Tag Archives: cash

Cash Ratio: Pengertian, Rumus Hingga Tips Untuk Menanganinya

Apa sih pengertian dari cash ratio? Bagaimana cara menghitungnya dan kenapa perusahaan harus menggunakan cash ratio?

Nah, pastinya Anda paham bahwa memiliki kas atau dana tunai sangatlah penting bagi perusahaan. Sebab, dengan adanya kas dapat membayar gaji karyawan, tagihan dari berbagai vendor ataupun pajak. 

Maka, Anda harus menggunakan rumus cash ratio, karena cash ratio adalah salah satu bagian dari metode analisis keuangan yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat likuiditas perusahaan.

Cash ratio berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan cara membandingkan aset perusahaan yang paling likuid yaitu kas dengan kewajiban lancarnya.

Pengertian dan Rumus Cash Ratio

Cash ratio adalah ukuran likuiditas perusahaan yang secara khusus menghitung rasio total kas dan setara kas perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, metrik ini dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan uang tunai yang dimiliki. Berikut adalah formula atau rumus dari cash ratio

Metode ini diperoleh dengan menambahkan total cadangan kas dan setara kas perusahaan dan membagi jumlah itu dengan total kewajiban lancarnya.

Contoh Perhitungan Cash Ratio

Berikut DailySocial akan memberikan contoh soal untuk memahami rumus cash ratio

Credit Photo: Jurnal Entrepreneur

 

Jawaban :  

Cash ratio : (Kas + Setara Kas) / Total Kewajiban Lancar

Cash ratio : (20.000.000 + 40.000.000) / 80.000.000 = 0,75

Cara Menganalisis Cash Ratio

Pada contoh soal di atas menyatakan bahwa cash ratio yang dimiliki perusahaan tersebut sebesar 0,75. Apa arti dari 0,75 itu?

Untuk mengetahui artinya, Anda perlu mengetahui bagaimana cara untuk menganalisis cash ratio. Perhatikan ulasan berikut ini : 

  • Cash ratio = 1

Artinya, kas perusahaan saat ini sama dengan kewajiban lancarnya. Dengan kata lain, Anda bisa membayar 100% utang Anda dengan uang tunai atau aset Anda.

  • Cash ratio < 1

Artinya, perusahaan tidak memiliki cukup kas untuk melunasi kewajiban utang jangka pendeknya, seperti contoh soal di atas. Jika cash ratio-nya sebesar 0,75 maka perusahaan hanya dapat membayar 75% dari utang atau kewajibannya. 

Hal ini akan menjadi pertimbangan bank, kreditur atau investor untuk bekerja sama dengan perusahaan tersebut.

  • Cash ratio > 1

Artinya, perusahaan memiliki kas yang cukup untuk menutupi kewajibannya. Apabila cash rasio-nya sebesar 2, maka perusahaan dapat membayar kewajibannya hingga dua kali lipat.

Maka dari itu, perhitungan cash ratio dapat membantu investor atau Anda sendiri sebagai pemilik bisnis untuk mengetahui apakah perusahaan Anda sedang mengalami masalah finansial atau tidak.

5 Tips Agar Cash Ratio Tetap Aman

Bagaimana caranya agar perusahaan Anda memiliki kas yang cukup hingga aman? Pelajari tips di bawah ini!

Meningkatkan Penjualan

Semakin banyak Anda menjual produk, semakin banyak penghasilan Anda. Maka, semakin mudah untuk membayar kewajiban Anda.

Menagih Piutang Tepat Waktu

Terdapat 3 cara yang dapat Anda lakukan untuk menagih piutang agar cash ratio Anda aman : 

  • Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan Anda.
  • Membuat persyaratan pembayaran lebih jelas.
  • Mengenakan denda jika terjadi keterlambatan pembayaran

Mengurangi Overhead Cost

Overhead cost adalah biaya yang dibayarkan oleh perusahaan yang tidak terkait langsung dengan pembuatan produk. Apabila biaya ini meningkat dapat menguras kas Anda.

Jadi, Anda bisa menguranginya dengan cara : 

  • Kurangi pengeluaran yang tidak perlu.
  • Negosiasikan kesepakatan yang lebih baik dengan pemasok.
  • Penganggaran yang lebih ketat.

Melunasi Utang

Lebih cepat Anda melunasi utang dan membayar kewajiban, berarti cash ratio Anda akan semakin membaik.

Menjual Aset

Juallah aset yang sekiranya tidak akan terpakai lagi agar dapat menghasilkan uang dan meningkatkan likuiditas.

