Tag Archives: Car Advertising

Produk awal IDN POOH yang diaplikasikan di atas mobil / IDN Media

IDN Media Rambah Bisnis Iklan Luar Ruangan

Setelah sebelumnya meluncurkan aplikasi baru, hari ini (24/6) IDN Media meluncurkan produk IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH). IDN POOH merupakan sebuah platform media luar ruangan atau out-of-home yang terkoneksi dengan internet. Pihaknya mengklaim menggunakan teknologi khusus yang telah dipatenkan untuk bisa menampilkan iklan secara real-time dan terukur.

IDN POOH hadir untuk memberikan solusi bagi keterbatasan yang selama ini dimiliki OOH tradisional. Contohnya, harga yang tinggi per lokasi pemasangan, terbatasnya exposure, tidak adanya laporan performa iklan, durasi pemasangan yang tidak fleksibel, lokasi OOH yang ilegal, hingga pengaturan konten yang tidak dapat diubah.

IDN POOH menawarkan beragam output iklan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk fase pertama, IDN POOH akan fokus kepada format layar LED yang terkoneksi dengan internet dan terpasang di bagian atas mobil.

“Menggunakan teknologi terkini, IDN POOH menghadirkan layanan iklan OOH yang optimal serta terukur secara online dan real-time. Kami percaya IDN POOH akan menjadi game-changer di industri iklan out-of home,” kata CEO IDN Media Winston Utomo.

Telah diperkenalkan sebelum pandemi

Sejak bulan Februari produk ini sudah diluncurkan oleh IDN Media, namun baru diresmikan akhir bulan Juni 2020. Menurut Winston kepada DailySocial, melihat kondisi saat pandemi berlangsung, menunda IDN Media untuk meresmikan produk terbaru tersebut.

Saat liputan #DStour awal bulan Februari 2020 lalu, Winston mengklaim, produk tersebut merupakan “the first real-time” out-of-home advertising. Fungsinya sebagai LED Advertising yang bisa diaplikasikan di manapun. Tidak hanya di mobil, namun juga atas mobil, ada juga yang ditempatkan di warung tradisional yang disebut Retail LED.

“Yang membedakan produk IDN POOH dengan produk lainnya adalah, semua ditayangkan secara real-time. Jadi bisa langsung diganti tanpa harus menggunakan USB, dengan menggunakan dasbor semuanya dikontrol secara online. Untuk monitoring juga bisa dilakukan secara real-time via dasbor, contohnya iklan akan berubah jika mobil berada di kawasan tertentu. Semua bisa dilakukan dan dikontrol secara langsung.”

Selain menghadirkan inovasi dalam iklan out-of-home, IDN POOH juga memiliki visi untuk berperan dalam pembangunan smart city. Data yang terkumpul melalui teknologi IDN POOH dapat menjadi sumber informasi penting bagi pemerintah lokal dalam membangun kotanya.

“Kami sudah mengembangkan teknologi ini selama bertahun-tahun. Pemasang iklan tidak hanya dapat mengubah atau mengoptimasi iklan mereka secara real-time, namun juga dapat memonitor performa iklan mereka melalui sebuah dasbor online khusus yang transparan dan jelas. Kami sangat bersemangat untuk membantu brand dalam iklan mereka melalui IDN POOH,” kata Head of IDN Programmatic OOH Alfian Lumanto.

Application Information Will Show Up Here
Sejumlah platform iklan bergerak berusaha bertahan dan berinovasi di tengah pandemi.

Gerak Inovasi Layanan Iklan Bergerak di Tengah Pandemi

Platform layanan iklan bergerak, yang mengandalkan media mobil atau motor, sempat banyak bermunculan di periode 2017-2018 seiring booming-nya perluasan layanan ride sharing di Indonesia. Kini kebanyakan pemainnya menghilang, tinggal menyisakan beberapa yang fokus pada pertumbuhan bisnis masing-masing.

Dari penelusuran Dailysocial, nama-nama seperti PayRide, Sti-Car, dan Wrabmobil sudah tidak bisa diakses situsnya. Begitu pula Doqar dan Klana.

Di situasi pandemi, ketika orang dihimbau untuk lebih banyak di rumah, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi industri layanan iklan bergerak. StickEarn, salah satu layanan yang bertahan, menyebutkan bahwa mereka menunda investasi produk dan mencoba bertahan, sambil tetap merencanakan untuk melaju.

