingga saya cukup kesulitan membuka perangkatnya. Sayangnya, hal yang sama terjadi pada saat saya melakukan pengujian X3 SuperZoom. Oleh karena itu, usahakan untuk merekam satu jari dengan dua profile sehingga lebih akurat.

Realme X3 SuperZoom - Kiri

Satu hal yang menghilang dari layar realme X3 SuperZoom adalah sertifikasi HDR10+. Bagi beberapa penikmat video, fitur yang satu ini memang selalu ditunggu-tunggu. Walaupun begitu, X3 SuperZoom sudah mendukung sistem pewarnaan DCI-P3 yang lebih baik.

Pada sisi sebelah kiri akan ditemukan dua tombol volume naik dan turun. Lalu pada bagian kanannya terdapat tombol power yang sekaligus berfungsi sebagai pemindai sidik jari. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot SIM, USB-C, microphone, serta speaker.

Realme X3 SuperZoom - Kanan

Yang absen kali ini adalah audio port 3.5mm, sehingga realme X3 SuperZoom hanya bisa digunakan dengan bluetooth earphone saja. Realme juga sudah mempersenjatai X3 SuperZoom dengan Dolby Atmos sehingga suara yang terdengar menjadi lebih baik. Namun bagi beberapa orang, suara yang dihasilkan dari audio port masih terdengar lebih baik dari pada melalui bluetooth.

Sistem operasi yang digunakan pada realme X3 SuperZoom menggunakan Android 10. Antar muka yang mereka gunakan pun juga masih sama, yaitu Realme UI versi pertama. Hal ini tentu saja membuat para pengguna realme menjadi tidak asing saat menggunakan X3 SuperZoom.

Jaringan LTE

Realme selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme X3 SuperZoom sendiri mendukung band 1(2100), 2(1900), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), 26(850),  38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Realme X3 SuperZoom menggunakan modem x24 yang mendukung LTE Cat 20 yang mendukung 7 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 2000 Mbps.

Kamera

Sepertinya, bagian kamera adalah satu hal yang selalu baru di setiap peluncuran perangkat realme. Seperti dari X2 Pro ke X3 SuperZoom, yang membedakan adalah kamera periskop untuk Zoom. Tidak hanya itu, saat ini realme kembali menggunakan sensor Sony IMX pada kamera depannya.

Realme X3 SuperZoom - Kamera

Untuk kamera utama masih menggunakan sensor ISOCELL Bright GW1 yang memiliki resolusi 64 MP. Saat menggunakan teknologi Tetracell, resolusinya akan menjadi 16 MP. Hasilnya? Saya masih melihat kemiripan hasil tangkapan kameranya dengan X2 Pro. Namun, kali ini saya melihat bahwa sensor GW1 kurang dapat menangkap warna kuning dengan baik.

Secara keseluruhan, hasilnya bagus dan bisa diandalkan untuk mengambil momen sehari-hari.

Realme juga memberikan fitur bernama Starry Mode. Mode ini diberikan untuk mengambil gambar Milky Way di angkasa pada saat malam hari. Sayangnya, selama 10 hari saya memegang perangkat ini, langit selalu mendung sehingga selalu gagal untuk mengambil gambarnya.

Kamera Zoom-nya memang cukup dapat diandalkan. Dengan menggunakan teknologi Periscope, realme X3 SuperZoom mampu mengambil gambar yang obyeknya cukup jauh. Berikut adalah contoh gambar yang diambil dengan lensa utama, zoom 2x, zoom 5x, zoom 10x, dan zoom 60x

Kamera depannya menggunakan sensor Sony IMX 616 dengan resolusi 32 MP. Tentunya, resolusi ini menggunakan teknologi Quad Bayer yang sama dengan TetraCell. Hasilnya memang terlihat lebih baik dari yang dihasilkan oleh Realme X2 Pro pada beberapa kondisi. Gambar terlihat lebih tajam dan warna yang dihasilkan juga cukup akurat.

Kamera makro yang dipasang masih menggunakan resolusi 2 MP. Namun sepertinya realme telah melakukan tweaking sehingga hasilnya terlihat lebih baik dibandingkan sang pendahulunya.

Pengujian

Satu hal yang mau saya bicarakan terlebih dahulu adalah layarnya. Realme menggunakan layar dengan refresh rate 120 Hz. Namun, saat melakukan pengujian, saya cukup bingung karena hanya terdeteksi sebagai 90 Hz saja. Ternyata secara default, seting layar ada pada Auto. Jadi, pada saat pilihan ada pada Autorefresh rate perangkat ini seperti terkunci maksimal 90Hz.

Saat memilih 120 Hz, refresh rate perangkat ini pun langsung terangkat ke 120 Hz. Hal ini pun membuat realme X3 SuperZoom memiliki tiga pilihan refresh rate. Untuk menghemat baterai, pilih saja Auto atau 60 Hz. Dan jika ada game yang sudah mendukung mode 120 Hz di realme, tinggal menaikkan pilihannya pada menu setting.

Dengan menggunakan SoC Snapdragon 855+, tentu saja realme X3 SuperZoom memiliki kinerja yang tinggi di tahun 2020 ini. Walaupun perangkat dengan Snapdragon 865 sudah banyak muncul di pasaran, namun 855+ masih mampu menggerakkan aplikasi dan game dengan sangat baik.