Itulah penjelasan lengkap tentang cash ratio, dimulai dari pengertian dan rumusnya, contoh studi kasus, cara menganalisisnya, dan tips agar cash ratio Anda tetap aman. Semoga membantu!

Berkenalan dengan Solusi SaaS “Cards” untuk Kelola Pesantren dan Santri

Upaya pemerataan solusi digital masih terus diupayakan oleh berbagai pihak. Kali ini datang untuk menyelesaikan masalah pengelolaan di pondok pesantren. Inisiasi pertama digagas oleh Muh Arif Mahfudin (CEO), Hari Yuliawan (COO), dan Agung S. D. (CTO) yang terinsipirasi saat berdiskusi dengan pengurus di salah satu pesantren di Kabupaten Cilacap, Jawa Barat.

“Kami bertemu dengan pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihya Ullumadin. Beliau bercerita kesulitan mengelola uang saku santri yang jumlahnya lebih dari 1.500 orang. Saat ini banyak problem, mulai dari pembagian uang saku harian yang cukup menguras waktu, laporan uang hilang, pencatatan transaksi tidak akurat, hingga pelaporan penggunaannya kepada para orang tua,” ujar Arif saat dihubungi DailySocial.id.

Sebelum hadir dengan Cards, sebenarnya produk pertama yang mereka bertiga buat adalah SaaS, dinamai Cazh. Solusinya tidak jauh berbeda dengan aplikasi kasir online lainnya di pasaran, yakni pencatatan buku yang lengkap, terintegrasi dengan sistem pembayaran digital, dan memiliki situs online sendiri.

Solusi ini sendiri sudah ada sejak perusahaan berdiri di 2018. Namun dalam perjalanannya, Cazh tidak luput dari dampak pandemi. Akhirnya, mengharuskan Arif dan kawan-kawan untuk pivot, sampai akhirnya yakin dengan potensi dari Cards yang lebih menjanjikan.

“Semenjak pandemi di Maret 2020, kami melihat pengguna POS kami turun signifikan karena memang kondisi waktu itu banyak outlet terpaksa tutup operasional, terutama merchant kuliner. Hal ini berdampak pada pemasukan kami.”

(Ki-ka) Co-Founder Cards: Hari Yuliawan (COO) dan Muh Arif Mahfudin (CEO) / Cards

Berbekal data internal, ternyata merchant POS yang masih berjalan saat itu adalah kantin di pondok pesantren. Lantas hal tersebut didalami lebih jauh oleh tim. “Hasilnya, kami mengembangkan fitur membership dari Cazh menjadi layanan yang lengkap untuk sekolah sebagai produk Cards, sedangkan Cazh Pos sebagai pendukung dari ekosistem Cards.”

Ekosistem kartu digital Cards

Setelah mendalami permasalahan di pondok pesantren, Arif dan timnya sepakat untuk pivot. Dari hasil masukan, pengurus pesantren menginginkan solusi lengkap, tidak hanya aplikasi kasir untuk kantin saja, tapi juga transaksi yang aman dan mudah untuk uang saku, dasbor manajemen untuk sekolah, hingga aplikasi yang dapat digunakan para orang tua untuk memantau anaknya di pesantren.

“Mereka ingin ada solusi perbankan, semisal transaksi menggunakan e-money tidak menyelesaikan masalah. Meski e-wallet itu alternatif yang aman dan mudah secara non-tunai, tapi tidak bisa diterapkan di pondok pesantren karena mereka tidak diperkenankan bawa smartphone. Untuk itu, perlu dicarikan solusi yang sesuai dengan kondisi dan teknologi yang memungkinkan untuk diterapkan di sana.”

Arif dan kawan-kawan yang sebelumnya berlatar belakang di dunia finansial, tertantang melihat tantangan tersebut untuk bisa memberikan solusi agar pengelolaan pesantren dapat lebih efisien, mulai dari administrasi, pengelolaan uang saku, hingga keuangan dapat dilakukan oleh sistem.

“Jadi waktu pengurus yang sebelumnya digunakan untuk mengurus administrasi, bisa berfokus pada peningkatan kualitas sistem pendidikan santri.”

Ada lima pihak yang terhubung dalam ekosistem Cards. Pertama, manajemen sekolah dapat mengelola dan memantau semua data dari satu dasbor, baik untuk mengatur data akademik, jadwal, pengumuman, tagihan, tabungan siswa, mengelola kartu, top-up, limit, blokir/unblokir, dan sebagainya.