“Pandemi Covid-19 memukul kebanyakan industri, termasuk StickEarn yang ada di kategori jasa periklanan luar ruang. Tidak ada angka yang bisa kami berikan, namun krisis ini membuat kami untuk sementara waktu menunda investasi kami di product development. Cash is the king. Fokus kami sekarang adalah bagaimana kami bisa tetap bertahan dan mempersiapkan diri untuk melaju kencang setelah krisis ini selesai,” jelas Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Hal yang sama juga dihadapi Ubiklan. Meski terdampak pandemi, mereka mengklaim masih tetap aktif melayani dan menyiapkan rencana untuk dieksekusi setelah kondisi ini membaik.

Ubiklan saat ini masih aktif melayani dari sisi iklan. Memang harus diakui kalau pandemi Covid-19 ini cukup membawa dampak negatif bagi Ubiklan. Tapi, saat ini masih ada beberapa iklan yang tetap berjalan. Selain itu, tim Ubiklan juga aktif berkomunikasi dengan berbagai brand untuk planning campaign setelah keadaan sudah lebih baik,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

Sementara itu, Promogo yang sudah menjadi bagian Gojek, masih terus menjalankan bisnisnya di bawah kepemimpinan Head of Vehicle & Head of Promogo Kiranjeet Purba.

“Kegiatan operasional kami tetap berjalan selama Covid-19, berkolaborasi dengan sejumlah brand terkemuka dalam meluncurkan kampanye iklan untuk mempromosikan tentang kesehatan dan physical distancing,” jelas Kiranjeet.

Gerak inovasi untuk beradaptasi

Pandemi ini memaksa banyak bisnis untuk secepat mungkin untuk beradaptasi. Paling tidak mencari agar tetap relevan, agar bisnis tetap bertahan. Langkah cepat ini juga diambil penyedia layanan iklan ruang yang sejauh ini masih bertahan. Strategi dalam adaptasi pun bermacam-macam.

Selama masa pandemi, StickEarn memberlakukan kebijakan work from home untuk seluruh karyawan. Sementara untuk bisnis, mereka masih aktif menjalin komunikasi dengan brand yang ingin beriklan.

“Terkait bisnis, ada beberapa brand yang melihat potensi untuk beriklan dan mengajukan order beriklan lewat layanan-layanan StickEarn. Tentu saja, ini harus kami layani dan kami memberlakukan kebijakan yang ketat di area pemasangan sticker—keselamatan dan kesehatan adalah prioritas kami,” imbuh Archie.

Sebagai salah satu layanan yang muncul di periode 2017, StickEarn cukup optimis dengan bisnis dan capaian mereka saat ini. Mereka mengklaim berhasil mendapatkan 70% market share di Indonesia.

Optimisme serupa juga diperlihatkan Promogo. Kiranjeet menjelaskan bahwa sejak 2018 puluhan ribu mitra driver Gojek telah bergabung dengan skema Promogo untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari iklan berjalan yang dipasang.

“Kami akan terus fokus untuk memberikan dampak positif bagi klien maupun mitra driver Gojek melalui inovasi teknologi dan efektivitas operasional berbasis data. Dalam waktu dekat, kami akan memperkenalkan iklan digital terprogram pada armada roda dua kami, yang akan memberikan peluang penghasilan tambahan bagi mitra driver GoRide kami,” ujar Kiranjeet.

Strategi berbeda justru diambil Ubiklan. Mereka mencoba mencari lini bisnis baru, yakni online grocery. Mereka meluncurkan UbiFresh, sebuah upaya untuk tetap relevan di kondisi pandemi.

“Pas kita ngobrol-ngobrol dengan mereka, banyak yang cerita kalau pasar agak sepi dan omset menurun. Di sisi lain, kita juga melihat kalau orang-orang yang biasanya bisa belanja dari pasar, jadi tidak leluasa lagi semenjak ada pandemi ini. Selain itu, layanan yang tersedia saat ini juga belum ada yang menjajaki pasar tradisional, sedangkan para pedagang ini kan tetap perlu disejahterakan, terutama di masa sulit seperti ini,” papar Glorio.

Glorio menambahkan saat ini mereka tengah fokus pada pengembangan UbiFresh, baik dari segi layanan, harga, kualitas produk hingga kecepatan dan akurasi pengantaran. Nantinya UbiFresh juga disiapkan untuk mendukung bisnis Ubiklan di periklanan.

