Startup marketplace otomotif Carro mencatat EBITDA sebesar lebih dari $4 juta pada kuartal pertama FY2024. Berdasarkan keterangan resminya, EBITDA Carro kini berada pada run rate tahunan sebesar lebih dari $50 juta atau 10x lipat dari pencapaiannya di sepanjang tahun fiskal 2023.
Perusahaan menyebut telah melampaui target profitabilitas di Q1 2024 terlepas dengan situasi musiman yang melemah di Asia Tenggara, seperti Lebaran, Songkran, dan Hari Raya lain. Kemudian, margin laba kotor di periode tersebut naik 14% dibandingkan realisasi di FY2023 sebesar 9%.
Co-Founder & CEO Carro Aaron Tan mengatakan ketidakterlibatannya dalam perang subsidi memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan EBITDA positif di empat kuartal.
“Eksekusi pada model bisnis berbasis ekosistem digital telah memperkuat fundamental bisnis kami dan lebih resilien dengan kontribusi tambahan pendapatan yang berulang.”
Selain itu, investasi dari Jardine C&C dinilai akan membantunya mencapai pertumbuhan pendapatan lebih besar, terutama dari sisi purna jual. Mitra insurtech Carro, yakni ZA Tech dan MSIG, disebut telah membuahkan hasil yang signifikan, dengan premi kotor tertulis tumbuh hampir 100% dari tahun ke tahun.
Aaron menambahkan, dengan arus kas yang kuat dan tidak adanya kerugian operasional, pihaknya telah membuat keputusan tepat untuk ekspansi ke Jepang dan pasar lainnya. Ekspansi ini akan memastikan pertumbuhan yang lebih kuat di tahun-tahun mendatang.
CFO Carro Ernest Chew mengungkap bahwa perusahaan telah melawan tren industri dan menghasilkan kinerja baik di kuartal pertama, di mana metrik profitabilitas di semua lini meningkat. “EBITDA kami di kuartal pertama 3x lipat melampaui seluruh tahun keuangan kami tahun lalu. Kami berupaya untuk terus EBITDA positif di seluruh pasar inti.”
Bisnis marketplace otomotif yang menyumbang 85% terhadap total pendapatan Carro, juga diklaim telah mengantongi kenaikan margin laba kotor sepanjang 12 bulan. Selain itu, kontribusi komponen pendukung yang mewakili hampir 60% dari laba kotor Carro membuat perusahaan tidak berada di bawah tekanan untuk menjual lebih banyak demi memenuhi target profitabilitas.
Maka itu, pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan dalam waktu dekat. “Kami adalah sedikit dari startup teknologi yang telah mencapai profit, tidak hanya di kawasan Asia, tetapi juga global.” Tutupnya.
Bisni otomotif berbasis digital ikut terdampak dari ketidakpastian ekonomi. Dua kompetitornya, Moladin dan Carsome, diketahui sedang berupaya memperkuat pondasi bisnis mereka di tengah hantaman krisis makroekonomi.
Baik Moladin dan Carsome menempuh PHK massal untuk mencapai bisnis berkelanjutan dalam jangka panjang. Moladin berupaya bangkit kembali dengan masuk ke lini bisnis pembiayaan yang diyakini dapat memperkuat ekosistem mobil bekas, lantaran tingginya kebutuhan pembiayaan di industri tersebut. Adapun, efisiensi karyawan yang ditempuh Carsome tak hanya dilakukan pada unit usaha di Indonesia, tetapi juga Thailand dan Malaysia.
Berdasarkan kinerja keuangan tahun fiskal 2022, Carsome mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 250% menjadi $1,5 miliar dengan kontribusi dari lini ritel baru regional Carsome Certified sebesar 35% dari total pendapatan. Carsome juga mengklaim telah mencapai profitabilitas untuk pertama kalinya di kuartal pertama 2023.