Kedua, guru dapat mengelola data terkait akademik, jadwal pelajaran, presensi, dan rapor siswa. Ketiga, kantin akan mendapat akses kelola toko, karyawan, melayani penjualan tunai dan non-tunai, QR Code untuk menu makanan, dan laporan penjualan.

Keempat, untuk orang tua tersedia aplikasi Cards untuk top up saldo sebagai uang saku anak, membatasi transaksi harian, melihat riwayat saldo, bayar tagihan sekolah, melihat presensi, informasi, jadwal, hingga rapor. Terakhir, untuk siswa akan mendapatkan kartu ID eksklusif dengan desain yang dapat disesuaikan dengan branding sekolah.

Kartu tersebut menjadi identitas mereka di dalam dan di luar sekolah, saldonya dapat digunakan untuk jajan di kantin, bayar tagihan di admin, dan presensi. Bila kartu hilang, dapat diblokir, untuk diganti baru, dengan jaminan saldo tetap aman.

Startup asal Purwokerto ini pun mantap untuk memperluas adopsi Cards ke lebih banyak pesantren. Pasalnya, dari populasi pesantren yang berjumlah lebih dari 30 ribu dengan total santri sekitar enam juta ini, punya permasalahan yang relatif sama. Dapat dipastikan solusi Cards dibangun berdasarkan dari masalah yang nyata di lapangan.

Adopsi kartu ID santri di kantin pesantren / Cards

“Solusi dari hulu ke hilir menjadi andalan kami kepada pondok pesantren. Kami membantu digitalisasi tidak hanya dari sisi transaksi dan keuangan, tetapi mulai dari penyediaan situs pondok, sistem penerimaan santri baru, pembayaran tagihan atau istilahnya di sini uang jariyah, hingga fasilitas untuk alumni.”

“Jadi sebenarnya pembeda kami dengan yang lainnya adalah ekosistem yang kuat antara santri, lembaga, orang tua, unit bisnis pondok dan alumni, di mana memungkinkan mereka untuk terus terhubung,” sambung Arif.

Rencana berikutnya

Arif menjelaskan sejak Cards dimulai pada Maret 2021, hingga kini solusinya telah digunakan oleh lebih dari 190 pondok pesantren dan sekolah swasta dari TK hingga SMA. Dari total pengguna, sebanyak 80% di antaranya datang dari instansi pondok pesantren, sisanya dari sekolah swasta. Rata-rata jumlah siswa per sekolah berkisar 300-500 siswa. Lokasinya mayoritas di kota lapis dua dan tiga di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Selanjutnya, dari situ total pengguna, ada sebanyak 65 ribu kartu siswa dan santri yang telah terdistribusi dan dapat digunakan sebagai alat transaksi di kantin sekolah mereka. Adapun dari sisi nominal transaksinya, diklaim mencapai Rp143 miliar untuk lebih dari dua juta kali transaksi di 2022.

Sosialisasi Cards / Cards

Ke depannya, Cards akan ditingkatkan kemampuan dengan solusi perbankan digital yang lengkap untuk dunia pendidikan di sekolah dan pesantren, mulai dari pembayaran, keuangan, hingga pembiayaan. Tak hanya, fungsi kartu Cards untuk cross selling, memungkinkan para santri untuk bertransaksi di luar ekosistem pondok pesantrennya.

Dengan model bisnis B2B ini, Arif mengaku pihaknya dapat menutup seluruh operasionalnya dari pendapatan yang rutin diperoleh setiap bulannya. Sebagai catatan, Cazh dengan produk sebelumnya, sempat mendapat pendanaan tahap awal berkat masuk sebagai peserta inkubasi di Indigo (Telkom). Dana tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan produk.

“Pada tahun ini kami berencana mempercepat perluasan layanan dan juga pengembangan produk. Untuk itu, kami masih butuh dukungan investasi dari pihak lain kaitannya dehgan hal itu.”

Mengenai prospek bisnis POS Cazh, Arif menegaskan bahwa produk tersebut masih berjalan, hanya saja tidak dipasarkan secara masif lagi sebagai produk utama, hanya terbatas di kalangan pesantren dan sekolah. Saat ini tim produk masih bekerja untuk pengembangan Cazh Pos versi dua yang berfokus pada perbaikan fitur dan penambahan fitur keanggotaan dan program loyalitas.