StickEarn Announces Series A Worth of 77.6 Billion Rupiah

StickEarn startup known with its advertising solution on the vehicle, today (10/15) announced series A funding closed at $5.5 million or around 77.6 billion Rupiah. This round led by East Ventures and SMDV, followed by Grab, Ovo, and Agaeti Ventures.

The fresh money is to be used to explore new opportunities and services. It also to improve data analytics for a better advertising business. StickEarn offers various out-of-home advertising platforms, such as StickMob (car), StickMotor (motorcycle), StickBus (bus), StickAngkot (Angkot), StickPlane (plane), dan StickMart (retail in-car).

Since 2017, there are more than 300 brands are helped by StickEarn service. Mostly has income growth up to 300% of the awareness. The company has been operating in 31 cities in Indonesia.

“We have this commitment to developing ads platform which brings significant impact, easy access, and smart product for our clients. Through this round, we tried to recruit the best talents in the industry to improve our service in order to meet the client’s demand, to develop new products, and tighten up our partnership among agencies,” StickEarn’s Co-Founder, Archie Carlson said.

Last month, StickEarn has introduced StickTron, a new model of advertising using moving LED on trucks. This is still on trial around Jakarta. They’re targeting 10 units of LED trucks by early 2020.

“We’ll keep developing various ad services to support campaigns in the integrated and multi-platform. This is to allow StickEarn clients to experience the whole advertising to integrate offline marketing strategy online. We’ll provide more data-based campaign report ad tech updates, therefore, to help clients make better decisions,” StickEarn’s Co-Founder, Garry Limanata said.

StickEarn first received seed funding in 2007 from East Ventures. Along the journey, they’ve made some strategic partnerships, such as GrabAds with Grab.

“As StickEarn’s early investor, East Venture has seen how the pioneers prove their point to develop this kind-of-new business model, in vertical or horizontal. Within only two years, their solution keeps making positive impact either for advertisers or brands. The investment is our commitment to StickEarn can work on its vision to make industrial revolution of out-of-home (OOH) advertising in Indonesia,” East Ventures’ Managing Partner, Willson Cuaca said.

In addition to StickEarn, Indonesia also has StiCar, Ubiklan, Adroady, and some other players that provide similar services. Promogo, a startup that offers advertisement on vehicles, has acquired by Gojek.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Pendanaan StickEarn

StickEarn Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Senilai 77,6 Miliar Rupiah

StickEarn startup yang dikenal dengan solusi periklanan di kendaraan, hari ini (15/10) mengumumkan penutupan pendanaan seri A dengan nilai mencapai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan SMDV, turut berpartisipasi di dalamnya Grab, Ovo, dan Agaeti Ventures.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengeksplorasi peluang dan layanan baru. Termasuk meningkatkan kemampuan analisis data untuk mendukung bisnis periklanan yang dijalankan. StickEarn menawarkan beragam pilihan platform beriklan luar ruangan seperti StickMob (mobil), StickMotor (sepeda motor), StickBus (bus), StickAngkot (angkutan perkotaan), StickPlane (pesawat), dan StickMart (ritel di dalam mobil).

Sejak debut pada tahun 2017, saat ini sudah lebih dari 300 brand dibantu dengan layanan iklan StickEarn. Rata-rata mengalami peningkatan pendapatan hingga 300% dari awareness yang dihasilkan. Perusahaan juga sudah  beroperasi di 31 kota di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan platform iklan yang membawa dampak besar, mudah diakses, dan cerdas untuk klien kami. Melalui putaran pendanaan ini, kami berupaya untuk merekrut talenta terbaik di industri guna meningkatkan layanan kami dalam memenuhi kebutuhan klien, mengembangkan produk-produk terbaru, serta memperkuat kemitraan antara agensi dan StickEarn lebih,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Awal bulan lalu StickEarn baru memperkenalkan StickTron, yakni model layanan beriklan melalui layar LED bergerak yang ditempelkan pada kendaraan truk. Saat ini masih diuji coba di kawasan Jakarta. Targetnya akan ada 10 unit LED Truck di awal 2020 mendatang.

“Kami akan terus mengembangkan berbagai layanan beriklan yang dapat mendukung kampanye di multi-platform dan terintegrasi. Hal ini agar memungkinkan klien StickEarn dapat merasakan pengalaman beriklan yang lebih menyeluruh dan mengintegrasikan strategi pemasaran offline ke online. Kami juga akan menyediakan lebih banyak laporan kampanye berbasis data, serta pembaharuan teknologi, sehingga dapat membantu klien membuat keputusan yang lebih baik,” lanjut Co-founder StickEarn Garry Limanata.