Untuk itu, saya pun kembali menghadirkan realme X2 Pro ke dalam grafik kinerja kali ini. Selain itu, saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 agar bisa dilihat seberapa besar rentang kinerjanya.

Pengujian Daya Tahan Baterai

Daya tahan baterai merupakan salah satu hal yang banyak menarik konsumen untuk membeli sebuah smartphone. Pada realme X3 SuperZoom, baterai yang terpasang memiliki kapasitas 4200 mAh. Kapasitas ini tentu saja cukup besar untuk sebuah perangkat smartphone.

Realme X3 SuperZoom saya uji dengan menggunakan file MP4 1080P yang di-loop dari baterai 100% hingga benar-benar mati. Realme X3 SuperZoom pun dapat bertahan selama 15 jam 24 menit. Setelah itu, perangkat ini dapat diisi ulang dari kosong hingga penuh dengan menggunakan teknologi Dart Flash Charge 30 watt selama 58 menit.

Verdict

Realme saat ini sedang mempertahankan lini flagship-nya dengan mengeluarkan perangkat X3 SuperZoom. Hal ini tentunya sekaligus membuktikan kepada pelanggan dan pesaingnya bahwa realme bisa bersaing pada kelas tersebut. Hal ini juga membuat konsumen bisa mendapatkan alternatif pilihan dalam membeli sebuah perangkat dengan fitur yang lengkap.

Kinerja yang ditawarkan pada realme X3 SuperZoom sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Perangkat dengan Snapdragon 855+ sudah otomatis kencang, setidaknya untuk 1-2 tahun ke depan. Ditambah dengan refresh rate yang tinggi, tentu saja membuat perangkat ini menjadi smooth saat dioperasikan.

Kamera yang dimiliki oleh perangkat ini memang cukup bisa diandalkan. Tambahan lensa zoom 5x membuat realme X3 SuperZoom bisa digunakan dengan lebih kreatif lagi. Hal tersebut membuat pengguna tidak perlu lagi kesulitan saat ingin mengambil gambar yang letaknya sulit untuk dijangkau.

Realme menjual perangkat ini dengan harga Rp. 7.999.000 dan hanya keluar dengan satu varian saja. Dengan harga ini, realme X3 SuperZoom bakal bersaing dengan perangkat lainnya yang menggunakan SoC Snapdragon 855+, sehingga membuat alternatif pilihan menjadi lebih beragam.

Sparks

  • Kinerja tinggi berkat Snapdragon 855+
  • Pendingin Liquid Cooling yang membuat lebih adem
  • Layar 120 Hz yang bisa diturunkan menjadi 90 Hz dan 60 Hz
  • Daya tahan baterai yang cukup lama dengan 4200 mAh
  • Hasil kamera bisa diandalkan
  • Ada NFC
  • Pengisian baterai yang hanya 1 jam saja.

Slacks

  • Absennya fitur HDR10 yang ada pada generasi sebelumnya
  • Desain yang “itu-itu” saja
  • Belum tahan air dan debu

Adobe Photoshop Camera Akhirnya Tersedia di Android dan iOS

Pada bulan November tahun lalu, Adobe telah mengumumkan aplikasi baru yang disebut Photoshop Camera. Kini aplikasi kamera tersebut akhirnya telah tersedia dan dapat diunduh secara gratis di Play Store maupun App Store.

Aplikasi ini mengandalkan platform Adobe Sensei, dengan artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk mengenali subjek dalam foto dan merekomendasikan filter. Dengan Photoshop Camera, kita bisa menerapkan berbagai filter dan efek menarik untuk menciptakan foto yang unik dan kreatif untuk konten media sosial.

adobe-photoshop-camera-akhirnya-tersedia-di-ios-dan-android-2

Adobe telah membenamkan lebih dari 80 filter khusus untuk kita explore dan akan terus bertambah seiring waktu. Beberapa diantaranya Portrait, Studio Light, Bloom, Pop Art, Spectrum, Desync, Food, Scenery, Natural Skies, Analog, Night Shift, Comic Skies, Interstellar, Dreamcatcher, Celestial, Supersize, Double Expo, dan banyak lagi.

Selain filter, Photoshop Camera membawa fitur editing berbasis AI, auto-tune untuk menyesuaikan secara otomatis kecerahan dan bayangan, auto-masking, portrait controls, dan content-aware recommendations untuk mendapatkan foto dengan efek terbaik.

adobe-photoshop-camera-akhirnya-tersedia-di-ios-dan-android-3

Ya, meski membawa nama Photoshop, Adobe merancang aplikasi ini bukan untuk para fotografer profesional. Melainkan untuk para content creator di media sosial dan influencer untuk memudahkan mereka membuat konten kreatif.

https://youtu.be/TrUPqyylDgs

Sayangnya, perangkat yang kompatibel dengan Photoshop Camera jumlahnya masih sangat terbatas. Untuk pengguna iDevice, setidaknya memiliki iPhone 6s dengan iOS 12. Sementara, untuk Android terbatas untuk pengguna smartphone Google Pixel 3 /XL, Pixel 4/XL, Samsung Galaxy S9/S9+, Samsung Galaxy S10/S10+/S10 5G, Samsung Galaxy Note 9, Samsung Galaxy Note 10/10+/10 5G, Samsung Galaxy S20 5G/S20+ 5G/S20 Ultra 5G, dan OnePlus 6/6T.