Diharapkan kehadiran fitur teranyar tersebut dapat mendongkrak adopsi Cards sebagai platform keanggotaan untuk pelanggan merchant Cards. “Rencananya akan kami rilis di awal kuartal II tahun ini. Harapannya Cazh Pos ini tidak sekadar POS, tetapi juga mendukung merchant dengan program-program pelanggan yang menarik dan terhubung dengan ekosistem Cards,” pungkas dia.

Cashlez Aims for Business Growth Through Online Merchant and Company Acquisition

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) plans to acquire a company to encourage inorganic business growth in 2022. To support this plan, Cashlez is to held a fundraising through the Pre-emptive Rights (HMETD) scheme or rights issue in the first quarter of 2022.

Cashlez brought up the news during a virtual media visit with DailySocial.id’s editorial team. The Chief Revenue Officer, Djayanto Suseno and Corporate Secretary Hendrik Adrianto also attended this session.

His team said that Cashlez is to hold the first phase of the rights issue with a value of $10 million or around Rp143.8 billion to be used as working capital and product development. Furthermore, Cashlez will conduct a second phase of rights issue for acquisition inquiry.

Djayanto mentioned, the company is currently preparing a five-year roadmap which includes an organic and inorganic business strategy. Regarding inorganic strategy, Cashlez to create option for company acquisition. However, Djayanto could not provide further details on the business categories and lists of companies.

“That is why we fundraise through a rights issue. We are currently looking for investors who are prepared to be standby buyers. There are foreign investors want to chip in, also the local investors. We have submitted everything to our financial advisor, Bahana [Sekuritas],” he said.

He said, the company will continue to empower existing resources to encourage organic business development. However, that is considered insufficient considering that Cashlez wants to develop a larger digital payment ecosystem.

“For us, what is more important now is not about what to acquire, but how much funds to be raised. That way, we’ll know what to buy,” he added.

Cashlez was founded by Teddy Setiawan Tee in 2015 which offers financial solutions, payment gateways, payment aggregators, and mPOS solutions. In 2017, Cashlez obtained investments from Mandiri Capital Indonesia (MCI), and Sumitomo Corporation in 2019.

Targeting online merchants

On the general note, Cashlez has proceed 18 billion total transactions from 436 merchants in 2016. By the end of 2021, the company had served 13,000 merchants in six cities connected to 7,000 EDC devices. In further details by merchant category, 30% of users come from the retail segment, 18% from restaurants, and 12% from fashion.

Cashlez recorded Rp5.9 trillion total Gross Transaction Value (GTV) in 2020. Djayanto said that there will be a decline in GTV in 2021 at Rp4.3 trillion to Rp4.4 trillion. It is occurred due to the mall shutdown in a number of areas. The situation makes it difficult for merchants to sell out.

In order to anticipate the decline, Djayanto added, Cashlez will continue to increase the number of merchants, but will focus on MSME merchants that serve online transactions. As a comparison, the composition of offline merchants at Cashlez is 90%, and the remaining 10% is online. This year, Cashlez will significantly increase the online [transactions from merchants].

“To date, there has been no fintech with the ability [to serve transactions] on an O2O basis. Usually, it is solely has strong online presence. Therefore, we are the only ones with the O2O capabilities todau,” he said.

Social commerce

The trend of buying and selling products through social media, aka social commerce, is growing significantly in Indonesia. Apart from the large population of social media users, the Covid-19 pandemic situation in Indonesia has actually triggered the emergence of small business players selling online.

A number of reports project that social commerce trends will continue to grow given the high potential in tier 2 and 3 cities that are starting to shift into online transactions. According to McKinsey research, social commerce transactions in Indonesia are estimated to account for $25 billion of the projected total GMV of e-commerce of $65 billion in 2022.

 

In reference to the Momentum Works report, social commerce is an attractive area for MSME players with cheaper cost for customer acquisition and more flexible users in exploring or finding the product they are looking for.

In the sampling, this trend is also predicted to provide a great opportunity for payment system considering that MSME players are yet to have access or the ability to provide it.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Cashlez Right Issue 2022

Cashlez Bidik Pertumbuhan Bisnis Lewat Akuisisi Perusahaan dan Tambah Merchant Online

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) berencana melakukan akuisisi perusahaan untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara anorganik di 2022. Demi mendukung rencana ini, Cashlez akan menggalang dana lewat skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue di kuartal I 2022.

Hal ini disampaikan Cashlez saat sesi media visit ke tim editorial DailySocial.id secara virtual. Dalam sesi ini turut hadir Chief Revenue Officer Djayanto Suseno dan Corporate Secretary Hendrik Adrianto.