StickEarn mendapatkan pendanaan awal pada tahun 2017 dari East Ventures. Dalam perjalanannya, mereka juga menggandeng berbagai mitra strategis, salah satunya Grab untuk inisiatif GrabAds.

“Sebagai pendukung pertama StickEarn, East Ventures melihat bagaimana para pengagas membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan model bisnis baru ini, baik secara horizontal maupun vertikal. Hanya dalam dua setengah tahun, solusi mereka terus memberikan dampak positif baik bagi pengiklan dan brand. Investasi ini adalah bukti kepercayaan kami bahwa StickEarn akan dapat memenuhi visinya dalam merevolusi industri periklanan luar ruang (OOH) di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Selain StickEarn, di Indonesia juga ada StiCar, Ubiklan, Adroady, dan beberapa pemain lainnya yang menyajikan layanan serupa. Promogo juga memiliki layanan periklanan di kendaraan serupa, saat ini sudah diakuisisi oleh Gojek.

Application Information Will Show Up Here

StickEarn Rilis StickTron, Layanan Iklan Video yang Ditempatkan pada Truk

Startup teknologi periklanan StickEarn mengumumkan layanan baru yang diberi nama StickTron. Ini merupakan videotron berjalan, LED-tron di atas truk yang dikemudikan di rute-rute penting Jakarta. Fitur baru ini diklam mampu menghasilkan impresi hingga lebih dari 600.000 per hari. Mulai beroperasi per Oktober 2019.

“Di saat banyak orang terpaku pada social media advertising, platform beriklan luar ruang juga berevolusi. StickEarn menghadirkan StickTorn untuk menjadi solusi terkini bagi para pengiklan. Lewat StickTron, video iklan pasti mencuri perhatian banyak orang, terukur, serta ada di mana-mana,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Tiga rute yang akan dilalui StickTron adalah Monas–Sudirman–Blok M–Senayan, Basura City–Kota Kasablanka–Karet–Slipi dan Gandaria–Pondok Indah–Lebak Bulus–Cilandak–Kemang.

StickEarn sendiri menargetkan untuk mengoperasikan 10 StickTron pada awal 2020. StickTron akan menampilkan konten video yang dapat dilihat melalui 3 sisi, yang efektif untuk menambah tingkat impresi yang dihasilkan. StickEarn juga menyematkan teknologi computer vision di setiap unit StickEarn sehingga mampu menyajikan data impresi yang akurat.

“Dalam upaya StickEarn untuk merevolusi dunia periklanan, kami menjadikan media iklan luar ruang mampu menghasilkan data yang akurat lewat teknologi yang ditanamkan di dalam setiap layanan kami. Ini merupakan nilai tambah yang telah diterima oleh lebih dari 300 perusahaan yang menjadi mitra StickEarn dalam 2,5 tahun ini,” jelas Archie.

Sejak diperkenalkan pada tahun 2017, StickEarn sudah memiliki beberapa layanan, di antaranya StickMob yang mengandalkan mobil sebagai media iklan, StickMotor untuk sepeda motor, StickAngkot untuk angkutan perkotaan, StickPlane untuk pesawat terbang, dan StickMart untuk in-car retail.

Application Information Will Show Up Here
StickMart merupakan platform komersial dalam mobil yang mengakomodasi brand untuk beriklan hingga melakukan penjualan

Jalin Kolaborasi Eksklusif, StickEarn Bidik Solusi StickMart yang Terintegrasi di 10.000 Armada Grab pada 2019 

StickEarn, startup penyedia teknologi periklanan, kemarin (18/10) mengumumkan kerja sama eksklusif dengan Grab Indonesia melalui solusi bisnis terbarunya, yakni StickMart.

StickMart merupakan platform komersial di dalam mobil terpatenkan yang mengakomodasi para brand untuk beriklan, melakukan penjualan, hingga product sampling.

Co-Founder StickEarn Sugito Alim menyebutkan, StickMart dirancang agar konsumen yang berada dalam kondisi dwell time dapat melihat iklan lebih lama. Jika dibandingkan dengan billboard yang dapat dilihat rerata 2 detik, StickMart dapat dinikmati hingga 1 jam.