Sumber: Xda-developers

Ternyata Orang Asia, khususnya Indonesia, Lebih Gemar Selfie!

Dewasa ini, semakin banyak perangkat Android yang memiliki kamera dengan hasil yang bagus. Lihat saja perangkat seperti OPPO Reno 10x Zoom, Huawei Mate 30 Pro, Xiaomi Mi Note 10 Pro, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja membuat pengambilan gambar setiap hari tentu saja menjadi lebih bisa diandalkan.

Hal tersebut juga berlaku dengan kamera depan yang biasa dipakai untuk mengambil selfie. Mengabadikan momen bersama rekan dan pasangan memang sering menggunakan kamera depan yang bisa langsung dilihat hasilnya dengan mudah. Walaupun begitu, hasil kamera depan selalu tidak lebih baik dari kamera belakangnya.

Selfie - graphics

Namun, tahukah Anda bahwa ternyata dalam mencari sebuah smartphone, orang akan mencari terlebih dahulu mengenai kamera depan? Hal tersebut terungkap dalam data dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh iPrice. Dalam volume pencarian di Google, kamera depan masih menjadi kata kunci yang paling dicari dibandingkan dengan kamera belakang.

Tingginya volume pencarian kata kunci kamera depan di mesin pencarian Google juga dipengaruhi oleh pemutakhiran pada kamera ponsel masa kini. Tahun ini kita telah melihat seberapa jauhnya produsen smartphone mengembangkan kamera pada perangkat mobile mereka.

Selfie - Phones

Smartphone yang beredar di kawasan Asia memang mendukung budaya untuk mengambil gambar sendiri. Hal ini ditandai dengan banyaknya perangkat yang memiliki kamera depan di atas 16 MP. Pada tahun 2019 sendiri, setidaknya ada 364 smartphone model baru yang dijual dengan kamera depan berukuran lebih dari 16 MP.

Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan merek Amerika seperti iPhone dan Pixel yang masih menggunakan sensor dengan resolusi di bawah 16 MP.

Pada tahun 2019 juga ditemukan beberapa perangkat yang memiliki resolusi besar pada kamera depannya dibandingkan dengan kamera belakangnya. Setidaknya ada 16 model yang memiliki spesifikasi seperti itu. Huawei, Samsung, Vivo, Infinix, dan Xiaomi adalah merek yang paling bereksplorasi untuk bagian kamera depan.

Selfie - asia vs us

Kamera depan yang dibenamkan deretan produsen itu bahkan berukuran 2x lipat kamera belakang. Ponsel-ponsel yang ditopang kamera depan berukuran besar ini juga seakan ditegaskan untuk kebutuhan selfie.

Selfie - belakang vs depan

iPrice sendiri memprediksi bahwa optimisasi kamera depan melalui peningkatan megapiksel akan masih terus dilakukan. Selain itu, pengembangan eksplorasi perangkat lunak untuk kamera depan akan lebih pesat. Aplikasi/platform media sosial yang mengandalkan fitur kamera depan untuk berinteraksi akan semakin diminati. Dan terakhir, megapiksel yang semakin besar akan mendorong orang untuk mempelajari photo editing.

Sumber: iPrice

Smartphone Android 108 MP Xiaomi Mi Note 10 Pro Resmi Hadir di Indonesia: Kamera Resolusi Tinggi!

Para pengguna smartphone Xiaomi tentu saja sudah lama merindukan seri Mi untuk masuk di Indonesia. Hal ini dikarenakan selama ini Xiaomi kerap memasukkan seri Redmi dan seri Mi Android One saja ke Indonesia. Orang pun kerap menilai Xiaomi hanya menjual seri murah saja di Indonesia.

Xiaomi Mi Note 10 - Launch

Di bawah kepemimpinan Alvin Tse, akhirnya Xiaomi meluncurkan smartphone flagship di Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 2020 kemarin, Xiaomi meluncurkan Mi Note 10 Pro di Indonesia yang termasuk dalam flagship camera dari Xiaomi. Ini merupakan flagship kedua yang Xiaomi luncurkan setelah seri Blackshark 2.

Xiaomi Mi Note 10 Pro merupakan smartphone pertama yang menggunakan sensor kamera ISOCELL HMX dengan resolusi hingga 108 MP. Dengan menggunakan algoritma Quad Bayer, smartphone ini dapat menghasilkan gambar dengan resolusi 27 MP dengan melakukan pemilihan piksel terbaik secara hardware. Hal ini pula yang membuat Xiaomi digadang sebagai ponsel kamera terbaik kedua pada salah satu situs review.

Xiaomi Mi Note 10 -

Xiaomi Mi Note 10 Pro menggunakan spesifikasi sebagai berikut

Xiaomi Mi Note 10
SoC Snapdragon 730G
CPU 2×2.2 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB
Internal 256 GB
Layar 6,47 inci AMOLED 2340 x 1080 Gorilla Glass 5
Dimensi 157.8 x 74.2 x 9.7 mm
Bobot 208 gram
Baterai 5260 mAh
Kamera 108 MP/27 MP, 12 MP Tele 2x, 5 MP Tele 5x, 20 MP wide, 2 MP makro
OS Android 9 Pie MIUI 11

Xiaomi Mi Note 10 Pro dijual di Indonesia dengan harga Rp. 6.999.000. Alvin mengatakan bahwa harga ini memang terlihat mahal. Namun beliau mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan sensor baru tersebut juga memang mahal. Perangkat ini dijual pertama dengan cara pre order pada website Blibli dan Mi.com.