Pihaknya mengungkap bahwa Cashlez akan menggelar right issue tahap pertama dengan nilai $10 juta atau sekitar Rp143,8 miliar yang akan digunakan sebagai modal kerja dan pengembangan produk. Kemudian, Cashlez akan melakukan right issue tahap kedua untuk kebutuhan akuisisi.

Menurut Djayanto, saat ini perusahaan tengah menyusun roadmap selama lima tahun ke depan yang mencakup strategi bisnis secara organik dan anorganik. Mengenai strategi anorganik, Cashlez membuka opsi untuk mengakuisisi perusahaan. Namun, Djayanto belum dapat merincikan lebih lanjut tentang kategori bisnis dan perusahaan yang akan diakuisisi.

“Itulah mengapa kami mau fundraise lewat right issue. Kami sedang sedang mencari investor yang siap menjadi standby buyer. Ada investor luar tertarik, ada juga investor internal. Semua sudah kami serahkan ke financial advisor kami, yaitu Bahana [Sekuritas],” ungkapnya.

Menurutnya, perusahaan akan tetap memberdayakan sumber daya yang ada untuk mendorong pengembangan bisnis secara organik. Akan tetapi, itu saja dinilai tidak cukup mengingat Cashlez ingin mengembangkan ekosistem pembayaran digital yang lebih besar.

“Bagi kami saat ini yang lebih tepat bukanlah apa yang akan kami akuisisi, melainkan berapa jumlah dana yang terkumpul. Dengan begitu, kami bisa tahu apa yang dapat kami beli,” tambahnya.

Cashlez didirikan oleh Teddy Setiawan Tee pada 2015 yang menawarkan solusi keuangan, yakni payment gateway, payment aggregator, dan solusi mPOS. Di 2017, Cashlez memperoleh investasi dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), dan Sumitomo Corporation di 2019.

Bidik merchant online

Sebagai informasi, Cashlez mengantongi 18 miliar transaksi total dari 436 merchant di 2016. Per akhir 2021, perusahaan telah melayani 13.000 merchant di enam kota yang terhubung ke 7.000 perangkat EDC. Dirinci berdasarkan kategori merchant, sebanyak 30% pengguna berasal dari segmen ritel, 18% restoran, dan fesyen 12%.

Cashlez mencatat total Gross Transaction Value (GTV) di 2020 sebesar Rp5,9 triliun. Djayanto menyebut ada penurunan GTV di 2021, yakni berkisar Rp4,3 triliun-Rp4,4 triliun. Penurunan ini terjadi karena penutupan mal di sejumlah area. Situasi ini membuat para merchant sulit untuk berjualan.

Untuk mengantisipasi penurunan, ucap Djayanto, Cashlez akan terus menambah jumlah merchant, tapi difokuskan pada merchant UMKM yang melayani transaksi online. Sebagai pembanding, komposisi merchant offline di Cashlez sebesar 90%, dan sisanya 10% online. Tahun ini, Cashlez akan meningkatkan porsi [transaksi dari merchant] online secara signifikan.

“Sampai saat ini belum ada fintech yang memiliki kemampuan untuk [melayani transaksi] secara O2O. Biasanya hanya kuat di online saja. Jadi kami satu-satunya yang memiliki kemampuan O2O saat ini,” tuturnya.

Social commerce

Tren jual-beli produk melalui media sosial alias social commerce berkembang signifikan di Indonesia. Selain karena populasi pengguna media sosial yang besar, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia justru memicu kemunculan pelaku usaha kecil yang berjualan secara online.

Sejumlah laporan memproyeksi tren social commerce akan terus berlanjut mengingat ada potensi di kota tier 2 dan 3 yang mulai mencicipi transaksi online.  Menurut riset McKinsey, transaksi social commerce di Indonesia diestimasi menyumbang $25 miliar dari total proyeksi GMV e-commerce sebesar $65 miliar di 2022.

Sementara mengacu laporan Momentum Workssocial commerce menjadi salah satu opsi menarik bagi pelaku UMKM karena biaya akuisisi pelanggan lebih murah, dan pengguna lebih leluasa dalam mengeksplorasi atau menemukan produk yang dicari.