“Rata-rata orang Jakarta menghabiskan waktu 2 jam di jalan karena macet. Tentu mereka akan bosan. Nah, StickMart menjangkau kondisi itu. Brand menjadi lebih fleksibel untuk melakukan campaign dengan obektivitas yang berbeda,” ujar Sugioto dalam Konferensi Pers Kerja Sama StickEarn dengan Grab di Jakarta.

Sebelumnya, lembaga riset transportasi dunia, INRIX, pada 2017 mencatat masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan 40 jam dalam satu tahun karena kemacetan lalu lintas. StickMart diharapkan tak hanya membuka peluang bagi brand dan menambah pendapatan baru driver, tetapi juga menyediakan kenyamanan premium.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan mengungkapkan, kerja sama ini sejalan dengan misi perusahaan untuk menciptakan 100 juta enterprenuer di Asia Tenggara, di mana Indonesia merupakan target utamanya.

“Kami yakin banyak sekali customer kami yang menantikan kehadiran StickMart karena ini bisa serve customer kami,” tutur Ongki.

StickMart hadir dalam bentuk boks yang diletakkan di konsol tengah, di antara kursi penumpang dan pengemudi. Boks ini berisikan beragam product sampling, seperti snack, minuman, tisu, obat, hingga charger. Tak hanya itu StickMart dilengkapi dengan perangkat StickTablet yang menyajikan ragam video hiburan hingga katalog produk.

Lebih lanjut, Co-founder StickEarn Archie Carlson menjelaskan bahwa StickMart tak hanya dirancang untuk brand, tetapi juga driver. Pihaknya mengklaim para driver bisa mendapat pemasukan tambahan hingga Rp2 juta setiap bulannya dari bagi hasil pemasangan iklan hingga penjualan product sampling.

“Bahkan pelanggan bisa membayar produk yang dibeli dengan tunai maupun digital melalui layanan OVO,” ujar Archie.

Hingga saat ini, StickEarn telah bermitra dengan 60.000 pengemudi Grab Indonesia, namun baru sekitar 200 unit StickMart terinstal di armada Grab. Archie menargetkan 10.000 unit StickMart terpasang di 10.000 armada Grab Indonesia pada 2019 mendatang.

StickEarn mengklaim kini pihaknya menyalurkan sebanyak Rp30 miliar terhadap pemasukan driver di Indonesia. Perusahaan sendiri menyediakan jasa iklan untuk berbagai macam kendaraan, mulai dari truk, bus, angkot, taksi, dan pesawat terbang.

Perusahaan juga menyediakan lini solusi lain, seperti StickBus, StickTruck, StickAngkot, hingga StickPlane. Sebagaimana diketahui, StickEarn yang berdiri pada 2017, telah melayani 250 brand dari berbagai sektor bisnis.

StickEarn memperoleh pendanaan awal (seed funding) dari East Ventures tahun lalu. Menurut Co-Founder StickEarn Garry Liminata, pendanaan ini digunakan untuk pengembangan produk, bisnis, dan tim ke depannya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
GO-JEK made an acquisitions over Promogo, delivering advertising features on driver-partners' vehicles.

GO-JEK Acquires Promogo, Delivers GO-VEND and GO-ICE as New Feature

GO-JEK (9/17) announces an acquisition of vehicle advertisement startup Promogo. Both companies are committed for business integration post-acquisition to advertise using GO-CAR and GO-RIDE assets. They will launch GO-ICE and GO-VEND. GO-ICE is for entertainment-in-car products, and GO-VEND is an on-the-go retail service of premium product samples.

“Through Promogo, GO-JEK offers additional income for driver partners, and more comfortable travel experience for customers with the variant of entertainments and facilities by business players, also accommodates them to market their leading products,” Nila Marita, GO-JEK’s Chief Corporate Affairs, said.

Promogo was founded in early 2016 by Andrew Tanyono. It’s started as a car advertising service provider in a form of vehicle-wrap stickers. Tanyono said in a statement that through Promogo ads attached to a vehicle, customers can enjoy some on-the-go entertainment, such as movies, music, mobile charger, Wi-Fi, and news portal. In addition, business players can also provide free samples of brands advertising on Promogo assets for customers to enjoy.

“Innovation in driving experience often happened in the beginning and at the end of the trip. We listened to the customers demand to create more interesting travel experience. Through Promogo, we offer entertainment products in our vehicle, such as GO-ICE, on-the-go retail market GO-VEND, customers can purchase daily needs or get a free sample of popular brands in GO-CAR,” he said.