Xiaomi Mi Note 10 - Camera

Iklan pada perangkat Mi Note 10 Pro

Tidak hanya pada perangkat Redmi saja, Mi Note 10 Pro juga memiliki iklan pada MIUI 11 nya. Bagi sebagian orang, pemasangan iklan pada perangkat Xiaomi cukup menyebalkan. Hal ini membuat tidak sedikit pengguna Xiaomi yang mencari cara supaya iklan tersebut tidak lagi tampil pada beberapa bagian aplikasi bawaan Xiaomi.

Alvin Tse pun membeberkan penggunaan iklan pada perangkat Xiaomi. Beliau mengatakan bahwa Xiaomi tidak hanya perusahaan pembuat smartphone. Xiaomi merupakan perusahaan internet dengan model bisnis internet. Model bisnis seperti ini seperti penggunaan iklan, keharusan untuk mendaftar seperti ojek online, internet finance, dan lain sebagainya.

Xiaomi Mi Note 10 - Alvin Tse

Karena Xiaomi hanya mengambil untung 5% dari setiap smartphone mereka, tentu saja mereka harus mengambil cara lain untuk meraup keuntungan. Menurut Alvin, hal ini akan menjaga kelangsungan pemberian harga “jujur” pada setiap perangkat yang mereka hasilkan. Lagi pula, Xiaomi bukanlah perusahaan non profit.

Menurut Alvin, jika pengguna senang menggunakan perangkat mereka, pemasangan iklan tersebut seperti seseorang yang puas makan di restoran dan memberikan tip kepada pelayan yang ada di restoran tersebut. Hal tersebut membuat Xiaomi harus bekerja keras agar iklan yang ada harus personalized dan tidak ngawur.

Perkuat Lini APS-C, Sony Resmi Merilis A6100 dan A6600 di Indonesia

Kalau ada pertanyaan, rekomendasi kamera mirrorless buat pemula dari Sony untuk belajar fotografi – maka pasti jawabannya setidaknya Alpha 6000. Sementara, bila mencari kamera mirrorless APS-C Sony dengan fitur-fitur videografi yang lengkap akan diarahkan ke A6300 atau A6500.

Sebelumnya Sony telah lebih dulu merilis A6400 dan di Indonesia penerus A6300 ini dibanderol Rp13 juta untuk body only. Sedangkan, A6300 sempat dijual Rp9 juta sebelum menghilang. Kini Sony juga telah merilis suksesor A6000 dan A6500 ke Tanah Air, adalah A6100 dan A6600.

PSX_20191118_213920

Keduanya mengandalkan sensor gambar 24,2MP Exmor CMOS, prosesor gambar terbaru BIONZ X, dan LSI front-end seperti yang diimplementasikan pada kamera full frame Sony. Gabungan ketiganya diklaim mampu menyuguhkan peningkatan menyeluruh terhadap kualitas gambar dan performa di segala area pengambilan foto dan video.

A6100 dan A6600 menawarkan kecepatan autofocus yang hanya membutuhkan waktu 0,02 detik. Dilengkapi dengan sistem AF yang memiliki 425 titik phase-detection yang mencakup 84 persen frame dan 425 titik contrast-detection.

Keduanya mengemas ‘Real-Time Tracking‘ dengan algoritma terbaru termasuk pengenalan objek berbasis AI, serta ‘Real-Time Eye AF‘ dengan pengenalan objek berbasis AI untuk mendeteksi dan memproses data secara real-time untuk manusia maupun fauna.

Sony A6100 Vs. A6000

PSX_20191118_211831

Harus diakui, sampai saat ini A6000 masih cukup mumpuni untuk kegiatan fotografi. Harga barunya juga semakin terjangkau, Rp7,5 juta dengan lensa kit.

Meski begitu, fitur-fitur videografinya memang seadanya. Bisa dimaklumi mengingat A6000 merupakan kamera keluaran tahun 2014. Lalu, peningkatan apa saja yang dibawa oleh A6100 dibanding pendahulunya?

Dari desain, baik A6000 maupun A6100 masih tampak identik dan body-nya masih terbuat dari plastik. Bedanya layar 3 inci sudah touchscreen dan bisa di flip 360 derajat ke depan untuk memudahkan aktivitas nge-vlog, sama seperti A6400 dan A6600.

Selain kecepatan autofocus-nya lebih kencang, kemampuan perekam video A6100 juga meningkat signifikan. Kini mampu merekam video 4K 30p/24p dan 1080 pada 120p, 60p, 30p, dan 24p. Sudah dilengkapi port microphone, tapi tanpa dukungan picture profile.

Sony A6600 Vs. A6500

A6600 mengambil gelar flagship milik A6500, body-nya terbuat dari magnesium alloy yang tahan terhadap kelembaban dan debu, serta mewarisi fitur IBIS (5-axis image stabilization). Peningkatan terbesar A6600 dibanding pendahulunya ialah penggunaan jenis baterai baru NP-FZ1000 seperti yang dimiliki kamera full frame A7 III.