Di sampling itu, tren ini juga diprediksi memberikan peluang besar terhadap kebutuhan sistem pembayaran mengingat pelaku UMKM tidak punya akses maupun kemampuan untuk menyediakan hal tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Uber Uji Coba Pembayaran dengan Uang Tunai di Jakarta

Melanjutkan langkah uji coba penggunaan uang tunai untuk pembayaran di Bandung, Surabaya, dan Pulau Bali, Uber melanjutkan eksperimennya ke ibukota. Layanan yang baru saja mengubah logo dan identitas warna perusahaan ini mengumumkan ketersediaan pembayaran dengan uang tunai untuk kalangan terbatas, sambil melihat bagaimana penerimaan masyarakat terhadap alternatif pembayaran ini.

Karun Arya, Communications Lead Uber Asia Tenggara, dalam pernyataannya mengatakan, “Uber menyadari bahwa pembayaran tunai sangat diminati oleh banyak masyarakat di Jakarta. Tujuan kami adalah menyediakan layanan transportasi yang aman, terjangkau dan tepercaya kepada siapa pun dan di mana pun, hanya dengan satu sentuhan jari. Melalui sistem pembayaran tunai yang baru saja digulirkan, platform teknologi yang Uber miliki kini siap menjangkau siapa pun yang berdomisili di Jakarta secara lebih luas. Pertumbuhan bisnis kami di Indonesia mengalami peningkatan sebesar tiga puluh kali lipat (30x) dalam beberapa tahun terakhir. Hal inilah yang membuat kami senantiasa bersemangat untuk menyediakan beragam solusi baru bagi kebutuhan pengguna Uber yang terus mengalami pertumbuhan pesat.”

Berdasarkan obrolan saya dengan sejumlah pengemudi, kendala penerapan pembayaran menggunakan uang tunai adalah kehandalan sistem yang menggunakan teknologi seluler. Berbeda dengan argo yang tidak terpengaruh teknologi eksternal, besaran biaya yang dikeluarkan setelah mencapai tujuan dikalkulasi oleh sistem dan saya melihat sendiri cukup lama bagi sistem untuk menunjukkan besaran biaya perjalanan di aplikasi smartphone pengemudi. Hal ini menjadi PR Uber dalam penerapan penggunaan uang tunai secara luas.

Keterbatasan kepemilikan kartu kredit di Indonesia memang sedikit banyak “menghambat” akuisisi pengguna Uber di Indonesia. Pihak Uber sendiri terus mencari alternatif metode pembayaran yang bisa digunakan secara luas di sini. Selain menggunakan uang tunai, mereka juga telah menerima pembayaran menggunakan kartu debit Mandiri.

Rakuten Offers Cash on Delivery (COD) Option

If you’re hear “e-commerce website”, the first thing that cross your mind will be everything electronic. Payment method is usually by credit card or debit card using Internet banking. Even so, most of Indonesian people by nature has less faith towards online shopping. Rakuten Belanja Online (RBO) offers other alternative, Cash On Delivery (COD) that enables customers to pay AFTER the goods is delivered, not before.

This method is at the moment available for Jakarta area and yet to be applied by all merchants, we haven’t find out what mechanisme needed for merchant to use this method as well. Unlike regular transaction where delivery is done by each merchants, COD delivery will be done by Rakuten themselves. Rakuten will collect goods from merchant and deliver them to buyer.

Continue reading Rakuten Offers Cash on Delivery (COD) Option

Rakuten Tawarkan Opsi Cash on Delivery (COD)

Ketika Anda berpikiran tentang suatu situs e-commerce, tentunya yang ada di kepala adalah segala sesuatu yang serba elektronik. Pembayarannya pun biasanya menggunakan kartu kredit atau setidaknya debit menggunakan Internet Banking. Meskipun demikian, karena sifat konsumen di Indonesia yang sayangnya secara mayoritas masih cenderung belum percaya benar dengan prinsip jual beli secara online, Rakuten Belanja Online (RBO) berusaha menawarkan alternatif dalam pembelian secara online ini. Cash On Delivery (COD) memungkinkan pelanggan untuk membayar setelah barang sampai, bukan sebelum diantarkan.

Prinsip COD yang ditawarkan oleh RBO sementara ini berlaku untuk kawasan Jakarta dan nampaknya belum berlaku untuk semua merchant. Tidak semua merchant menawarkan hal ini dan kami belum mengetahui mekanisme untuk merchant supaya dapat menggunakan skema COD ini. Berbeda dengan transaksi reguler yang pengantarannya dilakukan oleh masing-masing merchant, pengiriman via COD akan dilakukan oleh pihak Rakuten sendiri. Rakuten akan mengambil barang dari merchant dan selanjutnya mengantarkannya ke konsumen.

Continue reading Rakuten Tawarkan Opsi Cash on Delivery (COD)