Aside from GO-ICE and GO-VEND, advertisement services offered include car-top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), helmet wrap (GO-RIDE), and back billboard (GO-RIDE).

Kapil Baldey Mathrani, GO-JEK’s Head of Fleet Monetization, said, “In the current business industry era, the players are trying to reduce operational costs while maintaining the positive image and maximum service to all customers. Furthermore, through our expertise in data and analytics, Promogo can help business have an effective competition in the market.”

“To date, there are more than 50,000 partners in Jabodetabek experienced the positive collaboration. Moreover, in order to be more impactful for driver partners, Promogo will connect brands to more than one driver partners in all around Indonesia and build the positive brand exposure within broader coverage with moving-vehicle through digital or traditional branding,” he said.

Grab, Go-Jek closest competitor, recently released a similar service called GrabAds. Grab partners with StickEarn, Karta, and Interads to provide car advertising service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
GO-JEK akuisisi Promogo

GO-JEK Akuisisi Promogo, Hadirkan GO-VEND dan GO-ICE

GO-JEK hari ini (17/9) mengumumkan akuisisinya terhadap startup pemasang iklan kendaraan Promogo. Pasca akuisisi ini, kedua perusahaan berkomitmen mengintegrasikan bisnis, memasang iklan di aset GO-CAR dan GO-RIDE. Salah satunya dengan meluncurkan layanan GO-ICE dan GO-VEND. GO-ICE adalah produk hiburan di dalam mobil, sedangkan GO-VEND adalah layanan ritel on-the-go berupa sampel produk premium.

“Melalui akuisisi Promogo, GO-JEK bisa menyediakan akses penghasilan tambahan bagi mitra, dan sisi pelanggan juga mendapatkan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dengan beragam hiburan dan fasilitas yang disajikan oleh pelaku usaha, serta memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memasarkan produk unggulannya,” ujar Chief Corporate Affairs GO-JEK, Nila Marita.

Promogo didirikan pada awal tahun 2016 oleh Andrew Tanyono. Mereka mengawali debut sebagai penyedia layanan car advertising berupa stiker luar kendaraan. Dalam penjelasannya Andrew mengatakan bahwa melalui platform Promogo yang dipasang di kendaraan (mobil), pelanggan bisa menikmati berbagai hiburan on-the-go seperti film, musik, pengisi daya ponsel, Wi-Fi serta berita. Selain itu, pelaku usaha juga bisa menyediakan sampel gratis dari brand yang diiklankan di aset Promogo yang dapat dinikmati pengguna.

“Inovasi dalam pengalaman berkendara biasanya terjadi di awal dan di akhir perjalanan. Kami mendengarkan kebutuhan pelanggan kami untuk menjadikan pengalaman berkendara lebih menarik. Lewat Promogo, kami memiliki produk hiburan dalam mobil kami seperti GO-ICE, pasar ritel on-the-go yaitu GO-VEND, pelanggan dapat membeli kebutuhan sehari-hari atau mendapatkan sampel gratis dari produk ternama langsung di dalam GO-CAR,” ujar Andrew.

Selain GO-ICE dan GO-VEND, layanan iklan yang ditawarkan termasuk car top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), iklan di helm (GO-RIDE), hingga back billboard (GO-RIDE).

Dalam sambutannya Head of Fleet Monetization GO-JEK, Kapil Baldev Mathrani, menjelaskan lebih lanjut terkait dengan dampak positif akuisisi GO-JEK dan Promogo terhadap industri iklan dalam kendaraan. “Di era industri bisnis saat ini, pelaku usaha berusaha mengurangi biaya operasional sambil tetap berupaya untuk mempertahankan citra positif dan memberikan pelayanan maksimal ke pelanggan. Lebih lanjut, lewat keahlian kami dalam data dan analitik, Promogo bisa membantu pelaku usaha untuk bersaing secara efektif di pasar.”

“Sampai dengan saat ini sudah lebih dari 50 ribu mitra driver di Jabodetabek yang merasakan dampak positif dari kolaborasi ini. Ke depannya, untuk memberikan dampak ke lebih banyak mitra driver, Promogo akan menghubungkan merek ke lebih dari satu juga mitra driver di seluruh Indonesia dan membangun brand exposure yang positif dengan jangkauan yang lebih luas lagi dengan kendaraan yang bergerak melalui branding secara digital ataupun tradisional,” tutup Kapil.