Daya tahan baterainya sekitar dua kali lebih lama dibanding NP-FW50. Mampu menembak hingga 720 foto menggunakan viewfinder atau hingga 810 foto menggunakan monitor LCD.

PSX_20191118_211850

Selain itu, layar sentuh 3 incinya juga dapat di-flip ke depan. Karena penggunaan baterai baru, ukuran grip A6600 menjadi sedikit lebih besar dan justru menambah kenyamanan saat digunakan.

Tiga lagi, A6600 kini punya port headphone yang memungkinkan kita untuk monitoring audio dan fitur Real-Time Eye bekerja di pengambilan video. Serta, dilengkapi dengan profile picture HLG (Hybrid Log-Gamma) yang mendukung alur kerja HDR yang instan. Bagi yang ingin memberi warna saat pasca-produksi, profil S-Log3 dan S-Log2 juga tersedia.

Harga Sony A6100 dan A6600

PSX_20191118_211845

Selain dua kamera, Sony juga merilis dua lensa yakni E 16-55mm F2.8 G dan E 70-350mm F4.5-6.3 G OSS. Dengan dua lensa ini, Sony memiliki total 54 lensa untuk sistem E-Mount. Sony juga mengumumkan ketersediaan kamera mirrorless full frame flagship mereka yakni Sony A9 II yang rencananya akan tersedia pada bulan Februari 2020.

Sony A6100 dengan lensa kit 16-50mm dibanderol dengan harga Rp12.499.000 Sementara, Sony A6600 body only dibanderol Rp20.999.000 dan Rp26.999.000 dengan lensa 18-135mm. Pre-oder A6600 dimulai dari tanggal 18 November sampai 1 Desember dengan paket spesial berisi baterai NP-FZ100 (senilai Rp1.199.000) dan Battery Charger BC-QZ1 (senilai Rp1.299.000).

Jelajah Jatim Park dan Bromo dengan Kamera Smartphone OPPO Reno2

Saat ini sepertinya tidak banyak vendor yang “berani” membawa perangkat premiumnya ke Indonesia. Mungkin, mereknya bisa kita hitung dengan jari. Salah satu yang berani meluncurkan perangkat premium di Indonesia adalah OPPO. Dengan Reno2, OPPO memiliki jagoan baru pada pangsa pasar premium di harga Rp. 7.999.000.

OPPO Reno2 - Extra

Seperti biasa, OPPO mengundang Dailysocial untuk menjajal kamera dari perangkat barunya, Reno2. Kali ini, OPPO membawa saya ke daerah Jawa Timur, khususnya daerah Batu dan Bromo. Acara ini dihadiri oleh total 31 orang yang terdiri dari media terpilih dan Youtuber-youtuber kondang.

Dan pada acara yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 Oktober 2019 yang lalu tersebut, Aryo Meidianto selaku PR Manager dari OPPO Indonesia kembali memperkenalkan Reno2. OPPO Reno2 sendiri sudah menggunakan ColorOS versi 6.1 berbasis Android Pie. Berikut adalah beberapa poin keunggulan dari smartphone OPPO Reno2.

Teknologi Kamera: 5x Hybrid Zoom

Pada acara tersebut, Aryo pun menjelaskan mengenai teknologi dari kamera yang ada pada Reno2. Hal pertama yang dikemukakan adalah Reno2 memiliki teknologi 5x Hybrid Zoom. Hal tersebut didapat dari kamera 48 MP yang menggunakan sensor Sony IMX 586 bukaan f/1.7 serta kamera Telephoto yang memiliki resolusi 13 MP. Tidak hanya itu, Aryo mengatakan bahwa Hybrid Zoom juga didapatkan dengan kamera 8MP Macro/Wide Angle serta 2MP portrait. Jadi, untuk mengambil Hybrid Zoom, Reno2 akan menggunakan keempat kameranya.

Hybrid Zoom sendiri akan secara otomatis dilakukan pada saat zoom yang dilakukan melebihi lensa telephotonya, yaitu 3,2x. Jadi, zoom 3,3x sampai 5x akan menggunakan teknologi Hybrid Zoom. Setelah itu, dari zoom 5x sampai dengan 20x akan menggunakan zoom digital.

Pada gambar di atas secara berurutan: tanpa zoom, zoom 2x, hybrid zoom 5x, zoom digital 10x, dan zoom digital 20x.

Ultra Steady Video

Ultra Steady Video merupakan feature dari Reno2 yang bakal membuat video menjadi sangat stabil pada saat terjadi guncangan. Hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan dua teknologi yang sudah ada, yaitu Electronic Image Stabilization (EIS) dan Optical Image Stabilization (OIS). OIS menggunakan magnet untuk membuat kamera lebih stabil dan EIS menggunakan data dari Gyroscope.

https://youtu.be/9eZwVXFL4v0

Pada Reno2, ternyata ada yang berbeda dari perangkat Android lainnya. Gyroscope yang digunakan pada Reno2 ternyata memiliki frekuensi 800 MHz, yang tercepat saat ini. Perangkat-perangkat lainnya saat ini kebanyakan masih menggunakan Gyroscope dengan frekuensi 400 MHz ke bawah. Hal ini tentunya akan membuat data pergerakan lebih akurat diterima oleh API EIS.

Selain dengan menggunakan OIS dan EIS, OPPO juga menggunakan teknologi pengambilan gambar dengan resolusi 1080P dan frame rate 60 fps. Gabungan ketiganya akan menjamin bahwa video yang diambil akan bebas dari guncangan yang membuat pusing saat ditonton.