Sebagai informasi, belum lama ini Grab juga merilis layanan yang hampir serupa, yakni GrabAds. Grab menggandeng mitra lokal StickEarn, Karta, dan Interads untuk menghadirkan layanan car advertising.

Application Information Will Show Up Here
StickEarn Perkenalkan StickAngkot

StickEarn Perkenalkan StickAngkot, Layanan Beriklan di Angkot

StickEarn, startup yang bergerak di bidang car advertising, mengumumkan sebuah langkah melebarkan segmentasi layanan mereka. Berkat kerja sama dengan KODJARI (Koperasi Duta Jasa Angkutan Mandiri) Bogor, StickEarn memperkenalkan StickAngkot. Sebuah layanan yang memberikan kesempatan pengiklan untuk memasang iklan di angkutan kota (angkot) untuk menjangkau konsumen mereka.

StickAngkot diperkenalkan pada Pameran Angkot Modern KODJARI yang dibuka pada Minggu(9/9) di Lippo Mall Bogor. Dengan kerja sama ini, StickAngkot akan mencakup lebih dari 500 armada angkot di lebih dari 40 rute trayek yang melingkupi area kota hingga Kabupaten Bogor.

StickEarn disebut mulai bekerja sama dengan berbagai operator angkutan kota di kota-kota besar, seperti Bogor, Surabaya, Medan, dan Makassar untuk membantu brand mendekatkan diri ke konsumen melalui konten yang ditempel di angkot.

“StickEarn dengan bangga menghadirkan inovasi terbaru kami, StickAngkot, di Kota Bogor. Bekerja sama dengan KODJARI, StickAngkot mentransformasi angkot modern sebagai platform untuk beriklan di luar ruang yang unik, ekonomis dan terukur dengan memadukan kendaraan dan teknologi digital yang kami miliki. StickAngkot memanfaatkan media di dalam dan badan angkot modern untuk menjadi sarana beriklan yang unik dan efisien,” terang Co-Founder StickEarn Sugito Alim.

Menanggapi kerja sama ini, penggagas KODJARI Dewi Jani Tjandra menyampaikan kerja sama strategis dengan StickEarn melalui StickAngkot membantu pihaknya mewujudkan visi untuk memodernisasi angkot sesuai dengan program pemerintah daerah.

“Angkot modern yang kami pamerkan di sini tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah, karena itu tarifnya cukup tinggi, Rp7.000. Melalui kerja sama dengan StickAngkot, pelaku usaha angkot bisa mendapatkan suntikan dana yang digunakan untuk menekan tarif angkot menjadi Rp4.000 sehingga lebih ramah di kantong para penumpang,” terang Dewi.

Di kota Bogor, StickAngkot akan menggunakan angkot reguler dan angkot modern sekaligus. Untuk angkot reguler, StickAngkot akan membungkus badan angkot dengan stiker mobil. Sedangkan untuk angkot modern StickAngkot akan membungkus badan angkot dan memanfaatkan ruang di dalam angkot, termasuk LCD yang terpasang di dalamnya. Adanya perangkat GPS juga menjadi satu nilai lebih untuk memudahkan pengiklan memantau jalannya kampanye iklan luar ruang.

Application Information Will Show Up Here
Glorio Yulianto, CEO UBiklan / DailySocial

“Hybrid Advertising” Gabungkan Kekuatan Media Offline dan Online

Tak dapat dimungkiri, TV saat ini masih menjadi medium paling efektif untuk beriklan. TV unggul karena memiliki jangkauan yang luas, cocok untuk pasar Indonesia. Namun, belanja iklan TV masih paling mahal dibandingkan media-media lainnya.

Pada masanya, produk cetak dan offline menjadi beberapa alternatif utama para pengiklan untuk memasarkan produk. Koran, majalah, dan billboard adalah contoh media iklan yang paling sering kita temui.

Bergerak menuju era internet, pengiklan kini mulai melirik media digital sebagai sarana yang efektif untuk memperkenalkan sebuah produk. Selain minim biaya dan ide kontennya lebih beragam, iklan digital dinilai lebih terukur karena mengandalkan jumlah klik.

Sebetulnya, belanja iklan digital belum melampaui belanja iklan konvensional, seperti media offline maupun media cetak. Namun, sejumlah survei memprediksi belanja iklan digital akan tumbuh pesat seiring semakin meluasnya adopsi internet.

Kami akan membahas tren hybrid advertising sebagai konsep sharing economy baru dalam dunia periklanan. Konsep ini disebut-sebut bakal menjadi tren baru dunia periklanan karena menggabungkan kekuatan dari media offline dan online.

Konsep hybrid advertising saat ini diterapkan UBiklan. Secara singkat, Ubiklan merupakan startup lokal yang menghadirkan platform teknologi untuk layanan iklan berjalan. Ubiklan mengklaim jasa yang ditawarkannya lebih ekonomis, efektif, dan tepat sasaran.

Untuk tahu lebih lanjut mengenai hal ini, simak selengkapnya paparan menarik dari Glorio Yulianto, CEO UBiklan (sebuah layanan car advertising) pada sesi #SelasaStartup berikut ini.

Jangan lupakan media offline

Glorio menilai media offline kini mulai dilupakan sebagai salah satu alternatif utama untuk beriklan. Media digital kini lebih dilirik karena hasilnya lebih terukur dan hal tersebut lebih diinginkan oleh perusahaan.

Diakuinya media offline memiliki kelemahan. Ambil contoh billboard, medium ini memiliki keterbatasan pada pesan yang ingin disampaikan, hanya ada komunikasi satu arah, dan sulit terukur.  Belum lagi isu teknis mulai dari mahalnya teknologi yang ingin dipakai pada billboard hingga sulit untuk memonitor.

Padahal, menurutnya media offline justru memunculkan potensi baru dalam dunia periklanan, terutama di era sharing economy yang banyak diterapkan di banyak perusahaan rintisan.

Mengutip sebuah survei, kata Glorio, saat ini ada 40 persen segmen pembaca media cetak. Namun begitu media online ada, segmen pembaca media online hanya bertambah menjadi 49 persen. Jika dilihat irisannya, cuma 11 persen yang berpindah ke media online.

“Dengan kata lain, masih ada segmen pasar yang tidak berada di dua segmen tersebut. Orang-orang yang online memang penting, tetapi mereka yang tidak pernah akses web (offline) juga sama pentingnya,” tuturnya.

Terlepas dari pesatnya perkembangan digital, media offline diyakini masih memiliki sejumlah keunggulan. Masih banyak segmen pasar yang lebih percaya dengan melihat produk secara langsung ketimbang di dunia digital.

“Tantangan lain pada media offline adalah kreativitas, compeling activity. Kalau tidak ada itu, sama saja. Nah, masalah-masalah di atas yang ingin kita atasi,” ujar Glorio.

Hybrid advertising munculkan peluang baru

Sebagai jawaban atas masalah yang kerap ditemui di atas, Glorio mengungkap bahwa ada konsep baru dalam dunia periklanan yang memiliki potensi besar, yaitu hybrid advertising. Konsep ini menggabungkan kekuatan yang dimiliki media online dan offline.

Dalam hal ini, pengiklan tetap beriklan offline dengan mengandalkan kendaraan sebagai medianya. Sementara, sisi online tetap berperan dalam menyediakan analytic kepada si pengiklan. Dapat dikatakan iklan semacam ini disebut iklan berjalan di mana potensi jangkauannya lebih luas.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget (pengiklan) dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Ia mengungkap hybrid advertising menawarkan layanan atau jasa yang minim biaya, efektif, dan tepat sasaran. Di UBiklan, mereka menawarkan jasa sewa space untuk beriklan pada kendaraan mobil dan motor.

Setiap kendaraan dapat dilacak secara real-time dari GPS di aplikasi pengguna. UBiklan menyediakan dashboard di mana pengiklan dapat memonitor termasuk memasang rencana campaign iklan.

Glorio membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk billboard dapat mencapai Rp100 juta, di mana biaya iklan berjalan hanya berkisar Rp1 juta per kendaraan per bulan di UBiklan.

Namun, lanjutnya, perlu dicatat bahwa tidak semua jenis produk dapat memanfaatkan keunggulan dari hybrid advertising demi tujuan awareness. Mass product dinilai lebih cocok untuk menggunakan jasa ini ketimbang produk tertentu yang segmen pasarnya terbatas.

“Bagaimana masa depan hybrid advertising? Ada saat di mana siklusnya akan berputar. Akan ada saat di mana (iklan) digital kembali ke konvensional, dengan catatan harus ada perubahan dan added value. Nanti akan seterusnya begitu, siklusnya kembali ke awal,” ujarnya.