Ultra Dark Mode

Jika semua perangkat smartphone saat ini hanya memiliki mode malam saja, OPPO sudah mengimplementasikan Ultra Dark Mode pada Reno2. Mode ini ternyata lebih agresif dibandingkan dengan mode malam biasanya.

Mode ini akan aktif secara otomatis pada saat kondisi cahaya ada dibawah 5 Lux. Untuk informasi saja, 1-3 Lux sama dengan cahaya dari satu buah lilin. Layar TV berwarna saat ini memiliki 80 Lux.

OPPO menggunakan algoritma tersendiri untuk mendeteksi keadaan di sekitarnya. Selain itu, OPPO juga menggunakan NPU untuk meningkatkan pencahayaan pada gambar dan AI untuk mengurangi noise yang dihasilkan.

Video Bokeh

Yang lain dari OPPO Reno2 adalah kemampuannya untuk menghasilkan video bokeh. Tidak hanya di kamera utamanya, feature yang satu ini juga dapat digunakan pada kamera depannya. Jadi semua video yang menggunakan feature ini akan secara otomatis memiliki latar belakang yang buram.

https://youtu.be/MWSP2dEkj24

Feature ini juga dapat dilihat secara langsung melalui layar smartphone tersebut. Perangkat ini juga bakal melakukan penyesuaian untuk memburamkan latar belakangnya secara live. Bahkan, kameranya mampu mendeteksi kehadiran lebih dari satu orang, sehingga orang lainnya tidak akan ikut-ikut menjadi buram.

SoLoop Smart Video Editor

OPPO juga sudah menyematkan sebuah aplikasi editor video pada perangkat Reno2. Aplikasi tersebut bernama SoLoop. Jadi, daripada harus mengeluarkan uang untuk membeli lagi aplikasi editor video, OPPO sudah menyediakannya untuk para pembuat konten.

Ultra Macro Mode

Terakhir adalah mode makro, untuk mengambil gambar dari dekat. Berbeda dengan beberapa perangkat lain yang memiliki kamera 2 MP untuk makro, OPPO Reno2 malah menyematkan resolusi 8 MP yang bisa digunakan untuk makro mau pun wideangle.

Mode makro yang dimiliki oleh Reno2 dapat mengambil gambar sampai sedekat 2,25 cm, dibandingkan 4 cm perangkat lainnya. Dan dengan menggunakan resolusi 8 MP, tentu saja gambarnya akan menjadi lebih tajam dan lebih bebas noise.

Pengalaman menggunakan

Tempat pertama yang didatangi oleh rombongan OPPO adalah Dino Mall Jatim Park 3 yang berada di daerah Batu. Tempat ini sangat baik untuk mencoba kamera utama dari Reno2 untuk mengambil gambar dan juga video. Oleh karena cuaca cukup mendukung (baca: super panas), kami pun mengambil beberapa foto di dalam mau pun luar ruangan.

Oleh karena waktu yang diberikan OPPO pada hari itu sampai menjelang malam, jadi saya pun bisa sekalian mencoba mode malam dari Reno2. Pada saat siang hari, menggunakan resolusi 48 MP akan membuat gambar yang diambil akan menjadi lebih baik. Banyak detail yang terambil pada saat mengambil gambar dalam berbagai posisi.

Menggunakan wideangle akan menjadi was-was bagi beberapa perangkat. Hal tersebut karena kamera wideangle sering menjadi “anak tiri” yang bisa mengambil gambar dengan noise tinggi serta tidak tajam. Akan tetapi, OPPO sepertinya belajar dari pengalaman sehingga tidak satu pun hasil foto yang tidak tajam.

Pada saat malam hari, waktunya menggunakan fungsi Ultra Night Mode yang menjadi salah satu poin penjualan Reno2. Semenjak pertama kali diperkenalkan, mode ini memang sudah menjalankan fungsinya dengan baik. Dan pada Reno2, hal tersebut sudah ditingkatkan lagi sehingga hasil pengambilan gambarnya sangat baik.

Paginya, kami mengadakan perjalanan ke gunung Bromo. Kami pun mengejar terbitnya matahari diufuk timur. Sayang memang, awan menghalangi matahari pada saat terbit, sehingga kami tidak mendapatkan momennya. Akan tetapi, kamera dari Reno2 dapat diandalkan untuk mengambil langsung sang matahari di antara dua gunung. Hasilnya? Prima!

Dari hasil yang ada, cukup menyimpulkan bahwa OPPO Reno2 mampu mengambil gambar dan video dengan sangat baik. Dan hasil seperti ini didapat dengan perangkat yang mereka jual dengan harga Rp. 7.999.000 “saja”. Yup, karena dengan harga tersebut, konsumen bisa mendapatkan smartphone yang dapat mengambil gambar setara dengan perangkat di harga Rp. 10 juta ke atas.

Pada saat mengambil video, saya pun mencoba mengambil gambar dengan dan tanpa Ultra Steady Video. Entah apakah ada bug atau memang EIS/OIS yang digunakan pada Reno2 sangat baik, pada saat feature tersebut dimatikan, Reno2 masih dapat mengambil video dengan sangat stabil. Hal tersebut saya ambil pada saat menaiki kuda menuruni gunung Bromo. Tidak ada goyang sama sekali pada saat mengambil video! Keren!!

Sayangnya, SoLoop pada perangkat saya tidak mendapatkan update, sehingga fungsinya masih sangat terbatas. Untungnya, dengan memindahkan apk dari perangkat lain dapat mengatasi masalah ini. Namun, saya pribadi masih menyukai editor pihak ketiga seperti Filmora karena memiliki feature yang jauh lebih lengkap.

OPPO pun meminjamkan unit Reno2 kepada saya untuk diuji lebih mendalam. Tentunya, perangkat yang menggunakan SoC Snapdragon 730G ini akan segera saya uji untuk mengetahui seberapa baik kinerjanya. Oh ya, OPPO pun sempat mengadakan lomba game CoD Mobile secara kecil-kecilan.

Hasilnya? Kami semua dapat bermain dengan sangat nyaman. Layar yang tidak kesat namun tidak terlalu licin membuat aiming lebih nyaman. Bermain 2-3 kali pada seting rata kanan juga tidak membuat perangkat ini panas, hanya sedikit hangat.

So, tunggu ya artikel OPPO Reno2 berikutnya 🙂

 

[Review] Vivo V17 Pro: Smartphone Cantik Enam Kamera tanpa Notch

Kamera selalu menjadi pilihan teratas yang menentukan seseorang untuk membeli sebuah smartphone. Dan saat ini, era empat kamera sepertinya sudah dimulai. Tentu saja, karena kebutuhan fotografi mengharuskan fotografer untuk mengubah lensa agar hasilnya lebih prima. Akan tetapi, pada perangkat terbaru Vivo, kamera yang terpasang ada enam buah, empat pada bagian belakang dan dua untuk swafoto.

Vivo V17 Pro

Perangkat baru tersebut adalah Vivo V17 Pro. Vivo V17 Pro memiliki desain layar penuh tanpa poni yang kadang membuat orang cukup terganggu. Sebagai gantinya, Vivo menyematkan kamera mekanik untuk mengambil swafoto. Akan tetapi, kameranya tidak hanya satu. Vivo menyematkan dua kamera untuk mengambil gambar selfie dengan lensa yang berbeda.

SoC yang digunakan pada Vivo V17 Pro sayangnya lebih rendah dari Vivo Z1 Pro. Padahal, Vivo V17 Pro merupakan flagship yang beredar di Indonesia.

Spesifikasi dari Vivo V17 Pro adalah sebagai berikut

SoC Snapdragon 675
CPU 2×2.0 GHz Kryo 460 Gold & 6×1.7 GHz Kryo 460 Silver
GPU Adreno 612
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar 6,44 inci 2400×1080 Super AMOLED
Dimensi 159 x 74.7 x 9.8 mm
Bobot 201,8 gram
Baterai 4100 mAh
OS Android Pie 9.0 – Funtouch OS 9.1

Spesifikasi yang terbaca pada CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Vivo V17 Pro juga datang dengan sebuah tombol pada bagian kiri badannya. Tombol tersebut berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Jadi, selain memanggil dengan “OK, Google”, pengguna juga dapat menekan tombol ini untuk mencari sesuatu di internet.

Unboxing

Seperti inilah yang didapatkan saat membuka paket penjualan dari Vivo V17 Pro

Vivo V17 Pro - Unboxing

Desain

Jika melihat desain keseluruhan dari V17 Pro sepertinya memang cukup mirip dengan Z1 Pro. Untuk body bagian belakangnya terbuat dari plastik polikarbonat. Dengan finishing kaca, membuat bagian belakangnya mudah terkena sidik jari. Warna dari perangkat yang kami dapatkan adalah hitam.

Vivo V17 Pro - Sisi Atas

Smartphone Android Vivo V17 Pro memiliki resolusi yang sepertinya paling besar di kelasnya, dengan 2400×1080 dengan rasio layar 20:9. Layarnya sendiri sudah terlindungi dengan Gorilla Glass 6, yang saat ini digadang paling keras di antara semua kaca buatan Corning. Dan seperti biasa, Vivo juga telah memberikan lapisan anti gores sehingga pengguna tidak perlu lagi membelinya. Namun, sangat disarankan untuk membeli tempered glass agar dapat terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Vivo V17 Pro pun tidak menggunakan poni atau notch pada bagian depannya. Hal ini membuat pengguna dapat dengan lega melihat keseluruhan layarnya yang memiliki bingkai tipis di setiap bagiannya. Semua sensor pun diletakkan bersamaan dengan speaker untuk teleponnya.

Vivo V17 Pro - Sisi Kiri

Dengan menggunakan layar berjenis Super AMOLED, membuat perangkat ini bisa ditanamkan sensor sidik jari di bawah layar. Nantinya jika pengguna gagal membuka kunci layar dengan sidik jari, Vivo V17 Pro bakal menggunakan kamera depan untuk membuka melalui pengenalan wajah. Jadi, fungsi pengenalan wajah hanya bisa digunakan saat terjadi kegagalan deteksi sidik jari selama tiga kali.

Pada bagian kanan V17 Pro dapat ditemukan tombol power dan volume naik serta turun. Pada bagian kiri terdapat tombol Google Assistant. Pada bagian bawahnya terdapat slot SIM, USB-C, speaker, dan microphone. Lalu di bagian atasnya akan ditemukan Dual Pop-Up Selfie module dan port audio 3.5 mm.

Vivo V17 Pro - Sisi Kanan

Vivo V17 Pro menggunakan sistem operasi Android 9 Pie. Antar muka yang digunakan bernama FunTouch dengan versi 9. Funtouch memisahkan antara jendela notifikasi yang bisa dibuka dengan melakukan slide dari ujung layar atas ke bawah dan quick menu yang bernama shortcut center dengan melakukan slide dari ujung bawah layar ke atas.

Vivo V17 Pro - Sisi Bawah

Jaringan

Vivo Z1 Pro sudah mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia. Dukungan 4G LTE yang diberikan pada smartphone ini meliputi band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Kamera

Seri V merupakan perangkat flagship dari Vivo di Indonesia. Oleh karena itu, Vivo pun memasangkan sensor yang bisa menghasilkan gambar yang bagus pula. Pada Vivo V17 Pro, kameranya menggunakan sensor dari merek-merek ternama seperti Sony, Samsung, dan juga Omnivision.

Untuk kamera utamanya, Vivo menggunakan sensor Sony IMX 582 dengan pengambilan gambar hingga resolusi 48 megapiksel. Kamera lainnya adalah 8 MP untuk ultra wide angle 120 derajat, 2 MP makro, dan 2 MP depth.

Hasil dari kamera utamanya memang tergolong bagus. Pada saat kondisi cahaya cukup, Anda akan mendapatkan gambar yang tajam serta minim noise. Pada kondisi rendah cahaya, gunakan saja mode malam yang ada pada smartphone ini agar gambarnya menjadi lebih baik.

Kamera wideangle yang dimiliki oleh Vivo V17 Pro juga cukup apik. Walaupun tidak sebagus kamera utamanya, tetapi setidaknya hasilnya dapat diandalkan.

Kamera depannya juga bisa menghasilkan gambar yang baik. Tentu saja peningkatan kualitas gambar dari waktu ke waktu membuat Vivo V17 Pro memiliki kamera yang paling baik saat ini di antara seri V yang pernah mereka keluarkan.

Untuk kamera makro, sepertinya Anda akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dengan menggunakan zoom 2x pada kamera utama. Hasilnya kurang tajam dan beresolusi rendah.

Pengujian

Smartphone Vivo V17 Pro menggunakan chipset mainstream yang saat ini belum digunakan oleh produsen smartphone lainnya, yaitu Snapdragon 675. Snapdragon 675 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 460 yang berbasis Cortex A76.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan CoD Mobile. Walaupun begitu, Anda yang bertangan besar sepertinya harus menyesuaikan tombol di layar karena layout-nya sedikit bergeser.

Untuk pengujian kali ini, saya menghadirkan kembali SoC Snapdragon 710 dan 660. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan kinerja ketiga SoC yang saat ini sepertinya bakal banyak digunakan. Berikut adalah hasilnya

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada FunTouch 9.1.

Pengujian berlangsung selama 13 jam 35 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji Dual Engine dengan charger bawaan Vivo V17 Pro. Hasilnya, kami dapat mengisi sampai penuh dalam waktu 1 jam 35 menit dengan kondisi perangkat dinyalakan.

Verdict

Menggunakan smartphone premium saat ini memang sejalan dengan lifestyle dari seseorang. Oleh karena itu, para vendor smartphone berlomba-lomba untuk mendesain perangkat mereka dengan model yang bagus. Vivo adalah salah satunya yang mampu mendesain perangkat dengan bagus yang mereka wujudkan dalam perangkat V17 Pro.

Kinerja yang dimiliki oleh perangkat premium ini memang sangat baik. Kinerjanya bahkan hanya sedikit terpaut di bawah Snapdragon 712, sehingga dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi sehari-hari dengan baik. Selain itu, kinerjanya juga dipastikan dapat menjalankan game-game yang ada di Play Store dengan setting tinggi.

Kinerja itu dibarengi dengan baterai yang berkapasitas besar. Dengan begitu, pengguna yang juga suka bermain game berat seperti COD Mobile tidak akan cepat kehabisan baterai. Perangkat ini bahkan bisa digunakan sampai dengan dua hari dalam pemakaian normal.

Kamera utama dari Vivo V17 Pro memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Hasil gambarnya sangat baik dalam segala kondisi. Kamera depannya juga mampu mengambil momen dengan baik. Hal ini membuat kamera depan dan belakangnya bisa diandalkan dalam mengambil momen di segala kegiatan.

Harga yang dimiliki oleh Vivo V17 Pro adalah Rp. 5.699.000. Harga ini memang tergolong sedikit lebih tinggi. Walaupun begitu, Vivo ingin memasarkan perangkat yang satu ini untuk kelas yang lebih tinggi dari mainstream. Untuk yang membutuhkan kinerja tinggi dengan harga lebih murah, rasanya Z1 Pro lebih cocok untuk dimiliki.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Hasil kamera utama dan selfie bagus
  • Desain cantik
  • Layar penuh tanpa notch
  • USB-C (Akhirnya)
  • Pemindai sidik jari responsif

Slacks

  • Harga cukup tinggi
  • Kamera makro lebih buruk hasilnya dari zoom digital 2x
  • Tidak ada NFC
  • Face Unlock hanya digunakan saat sidik jari tidak terdeteksi 3x